• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian

Audit Sistem Informasi ………….... 20

2. Tujuan

Audit Sistem Informasi ……….... .. 21

3. Proses

Audit Sistem Informasi ………... 23

4. Langkah

Dalam Audit Informasi …………... 25

5. Standar

xii D. Kualitas Audit ………... 26 E. Pendidikan ...……….. 30 F. Pelatihan ……….... 31 G. Pengalama n ………... 32 H. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34 I. Kerangka Pemikiran ………... ... 35 J. Perumusan Hipotesis ……….... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ………... 38 B. Metode Penentuan Sampel ………. ... 39 C. Metode Pengumpulan Data ………... 39 D. Metode

Analisis Data dan Pengujian Statistik …... 41

1. Uji

Instrumen Penelitian ……….. ... 41

a. Uji

xiii b. Uji Validitas ………... . 41 2. Tahap Persiapan Data ………... . 42 3. Uji Hipotesis ... .... 44 a. Uji Asumsi Klasik ... . 43 b. Analisis Regresi Berganda ... 44 c. Uji Koefisien Determinasi ... . 45 d. Uji Statistik t ... .... 46 e. Uji Statistik Fisher (F) ... . 47 E. Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya 47

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas

Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

1. Tempa

t dan Waktu Penelitian ... 51

2. Karakt eristik Responden ... 53 B. Uji Instrumen Penelitian ... 59 1. Uji Validitas ... 59

xiv 2. Uji Reabilitas ... 61 C. Penguj ian Hipotesis ... 62 1. Uji Asumsi Klasik ... 62 2. Analisi

s Regresi Linear Berganda ... 65

3. Uji Koefisien Determinasi ... 69 4. Uji Statistik t ... 70 5. Uji Statistik F ... 78 BAB V PENUTUP A. Kesim pulan ... 81 B. Implik asi ... 82 C. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xviii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Saat ini perkembangan sistem informasi berbasis komputer mengalami perubahan yang pesat dalam beberapa tahun belakangan. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya perusahaan yang telah mengubah sistem akuntansi manual menjadi sistem Pengolahan Data Elektronik (PDE). Anies S. M. Basalamah (1995) dalam Sjafardamsah (2002), mengemukakan bahwa Pengolahan Data Elektronik (PDE) dapat digambarkan sebagai serangkaian kegiatan yang menggunakan komputer untuk mengubah informasi yang masih mentah (data) menjadi informasi yang berguna. Rangkaian kegiatan tersebut dimulai dari pemasukan data hingga menghasilkan keluaran dan diakhiri dengan pengendalian.

Kondisi perusahaan yang telah beralih dari sistem akuntansi manual menjadi sistem Pengolahan Data Elektronik (PDE), menuntut auditor untuk melakukan perubahan pada prosedur dan tehnik yang digunakan dalam melakukan tugas auditnya. Dampak perubahan teknologi informasi bagi seorang auditor yang dikemukakan oleh Murphy dan Parker (1989) dalam Wibowo dan Hardiningsih (2003), menyatakan bahwa terdapat perubahan tradisi berupa berkurangnya bukti tertulis dimana auditor harus memahami akses rutin ke dalam sistem, sistem otorisasi dan organisasi serta memahami bagaimana sistem bekerja melakukan perhitungan. Namun

perubahan-xix

perubahan yang mendasar akibat kemajuan teknologi juga dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan, baik tindak kecurangan maupun kelalaian dalam bentuk yang baru. Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan terhadap segala bentuk kesalahan dan pengamanan terhadap sistem informasi berbasis komputer tersebut. Dalam hal ini, auditor harus memahami dan dapat menilai serta menguji rancangan pengendalian intern ketika melaksanakan audit sistem informasi berbasis komputer.

Namun, untuk melaksanakan audit sistem informasi berbasis komputer tentunya seorang auditor sistem informasi harus memenuhi standar kualitas audit sistem informasi. Karena bagaimanapun juga, peran auditor independen sangat dibutuhkan sebagai pemberi opini atas kewajaran dan kelayakan kegiatan operasional suatu perusahaan dan lembaga ekonomi lainnya yang menggunakan sistem akuntansi berbasis komputer. Dengan demikian, peran auditor menjadi suatu hal yang penting bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk meningkatkan kualitas jasa audit yang diberikannya.

Kualitas pelaksanaan audit itu sendiri mengacu pada standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (SPAP, 2001:150.1). Sutton (1993) dalam Nurchasanah dan Rahmanti (2004), mengatakan bahwa kualitas audit selalu ditinjau dari pihak auditor dan pengguna jasa akuntan publik. Pada penelitian kali ini, peneliti belum menemukan penelitian sebelumnya mengenai kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Oleh karena itu, peneliti mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kualitas audit secara umum.

xx

Pada penelitian Nurchasanah dan Rahmanti (2004) menganalisis faktor-faktor penentu kualitas audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Christiawan (2002), menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh kompetensi dan independensi. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Pada penelitian ini, Christiawan merefleksikan penelitian dari Putri Noviyani (2002), bahwa pendidikan formal, pelatihan, dan pengalaman memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik.

Selain itu peneliti juga menggunakan penelitian Widyanto dan Yuhertian (2005), mereka meneliti pengaruh pendidikan, pengalaman ,dan pelatihan terhadap profesionalisme auditor pemerintah yang bekerja pada badan pengawas kota Surabaya. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif terhadap profesionalisme auditor Bawasko dan variabel pendidikan merupakan variabel yang berpengaruh dominan. Sedangkan variabel pengalaman berpengaruh negatif terhadap profesionalisme auditor Bawasko.

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2001), audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan dan standar pengauditan. Standar pengauditan tersebut mencakup mutu professional auditor, independensi, pertimbangan yang digunakan dalam

xxi

pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Jadi seorang auditor dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas jika auditor tersebut melaksanakan pekerjaannya secara professional.

Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya, terlihat bahwa kualitas audit tidak bisa diukur secara pasti, sehingga hasil penelitiannya pun berbeda-beda. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti kualitas audit dari segi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer dengan menggunakan variabel pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor sebagai variabel bebasnya.

Pendidikan pada penelitian ini merupakan pendidikan formal yang telah diikuti oleh auditor sistem informasi, misalnya pendidikan sarjana akuntansi (S1 akuntansi). Sedangkan pelatihan merupakan proses pendidikan jangka pendek guna mengembangkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang berkaitan dengan audit sistem informasi berbasis komputer. Sementara itu, pengalaman dalam hal ini dilihat dari pengalaman lama bekerja menjadi auditor dan pengalaman dari jumlah penugasan (banyaknya klien yang telah diaudit sistem informasi berbasis komputer).

Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya. Karena pada penelitian sebelumnya, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit secara umum. Selain itu terdapat hasil penelitian Widyanto dan Yuhertian (2005), yang menyatakan bahwa variabel pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif terhadap profesionalisme auditor Bawasko,

xxii

sedangkan variabel pengalaman berpengaruh negatif terhadap profesionalisme auditor Bawasko.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik ingin mengetahui lebih dalam bagaimana pengaruh kemampuan, pengetahuan dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Oleh karena itu, peneliti tetapkan bahwa judul dari penelitian skripsi ini adalah:

“Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit atas Sistem Informasi Berbasis Komputer”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah ini adalah:

1. Apakah faktor pendidikan dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer?

2. Apakah faktor pelatihan dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer?

3. Apakah faktor pengalaman berdasarkan jumlah penugasan dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer? 4. Apakah faktor pengalaman berdasarkan lama bekerja dapat mempengaruhi

kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer?

5. Apakah secara bersama-sama faktor pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer?

xxiii

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pelatihan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengalaman berdasarkan jumlah penugasan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.

4. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengalaman berdasarkan lama bekerja auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan, pelatihan, dan

pengalaman auditor secara bersama-sama dalam mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi auditor

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi auditor untuk lebih meningkatkan keahliannya serta meningkatkan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.

xxiv

a. Memenuhi salah satu prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Mendapatkan gambaran tentang pengaruh pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer di Kantor-kantor Akuntan Publik.

3. Bagi Mahasiswa dan Pembaca

Memberikan informasi dan gambaran mengenai kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer serta sebagai salah satu sarana bahan bacaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

xxv

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Auditing dan Sistem Informasi 1. Pengertian Auditing

Definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic

Auditing Concept) dalam Halim (2003), mendefinisikan audit sebagai

berikut:

“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.”

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat peneliti simpulkan bahwa auditing merupakan suatu proses untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang peristiwa ekonomi dengan menentukan derajat kesesuaian antara asersi yang dibuat dengan kriteria yang telah ditetapkan, kemudian hasilnya tersebut dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Jenis Audit

Pada umumnya jenis-jenis audit yang telah ada menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi audit yang telah disampaikan di atas. Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2007), membagi jenis audit berdasarkan bidang yang diaudit dan berdasarkan auditornya, penjelasannya yaitu sebagai berikut:

xxvi

a. Jenis audit berdasarkan bidang yang diaudit: 1) Audit Laporan Keuangan (Financial Audit).

Audit laporan keuangan adalah suatu proses pemeriksaan oleh orang-orang yang mampu (kompeten) atau independen, dengan menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dan keterangan yang terukur suatu kesatuan ekonomi, dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dan keterangan terukur yang diperoleh dari pemeriksannya tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. Kriteria yang ditentukan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti manajemen, kreditor maupun lembaga pemerintah.

3) Audit Operasional

Audit Operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektifitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.

xxvii

Kebutuhan akan audit sistem informasi mencakup dua hal, yaitu:

a. Audit sistem informasi yang dilaksanakan dalam rangka audit laporan keuangan (general financial audit).

b. Audit sistem informasi yang dilakukan dalam kaitannya dengan

Information Technology (IT) Governance.

Pada penelitian kali ini, peneliti akan lebih memperdalam pembahasan mengenai audit sistem informasi yang akan dibahas pada sub bab berikutnya.

5) Audit e-commerce

Audit terhadap e-commerce merupakan bidang yang spesifik, karena berbeda dengan audit teknologi informasi lain yang bersifat back-office system, sedangkan e-commerce bersifat

front-office system. Front-office system adalah sistem berbasis

teknologi informasi yang langsung berkaitan dengan transaction

processing, atau layanan ke pihak lain atau pelanggan/masyarakat.

6) Audit Investigatifdan Forensic Audit

Audit investigatif merupakan suatu penyidikan yang berlandaskan pada hukum dan rasa keadilan, untuk mencari kebenaran dengan tingkat keyakinan tinggi (high level assurance). b. Jenis Audit Berdasarkan auditornya:

1) Auditor eksternal independen (akuntan publik) 2) Auditor internal (perusahaan)

xxviii 3) Auditor Pemerintah

3. Sistem Informasi

Mempelajari suatu sistem informasi dan akan lebih mengena jika kita memahami terlebih dahulu apakah sistem itu serta karakteristik-karakteristik dari sistem tersebut. Berikut kutipan mengenai pengertian sistem menurut beberapa ahli.

Sistem dapat diartikan sebagai gabungan dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan dan sasaran (Komalasari, 1999). Sedangkan menurut Purwono (2004:95), sistem adalah sebuah rangkaian kegiatan (sub-sistem), yang dibangun dan saling tali temali, terkait antara satu sistem dengan sub-sistem yang lain dan saling mempengaruhi dengan suatu tujuan tertentu. Sementara itu Menurut Jusuf (2001) dalam Gondodiyoto (2003), sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (inter-related) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

Berdasarkan dari pengertian sistem yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Setelah membahas pengertian dari sistem tersebut, maka akan dilanjutkan dengan pengertian dari sistem informasi itu sendiri. Menurut John F. Nash dan Martin B. (1984) dalam Fazli (1999), menyatakan bahwa

xxix

sistem informasi merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, mesin, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar untuk pengambilan keputusan yang cerdik. Sedangkan menurut Gondodiyoto (2003:8), sistem informasi ialah interaksi antar sumber daya (komponen-komponen) di dalam suatu kesatuan terpadu untuk mengolah data menjadi informasi sesuai kebutuhan penggunannya.

Berdasarkan dari pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa sistem informasi merupakan seperangkat komponen yang saling berkaitan satu sama lain guna mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi serta dijadikan dasar sebagai pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi. Sistem informasi sebenarnya dapat dibuat dengan pengolahan data secara manual maupun pengolahan data secara komputerisasi. Namun pada penelitian kali ini, penulis akan lebih condong ke pengolahan data secara komputerisasi.

B. Sistem Pengolahan Data Elektronik 1. Pengolahan Data Elektronik

Pada saat ini perkembangan teknologi telah berkembang dengan pesat, sehingga menyebabkan dunia usaha beralih dari penggunaan

xxx

pengolahan data manual ke sistem baru yang semakin meninggalkan ketergantungannya terhadap penggunaan tenaga kerja manusia, yaitu dengan menggunakan pengolahan data terkomputerisasi.

Menurut Halim (2003), sistem Pengolahan Data Elektronis (PDE) merupakan sistem pemrosesan data yang menggunakan teknologi telekomunikasi dan komputer. Sedangkan menurut Anies S.M Basalamah (1995) dalam Sjafardamsah (2002), mengemukakan bahwa sistem Pengolahan Data Elektronik (PDE), dapat digambarkan sebagai serangkaian kegiatan yang menggunakan komputer untuk mengubah informasi yang masih mentah (data) menjadi informasi yang berguna.

Berdasarkan dari kedua pendapat tersebut mengenai pengertian sistem pengendalian data elektronik, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sistem pengolahan data elektronik merupakan sistem pemrosesan data melalui penggunaan komputer yaitu diawali dengan mengolah data mentah dan diakhiri dengan menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna informasi tersebut.

2. Komponen sistem PDE

Sistem Pengolahan Data Elektronik (PDE) merupakan salah satu hasil pengembangan teknologi yang penting. Terdapat empat komponen sistem PDE (Halim, 2003:288), yaitu:

a. Perangkat keras (hardware) komputer b. Perangkat lunak (software) computer c. Metode pengorganisasian data

xxxi d. Metode pemprosesan data

Berikut ini akan dijelaskan mengenai ke empat komponen sistem PDE, yaitu sebagai berikut:

a. Perangkat keras (Hardware)

Perangkat keras (hardware) merupakan pealatan fisik yang digunakan dalam sistem PDE, yang meliputi lima komponen, yaitu:

Central processing unit (CPU), peralatan input (input device),

peralatan output, pealatan komunikasi komputer, dan secondary

storage.

Berdasarkan pengertian tersebut mengenai perangkat keras

(hardware), dapat disimpulkan peneliti bahwa perangkat keras

merupakan semua perlengkapan fisik yang digunakan untuk melaksanakan bermacam-macam fungsi dan tujuan yang berbeda pada seluruh kegiatan pengolahan data.

b. Perangkat Lunak (software)

Perangkat lunak komputer yang terkait dengan sistem PDE, adalah sistem software, dan application software. Perangkat lunak sistem melaksanakan fungsi umum yang harus ada agar komputer dapat beroperasi dan mengolah data sebagaimana mestinya.

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perangkat lunak merupakan suatu program yang dibentuk untuk dipergunakan sesuai dengan tujuan prosesnya, sehingga program tersebut harus sudah sesuai sebelum dipergunakan.

xxxii c. Metode Pengorganisasian Data

Metode pengorganisasian data merupakan bagaimana data diorganisasi dalam file komputer. Terdapat dua jenis metode pengorganisasian data, yaitu:

1) Traditional File Method

Pada metode ini, master file dan file transaksi dipisahkan untuk setiap aplikasi akuntansi atas siklus transaksi yang berbeda.

2) Database Method

Merupakan metode organisasi data yang didasarkan pada kemampuan data dalam file untuk diakses langsung oleh berbagai program aplikasi.

d. Metode Pemrosesan Data

Berikut ini terdapat tiga metode pemprosesan dasar yang saat ini umum digunakan, yaitu: Batch Processing, On-line Entry/Batch

Processing, On-line Entry/on-Line Processing.

1) Batch Processing

Pada metode ini, data transaksi yang ada dikumpulkan dalam suatu

batch atau kelompok. Setelah itu, data yang ada dalam kelompok

tersebut, dimasukkan sekaligus ke dalam komputer untuk diproses bersama-sama.

2) On-line Entry/Batch Processing

Pada metode ini, data transaksi yang terjadi langsung dimasukkan melalui terminal, tetapi tidak langsung diproses. Jadi, data yang

xxxiii

dimasukkan melalui terminal, disimpan terlebih dahulu sebelum dicatat dalam file transaksi.

3) On-line Entry/on-Line Processing

Pada metode ini, data transaksi yang terjadi langsung dimasukkan melalui terminal untuk langsung diproses. Terminal merupakan alat output data karena hasil pengolahan data transaksi yang dimasukkan, dapat segera tampak pada layar komputer.

3. Pengendalian Intern pada sistem PDE

Pengendalian intern pada sistem PDE mencakup prosedur manual dan prosedur yang dirancang dalam program komputer. Prosedur pengendalian manual dan program komputer terdiri atas: pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.

Pengendalian umum merupakan pengendalian menyeluruh yang berdampak terhadap lingkungan PDE. Pengendalian umum berhubungan dengan keseluruhan bagian sistem PDE. Pengendalian aplikasi merupakan pengendalian khusus atas aplikasi akuntansi, seperti pemrosesan penjualan atau penerimaan kas, pemrosesan gaji dan upah karyawan, dan sebagainya (Halim, 2003:296).

Berikut penjelasan dari kedua jenis pengendalian tersebut: a. Pengendalian Umum

Tujuan dari pengendalian umum PDE adalah untuk membuat rerangka pengendalian menyeluruh atas aktivitas PDE dan untuk memberikan tingkat keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian

xxxiv

intern secara keseluruhan dapat tercapai (Amran, 2001). Pengendalian umum tersebut meliputi:

1) Pengendalian Organisasi dan Manajemen

2) Pengendalian terhadap pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi

3) Pengendalian terhadap operasi sistem

4) Pengendalian terhadap perangkat lunak sistem 5) Pengendalian terhadap entry data dan program

b. Pengendalian Aplikasi

Pengendalian aplikasi adalah pengendalian yang memberikan jaminan bahwa aplikasi tertentu akan diproses sesuai dengan spesifikasi pihak manajemen dan bahwa pemprosesan tersebut akurat, tepat waktu, diotorisasi, dan lengkap (Sawyer, 2006). Terdapat tiga jenis pengendalian aplikasi dalam system PDE, yaitu:

1) Pengendalian input 2) Pengendalian pemrosesan 3) Pengendalian output

4. Menentukan Risiko Pengendalian PDE

Terdapat tiga cara pengujian pengendalian intern dalam sistem PDE (Halim, 2003:306), yaitu: Auditing around the computer, Auditing trough the computer, Auditing With The Computer.

xxxv

Secara garis besar pengujian pada metode ini adalah sama dengan sistem pengujian pada sistem manual. Pada cara ini, pemeriksa hanya memeriksa masukan dan keluaran saja, tanpa memeriksa lebih dalam terhadap penggunaan program, pelaksanaan operasional pengolahan data, penanganan data masukan, keluaran dan arsip, yang menjadi inti utama di dalam pengolahan data dengan komputer.

b. Auditing trough the computer

Terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan auditor untuk melaksanakan prosedur audit dengan komputer, yaitu: Test Data

Approach, Integrated Test Facility Approach, Integrated Test Facility

Approach.

1) Test Data Approach

Tujuan pendekatan pengujian data adalah untuk menentukan apakah program komputer klien dapat menangani transaksi secara tepat. Pengujian ini meliputi juga pengujian kemampuan program komputer untuk menolak penerimaan dan pengolahan transaksi yang tidak valid.

2) Integrated Test Facility Approach

Pada metode ini, auditor perlu membuat suatu model perusahaan. Model merupakan abstraksi dari dunia nyata. Jadi auditor menciptakan suatu sub sistem kecil, seperti tiruan perusahaan yang

xxxvi

mini atau divisi, dalam sistem PDE klien. Auditor kemudian memasukkan data transaksi penguji pada sistem bersama-sama dengan data aktual. Data penguji dan data aktual klien diproses bersama-sama oleh sistem klien.

3) Paralel Simulation Approach

Tujuan pendekatan pengujian data adalah untuk menguji akurasi atau ketepatan output yang dihasilkan sistem klien. Pada pendekatan ini, pertama kali auditor meminta data aktual klien pada klien, kemudian memasukkan data aktual klien sebagai input

pada software program milik auditor. Selanjutnya auditor menggunakan komputer miliknya untuk mengolah data aktual klien dengan program milik auditor. Setelah itu, auditor akan memperoleh hasil output komputer. Hasil output komputer ini kemudian dibandingkan dengan output aktual klien.

c. Auditing With The Computer

Masalah utama yang dihadapi dalam metode ini adalah auditor yang berpraktik dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang luas dan

up to date mengenai sistem komputer.

C. Audit Sistem Informasi

1. Pengertian Audit Sistem Informasi

Pengertian Audit Sistem Informasi, menurut Budi (2007), merupakan sebuah proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan

xxxvii

mengevaluasi bukti-bukti untuk menentukan bahwa sebuah sistem informasi berbasis komputer yang digunakan oleh organisasi telah dapat mencapai tujuannya, yaitu: pengamanan atas aktiva, pemeliharaan atas integritas data, peningkatan efektifitas dan efisiensi. Sedangkan menurut Ron Weber (1999, p.10) dalam Gandodiyoto (2003:150):

“ EDP auditing is the process of collecting and evaluation evidence to determine whether a computer system safeguards assets, maintains data integrity, achieves organizational goals effectively, and consumes resources efficiently ”.

Berdasarkan dari kedua pengertian Audit Sistem Informasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Audit Sistem Informasi merupakan bagian

Dokumen terkait