• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Tumbuh Kembang

Dalam dokumen 2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA (Halaman 22-29)

Menurut Kartono pertumbuhan merupakan perubahan tubuh secara fisik baik ukuran maupun bentuk tubuh. Dan Perkembangan adalah perubahan yang dialami oleh individu menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (Syamsu, Yusuf, 2002). Pengertian tumbuh kembang menurut Soetjiningsih (2010) adalah proses berkelanjutan dari konsepsi sampai imaturitas yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan bawaan.

Menurut Adriana (2013) pengertian dari tumbuh kembang adalah proses yang bersifat kontin, dimulai dari kandungan hingga dewasa. Pertumbuhan anak akan optimal jika adanya interaksi sosial sesuai kebutuhan anak pada tahap pekembangannnya. Dan menurut Rohan & Sitoyo (2013) tumbuh kembang adalah proses dinamis dan terus menerus. Pertumbuhan sendiri berarti pertambahan besar sel yang berada di seluruh tubuh, sedangkan perkembangan merupakan proses pematangan fungsi organ tubuh pada anak.

Tumbuh kembang merupakan kata yang saling berkaitan namun berbeda artinya. Tumbuh lebih mengacu pada ukuran, jumlah, dan dimensi sel tubuh seseorang, sesuatu yang dapat diukur. Kembang (berkembang) berkaitan dengan penyempurnaan organ atau anggota tubuh, peningkatan emosional, intelektual serta kematangan atau kedewasaan. Oleh karena itu tumbuh kembang anak merupakan perubahan yang terjadi pada anak baik merupakan perubahan fisik anak maupun pertumbuhan metal kedewasaan anak.

Tumbuh kembang anak perlu diperhatikan khususnya oleh orang tua, agar dewasanya nanti anak dapat bertumbuh dengan baik dan memiliki pribadi yang baik pada orang disekitarnya.

Tumbung kembang memiliki beberapa aspek didalamnya antara lain tumbung kembang kognitif, tumbung kembang moral, tumbuh kembang sosial emosional, dan tumbuh kembang fisik motorik.

35 Universitas Kristen Petra 2.3.2. Perkembangan Moral

a. Pengertian Perkembangan Moral

Menurut Hurlock moral merupakan sopan santun, kebiasaan, adat istiadat dan aturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Moral sendiri berasal dari Bahasa latin mores yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan.

Kolhberg mengemukakan bahwa moral merupakan sesuatu yang tidak dibawa sejak lahir, namun sesuatu yang dapat dipelajari. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi nilai atau norma masyarakat sesuai dengan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri agar sesuai dengan aturan nilai atau norma yang berlaku dalam kehidupannya. Perkembangan moral ini mencakup pengetahuan akan baik atau buruk suatu tindakan dan sikap perilaku moral apa yang dipraktekan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang menurut Kohlberg yaitu:

• Kesempatan mengambil peran

Perkembangan moral meningkat ketika seseorang terlibat dalam suatu keadaan yang membuat seseorang mengambil perpektif sosial seperti situasi saat sulit menerima ide, opini, hak, kewajiban, dan lain sebagainya.

• Situasi moral

Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan pada system yang tersedia seperti hukum, aturan, tradisi, atau figur otoritas.

• Konflik moral kognitif

Konflik moral kognitif terjadi ketika ada pertentangan penalaran moral seseorang berbeda dengan orang lain. Seseorang yang mengalami pertentangan dengan orang yang memiliki penalaran moral lebih tinggi akan menunjukkan tahap perkembangan moral yang lebih tinggi pula.

b. Tahap Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg tahap perkembangan moral anak dibagi kedalam tiga tingkatan yaitu: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.

Tingkat pra-konvensional merupakan tingkat paling rendah. Dalam tahap ini umumya terdapat pada anak-anak (walaupun orang dewasa juga dapat

36 Universitas Kristen Petra menunjukkannya). Dalam tahap ini anak menunjukkan penalaran moral yang dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman. seseorang menilai moralitas berdasarkan konsekuensi yang didapat. Tingkat ini dibagi menjadi:

• Tahap 1: Orientasi kepatuhan dan hukuman

Pada tahap ini seseorang berfokus terhadap konsekuensi langsung dari tindakan yang dilakukan individu tersebut. Seseorang akan menilai suatu tindakan yang mereka lakukan salah jika semakin keras hukuman yang dirasakan. Dan juga sebaliknya seseorang akan tahu bahwa tindakan yang mereka lakukan benar dari imbalan atau hadiah yang mereka dapat.

• Tahap 2: Orientasi minat pribadi

Tahap ini individu lebih berfokus pada keuntungan apa yang didapat untuk diri mereka. Mereka lebih melakukan suatu tindakan berdasarkan keuntungan diri sendiri bukan pada kebutuhan orang lain. Sebagai contoh seseorang mau menolong orang lain dengan tujuan ia menerima pertolongan yang serupa dari orang lain.

Tingkat konvensional merupakan tahap yang umumnya ada pada remaja yang menginjak usia dewasa. Pada tingkatkan ini seorang individu lebih menilai moralitas berdasarkan pandangan dan harapan masyarakat terhadap dirinya.

Tingkat ini Tingkat ini dibagi menjadi tahap 3 yaitu orientasi keserasian interpersonal dan tahap 4 orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial.

• Tahap 3: Orientasi keserasian interpersonal

Tahap ini tahap dimana seseorang melakukan tindakan agar menyenangkan orang lain dan dianggap bermoral oleh orang lain.

• Tahap 4: Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial

Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan atau keputusan bersarkan aturan dan nilai-nilai yang berlaku pada masyarat seperti aturan sosial, hukum, keadilan dan kewajiban.

Tingkat pasca-konvensional ini juga dikenal dengan tingkat berprinsip.

Moralitas diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar orang lain. Pada tingkat ini seseorang berusaha menemukan prisip yang sah dan yang dapat diterpkan. Tingkat ini dibagi menjadi tahap 5 orientasi kontrak sosial dan tahap 6 prinsip etika universal.

37 Universitas Kristen Petra

• Tahap 5: Orientasi kontrak sosial

Tahap ini merupakan tahap kematangan moral yang tinggi. Tahap ini menyadari adanya perbedaan pendapat setiap individu. Tahap ini memungkinkan pencapaian musyawarah mufakat bersama.

• Tahap 6: Prinsip etika universal

Prinsip etika universal merupakan penalaran moral abstrak. Benar atau salah suatu tindakan tidak didasarkan pada hukum atau aturan tertentu. Namun, kebernarannya lebih didasarkan pada nurani atau kesadaran manusia itu sendiri yang dilandasi prinsip-prinsip etis seperti keadilan, HAM, dan lain sebagainya.

c. Masalah Perkembangan Moral Anak

Perkembangan moral anak pada masa ini mengalami degradasi moral.

Banyak berita yang menunjukkan penurunana moral yang dimiliki anak pada masa sekarang ini.

Dilansir dari detiknews.com di Jakarta terdapat anak yang tidak belaku sopan dengan gurunya. Anak ini marah-marah dan melawan gurnya disekolah.

Anak ini melawan karena tidak mau dinasehati oleh gurunya. Bahkan kejadian anak SD yang melawan gurunya ini menjadi viral di sosial media.

Selain melawan guru masih ada berita tentang penunannya moral anak pada masa ini. Tidak hanya bersikap tidak sopan pada orang yang lebih tua pada mereka, anak-anak ini bakan melakukan tindakan yang melukai orang lain dan bahkan merenggut korban jiwa.

Di Makassar terjadi tawuran antar anak SD. Anak SD ini bertengkar dikarenakan cinta segitiga. Salah satu anak SD ini cintanya ditolak, karena penolakan tersebut ia diejek dengan teman-temannya. Karena merasa tidak terima diejek oleh temannya akhirnya mereka bertengkar dan terjadi tawuran. Bahkan anak SD ini sampai ada yang membawa balok kayu.

Bahkan pada November 2017 lalu ada anak SD yang berkelahi degan temannya. Akibat dari perkelahian tersebut temannya itu meninggal. Dari berita-berita ini dapat dilihat bahwa pada masa ini anak meski masih kecil mereka sedang masalah degradasi moral.

38 Universitas Kristen Petra 2.3.3. Perkembangan Sosial Emosional

a. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional

Menurut Yusuf (2010) perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial juga dapat diartikan sebagai proses belajar menyesuaikan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama.

Menurut Hurlock (2013) perkembangan sosial merupakan mereka yang berada didalam 3 proses sosialisasi yakni bersosialisasi agar mereka cocok dengan kelompok tempat mereka menggabungkan diri dan diterima sebagai anggota kelompok.

Menurut Suyadi (2010) perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman, guru, dan masyarakat luas. Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketika berinteraksi.

Sehingga pekembangan sosial emosional merupakan kepekaan untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dengan orang lain.

Menurut Lawrence E Saphiro (dalam Suyadi, 2010, p. 109) emosi merupakan kondisi kejiwaan manusia. Emosi ini hanya dapat dikaji melalui letupan emosional, gejala, atau fenomena seperti gembira, sedih, gelisah, benci, dan sebagainya.

Aspek sosial emosional ini mengacu pada perkembangan kemampuan dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan emosionalnya sering disebut dengan psikososial. Selain berinteraksi perkembangan ini juga mengacu pada tingkat kemandirian seseorang, contohnya seperti pada anak, mereka mampu untuk makan sendiri, memakai pakaian sendiri, dan lain sebagainya.

b. Tahap Perkembangan Sosial Emosional

Menurut Erikson tahap perkembangan psikososial seseorang dibagi menjadi 8 tahap yaitu:

Hope, Trust vs. Mistrust (0-18 bulan)

Tahap ini merupakan tahap seorang bayi mempercayai orang. Kemampuan seorang bayi untuk percaya terhadap orang lain berdasarkan dengan hubungan dekat dengan ibunya. Jika rasa percaya seorang bayi itu berkembang dengan ia akan

39 Universitas Kristen Petra tumbuh dengan dapat merasakan rasa percaya dan aman terhadap lingkungannya sebaliknya jika gagal, ia akan sulit mempercayai orang lain dan merasa takut.

Will, Autonomy vs. Shame (1-3 tahun)

Tahap ini anak mulai menyadari kemandirian dirinya. Anak mulai bereksplorasi sendiri dibawah bimbingan orang tuanya seperti makan sendiri, makan, berbicara, dan berjalan. Orang tua yang terlalu membatasi anaknya dan besikap keras akan membentuk anak yang kurang percaya diri dan pemalu, sehingga anak akan ragu akan kemampuannya sendiri.

Purpose, Initiative vs Guilt (3-6 tahun)

Pada usia ini anak mulai mematangkan kemampuannya seperti berbicara dan kemampuan motorik. Anak perlu mengeksplorasi lingkungan sekitarnya untuk mengembangkan kemampuannya. Anak akan mengembangkan insiatif untuk melakukan tindakan. Jika pada orang tua banyak memberikan hukuman pada anak, anak akan merasa bersalah untuk melakukan inisiatif. Jika anak memiliki inisiatif terlalu sedikit anak akan menjadi kurang memiliki rasa peduli.

Competence, Industry vs. Inferiority (6-11 tahun)

Pada tahap ini anak sudah masuk kedalam tahap sekolah dan anak berinteraksi sosial dengan orang diluar keluarga. Pada tahap ini anak akan membandingkan Kompetensi diri mereka dengan orang lain. Mengerti kemampuan yang mereka miliki dibanding dengan teman yang lain. Anak belajar untuk berkompetensi dalam kelompok. Anak lebih belajar dalam memahami aturan dan kaitannya dalam hubungan mereka dalam berteman. Pada tahap ini anak juga lebih bermain dengan stuktur dan aturan tertentu. Pada tahap ini anak memerlukan dukungan agar mereka rajin dan mau bekerja keras untuk mencapai target tujuan mereka. Jika tidak anak tersebut dapat merasa inferior atau diri anak tersebut rendah.

Fidelity, Identity vs. Role Confusion (12-18 tahun)

Tahap ini merupakan masa transisi anak menjadi dewasa. Pada tahap ini remaja akan mencoba mencari jati diri mereka. Jika remaja mampu menjalankan peran baru dengan baik, maka identitas yang positif akan tercapai. Sebaliknya jika tidak, ia akan merasa bingung dengan identitas mereka dan merasa kurang percaya diri.

40 Universitas Kristen Petra

Love, Intimacy vs. isolation (18-35 tahun)

Tahap ini tahap yang terjadi pada dewasa muda. Tahap ini merupakan tahap membangun hubugan dekat dan intim dengan orang lain. Jika seseorang berhasil membangun hubungan dekat dengan seseorang, ia akan merasakan cinta dan kasih sayang. Sebaliknya jika tidak ia akan merasakan keterasingan dari orang lain.

Care, Generativity vs Stagnation (35-64 tahun)

Masa ini merupakan masa kedua perkembangan kedewasaan. Pada masa ini umumnya seorang individu sudah mapan dalam kehidupannya, baik dalam pekerjaan maupun rumah tangga mereka. Jika seseorang merasa puas dengan kehidupannya, ia akan menjadi produktif, sebaliknya jika merasa tidak puas atau menyesal dalam kehidupannya, orang tersebut akan mengalami stagnasi.

Wisdom, Ego Integrity vs. Despair (65 tahun keatas)

Masa ini merupakan masa usia senja. Tahap dimana seseorang melihat kembali atau merefleksikan kehidupan masa lalunya. Jika seseorang puas dalam kehidupannya, seperti mendapatkan keberhasilan, merasa sukses maka seseorang akan mendapat kebijaksanaan, sebaliknya jika tidak mereka dapat merasa putus asa.

c. Masalah Perkembangan Sosial Emosional Anak

Masalah sosial emosional anak juga banyak terjadi pada akhir-akhir ini, anak-anak yang seharusnya melakukan interaksi sosial dengan teman-temannya malah tersingkir dan ter-bully dan sebaliknya anak-anak yang seharusnya peduli kepada teman-temannya malah memperlakukan temannya dengan tidak baik dan menindas yang lemah.

Beberapa berita memuat berita-berita tentang anak yang melakukan kekerasan pada temannya sendiri bahkan berujung kematian. Mereka melakukan kekerasan tersebut karena luapan emosi sesaat tanpa memikirkan akibatnya.

Dilansir dari liputan6.com (2018) terdapat seorang anak yang dibully karena pada saat bermain bola anak tersebut melakukan gol bunuh diri. Anak ini dianiaya oleh ketiga temannya karena teman-temannya emosi. Akibatnya anak yang dianiaya ini terluka hingga harus dilarikan di rumah sakit. Karena keadaan anak ini yang semakin memburuk anak ini sampai harus dipindahkan ke ICU.

Kemudian berita dari tribun.com (2017) di daerah Sukabumi terdapat anak SD yang membuli temannya. Anak SD ini memukuli temannya, menyumbat

41 Universitas Kristen Petra telinganya dengan keripik dan menyiram. Awalnya anak yang dipukuli temannya ini pingsan dan setelah beberapa lama kemudian anak tersebut tewas. Kejadian ini menjadi viral di sosial media.

Dalam dokumen 2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA (Halaman 22-29)

Dokumen terkait