• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian, Waktu dan Hukum Salat Istikhârah a.Pengertian Salat Istikharah

B. Salat Istikharah

1. Pengertian, Waktu dan Hukum Salat Istikhârah a.Pengertian Salat Istikharah

Istikharah secara bahasa dari kata راخ – ريخت - هراتخا artinya

“memilih” atau “ minta dipilihkan”. Ketika ada tambahan huruf Alif, Sĩn

dan Ta menjadi ةريخلا بلط – راختسا maka dalam tata bahasa Arab berubah

menjadi mencari pilihan.25

Menurut istilah salat sunnah Istikhârah ialah salat sunnah dua

raka‟at untuk memohon kepada Allah ketentuan pilihan yang lebih baik

diantara dua hal atau lebih yang belum jelas ketentuan baik buruknya.26

25 Ahmad Marson Munawwir,

Kamus Lengkap al-Munawwir Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. Ke-14, h. 32

26 M. Abdul Mujib dan Mabrur Tholhah. Said, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 1995), h. 132

Arti Istikhârah menurut syariat Islam, disebutkan ada dua makna

Istikhârah, yaitu meminta kepada Allah suatu kebaikan, sedangkan yang

kedua meminta pilihan yang terbaik kepada Allah.27

Yakni apabila seseorang berhajat atau bercita-cita akan mengerjakan sesuatu maksud, sedang ia ragu-ragu dalam pekerjaan atau maksud itu, apakah dilakukan terus atau tidak. Maka memilih salah satu

dari dua hal diteruskan atau tidak, disunahkan salat Istikhârah dua

raka‟at.28

Rasulullah SAW memberitahukan kepada umat Islam tentang tanda-tanda kebahagiaan, jalan menuju kebaikan serta keselamatan dengan menyandarkan dan menyerahkan segala persoalan kepada Allah SWT. Sebagaimana sabda beliau:

“Sa‟ad Ibn Abî Waqqâs ra. Berkata, Rasulullah bersabda: “ salah satu dari

kebahagian anak Adam adalah menyerahkan pilihannya kepada Allah

„Azza wa Jalla”. (HR. Ahmad)

Salat sunnah Istikhârah bukan berarti mencari mimpi, yakni sesudah salat Istikhârah kemudian tidur untuk mendapatkan impian yang

27 Muhammad Abu Ayyash, Keajaiban Salat Istikhârah, h. 16

28 Mawardi Labay El-Sulthani, Zikir dan Do’a Mendirikan Salat yang Khusyu Mencegah Manusia dari Perbuatan Keji dan Mungkar, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 1999), cet. Ke-2, h. 217

29 Abdullâh Ibn Muhammad Ibn Hanbâl, Musnad Ahmad Ibn Hanbâl, Juz 8, hal. 519

memberikan alamat tentang maksud hajat itu. Salat Istikhârah ialah mencari kebaikan, artinya kalau kita mempunyai hajat, lalu melaksanakan salat Istikhârah, maka jika maksud hajat itu dilaksanakan kita akan memperoleh barakah dan jika tidak dilaksanakan juga akan

memperoleh barakah.30

Di dalam hadis menerangkan tentang salat Istikhârah tidak

disebutkan surat apa yang dibaca pada setiap raka‟atnya. Akan tetapi mengingat bahwa dalam salat sunnah yang terdiri dari dua raka‟at,

Rasulullah SAW biasa membaca surat al-Kâfirûn di raka‟at yang

pertama sesudah surat al-Fâtihah, dan surat al-Ikhlâs, di raka‟at yang

kedua, maka alangkah baiknya jika kita meneladani Rasulullah SAW. Imam Al-Nawâwî menjelaskan, Ia membaca pada rakaat pertama

sesudah al-Fâtihah adalah al-Kâfirûn dan rakaat kedua al-Ikhlâs. Beliau

bahkan menegaskan, Jika berhalangan mendirikan salat, maka boleh

ber-Istikhârahdengan berdo‟a saja. Dan disunnahkan memulai do‟a tersebut

dan menutupnya dengan Alhamdulillah, shalawat dan salam. Untuk

Rasulullah SAW Istikhârah itu disunnahkan dalam segala urusan,

sebagaimana diterangkan oleh nas hadis diatas yang shahih. Dan jika

telah ber-Istikhârah, lakukanlah menurut yang kuat dorongannya di

dalam hati.31

30 T.A. Lathief Rousydiy, Salat-Salat Sunnah Rasulullah SAW, Cet. 1, (Medan:

Firma “Rimbou” Medan, 1984), hal. 208

31 Zaîd Huseîn al-Hamîd, Terjemahan al-Adzkâr al-Nawâwî: Intisari Ibadah dan

Dalam mengerjakan salat Istikhârah tidak terdapat suatu bacaan tertentu sebagaimana juga tidak perlu dikerjakan berulang-ulang. Salat

Istikhârah dilakukan seperti halnya kita melakukan salat sunnah lainnya,

yaitu dengan niat cukup di dalam hati untuk melakukan Istikhârah.

Dalam salat, niat cukup dilafalkan dalam hati seperti halnya Rasulullah SAW mengajarkan. Dalam Islam, setiap amalan ibadah seperti salat tidak ada pelafalan niat kecuali pada ibadah-ibadah tertentu yang sudah

ada nasnya.32

Demikian seorang mu‟min yang tidak pernah putus hubungannya

dengan Allah SWT yang Maha Mengetahui segala sesuatu, maka setiap kali ia menghadapi sesuatu persoalan dan setiap kali ia melakukan

sesuatu tindakan atau perbuatan, terlebih dahulu ia beristikhârah

(meminta pilihan) kepada Allah SWT, apakah yang harusnya dan bagaimana sebaiknya langkah yang harus diambil. Sampai-sampai ketika hendak melakukan sesuatu perjalanan untuk mencari rezeki dan karunia

Allah di muka bumi, ia tetap melakukan istikhârah terlebih dahulu.

Bukan seperti orang-orang zaman jahiliyah dahulu yang selalu mengundi nasib atau meminta tolong dengan mendatangi tukang tenun dan tukang sihir.33

Allah menamakan sebagai perbuatan fasik karena beralih kepada orang yang mengaku-ngaku mengetahui barang yang ghaib. Mereka

32 Muhammad Abu Ayyash,

Keajaiban Salat Istikhârah, h. 51

33 Latief Rousydi,

menempuh jalan Kahanah atau tenung, mereka meminta petunjuk kepada tukang ramal.

Rasulullah SAW bersabda:

“Menceritakan kepada kami Muhammad Ibn al-Mutsannâ al-„Anazî,

Menceritakan kepada kami Yahyâ yaitu Ibn Saîd dari „Ubaîdillah dari

Nâfi‟ dari Safiyyah dari salah satu istri Nabi SAW bersabda : “Barang

siapa yang mendatangi tukang ramal dan meminta sesuatu kepadanya,

maka salatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari”. (HR.

Muslim)

b. Waktu Salat Istikhârah

Ketahuilah bahwa salat istikhârah itu tidak ada waktu yang khusus seperti halnya salat fardu. Karenanya, maka boleh dikerjakan pada siang hari atau malam hari asal tidak pada waktu yang dilarang. Akan tetapi karena salat istikhârah itu merupakan permohonan, maka sebaiknya di kerjakan pada waktu yang mustajab. Misalnya di waktu sepertiga malam yang terakhir atau di setiap selesai salat fardu. Sebab, pada saat-saat tersebut terdapat waktu yang sangat mustajab untuk memohon kepada Allah.

Rasulullah SAW bersabda:

34

“Menceritakan kepada kami Yahyâ Ibn Abî Katsĭr dari Abî Salamah dari

Abî Huraîrah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Apabila telah lewat

sebagian malam atau dua sepertiganya (tinggal yang sepertiga) Allah yang Maha Tinggi akan turun ke langit dunia, lalu berfirman: Tiada seorang pun yang meminta, pasti akan kuberi. Tiada seorang pun yang

berdo‟a. pasti akan Ku kabulkan do‟anya dan tiada seorang pun yang

memohon ampun pasti Ku ampuni, sehingga datang waktu subuh”. (HR.

al-Bukhârî)

Sedangkan menurut al-Nawawi, do‟a istikharah itu disunnahkan

meskipun setelah salat fardu maupun salat sunnah lainnya. Yang jelas,

ketika mendapatkan masalah atau ingin melakukan sesuatu maka beristikhârahlah.

Sedangkan menurut al-„Iraqî menyebutkan jika perkaranya datang

sebelum salat sunnah yang lain maka jangan melakukannya, akan tetapi

lakukanlah istikhârah itu setelah melakukan salat sunnah tersebut.

Dalam riwayat al-Tirmidzî disebutkan bahwa di suatu hari ada

seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW. “Ya Rasulullah,

do‟a manakah yang sangat didengar oleh Allah? Beliau menjawab:

34 Muhammad Ibn Ismâ‟îl al-Bukhârî,

35

“Menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Yahyâ al-Tsaqafĭ al

-Marwazî, menceritakan kepada kami Hafs Ibn Ghiyâts dari Ibn Juraîj

dari „Abdurrahmân Ibn Sâbit dari Abî Umâmah berkata: Rasulullah

bersabda: “Pada waktu tengah malam dan sesudah salat fardu”. (HR. Al

-Tirmidzî )

Melihat kedudukan salat Istikhârah begitu penting, Rasulullah mengajarkan para sahabat dan kepada kita untuk tidak meninggalkannya, ketika datang sebuah masalah, pilihan atau akan melakukan sesuatu. Karena itu, merupakan bentuk penyerahan kepada Allah, agar Dia menuntun langkah kita dan memilihkan yang terbaik untuk dunia dan akhirat kita.36

c. Hukum Salat Istikhârah

Hukum salat sunnah istikhârah ialah Sunnah Mu‟akkad bagi yang

sedang menghajatkan petunjuk itu. Anjuran sunnah istikharah, itu sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

35 Muhammad bin „Isậ bin Sûrah bin Mûsậ bin al-Dahhak al-Sulam̭ ȋ al-Bugȋ al-Tirmidzȋ , Sunan al-Tirmidzȋ , Juz.2, hal. 256

36

“Tidak akan kecewa bagi orang yang melaksanakan salat istikhârah, dan

tidak akan menyesal bagi orang yang suka bermusyawarah, dan tidak

akan kekurangan bagi orang yang suka berhemat”. (HR. Al-Tabrânî)

Dalam Kitab Sahih al-Bukhâri dimuat hadis yang menganjurkan salat istikhârah jika menghadapi sesuatu hal, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. Sebagai berikut:

Anjuran beliau dinyatakan dalam hadis sebagai berikut yang

artinya: “Jika kamu menghendaki sesuatu perkara, hendaklah kamu salat dua raka‟at (bukan salat fardhu) lalu berdo‟alah ……….”.

37Muhammad Ibn Ismâ‟îl al-Bukhârî,

Dokumen terkait