• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2. Pengetahuan

5.2.1. Pengetahuan Informan Tentang Penyakit Hipertensi

Penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan, karena angka prevalensinya tinggi dan cenderung terus menerus meningkat serta akibat jangka yang ditimbulkannya (Bustan, 2007). Hipertensi merupakan faktor penyebab timbulnay penyakit berat seperti seperti serangan jantung, gagal ginjal, dan stroke (Susilo,2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh informan mengetahui hipertensi yaitu menyebutkan hipertensi sebagai penyakit darah tinggi, secara jelas di ungkapkan informan berikut :

“Iya tahu darah tinggi kan”(Informan 1).

“Hipertensi itu kalo enggak salah ya darah tinggi juga”(Informan 4).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosmery (2004), bahwa hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi

membutuhkannya. Sejalan dengan pandangan Efendi (2004), bahwa tekanan darah tinggi berarti hipertensi atau tekanan tinggi (ketegangan) pada arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah dari jantung yang memompa ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah tinggi tidak berarti ketegangan emosional yang berlebihan, walaupun ketegangan emosi dan stress dapat meningkatkan tekanan darah sementara.

Sementara informan lainnya mengungkapkan bahwa :

Darah tinggi lah kalau apa di tensi tuh wawak bisa sampe 180 /100 gitu, sakit kali kepala rasanya.”(Informan 2).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Herviana (2014), bahwa seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolok ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg atau keduanya. Sementara menurut Susilo (2010), bahwa tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg dan tekanan darah antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg disebut pra-hipertensi dan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg sudah dianggap tinggi dan disebut hipertensi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum informan telah mengetahui hipertensi dengan menyebutkan symbol dari hipertensi yaitu penyakit darah tinggi. Menurut Zulfitri (2006), yang menyatakan jika seseorang dapt mengungkapkan tentang tabel atau symbol tertentu baik secara verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsure disebut dengan pengetahuan faktual.

Oleh karena itu, maka dapatlah dikatakan informan telah memiliki pengetahuan tentang hipertensi meskipun hanya sebatas pengetahuan faktual. Pengetahuan ini didapatkan informan dari komunikasi yang dilakukan kepada sesama penderita hipertensi maupun mendengar dari petugas kesehatan.

5.2.2. Pengetahuan Informan Tentang Penyebab Hipertensi

Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat mempengaruhi satu sama lain. Kondisi masing-masing orang tidak sama sehingga faktor penyebab hipertensi pada setiap orang berlainan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi seperti toksin, faktor genetik, umur, jenis kelamin, stress, kegemukan, merokok, kurang olahraga dan kolesterol tinggi (Susilo, 2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan seluruh informan mengetahui penyebab hipertensi yaitu riwayat keluarga, makanan yang tidak sehat seperti berlemak dan asin, kegemukan. Informasi lebih jelasnya dinyatakan informan berikut :

“Ya kalau wawak memang udah dari orang tua wawak bapak sama mamak wawak memang pada darah tinggi semua, sama pun mungkin karna wawak da kegemukan ya kan”(Informan 2).

“Suka makan asin lah itu, sama makanan yang banyak kolesterolnya kayak kari kambing sama sop sop daging tu kalau udah makannya terasa kali pusing kepala habis itu”(Informan 4).

“Makanan yang enggak sehat, yang suka makan asin-asin sama berlemak, keturunan bisa juga penyebab darah tinggi kan”(Informan 5).

Menurut Prince (2005), Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensisi kularrenal, hiperaldosteronisme primer, dan Sindrom Custing, Feokromositorna, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum informan telah mengetahui tentang penyebab hipertensi. Oleh karena itu, maka dapatlah dikatakan informan telah memiliki pengetahuan tentang hipertensi yaitu penyebab hipertensi meskipun hanya sebatas pengetahuan faktual. Pengetahuan ini didapatkan informan dari komunikasi yang dilakukan kepada sesama penderita maupun mendengar dari petugas kesehatan.

5.2.3. Pengetahuan Informan Tentang Gejala Hipertensi

Gejala penyakit hipertensi merupakan pengindikasian keberadaan sesuatu penyakit atau gangguan kesehatan yang tidak diinginkan, berbentuk tanda- tanda atau cirri-ciri penyakit dan dapat dirasakan, seperti misalnya perasaan mual atau pusing. Penyakit hipertensi juga memiliki indikasi awal keberadaannya didalam tubuh yang mungkin belum disadari secara oenuh hingga dilakukan pemeriksaan kesehatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan seluruh informan mengetahui gejala- gejala hipertensi yaitu menyebutkan kepala pusing, badan lemas, mata berkunang-kunang, tengkuk leher terasa berat.

Informasi lebih jelasnya dinyatakan informan berikut :

Ini kepala itu pusing semua kayaknya muter-muter nanti tau tau ilang muter-muternya terus pundak leher belakang ini berat kali rasanya”(Informan 1).

“Pusing tujuh keliling, mata berkunang-kunang udahlah mau nya tidur aja tapi tidur pun gak bisa bawaannya gelisah”(Informan 3).

“Aduh kalau gejalanya itu pusing lah kepala, terasa kali dibadan tuh lemas kali pundak ini berat ya kalau udah kayak gini paling langsung lah minta tensi”(Informan 5).

Gejala hipertensi yang sering ditemukan adalah sakit kepala, pening, berdebar, gampang capek, pandangan berkunang-kunang, sering buang air kecil, mual, telinga berdengung dan lain sebagainya (Efendi, 2004). Sementara menurut Mansjoer (2000) dalam Syazana (2010), bahwa peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial, gejala seperti sakit kepala, epikstatis, pusing, migran.

Menurut Notoadmodjo (2010), bahwa pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya akan menghasilkan sebuah pengetahuan yang baru yang akan tertanam lama didalam diri individu. Hal ini sejalan diungkapkan Saragih (2011), bahwa pengetahuan seseoraang dapat diperoleh baik secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari dan eksternal berdasarkan dari orang lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan cenderung telah mengetahui tentang gejala penyakit hipertensi, hal ini tidak terlepas dari

pengalaman informan yang merasakan gejala hipertensi sehingga membuat informan memiliki pengetahuan yang cukup baik seperti dapat menyebutkan gejala hipertensi secara terperinci meskipun tidak secara sisitematis. Pengalaman mengalami hipertensi merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman bagi informan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan tentang hipertensi. Pengalaman pribadi yang merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan, selanjutnya pengalaman dapat menjadi acuan untuk bertindak didalam kesehatan.

5.2.4. Pengetahuan Informan Tentang Bahaya Penyakit Hipertensi

Bahaya penyakit hipertensi sangat beragam. Apabila seseorang mengalami hipertensi maka dia juga akan mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa satu gangguan pada bagian lainnya. Apabila satu orga sakit maka organ yang lainnya juga akan ikut terganggu (Susilo, 2011)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh informan menyatakan bahayanya hipertensi yaitu dapat mengakibatkan stroke dan jantung koroner. Informasi lebih jelasnya dinyatakan informan berikut :

Iya bahaya kalau lagi pusing itu takutnya jatuh katanya bisa stroke. Ya makanya bapak di jaga-jaga kalau lagi kumat jangan sampe lah jatuh” (Informan 1).

“Bahayanya paling stroke tapi pernah liat di tv jantung koroner itu pun karena darah tinggi juga” (Informan 3).

Menurut Patrick (2007), mengatakan riwayat penyakit hipertensi yang bersamaan dengan pola hidup tidak sehat seperti mengkonsumsi tembakau, tinggi lemak, kurang serat, konsumsi garam berlebih, kurang olahraga, alkohol, obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi dan stress, akan memperberat resiko komplikasi seperti, mengakibatkan payah jantung, infark miokardiom, stoke, gagal ginjal, komplikasi kehamilan bahkan tidak jarang dapat menyebabkan kematian mendadak.

Sementara informan lainnya mengungkapkan bahwa:

“Setahu wawak stroke lah kan banyak yang stroke kan karena darah tinggi lah itu” (Informan 2).

“Kalau lagi darah tinggi itu jatuh dah langsung stroke bisa-bisa” (Informan 5).

Menurut Maryam (2008), di Dunia hampir 1 miliar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi, hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak organ tubuh. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian (7 juta pertahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, otak dan ginjal. Di Negara-negara berkembang penyakit yang menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di Negara berkembang lainnya yang ada didunia diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di Negara berkembang 2.025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan telah memahami hipertensi secara konseptual, informan dapat menyebutkan bahaya terhadap hipertensi itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena informan telah sering mendapatkan informasi yang cukup diberikan petugas kesehatan ketika melakukan checkup tentang hipertensi yang dideritanya dan juga mendapatkan informasi berdasarkan kejadian bahaya yang di alami dari orang lain.

5.2.5. Pengetahuan Informan Tentang Makanan Untuk Penderita Hipertensi

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap nutrisi seseorang. Nutrisi yang baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup nutrisi/zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Nutrisi yang kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Sedangkan, nutrisi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Salam, 2009).

Pada hipertensi derajat 1 (sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99 mmHg), perubahan diet dapat dijalankan sebagai perawatan pertama sebelum memulai terapi obat. Banyak pasien hipertensi yang sedang menjalankan terapi obat, perubahan diet, khususnya mengurangi konsumsi garam, dapat cepat menurunkan tekanan darah tinggi dan pengobatan dapat dikurangi.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa seluruh informan menyatakan terdapat makanan yang dianjurkan dan dikonsumsi penderita hipertensi seperti sayur-sayuran, buah-buahan sedangkan makanan yang harus di kurangi adalah makanan yang berlemak, barsantan dan makanan yang asin, seperti yang dijelaskan informan :

“Makan sayur-sayuran lah kalau bisa direbus aja, terus timun lah suka ati mau di jus apa dimakan gitu aja” (Informan 1).

“Biasanya makan timun, ya sayur sayuran lah kalau bisa kurangi makanan yang berkolesterol” (Informan 4).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ayisiyah (2010), bahwa kurangnya konsumsi buah dan sayur, meningkatnya konsumsi makanan yang beresiko (manis, asin, berlemak, jeroan, makanan yang diawetkan). Semua makanan tersebut berkontribusi dalam peningkatan timbunan lemak tubuh yang berujung pada peningkatan berat badan, penimbunan lemak berlebih dan peningkatan tekanan darah. Peningkatan asupan kalori juga berhubungan dengan peningkatan insulin plasma, yang berperan sebagai faktor natriuretik dan memyebabkam peninkatan reabsorbsi natrium ginjal sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Sementara informan lainnya turut menyatakan bahwa:

“Wawak seringnya makan timun aja, terus gak mau tu makan gulai dulu tapi nanti kalau udah agak enakan ya makan lagi” (Informan 2).

“Makanan yang di anjurkan dokternya sih kurangi makanan yang bersantan dan berlemak sama banyak makan buah dan sayur” (Informan 3).

“Kalau yang di anjurkan sih kurangi garam, santan, yang berlemak, ya sama makannya sayur lah sama buah ibuk sih biasanya serin makan timun apa enggak bawang putih ibuk kunyah kunyah” (Informan 5).

Berbagai penelitian menunjukkan banyak makanan yang dapat menurunkan tekanan darah, penelitian Kharisma (2008), yang menghubungkan jus mentimun dengan hipertensi menunjukkan bahwa penderita yang rajin mengkonsumsi jus mentimun secara teratur dapat menurunkan tekanan darah. Perilaku penderita hipertensi yang secara rutin mengkonsumsi jus mentimun dapat menurunkan tekanan darah dalam tubuh penderita hipertensi, dan perilaku penderita yang menghindari konsumsi garam setiap harinya dapat mencegah timbulnya penyakit hipertensi.

Faktanya informan masih belum mengetahui secara baik dan benar tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi, masih banyak informan yang mengharuskan penderita hipertensi tidak boleh mengkonsumsi daging, mengkonsumsi makanan tertentu tanpa pernah mempelajari alasan dan ketentuan makanan tersebut tidak dianjurkan dan kurang mengetahui berbagai makanan yang ada disekitar dapat menurunkan tekanan darah seperti mentimun. Pengetahuan informan yang masih kurang ini dapat terjadi karena informan masih kurang mendapatkan informasi tentang makanan yang baik dikonsumsi oleh penderita hipertensi, baik informasi dari petugas kesehatan maupun media cetak atau elektronik.

5.2.6. Pengetahuan Informan Tentang Cara Mencegah Hipertensi

Hipertensi tidak muncul begitu saja. Naiknya tekanan darah, biasanya merupakan akumulasi dari sikap hidup yang tidak sehat dan sudah berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Semua kebiasaan-kebiasaan yang buruk dalam kehidupan dan pola makan yang tidak sehat akan menambah daftar buruk yang memicu terjadinya hipertensi.

Sebenarnya untuk melakukan pencegahan hipertensi, hampir sama seperti pencegahan dalam berbagai penyakit secara umum yaitu adanya pola makan yang sehat dan pola hidup yang sehat. Pola ini, walaupun sangat manjur untuk mencegah berbagai macam penyakit tetapi tidak banyak orang yang mau melakukannya karena dianggap membosankan dan sangat tidak menyenangkan. Padahal kalau mereka tahu cara bagaimana mengaturnya, pola hidup sehat dan pola makan sehat tetap bisa dibuat dengan menyenangkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh informan menyatakan mengetahui cara untuk mencegah hipertensi seperti jangan stress, olahraga, makan yang sehat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, jangan menggunakan penyedap masakan dalam memasak, informasi lebih jelasnya dinyatakan informan berikut :

“Ya makanan nya yang sehat-sehat, olahraga lah ntah lari pagi-pagi, jangan suka stress itu lah pokoknya” (Informan 1).

“Banyak itu pencegahannya, kayak olahraga, jangan banyak pikiran, jangan suka marah-marah, sering makan buah sama sayur” (Informan 3).

“Mencegahnya ya sebelum kena darah tinggi jangan suka makan asin- asin, olahraga lah, sama di jaga makanannya”(Informan 4).

Menurut Saragih (2011), aktivitas fisik seperti olahraga mempunyai manfaat yang besar karena dapat meningkatkan unsur-unsur kesegaran jasmani, yaitu system jantung dan pernafasan, kelenturan sendi dan kekuatan otot tertentu. Olahraga dapat mengurangi kejadian serta keparahan penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, DM, hipertensi, beberapa kelainan sendi, otot, tulang, dan juga stress.

Sementara informan lainnya mengungkapkan bahwa :

“Olahraga lah kalau masih muda-muda kalau kayak wawak gini ya uda males, sering makan buah tu sama sayur jangan sering makanan yang berkolesterol” (Informan 2).

“Iya olahraga, makanannya jangan sering berkolesterol, jalan-jalan biar enggak stress kan orang banyak pikirannya kadang jadi darah tinggi kan kayak ibuk sering tuh stress kalau lagi bagi rapot murid.” (Informan 5).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Efendi (2004), mengungkapkan bahwa latihan yang diberikan kepada penderita hipertensi memiliki tujuan untuk meningkatkan daya tahan (endurance) dan tidak boleh menambah peningkatan tekanan (pressure) sehingga bentuk latihan yang paling tepat adalah jalan kaki, bersepeda, senam dan berenang atau olahraga aerobik, sedangkan olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan. Olahraga yang bersifat kompetisi akan memacu emosi sehingga akan mempercepat peningkatan tekanan darah.

Menurut Rahmi (2012), olahraga yang paling baik dilakukan adalah jalan pagi. Olahraga ini tidak terlalu banyak meningkatkan kemampuan fisik dan pembakaran lemak pada tubuh. Olahraga dapat mengurangi tekanan darah bukan hanya disebabkan berkurangnya berat badan, tetaoi juga disebabkan bagaimana tekanan darah dihasilkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infoman telah memahami hipertensi secara konseptual, informan dapat menyebutkan keterkaitan antara gejala dasar dan keterkaitan olahraga dengan hipertensi. Hal ini dapat terjadi karena informan telah sering mendapatkan informasi yang cukup diberikan petugas kesehatan ketika melakukan checkup tentang hipertensi yang dideritanya, keadaan ini membuat mereka memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang olahraga yang baik untuk penderita hipertensi.

5.3 Sikap

5.3.1. Sikap Informan Tentang Hipertensi pada Umumnya Terkena pada Usia Lanjut

Hipertensi pada umumnya terjadi pada manusia yang berusia setengah umur (lebih dari 40 tahun). Salah satu faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah umur. Dengan bertambahnya umur, resiko terkena hipertensi menjadi lebih besar yaitu sekitar 40%, dengan kematian usia diatas 65 tahun. Pembuluh darah pada lansia lebih tebal dan kaku atau disebut dengan aterosklerosis, sehingga tekanan darah akan meningkat (Maryam, 2008).

Hal yang berbeda diungkapkan Salam (2009), remaja sesungguhnya juga dapat terjadi pada remaja, faktor resiko terjadinya hipertensi primer pada remaja diantaranya adalah faktor keturunan (hereditas), obesitas dan tingginya asupan natrium. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian hipertensi pada remaja.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa 4 orang dari 5 informan menyatakan sikap yang setuju tentang hipertensi pada umumnya terkena pada usia lanjut sedangkan 1 informan menyatakan tidak setuju dengan alasan anaknya masih usia muda sudah terkena hipertensi, secara rinci diutarakan informan berikut :

“Iya memang sakit ini kan udah tua baru pada muncul penyakitnya dulu masih muda mana pernah sakit sakitan sekarang aja baru penyakitan (Informan 3).

“Lah ya namanya udah tua kan ya tinggal sakit sakitnya aja (Informan 4).

Semakin tua seorang individu maka akan semakin besar memiliki risiko terkena berbagai penyakit termasuk hipertensi. Menurut Herviana (2014), bahwa kejadian hipertensi semakin tinggi dengan semakin meningkatnya umur. Pembentukan plak dipembuluh darah (aterosklerosis) dan penurunan elastisitas pembuluh darah akan semakin meningkat dengan meningkatnya umur.

Hal sejalan diungkapkan dalam penelitian Andriansyah (2010), memperlihatkan bahwa seseorang yang berumur >45 tahun memiliki resiko hipertensi sebesar 8,5 kali dari pada responden < 45 tahun. Penderita hipertensi essensial sebagian besar timbul pada usia diatas 35 tahun dan hanya 20% yang

berada dibawah usia 35 tahun, prevlensi hipertensi umumnya dijumpai pada usia >40 tahun, dan kemungkinan mendapat komplikasi pembuluh darah otak 6-10 kali lebih besar dibandingkan usia >50 tahun.

Sementara terdapat beberapa informan yang memiliki pandangan yang berbeda seperti yang di ungkapkan berikut :

“Enggak juga lah anak wawak yang perempuan itu juga udah darah tinggi masih pun 27 ntah 28 umurnya dia tu (Informan 2).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Salam (2009), menunjukkan bahwa terdapat prevaalensi hipertensi pada awal remaja sebesar 33,3%. Faktor hereditas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan memiliki resiko 5,0 kali. Obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi, dimana anak yang obesitas memiliki resiko 7,6 kali untuk menderita hipertensi.

Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa atau usia lanjut, tapi juga dapat terjadi pada remaja. Prevalensi hipertensi pada anak dan remaja diperkirakan 1-3%. Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Indonesia, prevalensi hipertensi pada remaja sebesar 9%. Sekitar 70% kejadian hipertensi pada remaja merupakan hipertensi primer (Sigit, 2005).

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa informan memberikan reaksi atau respons mendukung adanya kejadian hipertensi pada usia muda. Sikap informan yang mendukung bahwa hipertensi dapat terjadi pada usia muda disebabkan informan telah melihat secara langsung dan mendapatkan informasi

dari tenaga kesehatan tentang hipertensi yang saat ini mulai menyerang anak-anak muda.

5.3.2 Sikap Informan Tentang Hipertensi Pada Umumnya Lebih Banyak Terkena Laki-laki dari pada Perempuan

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-laki berkaitan dengan hipertensi, laki-lai mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada perempuan biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah berumur di atas umur 50 tahun (Susilo, 2011).

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa 1 orang dari 5 informan menyatakan kurang tahu, 1 orang menyatakan sikap yang setuju dengan alasan kalau perempuan lebih banyak yang darah rendah, 2 orang menyatakan antara setuju dan tidak setuju dengan alasan perempuan juga banyak yang hipertensi juga dan 1 orang menyatakan sama saja tidak ada perbedaan lebih banyak laki-laki atau perempuan yang menderita hipertensi secara rinci diutarakan oleh informan berikut :

“Hmmm iya lah nampaknya lebih banyak laki-laki kalau perempuan itu lebih banyak ke darah rendah (Informan 3).

“Sama aja lah nampaknya orang sakit kayak gini kan memang banyak (Informan 4).

“Mungkin aja ya, tapi kan sekarang malah yang banyak penyakit yang mamak-mamak ini (Informan 5).

Prevalensi penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada pria daripada wanita, hal ini disebabkan pada umumnya yang bekerja adalah pria dan pada saat menghadapi masalah pria cenderung emosi dan mencari jalan pintas seperti merokok, mabuk-mabukan minum alkohol, dan pola makan yang tidak baik sehingga tekanan darah meningkat. Sedangkan pada wanita dalam mengatasi masalah stess, masih dapat mengatasinya dengan tenang dan stabil. Tetapi tekanan cenderung meningkat pada wanita setelah menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologis dan system endokrin (Suryati, 2005).

Sementara informan lainnya turut menyatakan bahwa:

“ Nampaknya iya ya tapi perempuan pun kan banyak juga karena orang itu kan yang masak kalau aku kan tinggal makannya aja (Informan 1).

“Kurang tahu ya banyak laki-laki atau perempuan sama aja lah tergantung orangnya mungkin (Informan 2).

Hasil penelitian ini menunjukkan sikap informan yang menyatakan kalau hipertensi dapat terjadi kepada siapa saja dan dimana saja. Hal ini dapat diketahui informan berdasarkan kejadian hipertensi yang terjadi sekarang ini bukan hanya banyak terjadi kepada laki-laki saja, tetapi perempuan juga banyak yang menderita hipertensi.

5.3.3 Sikap Informan Tentang Hipertensi pada Umumnya Terkena pada

Dokumen terkait