• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2.4. Persepsi Budaya dan makanan

Dalam catatan antropologi peradaban manusia dibedakan berdasarkan mata pencaharian masyarakat. Pola mengkonsumsi manusia pada masa itu dengan makan makanan hasil ramuan bahan tumbuhan yang dikumpulkan dari hutan atau memakan hasil hutan (hewan atau tumbuhan) yang diburu dan kemudian dibakar.

Setelah berevolusi mata pencaharian manusia sudah bukan lagi berburu dan meramu, melainkan sudah bercocok tanam. Setiap masyarakat memiliki persepsi yang berbeda mengenai benda yang dikonsumsi. Perbedaan persepsi ini, sangat dipengaruhi oleh nilai dan budaya yang berlaku dimasyarakat.

Pola makan masyarakat modern cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food). Hal ini mereka lakukan karena tingginya jam kerja atau tingginya kompetensi hidup yang membutuhkan kerja keras. Padahal dibalik pola makan tersebut, misalnya hasil olahan siap santap, memiliki kandungan garam yang sangat tinggi dan lemak.

2.2.5 Konsep Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat (Notoatmodjo, 2010)

Menurut R. Linton yang merupakan seorang ahli Anrtopologi mengemukakan bahwa : Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka ini dapat mengorganisasi dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu(Syafrudin,2009).

1. Masyarakat Desa

Masyarakat desa adalah sekelompok orang hidup bersama dan bekerja sama yang erat tahan lama dengan sifat-sifat yang hampir sama(Homogen) di suatu daerah tertentu dengan bermata pencaharian dari sektor agraris.

Adapun cirri-ciri antara lain:

a. Masyarakat desa di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat.

b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan c. Sebagian besar warga masyarakat desa hidup dari pertanian

d. Masyarakat tersebut homogeny seperti dalam mata pencaharian,agama,adat istiadat,dsb.

2. Masyarakat Kota

Masyarakat kota adalah suatu himpunan penduduk masalah tidak agraris yang bertempat tinggal di dalam dan disekitar suatu kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan,dsb. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.

Ciri-ciri Masyarakat Kota

a. Kehidupan keagaman berkurang bila dibandingkan dengan masyarakat desa. b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus diri sendiri.

c. Pembagian kerja warga kota tegas dan batas-batasnya nyata. d. Kemungkina untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak. e. Jalan pikiran rasional.

f. Jalan kehidupan cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu. g. Perubahan faktor-faktor sosial tampak dengan nyata.

3. Masyarakat pinggiran

Masyarakat yang tinggalnya di daerah-daerah pinggirankota yang kehidupannya selalu diwarnai dengan kegelisahan dan kemiskinan dan mencari nafkahnya dengan cara menjadi pemulung.

2.3 Hipertensi

2.3.1 Definisi Hipertensi

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling terbesar di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu

faktor risiko hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja (Fauzi, 2014)

Hipertensi atau darah tinggi sangat bervariasi bergantung bagaimana seseorang memandangnya. Secara umum hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal. Hipertensi disebut juga pembunuh gelap atau silent killer. Hipertensi dengan secara tiba-tiba dapat mematikan seseorang tanpa diketahui gejalanya terlebih dahulu (Susilo, 2011).

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang member gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertropi ventrikel kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian tinggi (Bustan,2007).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg. Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Dikatakan hipertensi primer bila tidak ditemukan penyebab dari peningkatan tekanan darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit/keadaan seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler, serta akibat obat (Bakri, 2008).

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka

kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga (Susilo, 2014).

Angka 120 menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi. Disebut dengan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi. Disebut dengan tekanan diastolik. Sikap yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah dalam keadaan duduk atau berbaring (Fauzi,2014).

Seseorang divonis hipertensi bila tekanan darahnya jauh melebihi batas normal. Batas normal tersebut 120/80 mmHg yang berarti tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg. Hipertensi ada banyak macamnya sesuai dengan kondisi tekanan masing-masing penderitanya. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan di laboratorium kesehatan. Saat mengukur tekanan darah seharusnya pasien untuk duduk istirahat selama lebih kurang 5 menit agar tidak terjadi kekeliruan membaca data saat pengukuran (Susilo, 2011).

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu kondisi di mana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atu bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi (Fauzi, 2014).

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan system hormone tubuh. Sedangkan pada ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 mingu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (Fauzi, 2014)

Berdasarkan bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi benigna dan hipertensi maligna. Hipertensi benigna merupakan keadaan

hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat penderita cek up. Hipertensi maligna merupakan keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.

2.3.3 Jenis Hipertensi

Hipertensi ada dua jenis, yaitu hipertensi utama (primary hypertension) dan hipertensi sekunder (Secondary hypertension). Hipertensi utama adalah suatu kondisi yang jauh lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Penyebab dari hipertensi utama adalah berbagai faktor yang memiliki efek-efek kombinasinyasehingga menyebabkan hipertensi. Pada hipertensi sekunder yang meliputi 5 % dari hipertensi disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu organ atau system tubuh (Susilo, 2011).

Seperti disebutkan sebelumnya hipertensi, 5% dari orang-orang dengan hipertensi memunyai apa yang disebut hipertensi sekunder. Hipertensi pada individu-individu ini disebabkan oleh suatu kelainan spesifik dari suatu organ tertentu atau pembuluh darah seperti ginjal, kelenjar adrenal, atau pembuluh darah aorta. Penyakit-penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Tipe dari hipertensi sekunder ini disebut hipertensi ginjal atau hipertensi renal karena adanya suatu persoalan didalam ginjal (Susilo, 2011).

2.3.4 Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala yang khusus. Meskipun secara tidak sengaja, beberapa gejala yang bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan hipertensi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung (mimisan), migren, atau sakit kepala sebelah,

wajah kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit tengkuk, dan kelelahan (Susilo, 2011).

Gejala-gejala tersebut bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal (Susilo, 2011).

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas (Julius, 2008).

Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal (Fauzi, 2014).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh

pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002).

2.3.5 Faktor-faktor Risiko Hipertensi

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol a). Usia

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Bukan berarti kita harus takut dengan bertambahnya usia. Proses menua adalah hal alami yang tidak bisa kita hindari. Namun, menjadi tua dengan tetap sehat adalah hal yang bisa kita usahakan sejak dini (Susilo, 2011).

b). Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan.

Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon (Julius, 2008).

Setiap jenis kelamin memiliki stuktur organ dan hormone yang berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki- laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki- laki juga mempunyai risiko lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada perempuan biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah berumur di atas 50 tahun (Susilo, 2011).

c). Riwayat keluarga

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas (Julius, 2008).

Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang

memiliki riwayat salah satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.

2. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol a). Konsumsi garam

Hipertensi memang bisa dipicu oleh kelebihan asupan garam didalam tubuh tertutama yang berasal dari makanan-makanan gurih dan makanan cepat saji. Namun demikian kekurangan garam juga tidak baik bagi kesehatan. Oleh karena itu, kita tetap harus mengkonsumsi garam dalam jumlah cukup sesuai dengan keperluan (Susilo, 2011).

b). Obesitas

Kegemukan (Obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang menyeabkan timbulnya berbagai macam penyakit bera, salah satunya hipertensi. Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Yang sangat mempengaruhi tekanan darah adalah kegemukan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut atau kegemukan terpusat (Susilo, 2011).

Dari data observasional WHO tahun 1996, regresi multivariat dari tekanan darah menunjukkan sebuah peningkatan 2-3 mmHg tekanan darah sistolik dan 1-3 mmHg tekanan darah diastolik pada setiap 10 kg kenaikan berat badan. Mereka

yang memiliki lemak yang bertumpuk didaerah sekitar pinggang dan perut lebih mudah terkena tekanan darah tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki kelebihan lemak dipanggul dan paha.

c). Konsumsi Rokok

Penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat di modifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya melwan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia (Susilo,2011) d). Konsumsi Alkohol

Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit.

Menurut Hendra Budiman dari FK-UNIKA Atmajaya, pada penelitian epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat bila intake alkohol diatas tiga gelas per hari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi alkohol.

e). Stres

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Stress tidak hanya memicu timbulnya hipertensi, tetapi juga banyak penyakit fisik berat lainnya yang disebabkan oleh stress (Susilo, 2011).

Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam, ketika berolah raga secara teratur anda akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada mereka yang tidak melakukan olah raga. Hal ini sebagian disebabkan karena mereka yang berolah raga makan secara lebih sehat, tidak merokok, dan tidak minum banyak alkohol, meskipun olah raga juga tampaknya memiliki pengaruh langsung terhadap menurunnya tekanan darah . Sebaiknya melakukan olah raga yang teratur dengan jumlah yang sedang daripada melakukan olah raga berat tetapi hanya sesekali.

Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30-45 menit atau lebih dari 3-4 hari perminggu dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mm Hg pada bacaan sistolik maupun diastolik. Selain dapat menurunkan tekanan darah,olah raga juga dapat menurunkan berat badan,membakar lebih banyak lemak dalam darah dan memperkuat otot.

2.3.6 Pencegahan

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut (Crea, 2008), dengan cara sebagai berikut:

1). Mengurangi konsumsi garam.

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari.

2). Menghindari kegemukan (obesitas).

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.

3). Membatasi konsumsi lemak.

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.

4). Olahraga teratur.

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.

5). Makan banyak buah dan sayuran segar.

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. 6). Tidak merokok dan minum alkohol.

7). Latihan relaksasi atau meditasi.

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi. 8). Berusaha membina hidup yang positif.

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:

a. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah

b. Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk kegiatan santai.

c. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain menyelesaikan bagiannya.

d. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai. e. Cobalah menolong orang lain.

f. Menghilangkan perasaan iri dan dengki. 2.4 Perilaku

2.4.1 Batasan Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berprilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.. sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang

sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoadmodjo,2010).

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organism, dan kemudian organism tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons (Notoadmodjo,2010). 2.1.2 Domain Perilaku

Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya di bagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu di artikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Memahani suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen- komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen- komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya (Notoatmodjo,2010)

2.1.3 Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulis atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan. Seorang ahli lain Becker ( 1979) dalam

Dokumen terkait