• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah pemberian bukti seseorang setelah melewati proses pengenalan atau pengingatan informasi atau ide yang sudah diperolehnya sebelumnya. Pengetahuan dikelompokan kedalam ranah koqnitip, apektif dan psikomotor. Pengetahuan ditempatkan sebagai urutan yang pertama karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkatan- tingkatan ranah koqnitif yaitu pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (synthesis), dan penilaian (evaluation), sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia terhadap suatu objek, sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera penglihatan (mata) dan indera

pendengar (telinga). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelahorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2010). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogerss dalam Notoatmodjo (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang kehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.4.1. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Bloom (dalamNotoatmodjo, 2010) pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitip mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu :

a. Tingkat tahu (know), bila seseorang hanya mampu menjelaskan secaragaris besar apa yang telah diketahui.

b. Memahami (comprenhension). Memahami suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menguraikan materi tersebut secara benar.

c. Tingkat penerapan (application), bila telah ada kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dari suatu situasi kesituasi lain.

d. Tingkat analysis (analysis),bila kemampuan lebih meningkat,ia telah mampu untuk menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis satu dari yang lainnnya.

bentuk semula maupun kebentuk lain.

f. Tingkat evaluasi (avaluation),merupakan tingkat pengetahuan yang tertinggi telah ada kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan yang dipelajari.

Dengan kata lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Mempunyai objek kajian

b. Mempunyai metode pendekatan

c. Bersifat universal “mendapat pengakuan secara umum” (Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat merubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan masyarakat juga dapat mengubah perilaku masyarakat dari yang negative menjadi positif, selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Wawan, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pegalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

a. Tingkat Pendidikan

pengetahuan yang lebih luas daripada yang berpendidikan lebih rendah. c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan positif maupun keyakinan yang negative, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat memperoleh pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Sosial Budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu

Penelitian yang dilakukan (Wowor, Dkk) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI, ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI, penelitian terkait yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap dengan pemberian ASI eksklusif (Team, 2010).

2.5.Pengertian Pendidikan

Menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional defenisi Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta

didik melalui pengajaran, bimbingan, dan/atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. Menurut Mj. Langeveld (dalam Notoatmodjo, 2010) Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh dan bantuan yang diberikan kepada anak, yang tertuju kepada kedewasaan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. (Notoatmojdo, 2010). Sedangkan pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian materi guna mencapai perubahan dan tingkah laku.

Bloom, dkk (dalam Mudyaharjo, 2001) menjelaskan tujuan pendidikan yaitu :

1. Kognitif adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual dalam mengenal lingkungan.

2. Afektif adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan menghayati nilai-nilai untuk mengenal kegunaannya bagi hidup terhadap apa yang telah dipelajari secara langsung.

3. Psikomotor/keterampilan adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan melakukan perbuatan secara tepat, sehingga menghasilkan kinerja yang standar.

Berdasarkan undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional merupakan bimbingan, pengajaran, latihan dan panduan diantaranya. Di lihat dari jenjang pendidikan sekolah disusun tiga tingkatan yaitu :

SLTP

2. Sekolah yang meyelenggarakan pendidikan yang menengah yaitu : SMU, SMK, MA.

3. Sekolah menyelenggarakan pendidikan tinggi yaitu : S3, S2, S1, D4, D3, D2, dan D1.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan dalam hal tentang ASI Eksklusif. Diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun orang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pendidikan juga berperan untuk menentukan kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah dalam kesehatan, diantaranya adalah pemberian ASI Eksklusif, ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung lebih banyak mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari pada ibu yang memiliki pendidikan lebih rendah (Nursalam, 2010).

tingkat pendidikan semakin besar persentasi pemberian ASI secara eksklusif (Siregar, 2004). Menurut Soetjaningsih bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif salah satunya adalah pengetahuan ibu tentang pemberian ASI ekslusif. Terkait dengan masih rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI, tidak sedikit ibu yang masih membuang kolostrum karena dianggap kotor sehingga perlu dibuang.

2.6.Pekerjaan

Menurut Soetijiningsih (2004), pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh penghasilan (imbalan) berupa uang dan barang guna memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan menurut Nursalam (2005), bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan. Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental.

Bekerja merupakan proses fisik dan mental manusia dalam mencapai tujuannya. Pekerjaan merupakan pekerjaan formal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman dan pendidikan sekarang dan sejak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan mereka. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, bahwa kesesuaian antara pekerjaan diri seseorang memberikan kesan sendiri. Ini berarti makin sesuai bakat dan minat seseorang dengan pekerjaan, maka makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan beserta status sosial ekonomi yang dicapai. Pembagian tingkat pekerjaan antara lain pegawai negeri, petani dan pedagang (Nursalam, 2003).

Menurut Soetijiningsih, (2004) pekerjaan akan mempengaruhi perekonomian seseorang karena dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik

yang primer maupun yang sekunder. Pekerjaan yang ditekuni seseorang ibu memiliki hubungan mendatangkan pengetahuan tentang suatu hal baru baik yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri maupun mengenai hal-hal yang baik.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan hal ini diantaranya yang dilakukan di Kabupaten Kebumen ditemukan hasil ada hubungan antara faktor pekerjaan yang mempengaruhi ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif (Utami, 2011). Penelitian lain yang dilakukan (Susilawaty, 2007) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan anatara ibu yang tidak bekerja degan pemberian ASI eksklusif (OR adjusted = 3,566, tingkat kepercayaan 95%, CI: 1,922 – 6,616; nilai p = 0,000).

2.7.Pendapatan

Menurut Notoatmodjo (2010), Pendapatan adalah segala sesuatu balas jasa yang diterima oleh seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan, dalam bentuk uang atau lainya yang bisa berupa gaji, upah, bonus, dan tunjangan seperti kesalahan, tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti, dan sebagainya. Pembayaran penghasilan ada yang dikaitkan langsung dengan taraf perekonomian seperti upah atau gaji, bonus dan komisi tersebut juga komisi langsung dan ada juga yang tidak dikaitkan langsung dengan kinerja sebagai upaya meningkatkan ketenangan dan kepuasan kerja seseorang seperti tunjangan-tunjangan. Tunjangan adalah tambahan penghasilan diluar gaji pokok sebagai akibat mengemban tanggung jawab atau memegang resiko pekerjaan.Insentif adalah pemberian

imbalan atas hasil kerja yang melampaui rata-rata.

Pembayaran pendapatan langsung dapat dibayar berdasarkan waktu seperti seseorang menerima upah harian dalam jumlah yang tetap. Diluar gaji atau upah yaitu mendapatkan tambahan yang dihasilkan berdasarkan pada unjuk kerja seperti komisi dan bonus. Tujuan utama pemberian komisi salah satu diantaranya memotipasi kinerja dan mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam upaya meningkatkan kompetensi secara keseluruhan.

Penghasilan/pendapatan sangat penting bagi setiap individu, karena besarnya pendapatan merupakan pencerminan atau ukuran nilai kinerja seseorang, sehingga besar kecilnya pendapatan dapat mempengaruhi prestasi kerja. Salah satu tujuan dari system pendapatan adalah mempengaruhi prestasi kerja. Dengan pemberian pendapatan yang memadai merupakan suatu penghargaan terhadap prestasi kerja. Pendapatan yang diberikan ditempat kerja akan dapat menarik dan mempertahankan serta memberikan motivasi kerja apabila diberikan secara tepat dan sesuai dengan jasa yang diberikan.

Menurut Effendy (2007), gaji dan upah dimaknakan sama, balas jasa dalam bentuk uang yang diterima sebagai konsenkuensi dan kedudukan sebagai seseorang yang memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan dari pekerjaan. Gaji dan upah sudah barang tentu merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk bekerja. Penghasilan merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan produktifitas kerja.

Menurut Sastrohadiwiryo (2000), keterkaitan penghasilan dengan kinerja sangatlah signifikan. Semakin tinggi penghasilan semakin tinggi kepuasan kerja.

Pemberian pendapatan/penghasilan atas pekerjaan yang dilakukan seseorang adalah keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, ini menimbulkan dua pengaruh positif. Pertama, seseorang yang berkemampauan tinggi atau yang telah menambah kebiasaannya dengan keterampilan baru, dapat menerima tambahan imbalan walaupun pangkatnya tidak dinaikkan. Kedua, keterkaitan tingkat pendapatan pada keterampilan dan kemampuan karena terkait oleh tempat kerja daripada nilai pekerjaan yang dilakukannya. Sekarang ini banyak keterkaitan antara imbalan dengan kinerja. Ini dapat diartikan untuk memancing motivasi kerja. Imbalan yang sesuai akan mendorong kinerja meningkat.

Menurut Malayu (2005), jika kompensasi yang diterima seseorang semakin besar berarti jabatannya semakin tinggi statusnya semakin baik, dan pemenuhan kebutuhan yang dinikmatinya semakin banyak pula. Dengan demikian, kepuasan kerjanya juga semakin baik. Disinilah letak pentingnya kompensasi bagi seseorang sebagai seorang penjualan tenaga (fisik dan pikiran).

Berdasarkan Peraturan Mentri tenaga kerja no. 05/Men/1989 tanggal 29 mei 1989 tentang upah minimum, Gubernur Aceh menetapkan upah minimum propinsi (UMP) No. 65 tahun 2012 dari Rp 1,400,000-.tahun 2012 menjadi Rp. 1.550.000,- tahun 2013. Upah minimum ini wajib dipatuhi oleh perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara dan instansi pemerintah. Bila Tidak dipatuhi oleh pengelola usaha dan instansi dapat dikenakan sanksi.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan hal ini diantaranya dilakukan diwilayah kerja puskesmas Siantan yang menemukan hasil terdapat hubungan antara umur, jumlah pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu dengan pemberian

MP-ASI pada bayi diwilayah kerja puskesmas Siantan Tengah (Khairunnisa, Dkk. 2013). Penelitianyang terkait yang dilakukan di Kabupaten Kudus menyatakan ibu pekerja buruh dimungkinkan kesulitan dalam mengatur pemberian ASI eksklusif, faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI adalah dukungan keluarga, pendidikan, pengetahuan, sikap dan pendapatan perkapita, sedangkan hubungan faktor dengan lamanya pemberian ASI eksklusif adalah pendidikan, pengetahuan, pendapat perkapita.

2.8. Sikap

Sikap adalah kesiapan mental untuk merespon sesuatu, baik yang negatif maupun yang positif. Sikap didampangi oleh sesuatu yang terjadi sebelumnya dan hasil yang diperoleh. Sikap juga merupakan perbuatan, perilaku, gerak-gerik yang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan ibu terhadap suatu objek (Wahyuningsih, 2009).

2.8.1. Fungsi Sikap

Menurut Notoadmodjo (2010), sikap mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :

a. Sikap sebagai instrument atau alat untuk mencapai tujuan.

b. Seseorang mengambil sikap terhadap objek atas dasar pemikiran sampai sejauh mana objek sikap tersebut dapat digunakan sebagai alat atau instrumen

untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Jika objek tersebut mendukung dalam mencapai tujuan maka akan memiliki sikap yang positif terhadap objek yang bersangkutan, demikian sebaiknya fungsi itu sering disebut sebagai fungsi penyesuaian karena dengan mengambil sikap tentang seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan.

c. Sikap pertahanan ego

Kadang-kadang orang mengambil sikap terhadap sesuatu karena untuk mempertahankan ego. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan mengambil sikap tertentu terhadap objek demi pertahanan egonya.

d. Sikap sebagai ekspresi nilai

Bahwa sikap seseorang menunjukkan bagaimana nilai-nilai pada orang tua, sikap yang diambil oleh seseorang mencerminkan system nilai yang ada pada diri orang tersebut.

e. Sikap sebagai fungsi pengetahuan

Bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap suatu objek yang akan mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut, apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka itu berpengaruh pada sikap orang tersebut.

2.8.2. Ciri-ciri Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap memiliki cirri-ciri sebagai berikut : a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melaikan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan itu dalam hubungan objeknya.

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain.

c. Sikap itu berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tertentu.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.8.3. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari tingkatan yaitu : a. Menerima (receiving)

Orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan terlepas jawaban pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain mengajak atau mendiskusikan terhadap suatu masalah. d. Bertanggung Jawab (responsible)

tingkat sikap yang paling penting.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan sikap dalam pemberian ASI eksklusif diantaranya penelitian yang dilakukan (Wowor, Dkk) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI, ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI penelitian terkait yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap dengan pemberian ASI eksklusif (Team, 2010). Penelitian lain menyatakan sikap ibu secara bermakna meningkatkan prilaku pemberian ASI eksklusif (Yuliarti, 2008).

2.9.Air Susu Ibu (ASI)

Dokumen terkait