Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN
MEDAN AMPLAS
TAHUN 2015
Data Demografi
Nama Ibu :
Usia Ibu :
20-24 Tahun
25-29 Tahun
30-34 Tahun
35-39 Tahun
≥ 40 Tahun
Pendidikan terakhir ibu
Tamat SD
Tamat SMA/Sederajat
TamatAkademik/PerguruanTinggi
PEKERJAAN
Apakah Ibu Bekerja?
Ya Tidak
JikaYa, Ibu Bekerja Sebagai Apa?
Pedagang
Pegawai Negeri
Petani
PENDAPATAN
Petunjuk :
1. Berapakah pendapatan atau penghasilan anda setiap
bulannya ?
a. ≥ (lebih dari) Rp. 1.800.000,-
b. < (kurang) Rp. 1.800.000,-
Petunjuk :
Jawablah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda
silang (X) pada salah satu alternatif jawaban yang menurut anda tepat !
1. Menurut Ibu apa yang dimaksud dengan menyusui secara eksklusif?
a. Menyusui secara eksklusif adalah hanya menyusui saja sampai bayi
berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan tambahan apapun
b. Menyusui secara eksklusif adalah hanya menyusui saja sampai bayi
berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan tambahan apapun, kecuali
vitamin dan obat
c. Menyusui secara eksklusif adalah memberikan susu dan makanan
pendamping ASI sampai bayi berumur 2 tahun
2. Menurut Ibu apa yang dimaksud dengan kolostrum ?
a. Cairan kental dan berwarna kekuning- kuningan pada hari pertama
kelahiran yang dapat melindungi bayi dari infeksi dan alergi
b. Cairan kental dan berbau amis pada hari pertama kelahiran yang dapat
menyebabkan bayi alergi apabila meminumnya
c. Cairan kental dan berwarna kekuning-kuningan atau ASI basi yang keluar
pada hari pertama kelahiran yang harus dibuang karena dapat membuat
bayi terkena infeksi dan alergi
3. Menurut Ibu dibawah ini adalah pernyataan yang tepat mengenai ASI
Eksklusif adalah
b. Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi
c. Suhu ASI tergantung suhu badan ibu
4. Menurut Ibu pernyataan yang tepat dari manfaat ASI Eksklusif adalah?
a. ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi dengan tepat, mudah
dicerna dan digunakan secara efisien oleh tubuh bayi.
b. ASI mengandung sedikit zat gizi yang dibutuhkan bayi, namun mudah
dicerna dan digunakan secara efisien oleh tubuh bayi.
c. ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi dengan tepat, mudah
dicerna dan digunakan secara efisien oleh tubuh bayi namun tidak
membuat bayi kenyang.
5. Menurut pengetahuan Ibu pernyataan yang salah mengenai komposisi ASI
Eksklusif dibawah ini adalah ?
a. ASI tidak mengandung protein, lemak, vitamin, zat besi yang dibutuhkan
bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya
b. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, zat besi yang dibutuhkan bayi
untuk pertumbuhan dan perkembangannya
c. ASI tidak mengandung kolesterol, lemak jahat, yang tidak dibutuhkan bayi
untuk pertumbuhan dan perkembangannya
6. Menurut Ibu cara menyusui yang baik adalah?
a. Tanda perlekatan bayi yang baik yang dapat dilihat dari luar tampak aerola
lebih banyak diatas mulut bayi, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi
terputar keluar dagu, menyentuh payudara
lebih banyak diatas mulut bayi, mulut bayi tidak lebar, bibir bawah bayi
terputar keluar dagu, menyentuh payudara
c. Tanda perlekatan bayi yang baik yang dapat dilihat dari luar tampak aerola
lebih banyak dibawah mulut bayi, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah
bayi terputar keluar dagu, menyentuh payudara
7. Menurut Ibu Bila bayi menyusui lebih banyak maka payudara ibu akan lebih
banyak menghasilkan ASI?
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
8. Menurut ibu apakah Anak yang diberi ASI akan sering diare?
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
9. Apakah Susu formula lebih bagus dibandingkan bayi diberi ASI eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
10. Menurut Ibu apakah menyusui akan membuat badan ibu menjadi melar?
a. Tidak tahu
b. Tidak
c. Ya
Petunjuk :
Jawablah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda
check list (√) pada salah satu alternatif jawaban yang menurut anda tepat !
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Pemberian ASI Eksklusif wajib dilakukan oleh setiap ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.
2 Pemberian madu, pisang dan air tajin kepada bayi baik dilakukan agar bayi tidak mudah lapar
3 Pemberian ASI kepada bayi sharus dihentikan ketika saya melihat ada bintik – bintik merah diwajahnya
4 ASI diberikan setiap kali bayi merasa lapar
6 Ketika payudara ibu terasa gatal, ibu akan berkonsultasi kepada orang tua untuk mencari pengobatan berkonsultasi kepada orang yang sudah tua dibanding tenaga kesehatan, karna orang tua lebih paham dan lebih berpengalaman tentang pemberian ASI
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Petunjuk :
Jawablah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda
check list (√)
3 Apakah ibu memberikan makanan seperti pisang ketika bayi rewel/menangis saat usia 0-6 bulan ?
4 Apakah ibu memberikan makanan tambahan selain ASI setelah bayi berumur dibawah 6 bulan ?
5 Apakah ibu memberikan ASI hanya pada saat ibu berada di rumah dan memberikan susu formula pada saat ibu keluar rumah atau bekerja?
Jawablah pernyataan-pernyataan dibawah ini!
1. Selama menyusui, apakah ibu memiliki aturan atau norma mengenai
pemberian ASI pada bayi?
2. Sebutkan aturan atau norma tersebut!
3. Apa saja manfaat yang ibu peroleh dengan menjalankan aturan atau norma
tersebut?
4. Apa alasan ibu untuk mematuhi atau tidak mematuhi aturan atau norma
tersebut?
5. Sebutkan dari mana sumber aturan atau norma tersebut ibu peroleh?
KEYAKINAN ATAU KEPERCAYAAN
Jawablah pernyataan-pernyataan dibawah ini !
1. Apa saja yang ibu yakini selama menyusui agar ASI tetap sehat dan lancar
juga hal yang menghambat kelancaran ASI?
2. Darimana ibu memperoleh keyakinan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan pemberian ASI Eksklusif baik berupa anjuran atau larangan yang
harus dipatuhi?
3. Apakah ibu yakin ASI saja cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi?mengapa?
4. Bagaimana cara ibu menanggapi anjuran atau larangan selama pemberian
ASI?
5. Jelaskan dampak yang ibu rasakan baik dari segi masyarakat maupun
LAMPIRAN 5
OLAH DATA SPSS
ANALISA UNIVARIAT
Karakteristik Responden
Statistics
N
Valid Missing
Usia Responden 90 0
Pendidikan Responden 90 0
Status Kerja responden 90 0
Jenis Kerja responden 90 0
Pendapatan 90 0
Paritas 90 0
Frequency Table
Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20-35 tahun 80 88,9 88,9 88,9
<20 dan >35 tahun 10 11,1 11,1 100,0
Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tinggi (SMA dan PT) 81 90,0 90,0 90,0
Rendah (SD dan SMP) 9 10,0 10,0 100,0
Total 90 100,0 100,0
Status Kerja responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 68 75,6 75,6 75,6
Tidak 22 24,4 24,4 100,0
Total 90 100,0 100,0
Jenis Kerja responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Bekerja 22 24,4 24,4 24,4
Pedagang 36 40,0 40,0 64,4
Pegawai swasta 21 23,3 23,3 87,8
Buruh 5 5,6 5,6 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 22 24,4 24,4 24,4
>= 1.800.000,- 48 53,3 53,3 77,8
< 1.800.000,- 20 22,2 22,2 100,0
Total 90 100,0 100,0
Paritas ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Multipara (2 anak atau lebih) 63 70,0 70,0 70,0
Primipara (1 anak) 27 30,0 30,0 100,0
Total 90 100,0 100,0
Analisa Univariat
Statistics
N
Valid Missing
Pengetahuan 1 90 0
Pengetahuan 2 90 0
Pengetahuan 3 90 0
Pengetahuan 4 90 0
Pengetahuan 5 90 0
Pengetahuan 6 90 0
Pengetahuan 7 90 0
Pengetahuan 8 90 0
Pengetahuan 9 90 0
Pengetahuan 10 90 0
Frequency Table
Pengetahuan 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 36 40,0 40,0 40,0
Benar 54 60,0 60,0 100,0
Total 90 100,0 100,0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 39 43,3 43,3 43,3
Benar 51 56,7 56,7 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pengetahuan 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 30 33,3 33,3 33,3
Benar 60 66,7 66,7 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pengetahuan 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 61 67,8 67,8 67,8
Benar 29 32,2 32,2 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pengetahuan 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Benar 66 73,3 73,3 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pengetahuan 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 64 71,1 71,1 71,1
Benar 26 28,9 28,9 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pengetahuan 7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 21 23,3 23,3 23,3
Benar 69 76,7 76,7 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pengetahuan 8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 33 36,7 36,7 36,7
Benar 57 63,3 63,3 100,0
Pengetahuan 9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 30 33,3 33,3 33,3
Benar 60 66,7 66,7 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pengetahuan 10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 45 50,0 50,0 50,0
Benar 45 50,0 50,0 100,0
Total 90 100,0 100,0
Skor Total Pengetahuan
Statistics
Pengetahuan Total
N Valid 90
Missing 0
Pengetahuan total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tinggi (Skor >7) 23 25,6 25,6 100,0
Total 90 100,0 100,0
Analisis Univariat
Sikap
Statistics
N
Valid Missing
Sikap 1 90 0
Sikap 2 90 0
Sikap 3 90 0
Sikap 4 90 0
Sikap 5 90 0
Sikap 6 90 0
Sikap 7 90 0
Sikap 8 90 0
Frequency Table
Sikap 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Kurang setuju 3 3,3 3,3 4,4
Setuju 62 68,9 68,9 73,3
Sangat setuju 24 26,7 26,7 100,0
Total 90 100,0 100,0
Sikap 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat setuju 5 5,6 5,6 5,6
Setuju 48 53,3 53,3 58,9
Kurang setuju 35 38,9 38,9 97,8
Tidak setuju 2 2,2 2,2 100,0
Total 90 100,0 100,0
Sikap 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat setuju 4 4,4 4,4 4,4
Setuju 30 33,3 33,3 37,8
Kurang setuju 53 58,9 58,9 96,7
Tidak setuju 3 3,3 3,3 100,0
Sikap 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak setuju 7 7,8 7,8 7,8
Kurang setuju 7 7,8 7,8 15,6
Setuju 54 60,0 60,0 75,6
Sangat setuju 22 24,4 24,4 100,0
Total 90 100,0 100,0
Sikap 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat setuju 10 11,1 11,1 11,1
Setuju 34 37,8 37,8 48,9
Kurang setuju 42 46,7 46,7 95,6
Tidak setuju 4 4,4 4,4 100,0
Total 90 100,0 100,0
Sikap 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sanzgat setuju 4 4,4 4,4 4,4
Setuju 49 54,4 54,4 58,9
Tidak setuju 2 2,2 2,2 100,0
Total 90 100,0 100,0
Sikap 7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat setuju 1 1,1 1,1 1,1
Setuju 32 35,6 35,6 36,7
Kurang setuju 54 60,0 60,0 96,7
Tidak setuju 3 3,3 3,3 100,0
Total 90 100,0 100,0
Sikap 8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat setuju 8 8,9 8,9 8,9
Setuju 48 53,3 53,3 62,2
Kurang setuju 28 31,1 31,1 93,3
Tidak setuju 6 6,7 6,7 100,0
Total 90 100,0 100,0
Statistics
Sikap Total
N Valid 90
Missing 0
Sikap Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Negatif (Skor 10-24) 83 92,2 92,2 92,2
Positif (Skor 25-40) 7 7,8 7,8 100,0
Total 90 100,0 100,0
Analisis Univariat
Tindakan Pemberian ASI Eksklusif
Statistics
N
Valid Missing
Pemberian ASI Eksklusif 1 90 0
Pemberian ASI Eksklusif 2 90 0
Pemberian ASI Eksklusif 3 90 0
Pemberian ASI Eksklusif 4 90 0
Pemberian ASI Eksklusif 5 90 0
Pemberian ASI Eksklusif 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 35 38,9 38,9 38,9
Benar 55 61,1 61,1 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pemberian ASI Eksklusif 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 45 50,0 50,0 50,0
Benar 45 50,0 50,0 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pemberian ASI Eksklusif 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 60 66,7 66,7 66,7
Benar 30 33,3 33,3 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pemberian ASI Eksklusif 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Benar 36 40,0 40,0 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pemberian ASI Eksklusif 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 56 62,2 62,2 62,2
Benar 34 37,8 37,8 100,0
Total 90 100,0 100,0
Skor total pemberian ASI Eksklusif
Frequencies
Statistics
Pemberian ASI Eksklusif Total
N Valid 90
Missing 0
Pemberian ASI Eksklusif Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak baik (Skor 0-3) 67 74,4 74,4 74,4
Pemberian ASI Eksklusif Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak baik (Skor 0-3) 67 74,4 74,4 74,4
Baik (skor 4-5) 23 25,6 25,6 100,0
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Asi Ekslusif dan cara menyusui yang benar. http://lenteraimpian.wordpress.com /2010/04/04/ asi-eksklusif-dan-cara-menyusui-yang-benar/ diakses tanggal 21 desember 2014
Arifin, Siregar. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor–faktor yang Mempengaruhinya. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara
Arikunto. 2007. Manajemen penelitian. Jakarta : Rineka CiptaAstuti
Astuti & Setyaningrum,2009. Hubungan Antara Praktik Perawatan Payudara Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Nifas Di BPS Nunukan Desa Bandengan Kabupaten Jepara, www.isjd.pdpi.lipi.go.id.
Azis, 1995. Ibu Dan Anak Sehat Menjamin Kualitas Sumberdaya Manusia. Bulletin Direktorat Jendral POM, Sumber : www.depkes.go.id
Azwar, 2000. Sikap Manusia : Teori Dan Pengukurannya. Jogyakarta : Pustaka
Citrakesumasari, 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang Kota Makasar, UNHAS, Makasar.
Depkes, RI. 2010. Pekan ASI Sedunia. http://gizi.net/download/pekanasi-2010.pdf.
Dinkes. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2011. Kapubaten Karo.
Briawan, Dodik. 2004. Peningkatan ASI Eksklusif di Indonesia. Diambil http:/www. repository.usu.ac.id,
Firmansyah dan Mahmudah,2012. Pengaruh Karakteristik ( Pendidikan,Pekerjaan), Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kabupaten Tuban, Sumber : www.journal.unair.ac.id.
Ginting,Rosida. 2013, Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Munthe Kabupaten Karo Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta Jakarta.
Prasetyono, 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif, Pengenalan, Praktik Dan Kemanfaatan-Kemanfaatannya, Penerbit Diva Press, Yogyakarta.
Prihatini, Ravita, 2011. Hubungan Antara Paritas dengan Keterampilan Menyusi yang Benar pada Ibu Nifas, Jurnal Midpro, Edisi 2.
Proverawati, 2010. Kapita Selekta ASI & Menyusui, Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta
Rachmalina,dkk. 2006. Pengetahuan, Persepsi dan perilaku Ibu tentang Pemberian ASI/ ASI Eksklusif, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, (Vol 16 : No 3).
Roesli, Hj.Utami, 2010. Inisiasi Menyusui Dini, Penerbit Pustaka Bunda, Jakarta
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan gabungan metode
Kuantitatif dan metode Kualitatif. Metode kuantitatif yang dilakukan adalah
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data, dengan tujuan
memberikan penjelasan mengenai hubungan antara beberapa variabel penelitian.
Sedangkan penelitian kualitatif melalui wawancara mendalam kepada responden
untuk dapat menggali informasi lebih dalam. Metode tersebut digabungkan untuk
mengetahui hubungan sosial budaya ibu menyusui terhadap pemberian ASI
Eksklusif pada bayi di kecamatan Medan Amplas tahun 2015.
3.2 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian hubungan sosio budaya ibu menyusui
terhadap pemberian ASI Ekslusif pada bayi di kecamatan Medan Amplas yaitu
Januari - April 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah 1037 orang ibu yang memiliki bayi
usia 0-12 bulan di kecamatan Medan Amplas yang berada di wilayah kerja
3.3.2 Sampel
Cara menentukan jumlah sampel menurut Lemeshow (1994) , sebagai
berikut :
n =
n =
n =
n =
n = 89,625 = 90
Keterangan :
N = Besar populasi (1307)
n = Jumlah sampel
d = galat pendugaan (0,1)
Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,96)
P = Proporsi Populasi (0,5)
Berdasarkan perhitungan yang didapatkan menurut rumus di atas, jumlah
sampel adalah 90 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional
stratified random sampling yaitu pengambilan sampel pada setiap kelurahan..
Terdapat 7 kelurahan yang ada di wilayah kecamatan Medan Amplas. Secara
proporsional setiap ibu memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel mewakili
populasi yang ada di Kecamatan Medan Amplas dari setiap kelurahan.
1.
2.
x 90 = 26,78 = 27 orang ibu dari kelurahan harjosari I
3.
x 90 = 6,61 = 7 orang ibu dari kelurahan sitirejo II
4.
x 90 = 7,78 = 8 orang ibu dari kelurahan sitirejo III
5.
x 90 = 7,85 = 8 orang dari kelurahan amplas
6.
x 90 = 10,67 = 11 orang dari kelurahan timbang deli
7.
x 90 = 3,44 = 4 orang ibu dari kelurahan bangun mulia.
Pengambilan sampel dari setiap kelurahan dilakukan dengan cara simple
random sampling sehingga ibu menyusui yang ada di kelurahan mendapatkan
kesempatan yang sama.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer didapatkan dengan cara wawancara langsung dengan
menggunakan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan, sikap dan tindakan pemberian ASI Eksklufif dan wawancara
mendalam menggunakan panduan wawancara tentang sosio budaya ibu menyusui
kepada ibu yang menjadi sampel.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari Puskesmas Medan
3.5 Defenisi Operasional
1. Umur ibu adalah usia ibu pada saat melahirkan yang dihitung berdasarkan
ulang tahun terakhir.
2. Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah
ditamatkan dan memiliki surat tanda tamat belajar.
3. Pekerjaan ibu adalah kegiatan yang dilakukan ibu sevara rutin dan terus
menerus serta dilakukan diluar rumah.
4. Paritas adalah jumlah anak hidup yang pernah dilahirkan ibu.
5. Pengetahuan ibu adalah segala pengetahuan ibu mengenai ASI Ekslusif.
6. Sikap ibu adalah respon yang diberikan oleh ibu terhadap pemberian ASI
Ekslusif.
7. Pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian ASI pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa pemberian makanan tambahan lainnya.
8. Sosio Budaya orang tua yaitu nilai, norma dan kebiasaan yan dilakukan orang
tua bayi terhadap pemberian ASI Eksklusif.
3.6 Aspek Pengukuran
3.6.1 variabel Independen
1. Umur, dikategorikan berdasarkan umur masa subur atau masa produktif yaitu umur
antara 20 sampai 45 tahun
0 = 20 – 35 tahun
1 = < 20 Tahun dan > 35 Tahun
Skala : Ordinal
2. Paritas, dikategorikan atas :
1 = Primipara, ibu dengan 1 anak
Skala : Ordinal
3. Pendidikan, dikategorikan atas :
0 = Tinggi (SLTA dan Perguruan tinggi)
1 = Rendah (SD dan SLTP)
Skala : Ordinal
4. Pekerjaan, dikategorikan atas
0 =Tidak bekerja
1 = Bekerja
Skala : Nominal
5. Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dilakukan melalui 10
pertanyaan yang bersifat tertutup dan terdiri dari 2 pilihan jawaban diukur secara
skoring, untuk jawaban yang benar di beri skor 1 (satu) dan skor 0 (nol) untuk
jawaban yang salah. Total skor keseluruhan adalah 10 (sepuluh). Jawaban responden
diukur menggunakan skala ordinal yang dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori,
0 = Tinggi, jika skor yang diperoleh > 6
1 = Rendah, jika skor yang diperoleh ≤ 6
Skala : Ordinal
6. Sikap Ibu
Pengukuran sikap dalam ASI eksklusif. Jumlah pertanyaan variabel terikat
sebanyak 10 pertanyaan. Jumlah pertanyaan variabel terikat sebanyak 10 pertanyaan.
Dengan pilihan jawaban menggunakan skala Likert yaitu : untuk item favourabel
setuju bernilai (2) dan tidak setuju bernilai (1). Sedangkan untuk item unfavourable,
responden menjawab sangat setuju bernilai (1), setuju bernilai (2), kurang setuju
bernilai (3) dan tidak setuju bernilai (4). Sehingga jawaban responden dikategorikan
atas :
0= Positif, jika skor jawaban > 50% ( jumlah skor 25-40)
1 = Negatif, jika skor jawaban ≤ 50% ( jumlah skor 10-24)
Skala : Ordinal
7. Sosio budaya
Sosio budaya orang tua dapat diukur dengan menggunakan wawancara
mendalam dengan bantuan panduan wawancara yang dipersiapkan oleh peneliti
kepada informan agar memberikan jawaban terperinci atas pertanyaan dan
meminta alasan dari jawaban ibu.
3.6.2 Variabel Dependen
Pemberian ASI Ekslusif
Untuk melihat apakah orang tua melakukan pemberian ASI Ekslusif dapat
kita ketahui setelah menganalisa jawaban orang tua dari pertanyaan yang telah
diajukan.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Beberapa langkah yang harus dilakukan terhadap data (Riyanto, 2010) :
1. Editing
Dilakukan dengan pengecekan ulang pada data yang telah terkumpul, bila
terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori.
3. Entry
Data yang sudah diubah dalam bentuk angka dimasukkan sesuai dengan
variabel untuk dianalisis menggunakan computer.
4. Cleaning
Data yang sudah di entry di cek kembali supaya tidak terjadi kesalahan
tulis. Untuk menghindari kesalahan atau terjadinya bias yang terlalu besar, maka
pembersihan data dilakukan dengan melihat distribusi atau penyebaran frekuensi
untuk tiap-tiap variabel yang diteliti.
5. Tabulating
Tabulating digunakan untuk mempermudah analisa, pengolahan data dan
pengambilan kesimpulan. Maka hasil pengumpulan data dimasukkan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
3.8. Teknik Analisa Analisa Data
Untuk metode penelitian kuantitatif, data yang telah dikumpulkan, diolah
dengan menggunakan program perangkat lunak komputer kemudian dilakukan
analisis untuk melihat gambaran distribusi masing-masing variabel, serta untuk
menguji hipotesis penelitian, yaitu hubungan atau pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen, dan memperoleh model yang fit untuk dapat
memprediksi kejadian penyakit jantung koroner. Adapun urutan analisis yang
1. Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu melakukan analisis pada setiap variabel hasil
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui distribusi pada setiap variabel
penelitian (Riyanto, 2010).
2. Analisis Bivariat
Pada analisis ini digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel,
yaitu antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen
dengan menggunakan uji chi-square (Hosmer and Lemeshow, 2000). Analisis
bivariat ini digunakan juga sebagai salah satu pertimbangan dalam seleksi variabel
independen yang potensial diikutkan atau menjadi kandidat pada analisis
multivariat selanjutnya yaitu yang memiliki nilai p<0.05 dan menggunakan
program SPSS For Windows Versi 15 (Mickey and Greenland dalam Hosmer and
Lemeshow, 2000). Pada analisis bivariat ini juga akan diperoleh nilai OR dan
95%CI. Dalam pengambilan keputusan digunakan tingkat kemaknaan 0,05
(α=5%), dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika p-value ≤ 0,05, maka pengaruh signifikan atau bermakna
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Profil Puskesmas Medan Amplas
4.1.1 Gambaran Umum
Puskesmas Medan Amplas berada di kecamatan Medan Amplas.
Kecamatan Medan Amplas adalah salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan,
Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Amplas berbatasan dengan Medan
Johor di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur, Kabupaten Deli Serdang
di selatan, dan Medan Kota dan Denai di utara. Kecamatan ini juga terdiri
daripada Kelurahan Harjosari I, Kelurahan Harjosari II, Kelurahan Timbang Deli,
Kelurahan Bangun Mulia, Kelurahan Sitirejo II, Kelurahan Sitirejo III, dan
Kelurahan Amplas.
Puskesmas Medan Amplas merupakan puskesmas induk dari
puskesmas-puskesmas pembantu yang ada di beberapa kelurahan yang ada di kecamatan
Medan Amplas. Puskesmas Amplas memiliki 69 posyandu balita di seluruh
wilayah kerjanya.
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Analisis Univariat Karakteristik Ibu yang Mempunyai Bayi Usia 0-11
Bulan
Sampel kasus dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki bayi usia 0-11
bulan di kecamatan Medan Amplas yang berada di wilayah kerja Puskesmas
paritas, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan ibu yang memiliki bayi usia 0-12
bulan di Kecamatan Medan Amplas.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu di Kecamatan Medan Amplas
berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 80 orang ibu (88,9%), sedangkan yang berusia
<20 dan >35 tahun ada sebanyak 10 orang (11,1%). Sebanyak 63 orang ibu
1 orang anak. Sebanyak 81 orang ibu (90,0%) berpendidikan tinggi (SMA dan
PT), selebihnya memiliki pendidikan rendah.
Sebanyak 68 ibu (75,6%) berstatus bekerja, selebihnya tidak bekerja.
Diantara 68 ibu yang bekerja tersebut, sebanyak 36 orang ibu (40,0%) pedagang,
21 ibu (23,3%) pegawai swasta, 6 ibu (6,7%) petani, dan 5 orang ibu lainnya
(5,6%) sebagai buruh. Dari 68 ibu yang bekerja tersebut, umumnya ibu memiliki
penghasilan ≥Rp.1.800.000,- yaitu sebanyak 48 orang (53,3%), sedangkan 20 ibu
yang bekerja lainnya (22,2%) memiliki penghasilan <Rp.1.800.000,-.
4.2.2 Analisis Univariat Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang ASI Eksklusif
Gambaran mengenai pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif dapat
dilihat secara rinci pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
No Pengetahuan Responden
4 Pernyataan yang tepat dari manfaat ASI Eksklusif 7 Bila bayi menyusui lebih
9 Susu formula lebih bagus dibandingkan bayi diberi ASI eksklusif
60 66,7 30 33,3 90 100,0
10 Menyusui akan membuat badan ibu menjadi melar
45 50,0 45 50,0 90 100,0
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, distribusi pengetahuan ibu tentang ASI
Eksklusif dapat dilihat dari 10 item pertanyaan berikut. Sebanyak 54 ibu (60,0%)
mengetahui secara tepat pengertian menyusui secara eksklusif, selebihnya tidak
mengetahui hal tersebut. Sebanyak 51 ibu (56,7%) mengetahui pengertian
kolostrum, selebihnya tidak. Sebanyak 60 ibu (66,7%) dapat menyatakan manfaat
ASI Eksklusif secara tepat, selebihnya tidak tepat. Hanya 29 ibu (32,2%) yang
dapat menjawab secara tepat. Sebanyak 66 ibu (73,3%) dapat membedakan
pernyataan yang salah mengenai komposisi ASI, selebihnya tidak.
Sebagian besar ibu (71,1%) tidak mengetahui cara menyusui dengan baik,
dan hanya 26 ibu (28,9%) yang mengetahui cara menyusui dengan baik. Sebanyak
69 ibu (76,7%) percaya bahwa bila bayi menyusui lebih banyak maka payudara
ibu akan lebih banyak menghasilkan ASI, selebihnya tidak. Sebanyak 57 ibu
(63,3%) beranggapan bahwa anak yang diberi ASI akan sering diare, selebihnya
tidak membenarkan hal tersebut. Sebagian besar (66,7%) membenarkan
pernyataan yang menyatakan bahwa susu formula lebih bagus dibandingkan ASI
eksklusif, dan hanya 30 ibu (33,3%) yang tidak membenarkan hal tersebut.
Setengah dari jumlah responden (50,0%) membenarkan pernyataan yang
menyatakan bahwa menyusui akan membuat badan ibu menjadi melar, sedangkan
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
No Tingkat Pengetahuan f %
1 Rendah (Skor ≤7) 67 74,4
2 Tinggi (Skor >7) 23 25,6
Total 90 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3, umumnya tingkat pengetahuan responden berada
pada kategori tingkat pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak 67 ibu (74,4%),
selebihnya tidak.
4.2.3 Analisis Univariat Hasil Pengukuran Sikap Ibu terhadap ASI
Eksklusif
Gambaran mengenai Sikap responden tentang ASI Eksklusif dapat dilihat
secara rinci pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
No Sikap Responden
4 ASI diberikan setiap kali bayi merasa lapar
5 Seorang ibu yang
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, distribusi sikap ibu terhadap ASI Eksklusif
dapat dilihat dari 8 item pernyataan berikut. Sebanyak 62 ibu (68,9%) setuju
dengan pernyataan bahwa pemberian ASI Eksklusif wajib dilakukan oleh setiap
ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Sebanyak 48 ibu (53,3%) setuju bahwa
pemberian madu, pisang, dan air tajin kepada bayi baik dilakukan agar bayi tidak
mudah lapar. Sebanyak 53 ibu (38,9%) menyatakan kurang setuju dengan
bintik-bintik merah diwajah bayi. “ASI diberikan setiap bayi merasa lapar”, 54 ibu
(60,0%) setuju dengan pernyataan tersebut.
Sebanyak 42 ibu (46,7%) menyatakan kurang setuju dengan pernyataan
bahwa ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan tidak boleh mengkosumsi
makanan-makanan yang bisa menimbulkan gatal pada payudara seperti sayur terong,
cumi-cumi, udang dan ayam. Sebanyak 49 ibu (54,4%) menyatakan setuju untuk
berkonsultasi kepada orang tua tentang payudara ibu yang terasa gatal. Sebanyak
54 ibu (60,0%) menyatakan kurang setuju dengan pernyataan bahwa makanan
seperti sayur terong, cumi–cumi, udang dan ayam bisa membuat ASI menjadi
amis apabila dimakan ketika hamil. Sebanyak 48 ibu (53,3%) setuju untuk
berkonsultasi kepada orang yang sudah tua dibanding tenaga kesehatan, karena
orang tua lebih paham dan lebih berpengalaman tentang pemberian ASI.
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Ibu tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
No Kategori Sikap F %
1 Negatif (Skor 10-24) 83 92,2
2 Positif (Skor 25-40) 7 7,8
Total 90 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, sebanyak 83 ibu (92,2%) bersikap negatif
terhadap ASI Eksklusif, dan selebihnya bersikap positif terhadap ASI Eksklusif.
4.2.4 Analisis Univariat Hasil Pengukuran Tindakan Ibu Terhadap ASI Eksklusif
Gambaran mengenai tindakan responden terhadap ASI Eksklusif dapat
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu terhadap ASI
2 Ibu mengolesi madu atau sejenis lainnya pada mulut
5 Ibu memberikan ASI hanya pada saat ibu berada di
menyusui bayi dengan kolostrum ibu setelah melahirkan, sedangkan 35 ibu
lainnya (38,9%) tidak memberikan kolostrum kepada bayinya. Setengah dari total
responden yaitu sebanyak 45 ibu (50,0%) mengolesi madu pada mulut bayi
setelah melahirkan, sedangkan setengah dari total responden lainnya tidak
melakukan hal tersebut. Sebanyak 60 ibu (66,7%) memberikan makanan seperti
pisang ketika bayi rewel/ menangis saat usia 0-6 bulan, sedangkan 30 ibu lainnya
(33,3%) tidak melakukan hal tersebut. Sebanyak 54 (60,0%) memberikan
36 ibu lainnya (40,0%) tidak melakukan hal tersebut. Sebanyak 56 ibu (62,2%)
memberikan ASI hanya pada saat ibu berada di rumah dan memberikan susu
formula pada saat ibu keluar rumah atau bekerja, dan hanya 34 ibu (37,8%) yang
tidak melakukan hal tersebut.
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan Ibu terhadap ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
No Kategori Tindakan f %
4.2.5 Gambaran Nilai atau Norma Ibu tentang ASI Eksklusif
Gambaran mengenai nilai atau norma ibu terhadap ASI Eksklusif dapat
dilihat secara rinci pada Matriks 4.1 dibawah ini.
Matriks 4.1 Gambaran Nilai atau Norma Ibu tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
No Soal Jawaban Responden
1 Selama menyusui,
1. Saya tidak boleh makan-makan ikan , makanan laut, yang gitu-gitu lah
2. Porsi makan saya harus lebih banyak, saya di kasih makan sayur bangun-bangun.
anak saya dikasih gula 4. Tidak ada
5. Tidak boleh makan ikan, habis melahirkan saya selalu dikasih makan tempe, sayur daun katu, supaya banyak ASI
6. Pada saat pertama berkunjung ke rumah saudara, biasanya anak di kasih gula. Di keluarga saya umur 3 bulan diberi bubur beras merah itu,
Kalau ASI kurang lancar, biasa dikasih bangun-bangun dan katu
7. Kalau dikeluarga saya, bayi baru lahir berkunjung dikasi gula, tapi saya habis melahirkan sampai 6 bulan saya enggak kemana-mana
1. Supaya air susu saya tidak amis.
2. ASI saya jadi lebih banyak setelah makan sayur bangun-bangun.
3. ASI semakin lancar, kalau makan sayur. Tapi kalau gula itu diam-diam saya buang lagi gulanya.
4. -
5. Manfaatnya apa ya, enggak ada menurut saya, ASI saya memang sedikit
6. Ya, kata orang tua anak saya tambah sehat lah, kelihatan badannya padat, gemas lihatnya.
1. Ya, saya nurut saja, kan mertua yang beri tahu.
2. Karena awalnya ASI saya kurang, jadi saya sempat kasi susu formula
3. Kalau gula itu, saya takut saja nanti anak saya sakit. Karena kan, dioles pake tangan itu, pas kita datang langsung dikasih, enggak cuci tangan, entah baru pegang apa kan, entah uang, kan kotor.
Makan ikan pun, saya makan juga, kan bagus banyak vitaminnya.
4. -
5. Patuh, karena kan disuruh, terus kan dari pada dimarahi
6. Ya yakin saja itu bagus.
5 Sebutkan dari mana sumber aturan atau norma tersebut ibu peroleh
1. Dari orang tua, mertua, keluarga-keluarga lah. 2. Dari orang tua saya, dari mertua saya juga 3. Dari mertua, dari ibu saya juga.
4. - 5. Mertua
6. Dari ibu, dari mertua
7. Dari keluarga, sudah adat katanya.
Berdasarkan Matriks 4.1 diatas, umumnya ibu memiliki aturan atau norma
mengenai pemberian ASI pada bayi, beberapa aturan dan norma yang dianut ibu
yakni tidak boleh makan ikan, makan makanan laut, selain itu dianjurkan untuk
makan dengan porsi lebih banyak, makan tempe, perbanyak makan sayuran
seperti daun katu, dan bangun-bangun agar produksi ASI banyak. Selain itu ada
juga responden yang berpendapat bahwa bayi biasanya diberi gula, dan diberi
bubur beras merah pada usia 3 bulan pertama. Pernyataan ini terlihat pada
jawaban responden yang mengatakan bahwa :
“Pada saat pertama berkunjung ke rumah saudara, biasanya anak di kasih
gula. Di keluarga saya umur 3 bulan diberi bubur beras merah itu, Kalau ASI
kurang lancar, biasa dikasih bangun-bangun dan katu”
Ibu mengungkapkan bahwa manfaat yang dapat diperoleh dengan
menjalankan norma seperti makan sayur dan tidak makan ikan adalah supaya ASI
tidak amis, ASI lebih banyak diproduksi, ASI menjadi lebih lancar. Sedangkan
pemberian gula dan beras merah dipercaya membuat anak tambah sehat, badannya
nilai dan norma yang diterapkan tentang ASI tidak memberikan manfaat apapun
terhadap bayinya. Hal ini terlihat dari pernyataan responden yang mengatakan :
“Manfaatnya apa ya, enggak ada menurut saya, ASI saya memang sedikit
Adapun alasan ibu mematuhi aturan atau norma tersebut yakni karena
mengikuti aturan mertua, takut dimarahi dan karena merasa ASI yang diproduksi
kurang banyak”.
Sebagian responden lainnya berpendapat bahwa aturan dan norma tentang
ASI tersebut bagus untuk dijalankan, selain itu ibu lainnya juga berpendapat
bahwa aturan seperti makan sayuran baik bagi ASI karena banyak mengandung
vitamin. Sebagian ibu yang kurang mematuhi aturan dalam pemberian ASI
menyatakan bahwa pemberian gula pada bayi dapat membuat anak menjadi sakit
karena faktor kebersihan Adapun ibu yang setuju untuk melakukan IMD (Inisiasi
Menyusui Dini) kemudian dilanjutkan dengan ASI Eksklusif untuk memantau
kesehatan anaknya. Umumnya ibu menyatakan bahwa sumber aturan atau norma
mengenai ASI yang dilakukannya berasal dari Orang tua, mertua dan dari
keluarga lainnya.
4.2.6 Gambaran Keyakinan atau Kepercayaan Ibu terhadap ASI Eksklusif
Gambaran mengenai keyakinan atau kepercayaan ibu terhadap ASI
Matriks 4.2 Gambaran Keyakinan atau Kepercayaan Ibu tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
No Soal Jawaban Responden
1 Apa saja yang ibu
1. Supaya lancar biasanya makan tempe, sayurnya daun katu.
2. Kalau orang tua saya bilang makan banyaklah, makan sayur, sayur bangun-bangun, banyak minum air putih.
3. Supaya lancar, mertua saya ngajarin saya makan sayur bangun-bangun. Lancar ASI saya banyak.
4. Minum vitamin untuk ASI itu
5. Enggak ada sebenarnya, buktinya sudah makan katu setiap hari, ASI nya tetap saja sedikit
6. Supaya lancar, saya makan sayur daun katu, terus, ada juga saya dikasih nira, saya pernah minum sekali.
7. Saya minum susu, vitamin.
2 Darimana ibu
2. Dari orang tua, dari mertua juga.
3. Dari mertua, dari orang tua.
4. Dari teman-teman, tetangga. Mungkin karena orang tua dan mertua saya tidak ada lagi. 5. Dari mertua
6. Dari mertua saya, dari ibu saya juga
7. Dari mana ya, kan sering baca, sering lihat di TV juga.
3 Apakah ibu yakin ASI saja cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi?mengapa?
1. Enggak, karena kadang nangis juga, rewel, lapar, dikasih makan, terus diam.
2. Cukup sampai usia 2 bulan, setelah itu saya beri tambahan.
3. Yakin, cukuplah, kan banyak ASI nya
4. Enggak, sudah 3 bulan, sudah besar saya kasi makan bubur
5. Tidak, karena ASI saya kurang, ya campur formula lah
7. Yakin, kan sudah teruji, sudah banyak yang buktikan, dokter pun kan anjurannya begitu. 4 Bagaimana cara ibu
2. Karena saya yakin juga, dan karena orang tua lebih pengalaman, ya saya ikuti saja.
3. Ya pandai-pandai lah, supaya enggak ikutin apa yang tidak cocok dirasa
4. Ya enggak ada, enggak ada yang larang saya
5. Ya ikutin saja, tapi karena ASI nya kurang ya bagaimana. Harus tambah susu formula juga
6. Ya kalau masih wajar ya saya ikutin.
7. Ya di pilah-pilah lah yang baik untuk anak
5 Jelaskan dampak yang ibu rasakan baik dari segi masyarakat maupun keluarga
1. Dampaknya ya, anak saya sehat-sehat saja kok, paling batuk pilek saja nya penyakitnya, itu kan biasa. Tapi enggak sampai opname lah.
2. Dampaknya ya ini, anak saya sehat-sehat. Pintar lah mudah-mudahan, masih 10 bulan sudah bisa jalan.
3. Ya, karena saya enggak mau ngasih makan anak saya pas umur 3 bulan, ya mertua saya agak marah juga, tapi saya jawab senyum saja.
4. Tidak ada dampak apa-apa sih, kadang cengeng kali, ya lapar mungkin, saya kasih bubur, diam, enggak cengeng.
5. Memang karena enggak ASI itu, habis lah duit beli susu. Mertua saya marah , nyuruh saya kasih bubur nasi, Cuma saya belum berani, paling kasih pisanglah, udah 6 bulan baru kasih bubur promina.
6. Dampaknya, ya, saya lihat anak-anak saudara saya, sehat-sehat, pintar-pintar. 7. Kalau dari keluarga, saya dikira sombong,
Berdasarkan Matriks 4.2 diatas, umumnya ibu yakin agar ASI tetap sehat
dan lancar maka harus perbanyak makan tempe, serta makan sayuran seperti katu
dan bangun-bangun, selain itu perbanyak makan dan minum air putih juga
diyakini dapat memperlancar ASI, sebagian ibu lainnya juga berpendapat bahwa
minum vitamin, susu dan air nira dapat membuat ASI sehat dan dapat
memperlancar produksi ASI.
“Saya minum susu, vitamin”.
Umumnya ibu memperoleh keyakinan dari mertua, orangtua, teman dan
tetangga mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif
baik berupa anjuran ataupun larangan yang harus dipatuhi. Sebagian ibu lainnya
memperoleh informasi melalui media cetak dan elektronik seperti televisi.
Sebagian ibu yakin ASI saja cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi,
tetapi sebagian lagi merasa tidak yakin dengan hal tersebut karena bayi dirasa
lebih rewel dan cepat lapar. Beberapa ibu memberikan makanan tambahan serta
susu formula ketika usia bayi < 6 bulan pertamanya. Cara ibu dalam menanggapi
anjuran atau larangan pemberian ASI, umumnya ibu lebih memilih menuruti
anjuran atau larangan orangtua, namun sebagian ibu tidak langsung menerima hal
tersebut melainkan memilah-milah anjuran dan larangan yang baik untuk anak.
“Dampaknya ya, anak saya sehat-sehat saja kok, paling batuk pilek saja
.Dampak yang ibu rasakan baik dari segi masyarakat maupun keluarga
umumnya tidak ada, sebagian ibu merasa anaknya tetap sehat dan pintar. Sebagian
responden menyatakan bahwa adanya disosial seperti mertua yang sering marah
dan keluarga yang menganggap ibu sombong.
4.3 Analisis Bivariat
4.3.1 Analisis Bivariat Karakteristik Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berikut akan diuraikan hubungan karakteristik ibu yang memiliki bayi usia
0-12 bulan terhadap pemberian ASI eksklusif meliputi pendidikan, status kerja,
paritas dan pendapatan ibu.
4.3.1.1 Hubungan Pendidikan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
kelompok pemberian ASI Eksklusif yang tidak baik namun telah berpendidikan
tinggi (SMA dan PT) ada sebanyak 58 orang (71,6%). Sebanyak 9 ibu lainnya
(10,0%) berpendidikan rendah (SD dan SMP) serta tidak memberikan ASI
Berdasarkan hasil uji Chi Square antara pendidikan dengan pemberian
ASI Eksklusif, diperoleh nilai probabilitas (P = 0,105) sehingga Ho gagal ditolak,
artinya pada tingkat kepercayaan 95% terbukti bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di
Kecamatan Medan Amplas.
4.3.1.2 Hubungan Status Kerja Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 4.9 Hubungan Status Kerja Ibu Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
Status Kerja
Pemberian ASI Eksklusif
Total X2
Tidak Baik Baik
n % n % n %
Ya 53 77,9 15 22,1 68 100,0
0,181
Tidak 14 63,6 8 36,4 22 100,0
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas, dapat diketahui bahwa ibu yang termasuk
dalam kelompok pemberian ASI Eksklusif yang baik dan telah bekerja ada
sebanyak 15 ibu (22,1%), sedangkan ibu yang telah bekerja namun tidak
memberikan ASInya secara eksklusif ada sebanyak 53 ibu (77,9%). Sebanyak 14
ibu (63,6%) tidak memberikan ASI eksklusif secara baik dan tidak juga bekerja,
sedangkan 8 ibu lainnya (36,4%) tidak bekerja namun dapat memberikan ASI
secara baik pada anaknya.
Berdasarkan hasil uji Chi Square antara pekerjaan dengan pemberian ASI
Eksklusif, diperoleh nilai probabilitas (P = 0,181) sehingga Ho gagal ditolak,
artinya pada tingkat kepercayaan 95% terbukti bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara status kerja dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di
4.3.1.3 Hubungan Paritas Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 4.10 Hubungan Paritas Ibu Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
pada anaknya, sedangkan 50 ibu (79,4%) lainnya tergolong multipara namun tidak
memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif. Sebanyak 10 ibu (37,0%)
merupakan ibu yang memiliki 1 orang anak (primipara) namun telah menyusui
bayinya secara eksklusif. Sedangkan ibu primipara lainnya tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 17 orang (63,0%).
Berdasarkan hasil uji Chi Square antara paritas dengan pemberian ASI
Eksklusif, diperoleh nilai probabilitas (P = 0,102) sehingga Ho gagal ditolak,
artinya pada tingkat kepercayaan 95% terbukti bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara paritas (jumlah anak) dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi
di Kecamatan Medan Amplas.
4.3.1.4 Hubungan Pendapatan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan Tabel 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 14 orang
ibu (63,6%) tidak memiliki pendapatan dan tidak memberikan ASI secara
eksklusif pada bayinya, 8 ibu lainnya (36,4%) tidak juga memiliki pendapatan
dikarenakan tidak bekerja namun tetap memberikan bayinya ASI secara eksklusif,
sebanyak 36 ibu (75,0%) memiliki pendapatan ≥Rp.1.800.000,-perbulan namun
tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya, sedangkan 12 ibu lainnya
(25,0%) memiliki pendapatan ≥Rp.1.800.000,-perbulan dan dapat memberikan
bayinya ASI secara eksklusif. Sebanyak 17 ibu (85,0%) memiliki pendapatan
<Rp.1.800.000,- perbulan dan tidak menyusui bayinya secara eksklusif.
Sedangkan 3 ibu lainnya (15,0%) memiliki pendapatan <Rp.1.800.000,-perbulan
dan dapat memberikan bayinya ASI secara eksklusif.
Berdasarkan hasil uji Chi Square antara pendapatan dengan pemberian
ASI Eksklusif, diperoleh nilai probabilitas (P = 0,282) sehingga Ho gagal ditolak,
artinya pada tingkat kepercayaan 95% terbukti bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara pendapatan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di
Kecamatan Medan Amplas.
4.3.2 Analisis Bivariat Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan
terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berikut akan diuraikan hubungan perilaku ibu yang memiliki bayi usia
4.3.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 4.12 Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Amplas
(17,9%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dan dapat memberikan ASI
secara eksklusif, sedangkan ibu yang berpengetahuan rendah lainnya ada
sebanyak 55 ibu (82,1%). Sebanyak 12 ibu (52,2%) telah berpengetahuan tinggi
namun tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Sedangkan 11 ibu
lainnya (47,8%) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang ASI Eksklusif
dan telah memberikan ASInya secara eksklusif.
Berdasarkan hasil uji Chi Square antara pengetahuan dengan pemberian
ASI Eksklusif, diperoleh nilai probabilitas (P = 0,005) < 0,05 sehingga Ho
ditolak, artinya terbukti secara signifikan pada tingkat kepercayaan 95% bahwa
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan Amplas.
4.3.2.2 Hubungan Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan Tabel 4.13 diatas, dapat diketahui bahwa 17 ibu (20,5%)
memberikan ASI secara eksklusif pada anaknya namun memiliki sikap yang
negatif terhadap pemberian ASI eksklusif, sedangkan 66 ibu (79,5%) yang
memiliki sikap negatif lainnya tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Sebanyak 1 orang ibu (14,3%) termasuk dalam kelompok pemberian ASI
Eksklusif yang tidak baik namun memiliki sikap yang positif terhadap pemberian
ASI eksklusif. Sedangkan 6 ibu sisanya (85,7%) telah memiliki sikap yang positif
dan juga telah menyusui bayinya secara eksklusif.
Berdasarkan hasil uji Chi Square antara sikap dengan pemberian ASI
Eksklusif, diperoleh nilai probabilitas (P = 0,001) < 0,05 sehingga Ho ditolak,
artinya terbukti secara signifikan pada tingkat kepercayaan 95% bahwa ada
hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis Univariat
5.1.1 Karakteristik Ibu
Umur merupakan data dasar demografi yang harus tergambar dalam setiap
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang memiliki
bayi usia 0-12 bulan di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan berusia 20-35
tahun yaitu sebanyak 80 orang ibu (88,9%), sedangkan yang berusia <20 dan >35
tahun ada sebanyak 10 orang (11,1%).
Sebagian besar ibu memiliki bayi usia 0-12 bulan dan menyusui pada
rentang usia 20 sampai 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada kurun waktu tersebut
merupakan masa reproduksi yang optimal, sehingga banyak ibu yang melahirkan
dan menyusui bayinya pada masa tersebut. Peneliti beranggapan bahwa,
kahamilan banyak terjadi pada kelompok usia 20-35 tahun dikarenakan umumnya
sekarang seorang wanita menikah dan hamil diusia diatas 20 tahun dan telah
memiliki cukup anak diusia sekitar 30 tahun, sehingga jarang ditemukan wanita
menyusui diusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Berdasarkan hasil analisis univariat, dapat diketahui bahwa sebanyak 63
orang ibu (70,0%) memiliki 2 orang anak atau lebih (Multipara), sedangkan 27
(30,0%) lainnya hanya memiliki 1 orang anak. Peneliti beranggapan bahwa
semakin banyak jumlah anak ibu maka ibu akan semakin terampil dalam
menyusui bayinya sehingga bayi akan mendapatkan cukup ASI, selain itu
pengetahuan tentang ASI eksklusif, sehingga kemungkinan ibu memberikan ASI
secara eksklusif juga besar. Hal ini dibuktikan dengan pendapat Prihatini (2011),
hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menyusui pada ibu nifas masih
kurang terutama pada ibu primipara.
Berdasarkan segi pendidikan responden. Sebanyak 81 orang ibu (90,0%)
berpendidikan tinggi (SMA dan PT), sedangkan 9 orang ibu lainnya (10,0%)
masih berpendidikan rendah (SD dan SMP). Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi, dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan dalam hal tentang ASI Eksklusif.
Umumnya ibu telah berpendidikan tinggi, peneliti berpendapat bahwa
banyaknya ibu yang telah berpendidikan tinggi dikarenakan bahwa di Negara
Indonesia, telah banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan.
Sebagian besar penduduk telah menyelesaikan pendidikan setingkat SLTA. Oleh
karena itu pada penelitian ini ditemukan 90,0% atau sebanyak 81 dari 90 ibu telah
berpendidikan tinggi yaitu telah menyelesaikan pendidikan minimal SLTA
bahkan ada sebagian ibu yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat perguruan
tinggi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 68 ibu (75,6%) berstatus
sebagai pekerja aktif, sedangkan 22 ibu lainnya (24,4%) tidak bekerja. Diantara
pedagang, 21 ibu (23,3%) bekerja sebagai pegawai swasta, 6 ibu (6,7%) bekerja
sebagai petani, dan 5 orang ibu lainnya (5,6%) bekerja sebagai buruh.
Menurut Soetijiningsih, (2004) pekerjaan akan mempengaruhi
perekonomian seseorang karena dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik
yang primer maupun yang sekunder. Pekerjaan yang ditekuni seseorang ibu
memiliki hubungan mendatangkan pengetahuan tentang suatu hal baru baik yang
berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri maupun mengenai hal-hal yang baik.
Peneliti beranggapan bahwa ibu yang bekerja cenderung tidak dapat memberikan
ASI kepada bayinya secara eksklusif dikarenakan kesibukannya dalam bekerja,
sehingga waktu luang yang tersedia bersama bayinya sangat terbatas.
Hasil penelitian lainnya menunjukkan tentang pendapatan ibu yang
bekerja, yaitu dari 68 ibu yang bekerja tersebut, umumnya ibu memiliki
penghasilan ≥Rp.1.800.000,- yaitu sebanyak 48 orang (53,3%), sedangkan 20 ibu
yang bekerja lainnya (22,2%) memiliki penghasilan <Rp.1.800.000,-. Menurut
Malayu (2005), jika kompensasi yang diterima seseorang semakin besar berarti
jabatannya semakin tinggi statusnya semakin baik, dan pemenuhan kebutuhan
yang dinikmatinya semakin banyak pula.
Berdasarkan teori tersebut, peneliti beranggapan bahwa semakin tinggi
tingkat pendapatan ibu, artinya semakin tinggi juga jabatannya, semakin baik
statusnya dan pemenuhan kebutuhan akan hidup juga akan semakin baik.
Hubungan pendapatan dengan ASI eksklusif lebih kepada daya beli ibu terhadap
susu formula dan sebagainya. Ibu dengan penghasilan tinggi menunjukkan
cukup tinggi. Sehingga lebih memungkinkan ibu untuk tidak memberikan ASI
kepada bayi secara eksklusif.
5.1.2 Pengetahuan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, umumnya tingkat pengetahuan
responden berada pada kategori tingkat pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak
67 ibu (74,4%), sedangkan ibu dengan pengetahuan yang tinggi tentang ASI
Eksklusif hanya sebanyak 23 ibu (25,6%). Pengetahuan merupakan faktor penting
dalam menentukan perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan
perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Meningkatnya pengetahuan
masyarakat juga dapat mengubah perilaku masyarakat dari yang negative
menjadi positif (Wawan,2010).
Pengetahuan yang baik terutama tentang ASI Eksklusif dapat mendukung
perilaku masyarakat juga terutama ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan,
perubahan perilaku tersebut seperti perubahan perilaku yang negatif yaitu tidak
memberikan ASI menjadi perilaku yang positif yaitu memberikan ASI bahkan
ASI secara eksklusif kepada bayinya.
Jika dilihat dari hasil penelitian antara pendidikan dengan pengetahuan,
adanya ketidaksamaan antara banyaknya ibu yang berpendidikan tinggi, namun
dari segi pengetahuan, lebih banyak ibu yang memiliki pengetahuan yang rendah
tentang ASI eksklusif yaitu hanya sebanyak 23 orang (25,6%). Hal ini
menunjukkan bahwa seseorang dengan pendidikan tinggi, maka tidak selalu orang
tersebut luas pengetahuannya dan orang yang berpendidikan rendah tidak berarti
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
non formal.
5.1.3 Sikap Ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 83 ibu (92,2%) bersikap
negatif terhadap ASI Eksklusif, dan hanya 7 orang ibu (7,8%) yang bersikap
positif terhadap ASI Eksklusif. Sebuah penelitian menyatakan bahwa sikap ibu
secara bermakna meningkatkan prilaku pemberian ASI eksklusif (Yuliarti, 2008).
Hasil penelitian lain yang berhubungan dengan sikap dalam pemberian ASI
eksklusif diantaranya penelitian yang dilakukan (Wowor, Dkk) menyatakan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI, ada hubungan
antara sikap dengan pemberian ASI, penelitian terkait menyatakan bahwa adanya
hubungan antara pengetahuan dengan sikap dengan pemberian ASI eksklusif
(Team, 2010).
Jika dilihat dari hasil penelitian tentang pengetahuan responden terhadap
ASI eksklusif, banyak diantaranya yang termasuk kedalam kategori
berpengetahuan rendah tentang ASI eksklusif, dengan adanya penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa ada kaitan antara pengetahuan dan sikap
terhadap ASI eksklusif maka hal ini menjadi sejalan. Pada penelitian ini,
umumnya responden termasuk kedalam kategori sikap yang negatif terhadap ASI
eksklusif, dan hanya 7 orang (7,8%) saja yang memiliki sikap positif terhadap ASI
5.1.4 Pemberian ASI Eksklusif
Umumnya tindakan ibu terhadap ASI Eksklusif tergolong kedalam
kategori yang tidak baik yaitu sebanyak 67 ibu (74,4%), sedangkan ibu yang
tergolong kedalam tindakan yang baik hanya sebanyak 23 ibu (25,6%). Perilaku
seseorang dalam hal pemberian ASI eksklusif sangat berkaitan dengan faktor
predisposisi antara lain pengetahuan individu, sikap, kepercayaan/keyakinan,
nilai, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu seperti pendidikan,
pendapatan, pekerjaan dan sebagainya.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan, pengetahuan dan
sikap ibu yang ditemukan dalam penelitian ini lebih cenderung ke arah yang
kurang baik, sehingga tindakan yang muncul dalam penelitian ini lebih cenderung
kepada tindakan yang kurang baik juga, yaitu lebih banyak ibu yang tergolong
kedalam kategori tindakan yang tidak baik yakni tidak memberikan ASI kepada
bayinya secara eksklusif.
5.1.5 Nilai/Norma ASI
Berdasarkan hasil Penelitian, umumnya ibu memiliki aturan atau norma
mengenai pemberian ASI pada bayi, beberapa aturan dan norma yang dianut ibu
yakni tidak boleh makan ikan, makan makanan laut, selain itu dianjurkan untuk
makan dengan porsi lebih banyak, makan tempe, perbanyak makan sayuran
seperti daun katu, dan bangun-bangun agar produksi ASI banyak. Selain itu ada
juga responden yang berpendapat bahwa bayi biasanya diberi gula, dan diberi
bubur beras merah pada usia 3 bulan pertama.
diinginkan atau yang tidak diharapkan, mengenai apa yang boleh dilakukan atau
yang tabu dilakukan. Nilai dan norma yang terkait dengan pemberian ASI secara
umum terkait dengan pemahaman tentang sejauh mana makna ASI, serta
memahami bahwa ASI merupakan sesuatu yang amat penting bagi kehidupan
seorang bayi.
Pada penelitian ini beberapa nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat
masih mengarah pada norma atau aturan yang cenderung mengarah pada norma
negatif, berdasarkan hasil penelitian terhadap 7 responden yaitu ibu yang
memiliki bayi usia 0-12 bulan, keseluruhan responden masih merujuk pada norma
yang berlaku di masyarakat seperti memberikan gula pada bayi, memberikan
makanan selain ASI kepada bayi sebelum usia bayi mencapai 6 bulan. Hal ini
tidak sesuai dengan norma yang seharusnya berlaku yaitu bayi harusnya hanya
diberi ASI saja secara eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI saja kepada
bayi mulai ia lahir sampai berumur 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih serta tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Roesli, 2005).
Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa Ibu mengungkapkan manfaat
yang dapat diperoleh dengan menjalankan aturan atau norma seperti makan sayur
dan tidak makan ikan adalah supaya ASI tidak amis, ASI lebih banyak diproduksi,
ASI menjadi lebih lancar. Jika dilihat dari segi makanan ibu, maka norma yang
berlaku ada yang bernilai positif dan ada juga yang negatif. Norma yang bernilai
positif yaitu norma yang menganjurkan ibu untuk makan sayur agar produksi ASI
mengandung vitamin yang baik untuk kesehatan ibu maupun bayinya. Hal yang
dapat merugikan ibu adalah larangan makan ikan, karena ikan merupakan sumber
protein hewani yang sangat baik untuk asupan energi ibu, tidak ada hubungannya
dengan ASI yang berbau amis.
5.1.6 Keyakinan /Kepercayaan
Umumnya ibu yakin agar ASI tetap sehat dan lancar maka harus
perbanyak makan tempe, serta makan sayuran seperti katu dan bangun-bangun,
selain itu perbanyak makan dan minum air putih juga diyakini dapat
memperlancar ASI, sebagian ibu lainnya juga yakin bahwa minum vitamin, susu
dan air nira dapat membuat ASI sehat dan dapat memperlancar produksi ASI.
Umumnya ibu memperoleh keyakinan dari mertua, orangtua, teman dan tetangga
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif baik berupa
anjuran ataupun larangan yang harus dipatuhi. Sebagian ibu lainnya memperoleh
informasi melalui media cetak dan elektronik seperti televisi.
Berkaitan dengan kepercayaan terhadap makanan bagi ibu yang sedang
menyusui dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan makanan pantang adalah
bahan makanan atau masakan yang tidak boleh dimakan oleh para individu dalam
masyarakat karena alasan-alasan yang bersifat budaya, adat menantang itu
diajarkan secara turun temurun dan cendrung ditaati walaupun individu yang
menjalankannya mungkin tidak terlalu paham atau yakin akan rasional dari alasan
memantang makana n yan g bersangkutan , dan sekeda r karen a patu h kepada