• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.2. Hasil Analisa Bivariat

5.3.1. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Padang Cermin kepada 122 responden, sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai imunisasi dasar, namun masih ada juga ibu yang memiliki pengetahuan

yang kurang mengenai imunisasi dasar. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil disitribusi uraian jawaban ibu yang menunjukkan bahwa dari 25 pertanyaan yang dijawab ada 6 pertanyaan yang dijawab salah oleh setengah responden, yaitu pertanyaan nomor 1, 2, 9, 14, 17 dan 19. Pertanyaan tersebut sebagian besar mengenai defenisi imunisasi, jenis imunisasi dan cara pemberian imunisasi. Dari tabel juga dapat dilihat pertanyaan yang dijawab paling banyak salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 2 yaitu terkait defenisi ataupun nama lain dari imunisasi dasar itu sendiri.

Dari data tersebut menunjukkan rendahnya pengetahuan tentang informasi imunisasi dasar kemungkinan karena kurangnya kesadaran ibu terhadap pentingnya informasi yang lengkap terkait imunisasi dasar mempengaruhi kesehatan bayi. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2012) menyimpulkan bahwa penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Sehingga kesadaran ibu untuk mencari informasi juga sangat mempengaruhi pengetahuan dan perilaku ibu.

Kurangnya penyuluhan petugas kesehatan tentang imunisasi dasar kepada ibu juga salah satu faktor kurangnya pengetahuan ibu.Karena dari hasil wawancara singkat peneliti kepada beberapa responden, bahwa di desa Padang Cermin sendiri para petugas kesehatan puskesmas jarang melakukan penyuluhan

tentang pentingnya imunisasi dasar bagi pencegahan penyakit pada bayi. Dari pernyataan petugas kesehatan sendiri bahwa mereka pernah melakukannamun ketika dilakukan penyuluhan sebagian besar ibu yang hadir adalah beberapa ibu yang memang selalu membawa bayinya ke posyandu.

Disamping itu, masih ada responden yang memiliki pendidikan yang rendah yakni responden yang hanya menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar terdapat 2 responden (1.6%) dan responden yang menyelesaikan pendidikan ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat 36 orang (29.5%) sehingga ibu memiliki informasi yang kurang mengenai imunisasi dasar. Hal ini sesuai dalam penelitian Razana Hijani, Fathra dan Zulfitri (2014) tentang hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota Kelurahan Dumai Kota yang menyatakan hasil tingkat pengetahuan sebagian besar ibu yang sejalan dengan mayoritas tingkat pendidikan SMA menunjukkan bahwa pengetahuan dipengaruhi faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana bahwa dengan pendidikan tinggi maka semakin luas pula pengetahuannya.

Selain pendidikan ada faktor lain dan mempengaruhi pengetahuan ibu Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data didapatkan bahwa sebagian besar usia ibu berada pada rentang 20-35 tahun , dimana usia tersebut merupakan rentang usia produktif pada wanita. Usia seseorang erat kaitannya dengan pengetahuan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa saat semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ririn Rahmala (2012)tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 yang menyatakan hasil analisis bivariat umur ibu mempunyai hubungan yang signifikan (p=0,005; RP=2,64) dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi campak imunisasi campak dengan usia ibu proporsi ibu berdasarkan umur terbanyak pada umur ≤ 30 tahun yaitu 75,6%.

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Sehingga kemungkinan usia juga dapat menjadi salah satu faktor predisposisi dalam mempengaruhi pengetahuan ibu.

5.3.2. Pemberian Imunisasi Dasar

Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Padang Cermin Kabupaten Langkat bahwa dari 122 reponden ibu, data didominasi ibu yang memiliki bayi dengan catatan pemberian imunisasi yang lengkap dibandingkan memiliki bayi dengan catatan pemberian imunisasi yang tidak lengkap. Namun meskipun begitu angka kelengkapan bayi menunjukkan bahwa belum tercapainya

angka UCI (Universal Child Imunnization) yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI yaitu minimal 80 % (Pusdatin, 2016). Dari data tersebut juga masih terdapat 31 responden (25,4%) yang bayinya tidak lengkap diimunisasikan. Dari 31 bayi dan anak, 10 bayi berusia 10 bulan, 3 bayi berusia 11 bulan, 12 anak pada rentang usia 1,1 tahun - 1,5 tahun, dan 6 anak pada rentang usia 1,6 tahun - 2 tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari uarian catatan pemberian imunisasi yang sudah dilewati bayi yang menunjukkan bahwa dari 122 bayi responden yang diteliti masih bayi yang tidak diberikan imunisasi Hepatitis 0, BCG dan polio 1, HB-Hib 1 dan Polio 2, HB-Hib 2 dan Polio 3, DPT-HB-Hib 3 dan Polio 4 dan yang terbanyak tidak diberikan adalah imunisiasi campak sebanyak 31 bayi (25,4%).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi dalam membawa bayinya imunisasi.Jumlah anak juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi ibu terkait pemberian imunisasi dasar. Dari hasil pengumpulan data sebagian besar ibu yang menjadi sampel adalah ibu yang memiliki 1 anak dan ibu tersebut mengaku lebih bersemangat ketika mengimunisasikan anaknya ketika anak pertama karena masih muda dan belum repot mengurusi anaknya yang lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Emilia (2011) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan status imunisasi bayi dan menyatakan usia ibu <30 tahun memiliki peluang 0,088 kali lengkap status imunisasi bayinya dibanding ibu usia >30 tahun. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ibu yang berusia lebih

muda yang baru memiliki anak biasanya cenderung memberikan perhatian yang lebih terhadap anaknya, termasuk kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

Selain itu kesibukan ibu juga sering menjadi alasan ibu tidak mengimunisasikan anaknya.Hasil analisa data juga menyatakan sebagian besar dari ibu tersebut bekerja sebagian dari ibu tersebut tidak bekerja.Padahal ketika peneliti melakukan wawancara singkat kepada setiap ibu yang bayinya memiliki catatan pemberian imunisasi tidak lengkap, rata-rata ibu tersebut mengatakan alasannya tidak mengimunisasikan bayi karena sibuk bekerja dan tidak punya waktu untuk ke posyandu.Kebanyakan ibu di desa tersebut bekerja sebagai buruh ataupun berjualan dan suaminya bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia diluar negeri sehingga tidak punya waktu untuk mengimunisasikan anaknya secara lengkap.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa masih ada ibu yang tidak mengimunisasikan anaknya secara lengkap, padahal pemberian imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan yang paling cost-effective ( murah), karena terbukti dapat mencegah dan mengurangi kejadian sakit, cacat, dan kematian akibat PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) yang diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya (Pusdatin, 2016).

Hal kewajiban pemberian imunisasi juga tertuang dalam Undang- Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat

dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak (PERMENKES, 2014).

Rendahnya angka pemberian imunisasi di Desa Padang Cermin menurut hasil peneliti kemungkinan terjadi karena masih terdapat ibu yang berpengetahuan kurang dan pendidikan yang rendah sehingga menyebabkan rendahnya kesadaran ibu tentang pentingnya imunisasi dan membawa bayinya untuk imunisasi secara lengkap. Selain itu tidak adanya keluarga maupun sanak keluarga yang dapat membantu ibu membawa anaknya ke Posyandu juga merupakan salah satu faktor ibu tidak mengimunisasikan anaknya. Karena didapatkan 57,4% responden bekerja dan mengaku terkadang tidak sempat ke posyandu.

Hal ini sesuai dengan penelitian Novasari (2012) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan terhadap pemberian imunisasi dasar dan sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita umur 12- 23 bulan, juga menyatakan bahwa pendidikan dan pengetahuan ibu berbanding lurus dengan kelengkapan status imunisasi balita. Namun selain pengetahuan dan pendidikan kemungkinan ada beberapa faktor predisposisi lain yang juga dapat mempengaruhi pemberian imunisasi yang lengkap seperti dukungan keluarga , petugas kesehatan, jarak rumah ke pelayanan kesehatan, dan lain-lain.

5.3.3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan

Dokumen terkait