• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat Chapter III VI"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka konsep penelitian dijelaskan dalam bentuk bagan, di mana sebagai variabel independen adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar, dan sebagai variabel dependen adalah pemberian imunisasi dasar . Sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka

Penelitia n Pengetahuan ibu tentang :

1. Defenisi imunisasi 2. Tujuan imunisasi 3. Manfaat imunisasi 4. Jenis imunisasi 5. Gejala yang

Ditimbulkan 6. Jadwal imunisasi

Pemberian imunisasi dasar : 1. Lengkap

(2)

3.2. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional skor responden = 76-100%

Nilai = 18-25

2). Cukup, apabila skor responden = 56-75%

Nilai = 8-17

3). Kurang, apabila skor responden < 56%

Nilai =1-7

(3)

2. Pemberian bayi pada usia 0-12 bulan

(4)

bayi tidak mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar yaitu Hepatitis B 0, BCG, DPT-Combo-1

hingga ketiga, Campak dan Polio

berdasarkan KMS.

3.3. Hipotesa

Pernyataan yang merupakan hipotesa alternatif (Ha) adalah ada hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan pemberian imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat.

(5)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Desain penelitian ini bersifat deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan ada atau tidak adanya hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Selesai Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat tepatnya di desa Padang Cermin.

4.2.Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 10-24 bulan selama periode bulan maret-april 2017 dan bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Selesai Desa Padang Cermin sebanyak 176 orang.

4.2.2. Sampel

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengambilan jumlah sampel dengan dengan menggunakan metode rumus slovin (Nursalam, 2011).

Rumus Slovin :

� = �

1 +��2

Keterangan: n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi

(6)

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah:

�= 176

1+176 (0,05)2

Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sample.Purposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu ( Nursalam, 2008). Selanjutnya menurut Arikunto (2013:183) pemilihan sampel secara purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari penelitian ini yang memenuhi karakteristik inklusi, yaitu :

1. Mempunyai bayi dan anakpada rentang usia 10-24 bulan 2. Memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS)

3. Tinggal di wilayah kerja Puskesmas Selesai tepatnya Desa Padang Cermin. 4. Dapat membaca dan menulis (tidak buta huruf)

5. Sehat jiwa

4.3.Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian

(7)

Cermin yang hanya sebesar 65%. Dan angka tersebut belum mencapai target imunisasi yang harusnya 97% (Data Pemantauan Wilayah Setempat, 2016). Lokasi Desa Padang Cermin berada ± 14 kilometer dari kota Binjai dan berada ± 8 kilometer dari kota Kuala.

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilaksanakan dalam bulan Maret hingga April 2017.

4.4.Pertimbangan Etik

Penelitian dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan izin dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya peneliti meminta persetujuan dan menyerahkan surat izin kepada kepala Puskesmas Selesai terkait desa cakupan yang akan dijadikan sebagai tempat pengumpulan data.

Sebelum melakukan penyebaran kuesioner, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur kepada responden.Jika responden bersedia, maka responden dapat menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang telah dipersiapkan oleh peneliti.Bila responden tidak bersedia

menandatangani lembar persetujuan, responden juga dapat memberikan persetujuan secara verbal (lisan).

(8)

kerahasiaannya dengan tidak mencantumkan nama pada lembar kuesioner yang diisi oleh responden, peneliti hanya akan memberi nomor pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul menjadi bukti pengumpulan data yang tidak akan disebar luaskan kepada orang lain tanpa seizin responden.

4.5.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang telah disusun oleh penulis berdasarkan kepustakaan yang mendukung tentang imunisasi dasar dan pemberiannya. Dalam kuesioner tersebut juga ditanyakan tentang data demografi responden meliputi usia ibu maupun anak, jumlah anak, pendidikan, dan pekerjaan namun hal tersebut tidak termasuk dalam variable penelitian. Pengisian kuesioner dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang dipilih dalam pilihan berganda dan checklist (√) pada kolom

jawaban yang telah disediakan.

(9)

pengetahuan dari responden. Sesuai tingkatan yang sudah ditetapkan sebagai berikut :

1) Baik, jika menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak >76-100% = 18-25

2) Cukup, jika menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 56-75% = 8-17 3) Kurang, jika menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak <56% = 1-7

Dan untuk pemberian imunisasi dasar menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan skala Guttman dengan nilai 1 untuk lengkap dan 0 untuk tidak lengkap berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dimiliki. Dengan kategori :

3. Lengkap : apabila imunisasi dilakukan dengan lengkap bayi mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar yaitu Hepatitis B 0, BCG, DPT-Combo-1 hingga ketiga, Campak dan Polio berdasarkan KMS.

4. Tidak Lengkap : apabila imunisasi tidak dilakukan dengan lengkap bayi tidak mendapatkan salah satu dari 5 jenis imunisasi dasar yaitu Hepatitis B 0, BCG, DPT-Combo-1 hingga ketiga, Campak dan Polio berdasarkan KMS.

4.6.Uji Kenormalan Data

(10)

tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji nonparametrik dengan menggunakan uji Spearman rho.

Hasil uji normalitas data penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini yaitu dengan melihat level of significance (α) atau nilai signifikan (p) harus lebih besar dari 0,05 pada uji Kolmogorov-Smirnov (untuk sampel >50 orang) (Dahlan, 2008). Hasil uji normalitas penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan memiliki level of significance (α) sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti data berdistribusi tidak normal, dan variabel pemberian imunisasi memiliki level

of significance (α) sebesar 0,465 (p>0,05) yang berarti data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa uji korelasi yang digunakan adalah dengan uji Spearman rho karena salah satu variabel tidak berdistribusi normal.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Mean

Std. Deviati

on

Test

statistic Asymp.Sig

Pengetahuan Ibu 1.48 .730 .00* .000

(11)

4.7.Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.7.1. Validitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat, tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan orang menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Pada penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi (Content Validity) yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana instrument penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu ( Setiadi, 2013). Validitas isi sudah dilakukan peneliti dengan mengkonsultasikan kuesioner yang telah disusun kepada dosen yang ahli dalam bidang yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu dosen bagian keperawatan anak dan komunitas yaitu ibu Lufthiani S. Kep., Ns, M. Kes dan ibu Rukni S.ST.M.Kes. Setelah kuesioner divalidasi oleh dosen yang ditunjuk, peneliti memperbaiki setiap komponen pertanyaan tersebut. Dari hasil validasi didapatkan CVI (Content ValidityIndex) sebesar 0,96Dengan ketentuan apabila nilai r hitung > r tabel (0,8) maka dinyatakan kuesioner ini dinyatakan valid dan dapat digunakan peneliti (Syarifuddin, 2009).

4.7.2. Reliabilitas Instrumen

(12)

Instrumen telah diujikan kepada 15 responden di desa Padang Brahrang kabupaten Langkat, yang masih wilayah kerja Puskesmas Selesai dengan karakteristik responden yang sama dan dilakukan hanya sekali pemberian instrumen. Penghitungan uji realibilitas dilakukan dengan teknik komputerisasi dengan menggunakan analisa Kuder Richardson-20 (KR20) untuk item yang nilainya berskala 1 (satu) dan 0 (nol ) dan memiliki jumlah soal yang ganjil sehingga didapatkan nilai relibilitas sebesar 0,82 lebih besar dari 0,70 maka instrumen yang digunakan dinyatakan relibe (Riduwan, 2005).

4.8.Prosedur Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :

1. Peneliti mengumpulkan dan meminta data ibu yang memiliki bayi dan anak usia 10 bulan-24 bulan dari petugas kesehatan setempat.

2. Peniliti memperkenalkan diri pada responden ketika posyandu, lalu menyerahkan lembar kuesioner kepada responden yang sesuai kriteria inklusi dengan terlebih dahulu meminta persetujuan (informed consent) dengan menanyakan kesediaan dijadikan sebagai responden dengan menandatangani surat persetujuan penelitian.

(13)

suratpersetujuan penelitian.

4. Langkah selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden cara pengisian kuesioner penelitian.

5. Agar pengumpulan dapat berjalan dengan cermat dan teliti, peneliti mengawasi atau mendampingi responden saat mengisi kuesioner.

6. Setelah responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan selanjutnya peneliti mengumpulkan kuesioner kembali dengan terlebih dahulu memeriksa jawaban responden apakah sudah terisi seluruhnya sehingga dalam pengolahan data tidak terjadi kendala.

7. Kemudian peneliti mengumpulkan kartu menuju sehat (KMS) ibu untuk di observasi oleh peneliti. Lalu peneliti mengisikan hasil observasi pada lembar observasi yang sudah disediakan.

4.9.Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

(14)

dijawab.

2. Coding

Dalam langkah ini peneliti memberikan kode (merubah menjadi angka) pada jawaban responden yang berhubungan dengan variabel penelitian untuk memudahkan dalam pengolahan data.

3. Tabulating

Proses tabulating yaitu memasukkan data ke dalam tabel untuk mempermudah analisa dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan penelitian dengan memasukkan data ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

4.10. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data dengan teknik analisa kuantitatif melalui beberapa tahap, pertama pengecekan kelengkapan data responden yaitu memastikan bahwa semua data yang dibutuhkan telah lengkap.Selanjutnya dengan mengklasifikasikan data dengan mentabulasi data yang telah terkumpul.Untuk mengolah data terlebih dahulu setiap data diberi kode.Selanjutnya entry data dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan teknik komputerisasi dengan menggunakan program komputerisasi.

1. Analisis Univariat

(15)

variabel dependent yaitu kelengkapan imunisasi dasar pada bayi serta beberapa data demografi.

Setelah kuisioner diisi dengan baik, kemudian ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, Kemudian dihitung dengan rumus :

P =�

�× 100%

Keterangan : P = persentase F = frekuensi data N = Jumlah responden 2. Analisa bivariat

Analisa Bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara kedua variabel tersebut yaitu pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan pemberian imunisasi dasar.Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu Rank spearman yakni untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang berskala ordinal (Riduwan, 2005) dan data yang tidak berdistribusi normal.Adanya korelasi antar variabel dilihat dari koefisien korelasi (r). Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara kedua variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel maka dilakukan pengamatan terhadap nilai

level of significance (α) pada hasil analisa. Jika nilai level of significance (α) < 0,05 maka terdapat korelasi bermakna antar variabel yang diuji dan jika nilai level

(16)

variabel yang diuji (Dahlan, 2008).

Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut digunakan kriteria penafsiran korelasi menurut Dahlan (2008), yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria Penafsiran Korelasi menurut Dahlan (2008)

No. Parameter Nilai Interpretasi antar dua variabel yang diuji.

Tidak terdapat kolerasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.

3. Arah Korelasi + (positif)

- (negatif)

Searah, semakin besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai variabel yang lainnya.

(17)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan pemberian imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 1 april 2017 sampai 30 april. Penelitian ini dilakukan kepada 122 ibu yang memiliki bayi 10-24 bulan sebagai responden di desa Padang Cermin Kabupaten Langkat.Penyajian data hasil penelitian meliputi hasil analisis univariat yang mencakup distribusi data demografi ibu, tingkat pengetahuan ibu serta pemberian imunisasi dasar dan analisis bivariat yaitu hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan pemberian imunisasi dasar.

5.1. Hasil Analisa Univariat

5.1.1. Distribusi Karakteristik Responden

Data demografi atau karakteristik responden yang di distribusikan mencakup usia ibu, usia anak, jumlah anak, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Tabel berikut akan mendistribusikan analisa data dari 122 responden.

Distribusi data demografi responden dapat dlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Persentase Karakteristik Responden

No. Data Demografi Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Usia ibu

a. < 20 tahun b. 20 – 35 tahun c. > 35 tahun

21 92 9

(18)

1. Bayi 4. Pendidikan terakhir

a. SD b. SMP c. SMA

d. Perguruan Tinggi

2 b. Tidak bekerja

70 52

57,4 42,6

TOTAL 122 100

Hasil analisa data menunjukkan bahwa dari 122 orang responden, sebagian besar usia ibu berada pada rentang 20-35 tahun yaitu sebanyak 92 orang (75,4%), dengan usia bayi terbanyak di rentang 10-17 bulan berjumlah 97 orang (79,5%), untuk pendidikan terakhir ibu didominasi lulusan SMA sebanyak 71 orang (38,2%), dan sebagian besar dari ibu tersebut bekerja dengan jumlah 70 orang (57,4%).

5.1.2. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar

(19)

Tabel 5.a. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Berdasarkan Distribusi Frekuensi Persentase

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Baik 81 66,4

2. Cukup 24 19,7

3. Kurang 17 13,9

TOTAL 122 100

Hasil Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dari 122 orang ibu yang menjadi responden, didapatkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik dengan jumlah 81 orang (66,4%), ibu dengan pengetahuan cukup 24 orang (19,7%), dan ibu dengan pengetahuan kurang 13 orang (13,9%).

(20)

Tabel 5.b. Uraian Jawaban Responden Terkait Pengetahuan Tentang

Imunisasi Dasar Di Desa Padang Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Selesai

Kabupaten Langkat Berdasarkan Distribusi Frekuensi

No. Pertanyaan

Uraian Jawaban Responden Benar

(n) (%)

Salah

(n) (%) 1. Imunisasi adalah..

a. Pemberian suntikan vitamin pada bayi. b. Pengobatan penyakit pada bayi.

c. Pemberian kekebalan tubuh bayi dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh

72 59 50 41

2. Imunisasi dasar pada bayi disebut juga… a. Imunisasi ulangan

b. Imunisasi khusus c. imunisasi wajib

54 44,3 68 55,7

3. Imunisasi diberikan agar…

a. Mencegah banyaknya jumlah bayi yang sakit.

b. Menngobati mencret. c. Menurunkan demam bayi

95 77,9 27 22,1

4. Salah satu tujuan diberikannya imunisasi dasar adalah…

a. Menurunkan berat badan bayi b. Memberikan vitamin pada bayi c. Mencegah kecacatan bayi akibat

penyakit

78 63,9 44 36,1

5. Manfaat diberikannya imunisasi pada bayi antara lain...

a. Membentuk pertahanan tubuh yang dapat mencegah penyakit.

b. Membantu meningkatkan nafsu makan bayi.

c. Membantu dalam penyembuhan penyakit

85 69,7 37 30,3

6. Salah satu keuntungan memberikan imunisasi pada bayi..

a. karena murah dan efektif dan lebih baik mencegah dari pada mengobati.

b. Sebagai penambah nafsu makan.

(21)

c. Dapat menjadi vitamin bagi tubuh bayi 7. Memasukan antigen asing (vaksin) yang

berisi kuman yang sudah dilemahkan melalui suntikan /oral dalam mencegah penyakit termasuk jenis imunisasi..

a. Aktif b. pasif c. ulangan

75 61,5 47 38,5

8. Imunisasi dasar sebaiknya diberikan pada usia...

a. 0-11 bulan b. 24-36 bulan c. .3-5 tahun

99 81,1 23 18,9

9. Imunisasi dasar terdiri dari…vaksin. a. 3 jenis

b. 5 jenis c. .6 jenis

69 56,6 53 43,4

10. Imunisasi dasar biasanya diberikan sejak... a. Bayi baru lahir

b. Anak mulai sekolah c. Anak mulai remaja

108 88,5 14 11,5

11. Imunisasi pertama yang biasanya diberikan pada saat bayi baru lahir adalah…

a. Polio b. Hepatitis B c. Campak

90 73,8 32 26,2

12. Imunisasi diberikan kepada bayi dengan keadaan yang...

a. Sehat b. Demam c. Diare

112 91,8 10 8,2

13. Imunisasi dapat mencegah bayi agar tidak terjangkit oleh…

a. Penyakit menular b. Alergi

c. . Kurang gizi

87 71,3 35 28,7

14. Imunisasi BCG diberikan untuk mencegah penyakit…

a. Hepatitis b. Tetanus c. TBC

70 57,4 52 42,6

15. Reaksi yang biasanya terjadi setelah pemberian imunisasi BCG adalah...

a. diare

(22)

b. Batuk

c. Bengkak di area penyuntikan 16. Penyakit lumpuh layu pada anak dapat

dicegah dengan memberikan imunisasi... a. Campak

b. BCG c. Polio

98 80,3 24 19,7

17. Imunisasi yang diberikan pada bayi untuk mencegah penyakit tetanus adalah...

a. Hib b. DPT c. BCG

72 59 50 41

18. Reaksi yang biasanya terjadi setelah diberikannya imunisasi DPT adalah..

a. Gatal-gatal b. Demam

c. Bengkak di area penyuntikan

90 73,8 32 26,2

19. Imunisasi DPT biasanya diberikan melalui... a. Suntikan dilengan kanan atas b. Tetes mulut

c. Suntikan di paha

67 54,9 55 45,1

20. Reaksi yang biasanya terjadi setelah pemberian imunisasi campak adalah...

a. Demam ringan b. batuk

c. Diare

105 86,1 17 13,9

21. Imunisasi BCG biasanya diberikan sejak... a. Usia 3 tahun

b. Usia sekolah c. Bayi baru lahir

100 82 22 18

22. Imunisasi DPT-Combo diberikan dengan jarak waktu...

a. 2 minggu sekali b. 1 bulan sekali c. 1 tahun sekali

92 75,4 30 24,6

23. Imunisasi yang diberikan melalui oral (tetes mulut) adalah…

a. Campak b. polio c. DPT

95 77,9 27 22,1

24. Imunisasi polio pada bayi diberikan sebanyak...

(23)

a. 4 kali b. 2 kali c. berkali-kali

25. Usia yang tepat dalam pemberian Imunisasi campak bayi adalah...

a. 9 bulan b. Baru lahir c. 2 bulan

89 73 33 27

TOTAL 2152 71 898 29

Dari hasil analisa pertanyaan diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 71% responden menjawab benar dan 29% reponden menjawab salah terkait pengetahuan tentang imunisisai dasar.

5.1.3. Pemberian Imunisasi Dasar

Data pemberian imunisasi dasar didapatkan dari Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dimiliki responden, setalah di observasi maka didapatkan data terkait catatan kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada 122 bayi yang berusia 10-24 bulan yang dapat dilihat pada tabel 6.a

Tabel 6.a. Pemberian Imunisasi Dasar Berdasarkan Distribusi Frekuensi Persentase

No. Pemberian Imunisasi Dasar Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Lengkap 91 74,6

2 Tidak Lengkap 31 25,4

TOTAL 122 100

Berdasarkan Data yang dikumpulkan dari 122 responden , mayoritas ibu memiliki bayi dengan pemberian imunisasi dasar yang lengkap sebanyak 91 orang (74,6%) dan tidak lengkap sebanyak 31 orang (25,4%).

(24)

Hepatitis 0, BCG dan polio 1, DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2, DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3, DPT-HB-Hib 3 dan Polio 4, dan Campak. Uraian data tersebut dapat dilihat pada tabel 6.b.

Tabel 6.b Uraian Catatan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi Di Desa

Padang Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

berdasarkan Distribusi Frekuensi

No. Jenis Imunisasi

Uraian Catatan Pemberian Imunisasi Diberikan

(n) (%)

Tidak diberikan

(n)

(%)

1. Hepatitis 0 117 95,9 5 4,1

2. BCG dan Polio 1 122 100 0 0

3. DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2 120 98,4 2 1,6

4. DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3 108 88,5 14 11,5 5. DPT-HB-Hib 3 dan Polio 4 106 86,9 16 13,1

6. Campak 91 74,6 31 25,4

Total 664 90,7 68 9,3

(25)

5.2. Hasil Analisa Bivariat

5.2.1. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan

Pemberian Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai

Kabupaten Langkat

Setelah semua variabel sudah diolah dan didistribusikan, maka selanjutnya akan dilakukan analisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu Rank spearman yakni untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang berskala ordinal (Riduwan, 2005) dan data yang tidak berdistribusi normal. Adanya korelasi antar variabel dilihat dari koefisien korelasi (r). Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara kedua variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel maka dilakukan pengamatan terhadap nilai level of significance (p) pada hasil analisa. (Dahlan, 2008).Hasil analisa data bivariat

(26)

Tabel 7. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan

Pemberian Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai

Kabupaten Langkat

Variabel P-value R N

Pengetahuan Ibu

0,000 0,825 122

Pemberian Imunisasi Dasar

Hasil diperoleh nilai p adalah 0,000 dengan kekuatan korelasi (r) adalah 0,825 pada 122 responden yang menyatakan bahwa ada Hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar dan hubungan tersebut searah (nilai r positif).

5.3. Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tujuan dari penelitian yaitu bagaimana pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar, pemberian imunisasi dasar pada bayi dan hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Selesai Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.

5.3.1. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar

(27)

yang kurang mengenai imunisasi dasar. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil disitribusi uraian jawaban ibu yang menunjukkan bahwa dari 25 pertanyaan yang dijawab ada 6 pertanyaan yang dijawab salah oleh setengah responden, yaitu pertanyaan nomor 1, 2, 9, 14, 17 dan 19. Pertanyaan tersebut sebagian besar mengenai defenisi imunisasi, jenis imunisasi dan cara pemberian imunisasi. Dari tabel juga dapat dilihat pertanyaan yang dijawab paling banyak salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 2 yaitu terkait defenisi ataupun nama lain dari imunisasi dasar itu sendiri.

Dari data tersebut menunjukkan rendahnya pengetahuan tentang informasi imunisasi dasar kemungkinan karena kurangnya kesadaran ibu terhadap pentingnya informasi yang lengkap terkait imunisasi dasar mempengaruhi kesehatan bayi. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2012) menyimpulkan bahwa penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Sehingga kesadaran ibu untuk mencari informasi juga sangat mempengaruhi pengetahuan dan perilaku ibu.

(28)

tentang pentingnya imunisasi dasar bagi pencegahan penyakit pada bayi. Dari pernyataan petugas kesehatan sendiri bahwa mereka pernah melakukannamun ketika dilakukan penyuluhan sebagian besar ibu yang hadir adalah beberapa ibu yang memang selalu membawa bayinya ke posyandu.

Disamping itu, masih ada responden yang memiliki pendidikan yang rendah yakni responden yang hanya menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar terdapat 2 responden (1.6%) dan responden yang menyelesaikan pendidikan ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat 36 orang (29.5%) sehingga ibu memiliki informasi yang kurang mengenai imunisasi dasar. Hal ini sesuai dalam penelitian Razana Hijani, Fathra dan Zulfitri (2014) tentang hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota Kelurahan Dumai Kota yang menyatakan hasil tingkat pengetahuan sebagian besar ibu yang sejalan dengan mayoritas tingkat pendidikan SMA menunjukkan bahwa pengetahuan dipengaruhi faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana bahwa dengan pendidikan tinggi maka semakin luas pula pengetahuannya.

(29)

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ririn Rahmala (2012)tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 yang menyatakan hasil analisis bivariat umur ibu mempunyai hubungan yang signifikan (p=0,005; RP=2,64) dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi campak imunisasi campak dengan usia ibu proporsi ibu berdasarkan umur terbanyak pada umur ≤ 30 tahun yaitu 75,6%.

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Sehingga kemungkinan usia juga dapat menjadi salah satu faktor predisposisi dalam mempengaruhi pengetahuan ibu.

5.3.2. Pemberian Imunisasi Dasar

(30)

angka UCI (Universal Child Imunnization) yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI yaitu minimal 80 % (Pusdatin, 2016). Dari data tersebut juga masih terdapat 31 responden (25,4%) yang bayinya tidak lengkap diimunisasikan. Dari 31 bayi dan anak, 10 bayi berusia 10 bulan, 3 bayi berusia 11 bulan, 12 anak pada rentang usia 1,1 tahun - 1,5 tahun, dan 6 anak pada rentang usia 1,6 tahun - 2 tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari uarian catatan pemberian imunisasi yang sudah dilewati bayi yang menunjukkan bahwa dari 122 bayi responden yang diteliti masih bayi yang tidak diberikan imunisasi Hepatitis 0, BCG dan polio 1, HB-Hib 1 dan Polio 2, HB-Hib 2 dan Polio 3, DPT-HB-Hib 3 dan Polio 4 dan yang terbanyak tidak diberikan adalah imunisiasi campak sebanyak 31 bayi (25,4%).

(31)

muda yang baru memiliki anak biasanya cenderung memberikan perhatian yang lebih terhadap anaknya, termasuk kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

Selain itu kesibukan ibu juga sering menjadi alasan ibu tidak mengimunisasikan anaknya.Hasil analisa data juga menyatakan sebagian besar dari ibu tersebut bekerja sebagian dari ibu tersebut tidak bekerja.Padahal ketika peneliti melakukan wawancara singkat kepada setiap ibu yang bayinya memiliki catatan pemberian imunisasi tidak lengkap, rata-rata ibu tersebut mengatakan alasannya tidak mengimunisasikan bayi karena sibuk bekerja dan tidak punya waktu untuk ke posyandu.Kebanyakan ibu di desa tersebut bekerja sebagai buruh ataupun berjualan dan suaminya bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia diluar negeri sehingga tidak punya waktu untuk mengimunisasikan anaknya secara lengkap.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa masih ada ibu yang tidak mengimunisasikan anaknya secara lengkap, padahal pemberian imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan yang paling cost-effective ( murah), karena terbukti dapat mencegah dan mengurangi kejadian sakit, cacat, dan kematian akibat PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) yang diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya (Pusdatin, 2016).

(32)

dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak (PERMENKES, 2014).

Rendahnya angka pemberian imunisasi di Desa Padang Cermin menurut hasil peneliti kemungkinan terjadi karena masih terdapat ibu yang berpengetahuan kurang dan pendidikan yang rendah sehingga menyebabkan rendahnya kesadaran ibu tentang pentingnya imunisasi dan membawa bayinya untuk imunisasi secara lengkap. Selain itu tidak adanya keluarga maupun sanak keluarga yang dapat membantu ibu membawa anaknya ke Posyandu juga merupakan salah satu faktor ibu tidak mengimunisasikan anaknya. Karena didapatkan 57,4% responden bekerja dan mengaku terkadang tidak sempat ke posyandu.

(33)

5.3.3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan

Pemberian Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai

Kabupaten Langkat

Hasil analisa data penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat pada tabel 5.1.4 menunjukkan bahwa nilai p pada kolom sig 2-tailed sebesar 0,00 lebih kecil dari nilai level of significance (α) yaitu 0,01 (p<0,01 karena dalam kolom koefisien relasi terdapat tanda (**) maka nilai α =0,01) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel yaitu pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan pemberian imunisasi dasar dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat dan searah (rs = 0.825). Maksudnya searah adalah apabila salah satu variabel tinggi maka varibel lain juga ikut tinggi, sehingga jika pengetahuan ibu tinggi maka dengan otomatis kelengkapan pemberian imunisasi pada bayinya juga tinggi.

(34)

responden 8 orang (16%) dengan pengetahuan baik dan memberikan anaknya imunisasi secara lengkap (8 orang atau 100%), dibandingkan ibu berpengetahuan kurang hanya 94,4% dan ibu berpengetahuan cukup 91,7% yang mengimunisasi anaknya secara lengkap.

Hal sebaliknya didapati dari penelitian yang dilakukan Masruroh (2012). Hasil penelitian Masruroh tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon yang menyatakan bahwa hubungan pengetahuan dengan praktik pemberian imunisasi, hasil uji chi-square nilai р 0,749 (0,749>0,05), berarti Ha di tolak, tidak ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di Wilayah Kerja Puskesmas Pegandon.

Meskipun demikian, namun hasil penelitian dan asumsi peniliti ini didukung oleh hasil penelitian dari Ririn Rahmala (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 kota tahun 2012 yang menyatakan bahwa hasil analisis bivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemberian imunisasi campak yaitu umur ibu (p=0,005;

RP=2,649), pendidikan ibu (p=0,000; RP=3,595), paritas (p=0,007; RP=2,583),

pengetahuan ibu (p=0,000; RP=4,183). Hasil analisis multivariat menunjukkan

(35)

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2012) menyimpulkan bahwa penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Sehingga Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam melengkapi pemberian imunisasi dasar pada bayinya.

(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan pemberian imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Selesai Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar sebagian besar didominasi ibu dengan pengetahuan baik dengan jumlah 81 orang (66,4%), ibu dengan pengetahuan cukup sebanyak 24 orang (19,7%), dan ibu dengan pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (13,9%).

2. Pemberian Imunisasi dasar pada bayi 10-24 bulan sebagian besar dalam katagori lengkap dengan jumlah 91 bayi (74.6%) dan kategori tidak lengkap sebanyak 31 bayi (25,4%).

(37)

6.2. Saran

1. Kepada ibu

Untuk ibu yang memiliki bayi dalam masa usia emas. Di harapkan untuk semakin giat untuk mencari tahu tentanng imunisasi dasar bagi bayinya. Karena hal tersebut dapat membantu ibu dalam pemahaman dan kesadaran ibu akan hal-hal penting bagi kesehatan bayinya. Ibu dapt mencari sendiri melalui internet maupun buku Kesehatan Ibu dan Anak yang diberikan oleh petugas kesehatan setempat. Selain itu ibu juga menanyakannya kepada petugas kesehatan seperti bidan,perawat dan dokter untuk menambah informasi.

2. Petugas Kesehatan di Puskesmas Selesai

Bagi Petugas Kesehatan diharapkan agar dapat meningkatkan minat dan kesadaran ibu dalam mengimunisasikan anaknya.Dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan penyuluhan yang menarik terkait imunisasi dasar seperti kegiatan penyuluhan yang dikemas dengan lomba bayi sehat atau lomba desa dengan Cakupan UCI tertinggi.Sehingga dapat memacu minat ibu dalam mengimunisasikan anaknya.

3. Kepada Instansi Pendidikan Keperawatan

(38)

4. Kepada peneliti selanjutnya

Gambar

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
Tabel  3. Kriteria Penafsiran Korelasi menurut Dahlan (2008)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Persentase Karakteristik Responden
Tabel 5.a. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Berdasarkan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hartika, Ruri Zain., Sumaryati., 2016, Perancangan Sistem Buka Tutup Pintu Air Otomatis Dimuara /Waduk Menggunakan Sensor Infra Red Dan Photo.. Dioda Dengan Tampilan Lcd

Pemerintah pusat dapat memberikan biaya pribadi bagi Guru di daerah khusus dan guru yang mengikuti program Keahlian Ganda. Selain pembiayaan pelaksanaan Program PPG, pemerintah

Mahasiswa peternakan STIPER Kutim dapat dengan leluasa melakukan kegiatan praktikum tanpa dihalangi oleh masalah minimnya atau tidak adanya fasilitas, hal tersebut

JUDUL : USIA LANJUT, SEMANGAT TAK PERNAH SURUT MEDIA : SUARA MERDEKA. TANGGAL : 22

Pada makalah ini penulis akan mencoba mengetengahkan salah satu metode pembelajaran, yakni metode CTL (Contextual Teaching Learning) yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang

Customer Relationship Management and Use of Mobile and Cloud Technologies in 3PL Sales Processes Third-party logistics providers are continuously looking for ways to improve

Deliberative approach focuses on role play, simulation, debate, presentation and speech. Those approaches follows the standard of steps in teaching

Selama periode tahun 2010-2016, peningkatan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan menggambarkan peningkatan volume nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan