• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan (knowledge) a. Definisi pengetahuan

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 21-35)

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang dan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan dan perilaku seseorang. Pengetahuan menurut beberapa ahli:

1) Menurut Notoatmodjo (2010: 121) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata).

2) Menurut Mubarak (2011: 81) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya.

3) Menurut Wawan dan Dewi (2010: 12) pengetahuan merupakan hasil dari tahu suatu objek yang mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengetahuan adalah hasil tahu seseorang setelah melakukan

pengindraan melalui mata atau telinga yang mempunyai kesan dalam pikiran manusia dan mengandung aspek positif dan aspek negatif. b. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010: 122) Secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yakni:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa tanda bahaya kehamilan dapat membahayakan ibu dan janin.

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang memahami tentang tanda bahaya kehamilan seperti mual muntah berlebihan pandangan mata kabur, sakit kepala hebat, nyeri perut hebat.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara hamil normal dan hamil beresiko tinggi.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tantang hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak (2011: 83), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. 2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama,

dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.

4) Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya (Notoatmodjo, 2010: 91).

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

d. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005:95), terdapat dua cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu:

1) Cara tradisional

Cara tradisional di pakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum di temukannya metode ilmiah, cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain: Caracoba-salah ( Trial and error). Cara ini telah di pakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban, cara coba-salah ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut berhasil, di coba kemungkinan yang lain.

(a) Kekuasaan (otoritas)

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme sama di dalam pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang di kemukakan orang yang mempunyai otoritas, tanpa lebih dulu menguji atau membuktikan kebenaranya, baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

(b) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengetahuan adalah guru yang baik pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

(c) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia pun ikut berkembang. Manusia telah mampu menggunakan penalaranya dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikiranya, baik melalui induksi (proses penarikan kesimpulan) maupun deduksi (pembuatan kesimpulan).

2) Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih logis dan ilmiah, cara ini di sebut” metode penelitian ilmiah”

e. Pengukuran tingkat pengetahuan

Pengukuran pengetahuan menurut Mubarak (2011: 83) dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Penentuan tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006), sebagai berikut:

1) Nilai > 75% : baik 2) Nilai 60-75% : cukup

3) Nilai < 60% : kurang f. Hubungan pengetahuan dengan perilaku

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan dan persepsi masyarakat. Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah perilaku masyarakat dari negatif menjadi positif (Wawan, 2006). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012) perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu:

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors)

Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor- faktor pendukung (enabling factors)

Yang terwujud dalam lingkungan, fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

3) Faktor- faktor pendorong (reinforcing factors)

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu objek sikap menurut beberapa ahli:

1) Menurut Mubarak (2011: 84) sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek–aspek tertentu dalam lingkungannya.

2) Menurut Notoatmdjo (2010: 124) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

3) Menurut Thurstone dalam Azwar (2007:121) mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif.

Dari beberapa pengertian diatas sikap merupakan perasaan, pikiran atau reaksi untuk terhadap objek tertentu untuk menentukan afek positif maupun afek negatif.

b. Komponen Pokok Sikap

Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2010: 125) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. c. Tingkatan sikap

Menurut Nototatmodjo (2010: 126) sikap terdiri dari beberapa tingkatan yakni:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartiakn bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Menurut Azwar (2005) faktor yang mempengaruhi sikap adalah:

1) Pengalaman pribadi

Pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

2) Orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan didasarkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap.

4) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang lain.

5) Lembaga pendidikan/ lembaga agama

Lembaga pendidikan atau lembaga agama sebagai suatu sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dari individu.

6) Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme ego.

e. Cara Pengukuran Sikap

Menurut Sugiyono (2009) bentuk skala sikap yang perlu diketahui sebagai berikut:

1) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutmya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel (Sugiyono, 2009). Cara pengukuran skala likert menurut Machfoedz (2008) yakni:

a) Pernyataan positif

(1) Sangat setuju (SS): bernilai 4 (2) Setuju (S): bernilai 3

(3) Tidak setuju (TS): bernilai 2

(4) Sangat tidak setuju (STS): bernilai 1 b) Pernyataan negatif

(1) Sangat setuju (SS): bernilai 1 (2) Setuju(S): bernilai 2

(3) Tidak setuju (TS): bernilai 3

(4) Sangat tidak setuju (STS): bernilai 4 2) Skala Guttman

Menurut Sugiyono (2009) skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang menyisakan pertanyaan yang berbobot lebih berat, maka akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu yang variable yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala Scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan. Jika seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, maka akan menyatakan lebih dari tidak terhadap pernyataan berikutnya. Jadi skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya : yakin-tidak yakin, ya-tidak, benar-salah, positif-negatif, pernah-belum pernah, setuju-tidak setuju dan lain sebagainya.

Perbedaan skala likert dengan skala guttman ialah kalau skala likert terdapat jarak (interval); 3, 4, 5, 6 atau 7 yaitu dari sangat

benar (SB) sampai dengan sangat tidak benar (STB), sedangkan dalam skala Guttman hanya ada dua interval, yaitu : benar (B) dan salah (S). Hasil pengukuran sikap positif bila >nilai median, negatif bila < nilai median untuk data berdistribusi tidak normal. Hasil pengukuran dengan data berdistribusi normal positif jika >mean dan negatif jika < mean (Riduwan, 2009).

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 21-35)

Dokumen terkait