• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan ini terjadi melalui penginderaan manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan itu diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Menurut taksonomi Bloom dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan mencakup 6 tingkatan dalam domain kognitif, yaitu:

a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menuraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, member contoh dan menyimpulkan.

c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hokum-hukum, rumus-rumus, metode dalam situasi nyata.

d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisologi. e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi- formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada atau disusun sendiri.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dikutip oleh Azwar (2009) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

Faktor internal : a. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadapa sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan.

b. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.

c. Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau mengingat suatu pegetahuan akan berkurang.

Faktor eksternal :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan.Sedangkan GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) mendefinisikan bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

b. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah tercukupi disbanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

c. Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang.Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberika landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal baru tersebut. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah tetapi jika ia mendapat informasi yang cukup baik dari berbagai media maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal positif atau hal negatif tergantung dari lingkungannya. Di dalam lingkungan inilah seseorang akan mendapatkan pengalaman yang akan mempengaruhi cara berfikirnya.

E. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

Menurut Resentrock (1977 dalam Maulana, 2009) model ini dekat dengan pendidikan kesehatan.Model ini merupakan salah satu model pertama yang dirancang untuk mendorong penduduk melakukan tindakan ke arah kesehatan yang positif.Health belief model sebagai suatu pendekatan pendidikan kesehatan yang berdasarkan pada kepercayaan dan persepsi yang dimiliki seseorang berhubungan dengan kerentanannya terhadap penyakit dan merupakan model

kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan (Bensley, 2008).

Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Resentrock (dalam Maulana, 2009) yaitu:

a. Ancaman berupa persepsi individu tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau kesediaan menerima diagnosis penyakit) dan persepsi tentang keparahan penyakit atau kondisi kesehatannya

b. Harapan berupa persepsi tentang keuntungan dari suatu tindakan, persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan tertentu

c. Pencetus tindakan yaitu media, pengaruh orang lain, dan hal-hal yang mengingatkan (reminders)

d. Faktor-faktor sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin, suku bangsa)

e. Penilaian diri (persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan tertentu)

Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu.Keputusan untuk mengambil tindakan sebagai upaya untuk penanggulangan penyakit itu tergantung pada persepsi individu tentang keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri.Untuk menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor pencetus (media, ajakan orang yang dikenal, atau ada yang mengingatkan) (Maulana, 2009).

F. Penelitian Terkait

Fransisca Iriani, M. Nasfiannoor, dan Nina Yuana Tendi (2006) dengan penelitiannya yang berjudul perbedaan sikap terhadap hubungan seks pranikah antara remaja yang diberikan penyuluhan dan yang tidak diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja menerangkan bahwa adanya perbedaan antara kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok satu lebih tidak menyetujui hubungan seks pranikah dibandingkan dengan kelompok yang kedua. Kesmpulannya adalah bahwa ada perbedaan yang signifikan dari sikap terhadap hubungan seks pranikah antara remaja yang diberi penyuluhan dan yag tidak diberi penyuluhan.

Dalam penelitian Rachma Wardani (2010) yang berjudul pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja perempuan.Penelitian tersebut menggunakan 61 siswi sebagai sampel 30 orang sebagi kelompok kontrol dan 31 orang sampel sebagai kelompok perlakuan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antara yang dilakukan penyuluhan dan yang tidak dilakukan penyuluhan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ardin Prima Massolo, Muh. Ikhsan, dan Rahma (2011) dengan judul pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah di SMAN 1 Masohi didapatkan hasil nilai kelompok ekserimen pre test 27,60 dan nilai post test 35,00 dengan nilai p < 0.05, sedangkan nilai kelompok kontrol pre test 33,40 dan nilai post test 26,00 nilai p>0.05. Artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap

pengetahuan siswa SMAN 1 Masohi tentang seksual pranikah. Pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi memberikan peningkatan terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah.

Dokumen terkait