KESEHATAN REPRODUKSI DI SMP
ISLAM RUHAMA CIPUTAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
SEPTIANA
1110104000018
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
iii
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2014
Septiana, NIM : 1110104000018
The Effect of Health Education toward the Knowledge Level of Adolescent about Reproductive Health in SMP Islam Ruhama Ciputat
xviii + 75 pages + 6 figures + 9 tables + 7 appendixes
ABSTRACT
Adolescent requires knowledge about reproductive health begins as they enter puberty. One of the ways to improve the knowledge of adolescents about reproductive health is to provide health education to prevent problems related to reproductive health in adolescents.
This study aims to see the influence of reproduction health education toward students’ knowledge. The study was implemented at SMP Islam Ruhama Ciputat. The study sample was 24 students and taken by the convenience sample technique. The method was a pre-experimental design with one group pre-test post-test design. Data collecting using a questionnaire research instruments. The data analysis technique which used is the Wilcoxon test.
The results showed the students' knowledge before they were given the health education with an average value of 81.9% and 86.3% after they were given the health education. The results of hypothesis test with an alpha error level 0.05 obtained significant score P> 0.05 means that there is no significant difference in adolescents knowledge about reproductive health before and after they were given the health education. It can be concluded that there is no influence of health education on the level of knowledge of adolescents.
Researchers suggest the schools hold counseling adolescent reproductive health programs in collaboration with health workers and train peer educators and peer counselors to improve the knowledge of adolescents about reproductive health
iv
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014
Septiana, NIM : 1110104000018
Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat
xviii + 75 halaman + 6 gambar + 9 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Remaja memerlukan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dimulai saat mereka memasuki masa pubertas. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah masalah terkait dengan kesehatan reproduksi pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Ruhama Ciputat. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 24 orang dengan teknik convenience sample. Metode yang digunakan adalah Pre experimental design dengan one group pre-test post-test design. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai rata-rata 81.9%. dan setelah diberikan pendidikan kesehatan menjadi 86.3%. Hasil uji hipotesis dengan tingkat kesalahan alpha 0.05 didapatkan nilai p>0.05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja.
Peneliti menyarankan pihak sekolah mengadakan program konseling kesehatan reproduksi remaja yang bekerja sama dengan petugas kesehatan dan melatih pendidik sebaya dan konselor sebaya untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
viii
Nama : SEPTIANA
Tempat, tanggal Lahir : Cirebon, 10 September 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Pangeran Jakatawa No. 63 Blok III RT 003 RW 007 Desa
Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon 45164
No. HP : +6287829706216
E-mail : tianagina92@yahoo.com
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu
Keperawatan
PENDIDIKAN
1. Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Gegesik Kidul 1997-1998
2. Sekolah Dasar Negeri 1 Gegesik Kidul 1998-2004
3. SMP Negeri 1 Gegesik 2004-2007
4. SMA Negeri 1 Gegesik 2007-2010
ix
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,
hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja di SMP Islam
Ruhama Ciputat”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta
kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta, Ibunda Bainah dan Ayahanda Arwata, yang telalu
memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik
tersayang dan seluruh keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan
dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi
x
dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi
kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan.
6. Kepala Sekolah SMP Islam Ruhama Ciputat yang telah memberi
persetujuan awal kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP
Islam Ruhama Ciputat
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama kuliah.
8. Seluruh staf dan karyawan akademik yang telah banyak memberi
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Saya di Ilmu Keperawatan 2010 khususnya Cherries (Alif
Nurul, Ratu Ummu Hani, Adis Anggulasi, Devica Kesuma, Laras Ayunda
Pratama, dan Rizkinuary Hidayah) yang selalu ada dalam senang maupun
susah, mendukung dan memberi semangat.
10.Kepada seluruh keluarga PSIK Kakak-Kakak dan Adik-Adik Saya di
Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membantu dan memotivasi
dalam mencapai cita-cita.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
xi
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
khususnya.
هتاكربو ه ةمحرو كي ع اسلاو
Ciputat, Juli 2014
xii
Halaman Judul ... i
Pernyataan Keaslian Karya ... ii
Abstract ... iii
Abstrak ... iv
Pernyataan Persetujuan ... v
Lembar Pengesahan ... vi
Daftar Riwayat Hidup ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi... xii
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Tabel ... xvii
Daftar Lampiran ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Pertanyaan Penelitian ... 6
D. Tujuan ... 7
1. Tujuan Umum ... 7
2. Tujuan Khusus ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan ... 9
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ... 9
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ... 9
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ... 10
4. Media Pendidikan Kesehatan ... 14
B. Kesehatan Reproduksi Remaja ... 15
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi... 15
2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja ... 15
3. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja ... 16
4. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi ... 17
a. Wanita ... 17
b. Pria ... 20
5. Tujuan Kesehatan Reproduksi ... 22
6. Cara Memelihara Kesehatan Organ Reproduksi ... 22
7. Pubertas dan Seksualitas ... 25
4. Karakteristik Seksualitas Remaja ... 32
D. Pengetahuan ... 33
1. Pengertian Pengetahuan ... 33
xiv
G. Kerangka Teori... 41
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep ... 42
B. Definisi Operasional... 43
C. Hipotesis ... 44
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 45
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 46
C. Populasi dan Sampel ... 46
1. Populasi ... 46
2. Sampel ... 46
D. Teknik Pengambilan Sampel... 47
E. Instrumen Penelitian... 47
F. Teknik Pengujian Instrumen ... 49
G. Tahapan Pengambilan Data ... 51
H. Tahap Pengolahan Data... 55
I. Teknik Analisa Data ... 56
1. Analisis Univariat... 56
2. Analisis Bivariat ... 56
J. Etika Penelitian ... 57
BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Islam Ruhama Ciputat ... 58
xv
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang
Kesehatan Reproduksi ... 67 B. Pengetahuan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang
Kesehatan Reproduksi ... 69 C. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi ... 70 D. Keterbatasan Penelitian ... 72
BAB VII KESIMPULAN
A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 74
xvi
Gambar 2.1 Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar ... 18
Gambar 2.2 Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam ... 20
Gambar 2.3 Organ Reproduksi Pria ... 21
Gambar 2.4 Kerangka Teori ... 41
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 42
xvii
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian ... 48 Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi ... 59 Tabel 5.2 Daftar Nilai Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan ... 60 Tabel 5.3 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswa
Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan
Tentang Reproduksi ... 61 Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum
Diberikan Pendidikan Kesehatan ... 63 Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah
Diberikan Pendidikan Kesehatan ... 64 Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja
Tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah diberikn
Pendidikan Kesehatan ... 65 Tabel 5.7 Distribusi Perbedaan Tingkat Pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah Diberikan
xviii
Lampiran 1.Dokumen Perizinan Lampiran 2.Lembar Informed Consent Lampiran 3.Kuesioner Penelitian Lampiran 4.Hasil Uji Validitas Lampiran 5.Hasil Uji Reliabilitas
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 2010 jumlah remaja usia 10-24 tahun adalah 64 juta atau 27,6% dari
total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010).
Dengan jumlah remaja yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus
bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani dan mental
spiritual.Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan diantaranya perubahan fisik, psikis,
dan sosial. Berbagai perubahan yang terjadi pada remaja tersebut dapat menimbulkan
permasalahan yang mungkin dapat mengganggu perkembangan remaja di masa depan
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012).
Hasil analisis Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Depkes dan
Kesejahteraan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial RI (2010), menunjukkan bahwa
kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia dewasa ini masih belum seperti yang
diharapkan, bila dibandingkan dengan keadaan di Negara-negara ASEAN lainnya.
Indonesia masih tertinggal jauh dalam aspek kesehatan reproduksi, termasuk
kesehatan reproduksi remaja (BKKBN, 2012).
Masalah kesehatan reproduksi yang memungkinkan dialami oleh remaja
seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses informasi dan
pelayanan kesehatan. Keterbatasan akses informasi bagi remaja Indonesia mengenai
kesehatan reproduksi yang di dalamnya mencakup seksualitas disebabkan karena
masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa seksualitas adalah hal yang tabu dan
tidak layak untuk dibicarakan secara terbuka. Orang tua biasanya merasa risih untuk
memberikan penjelasan mengenai masalah reproduksi dan seksualitas kepada
anaknya yang mulai tumbuh menjadi remaja, dan anak remaja juga cenderung merasa
malu untuk bertanya secara terbuka kepada orang tuanya (BKKBN, 2012).
Permasalahan utama yang dialami oleh remaja Indonesia yaitu ketidaktahuan
terhadap tindakan yang harus dilakukan sehubungan dengan perkembangan yang
sedang dialami, khususnya masalah kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebut
ditunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi. Remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur baru mencapai
29% sedangka remaja laki sebesar 32,3%. Remaja perempuan dan remaja
laki-laki yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk
pertama kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan
dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah
melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 34,7% dan
30,9% sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku
mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah
masing-masing sebanyak 48,6% dan 46,5% (BKKBN, 2012). Penelitian Kesehatan UI tahun
2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (JATABEK) dengan jumlah sampel 3006
kelahiran sebelum menikah dan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum
menikah dan kelahiran setelah menikah.
Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan
reproduksi membuat remaja berusaha untuk mencari akses dan melakukan eksplorasi
sendiri. Remaja sering kali menjadikan media internet, televisi, majalah dan bentuk
media masa lainnya yang dijadikan sumber untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang
seksualitas dan reproduksi. Oleh karena itu remaja memerlukan informasi tentang
kesehatan reproduksi dengan benar sehingga diharapkan remaja akan memiliki sikap
dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai organ dan proses reproduksinya
sendiri (BKKBN, 2008).
Menurut Fahmi Idris dalam Hashman (2009), program kesehatan seharusnya
lebih ditujukan pada perubahan perilaku (promotif dan preventif).Perubahan perilaku
tersebut berkontribusi 50% untuk menyehatkan masyarakat, sedangkan program
pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yang dilakukan di rumah sakit atau puskesmas
hanya berkontribusi sekitar 10% untuk menyehatkan masyarakat dan khususnya
untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi.
Pendidikan kesehatan tentang reproduksi di Indonesia lebih banyak diberikan
pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) daripada Sekolah Menengah Pertama
(SMP), padahal jumlah siswa SMP lebih banyak daripada jumlah siswa SMA
(Kemenkes, 2010). Remaja yang berada di tingkat awal sekolah menengah
mempunyai risiko melakukan hubungan seksual di luar nikah baik disengaja ataupun
tidak. Dikarenakan pada tahap ini remaja berada pada periode mencari identitas,
tubuhnya baik itu perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Mereka mulai
mengembangkan pikiran-pikiran baru dan mulai mencari tahu atas
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri mereka. Oleh karena itu, masa yang paling tepat
untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi adalah pada masa remaja awal.
Badan kesehatan dunia (WHO, 2009) menekankan pentingnya pendidikan kesehatan
reproduksi kepada kelompok remaja muda, yaitu kelompok usia 10 hingga 14 tahun.
Usia ini adalah masa emas untuk membentuk dan mempersiapkan mereka untuk
mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan
reproduksinya.
Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi adalah melalui pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan akan
mempunyai efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode maupun
media yang baik. Salah satu metode pendidikan kesehatan adalah ceramah Tanya
jawab.Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan
sekelompok pendengar, metode ini baik untuk sarana yang berpendidikan tinggi
maupun berpendidikan rendah (Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh
Purwono (2009) pada siswa SMPN 34 Semarang menunjukkan bahwa pendidikan
kesehatan menggunakan metode ceramah efektif terhadap peningkatan pengetahuan
remaja tentang stress.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada
11 orang siswa 8 orang siswa memiliki sikap positif terhadap seksual pranikah
sebagai akibat dari rendahnya tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
lainnya mengaku belum pernah berpacaran. Rata-rata dari mereka sudah mengetahui
akibat dari perilaku seks sering berganti pasangan yaitu diantaranya adalah terkena
penyakit HIV/AIDS. Pengetahuan siswa tentang reproduksi manusia sebagian mereka
dapatkan dari pelajaran biologi tetapi belum pernah ada kegiatan pendidikan
kesehatan yang diadakan secara khusus tentang kesehatan reproduksidi sekolah ini
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi pada siswa SMP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012)
masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi ditunjukan
dengan remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur baru mencapai 29%
sedangka remaja laki-laki sebesar 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki
yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk pertama
kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja
laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan
hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9%
sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku
mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah
masing-masing sebanyak 48,6% dan 46,5%.
Hal-hal tersebut diatas menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan untuk
disarankan oleh Badan kesehatan dunia (WHO, 2009) menekankan bahwa pentingnya
pendidikan kesehatan reproduksi kepada kelompok remaja muda, yaitu kelompok
usia 10 hingga 14 tahun. Usia ini adalah masa emas untuk membentuk dan
mempersiapkan mereka untuk mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab
terhadap kesehatan reproduksinya.
Dari masalah-masalah yang disebutkan diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi di Sekolah Menengah Pertama Islam Ruhama Ciputat.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diambil
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatandi SMP Islam Ruhama
Ciputat
2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi sesudah diberikan pendidikan kesehatan di SMP Islam Ruhama
Ciputat
3. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Islam
Ruhama Ciputat.
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Islam
Ruhama Ciputat
c. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama
Ciputat
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan mampu menjadi landasan untuk promosi
kesehatan pada remaja dalam rangka mencegah masalah kesehatan
reproduksi pada remaja.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pendidikan
dalam keperawatan dan keperawatan maternitas yang berguna dalam
mengembangkan metode yang efektif untuk melakukan promosi
kesehatan.
b. Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi perawat untuk
menjalankan fungsinya sebagai health educator dan health counselor
dalam strategi promosi kesehatan reproduksi pada remaja dalam
mencegah masalah kesehatan reproduksi.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi evidence base
practice dalam upaya pencegahan masalah kesehatan reproduksi pada
remaja.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berkaitan dengan area keperawatan maternitas, yaitu tentang
kesehatan reproduksi remaja. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama Ciputat,
dengan menggunakan jenis penelitian pra-eksperimental dengan desain one group
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa
Charter, 1986 dikutip oleh Notoatmodjo 2010). Pendidikan kesehatan adalah
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok atau masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan utama pendidikan kesehatan yaitu agar seseorang mampu
(Mubarak, 2009):
1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan
sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari
luar
3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf
Sedangkan tujuan utama pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang
Kesehatan No.23 tahun 1992 adalah meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik secara fisik,
mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial
(BKKBN, 2012).
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ada beberapa dimensi ruang lingkup pendidikan kesehatan, antara lain
(Fitriani, 2011):
1) Dimensi Sasaran
a) Individu
Metode yang dapat dilakukan adalah:
- Bimbingan dan konseling
Konseling kesehatan adalah kegiatan pendidian kesehatan yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan
sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi
juga mau dan bersedia melakukan anjuran yang berhubungan
dengan kesehatan (Maulana, 2009)
- Wawancara
Wawancara adalah bagian dari bimbingan dan
penyuluhan.Menggali informasi mengapa individu tidak atau
belum mau menerima perubahan, apakah individu tertarik atau
apakah mempunyai dasar yang kuat jika belum, maka diperlukan
penyuluhan yang lebih mendalam (Fitriani, 2011).
b) Kelompok
Metode yang bisa digunakan untuk kelompok kecil diantaranya:
- Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah membahas suatu topik dengan cara tukar
pikiran antara dua orang atau lebih dalam suatu kelompok yang
dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.
- Mengungkapkan pendapat (Brainstorming)
Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Pada prinsipnya
sama dengan diskusi kelompok. Tujuannya adalah untuk
menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,
pengalaman, dari setiap peserta.
- Bermain peran
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk
menghadirkan peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu
pertunjukkan di dalam kelas pertemuan,
- Kelompok yang membahas tentang desas-desus
Dibagi menjadi kelompok kecil kemudian diberikan suatu
permasalahan yang sama atau berbeda antara kelompok satu
dengan kelompok lain kemudian masing-masing dari kelompok
tersebut mendiskusikan hasilnya lalu kemudian tiap kelompok
- Simulasi
Berbentuk metode praktek yang berfungsi untuk mengembangkan
keterampilan peserta belajar. Metode ini merupakan gabungan dari
role play dan diskusi kelompok.
c) Masyarakat luas
Metode yang dapat dipakai untuk masyarakat luas diantaranya:
- Seminar
Metode seminar ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu
presentasi dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topic
yang dianggap penting dan biasanya sedang ramai dibicarakan di
masyarakat (Fitriani, 2011).
- Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan
menyampaikan informasi secara lisan kepada sejumlah siswa,
yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah, 2000 dalam
Simamora, 2009).
2) Dimensi Tempat Pelaksanaan
a) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid
b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau di tempat pelayanan
kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan juga keluarga pasien
c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau
3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan
Menurut Leavel dan Clark ada lima tingkat pencegahan yang dapat
dilakukan melalui pendidikan kesehatan, yaitu:
a) Peningkatan kesehatan
Dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, konsultasi perkawinan,
pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan sebagainya.
b) Perlindungan umum dan khusus
Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan
dalam rangka memberikan perlindungan secara khusus atau
umum kepada seseorang atau masyarakat.Bentuk
perlindungan tersebut seperti imunisasi dan higiene
perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan
kerja, pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan
lain-lain.
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap
kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan
untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk
memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobatai
d) Pembatasan kecacatan
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya
dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan.Oleh
karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap
ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi
lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas
kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.
e) Rehabilitasi
Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah
sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat.Karena
kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya
rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan
latihan-latihan tersebut (Mubarak, 2009).
4. Media Pendidikan Kesehatan
Media adalah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media
sebagai alat pembelajaran mempunyai syarat antara lain, 1) harus bisa
meningkatkan motivasi subyek untuk belajar, 2) merangsang pembelajaran
mengingat apa yang sudah dipelajari, 3) mengaktifkan subyek belajar dalam
memberikan tanggapan/umpan balik, 4) mendorong pembelajar untuk
melakukan praktek-praktek yang benar (Boore, 1997, dalam Era,
(visual), alat bantu dengar (audio) atau alat bantu dengar dan lihat (audio
visual) serta alat bantu dengan media tulis seperti poster, leaflet, booklet,
lembar balik, flipchart (notoatmodjo, 2010).
B. Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Menurut Depkes RI (2000) kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi, serta proses reproduksi dan pemikiran kesehatan
reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga
bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sesudah menikah (dalam Nugroho, 2010).
Pengertian kesehatan reproduksi menurut BKKBN (2008) adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, (fungsi, komponen dan proses) reproduksi yang dimiliki
oleh remaja. Kondisi sehat adalah sehat secara fisik, mental, dan sosial
3. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja
Menurut Depkes RI (2008) dasar pengetahuan kesehatan reproduksi yang
perlu diketahui oleh remaja yaitu:
1) Pengetahuan tentang perubahan fisik, kejiwaan dan kematangan
seksual. Misalnya informasi tentang haid dan mimpi basah, tentang
alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan
2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab. Bekal pemahaman seks
sebagai kebutuhan manusia secara biologis dan perlunya serta
bagaimana menyalurkan dan mengendalikan naluri seksual menjadi
kegiatan yang positif seperti olahraga atau hobi yang bermanfaat.
Sementara penyaluran berupa hubungan seksual hanya untuk
melanjutkan keturunan yaitu dengan cara menikah terlebih dahulu.
3) Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan remaja perempuan,
serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan.
Remaja juga memerlukan pembekalan tentang kiat untuk
mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam
menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan
hubungan seksual diluar nikah dan penggunaan NAPZA
4) Persiapan pranikah. Informasi ini diperlukan agar calon pengantin
lebih siap secara mental dan emocional dalam memasuki kehidupan
berkeluarga
5) Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya. Remaja perlu
laki-laki dan remaja perempuan dalam memasuki kehidupan
berkeluarga di masa depan.
4. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi
Perlu dipahami oleh remaja bahwa pria dan wanita memiliki organ
reproduksi yang berbeda, baik dalam hal struktur atau fungsinya. Alat
reproduksi pria terdiri dari testis dan penis, sedangkan pada wanita terdiri
dari ovarium, uterus, dan vagina. Berikut adalah penjelasan fungsi dari
tiap organ reproduksi yang dapat dijelaskan kepada remaja (Bobak, dkk.,
2005).
a. Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar
dan organ reproduksi bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1) Vulva, adalah organ kelamin luar yang terdiri dari labia mayora,
labia minora, mons pubis, bulbus vestibule, vestibulum vaginae,
glandula vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae.
2) Labia mayora,yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak
yang ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari
mons pubis. Berfungsi melindungi jaringan yang ada dibawahnya
(labia minora, meatus urinarius, dan muara vagina).
3) Mons pubis, bantalan berisi lemak yang terletak dipermukaan
anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan
dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis saat berhubungan
seksual.
4) Payudara/kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk
menyusui.
Gambar 2.1 Organ reproduksi wanita bagian luar
Organ reproduksi bagian dalam:
1) Labia minora, adalah labia sebelah dalam dari labia majora, dan
berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa
perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi. Dibagian
tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih
2) Hymen, merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya
berlubang teratur ditengah, sebagai pemisah dunia luar dengan
organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita
berhubungan seksual atau setelah melahirkan.
3) Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot
melingkar yang di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini)
menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas
seksual. Berfungsi sebagai organ untuk berhubungan seksual dan
jalan lahir.
4) Uterus(rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer,
bagian bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher
rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai
tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah
dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi.
5) Tuba uterina(fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan
uterus, sebagai tempat melintasnya sel telur/ovum.
6) Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan
menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Organ ini
Gambar 2.2 Organ reproduksi wanita bagian dalam
b. Pria
Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria
bagian luar dan alat kelamin pria bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1) Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang
berubah ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis
berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian
tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan
2) Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat,
terdapat 2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan
ditumbuhi rambut pubis.
Gambar 2.3 Organ reproduksi pria
Organ reproduksi bagian dalam:
1) Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari
saluran kecil-kecil membentuk anyaman, sebagai tempat
pembentukan sel spermatozoa.
2) Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel
spermatozoa, berjumlah 2 buah.
3) Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang
menghasilkan cairan kental yang memberi makan sel-sel
4) Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan
cairan untuk kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama
cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang
disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi.
5. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Remaja memerlukan tempat yang aman untuk memeriksakan diri
atau konsultasi dengan petugas dan orang-orang yang tepat untuk
membahas mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja. Adapun
tujuan kesehatan reproduksi remaja menurut Soetjiningsih (2004) yaitu:
1) Menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak
dikehendaki
2) Menurunkan penularan infeksi menular seksual/HIV-AIDS
3) Memberikan informasi kontrasepsi (untuk pasca keguguran)
4) Konseling untuk mengambil keputusan
Bila pelayanan reproduksi esensial tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik, maka langkah-langkah tersebut sangat baik untuk mengatasi
masalah remaja seperti yang diuraikan diatas.
6. Cara memelihara kesehatan organ reproduksi
Memelihara organ reproduksi wanita:
1) Membilas vulva dengan air bersih setiap kali selesai buang air kecil
atau buang air besar. Membasuh dengan air bersih dari arah depan
sebelum menggunakan celana dalam, karena jika organ dibiarkan
lembab maka jamur akan mudah tumbuh menyebabkan rasa gatal.
2) Ganti celana dalam minimal 2x sehari. Pilih celana dalam yang
mudah menyerap keringat, misalnya bahan katun. Hindari celana
dalam yang terlalu ketat karena akan menekan otot vagina dan
membuat suasana lembab yang dapat memicu pertumbuhan jamur.
3) Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang
mengalir. Karena kemungkinan air yang berada di tempat
penampungan mengandung bakteri dan jamur.
4) Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat
menyebabkan iritasi. Gunakan pantyliner hanya saat mengalami
keputihan saja.
5) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut
dan kering sehingga tak menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah
pembalut sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali karena darah
yang tertampung pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya
kuman.
6) Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara
rutin karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam vagina.
Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik
dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur.
Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ intim.
8) Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan
teratur berolahraga dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
Memelihara organ reproduksi pria:
1) Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan
berbahan menyerap keringat. Ganti celanan dalam minimal dua kali
sehari. Celana dalam yang tidak higienis atau kotor terkena keringat
dan daki, serta lembab, akan memudahkan bakteri berkembang biak
yang bisa mengundang penyakit, bau tidak sedap, biang keringat,
dan lain-lain.
2) Mencukur rambut kemaluan secara berkala untuk menjaga tetap
pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di samping itu, ada
bakteri baik yang tumbuh di rambut sekitar kemaluan, sehingga
tidak baik untuk dicukur habis.
3) Menggunakan air bersih untuk membilas alat kelamin sesudah
buang air.
4) Pria penting untuk melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan
kotoran pada lipatan luar penis.
5) Hindari cahaya seperti sinar x rontgen, karena alat kelamin cukup
sensitive sehingga perlu waspada untuk tidak sering melakukan
rontgen. Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang
mengandung alkohol, merokok, menggunakan narkoba, dan
sebagainya.
6) Jaga kelembaban. Sperma akan menurun kualitasnya pada saat
berada pada lingkungan panas. Oleh sebab itu hindarilah
menggunakan pakaian yang ketat yang berbahan panas kurang
ventilasi, serta jauhi kebiasaan yang meningkatkan suhu alat
kelamin seperti memangku laptop di paha dekat alat kelamin
(poltekkes negeri Jakarta, 2010).
7. Pubertas dan Seksualitas
Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan, dimana
seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan
sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi(soetjiningsih,
2004). Anak perempuan biasanya memasuki pubertas dua sampai dua
setengah tahun lebih awal dibandingkan laki-laki yaitu sekitar usia
delapan sampai tiga belas tahun. Bagi anak laki-laki, begitu pubertas
dimulai mereka terus tumbuh dan berkembang lama setelah anak
perempuan berhenti.Itulah sebabnya kebanyakan orang dewasa laki-laki
lebih tinggi dari kebanyakan orang dewasa perempuan (buku ajar
keperawatan maternitas).
Pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi.Menstruasi
pertama disebut menarche.Menstruasi terjadi sekitar 14 hari setelah
ovulasi yaitu saat lapisan endometrium terlepas dari uterus.
Pubertas pada laki-laki yaitu ketika organ reproduksinya mulai mampu
memproduksi androgen (hormone seks laki-laki) hormone yang utama
yaitu testosterone.Tanda remaja laki-laki yang sudah pubertas yaitu
dengan mengalami mimpi basah.Mimpi basah merupakan peristiwa
alami keluarnya cairan dari organ reproduksinya.
- Ciri sekunder
Remaja perempuan yang mengalami pubertas yaitu (BKKBN, 2008):
1. Sel-sel lemak didistribusikan ke seluruh tubuh
2. Payudara mulai menonjol
3. Pinggul, paha, pantat mulai membesar
4. Rambut halus mulai tumbuh di area ketiak dan sekitar alat
kelamin
5. Muka cenderung tumbuh jerawat
6. Kulit menjadi lebih halus karena distribusi lemak
Remaja laki-laki yang mengalami pubertas yaitu:
1. Penis, testis, dan skrotum mulai membesar
2. Rambut tumbuh pada ketiak, sekitar alat kelamin, dan pada
bagian wajah tertentu
3. Suara memberat, tumbuh jakun
5. Pinggul menyempit
Masa puber anak laki-laki biasanya dimulai padausia 13-14 tahun dan
anak perempuan pada usia 11-12 tahun.Batasan umur ini tidak mutlak
tergantung beberapa faktor antaralain gizi, kesehatan, lingkungan
keluarga, dll.
8. Kehamilan
Kehamilan diawali dengan fertilisasi.Implantasi (penempelan embrio di
uterus) terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi.Kehamilan pada manusia
berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari permulaan siklus menstruasi
terakhir (Manuaba, 2009).
Tanda-tanda kehamilan menurut Manuaba (2009) yaitu,
a. Tanda tak pasti
- Terlambat haid
- Perubahan pada payudara (membesar dan tegang)
- Ngidam
- Mual dan muntah
- Sering kencing
- Pigmentasi kulit
- Konstipasi atau obstipasi
b. Tanda pasti
- Adanya gerakan janin dalam rahim
- Pemeriksaan dengan USG untuk melihat janin
Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan
berirama.Tahap pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang
berakhir dengan pembukaan serviks sempurna.Tahap kedua adalah
pengeluaran bayi. Tahap akhir adalah keluarnya plasenta setelah bayi keluar
dengan sempurna.
Umur yang baik untuk hamil adalah antara 16-40 tahun karena merupakan
salah satu faktor penting dalam kehamilan.Umur ibu yang masih terlalu muda
(remaja) dianggap beresiko dalam kehamilan karena alat reproduksinya masih
terlalu muda. Sedangkan jika umur ibu hamil lebih dari 40 juga termasuk
dalam kelompok resiko tinggi dikarenakan pada umur 40 tahun fungsi organ
reproduksi sudah mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan kehamilan
dapat mengancam kondisi fisik ibu sehingga tidak dianjurkan hamil pada usia
terlalu dini atau terlalu tua (BKKBN, 2008).
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan
perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek
fungsional.Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early
tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Klierman
& Jenson, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI,
2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang
berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke
dewasa muda.
WHO memberikan definisi tentang batasan remaja secara konseptual
yang terdiri dari tiga kriteriayaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi.
Sehingga dalam definisi tersebut remaja adalah suatu masa dimana: individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ini mencapai kematangan seksual; individu
mengalami perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa; terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2002 dalam Iriani
2006).
2. Tugas Perkembangan Remaja
Anak-anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja
sebelum menjadi individu dewasa sebelum menjadi individu dewasa yang
matang. Tugas-tugas perkembangan ini terdiri dari: (1) menerima citra tubuh,
(2) menerima identitas seksual, (3) mengembangkan sstem nilai personal, (4)
orang tua, (6) mengembangkan mengambil keputusan, (7) mengembangkan
identitas seorang yang dewasa (Bobak, dkk., 2005).
Periode masa remaja dibagi kedalam tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap
menengah dan tahap akhir. Semakin tinggi tahap perkembangannya, semakin
besar kesiapan untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan orang lain
(Bobak, dkk., 2005).
a. Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun)
Remaja tahap awal hanya memiliki pemahaman yang samar tentang
dirinya. Mereka belum mampu mengaitkan perilaku mereka dengan
konsekuensi perilaku tersebut.
b. Remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun)
Remaja tahap menengah bergumul antara perasaan bergantung versus
perasaan mandiri karena kawan-kawan sebaya menggantikan
kedudukan orang tua. Remaja tahap awal dan menengah belajar dan
menerima informasi, tetapi tidak mampu menerima informasi tersebut
dalam kehidupan mereka. Sering kali mereka melakukan trial dan
error tanpa memperhitungkan konsekuensinya.
c. Remaja tahap akhir (usia 17-20 tahun)
Remaja tahap akhir mampu memahami dirinya dengan lebih baik dan
dapat mengaitkan dengan jelas informasi yang abstrak ke dalam
Salah satu tugas penting remaja adalah mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan. Kemampuan mengambil keputusan berkenaan
dengan aktivitas seksual (Bobak, dkk., 2005).
3. Perubahan Pada Masa Remaja
Menurut Kusmiran (2011) perubahan-perubahan yang terjadi pada
remaja dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif
dan dimensi moral.
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri ataupun mimpi basah pada remaja
putra, secara biologis dia mengalami perubahan. Pubertas menjadikan
seorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif.
b. Dimensi Kognitif
Menurut teori Piaget, kemampuan kognitif remaja termasuk dalam tahap
formal operasional, dimana tingkah laku yang ditampilkan oleh remaja
adalah rasa kritis dimana segala hal harus rasional dan jelas, sehingga
remaja sering mempertanyakan kembali aturan-aturan yang diterimanya,
rasa ingin tahu yang merangsang adanya kebutuhan atau kegelisahan akan
sesuatu yang harus dipecahkan, dan jalan pikiran egosentris yang
tidak sejalan dengan pola pikir diri sendiri. Disamping itu terdapat pula
imagery audience, keadaan dimana remaja merasa merasa selalu menjadi
pusat perhatian orang lain serta personal fables, yaitu remaja merasa
dirinya unik dan berbeda dengan orang lain. Hal ini menyebabkan
kecenderungan terbentuknya konsep diri yang terpengaruh dari luar.
c. Dimensi moral
Masa remaja adalah saat dimana seseorang mulai bertanya tentang
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah yang sering terjadi dan
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan,
perang, keadaan social, dan sebaginya. Secara kritis remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan
hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanam kepadanya.
4. Karakteristik Seksualitas Remaja
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang
berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu.Seksualitas
ialah interaksi faktor-faktor biologis, pskologis personal, dan
lingkungan.Fungsi biologis mengacu pada kemampua individu untuk member
dan menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri
seksual psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang
pembelajaran peran;peran maskulin dan feminin. Nilai-nilai aturan
sosio-budaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan dunia
bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain (Bobak,
dkk., 2005).
Seiring dengan pertumbuhan remaja kearah kematangan seksual yang
sempurna, muncul jugalah hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan
seksualnya.Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena secara alamiah
dorongan seksual ini harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua
insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan
(Mutadin, 2002 dalam Sudibio, 2009).
D. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan ini
terjadi melalui penginderaan manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan
itu diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Menurut taksonomi Bloom dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan
mencakup 6 tingkatan dalam domain kognitif, yaitu:
a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya
sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat
menyebutkan, menuraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat
menjelaskan, member contoh dan menyimpulkan.
c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat
menggunakan hokum-hukum, rumus-rumus, metode dalam situasi
nyata.
d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke
dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur
objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran
kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan,
membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi
perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisologi.
e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
kemampuan untuk menyusun formulasi- formulasi yang ada.
Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan,
f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada
atau disusun sendiri.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dikutip oleh Azwar (2009) pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal:
Faktor internal :
a. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadapa sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi
didukung minat yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin
seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang
diinginkan.
b. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah
c. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau
mengingat suatu pegetahuan akan berkurang.
Faktor eksternal :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan
yang diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan.Sedangkan
GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) mendefinisikan bahwa
pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.
b. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan
status ekonomi lebih baik mudah tercukupi disbanding dengan
keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan
c. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang.Adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberika landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal baru tersebut. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah
tetapi jika ia mendapat informasi yang cukup baik dari berbagai media
maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh
pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal
positif atau hal negatif tergantung dari lingkungannya. Di dalam
lingkungan inilah seseorang akan mendapatkan pengalaman yang akan
mempengaruhi cara berfikirnya.
E. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)
Menurut Resentrock (1977 dalam Maulana, 2009) model ini dekat dengan
pendidikan kesehatan.Model ini merupakan salah satu model pertama yang
dirancang untuk mendorong penduduk melakukan tindakan ke arah kesehatan
yang positif.Health belief model sebagai suatu pendekatan pendidikan kesehatan
yang berdasarkan pada kepercayaan dan persepsi yang dimiliki seseorang
kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan
(Bensley, 2008).
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Resentrock (dalam Maulana,
2009) yaitu:
a. Ancaman berupa persepsi individu tentang kerentanan diri terhadap
penyakit (atau kesediaan menerima diagnosis penyakit) dan persepsi
tentang keparahan penyakit atau kondisi kesehatannya
b. Harapan berupa persepsi tentang keuntungan dari suatu tindakan, persepsi
tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan tertentu
c. Pencetus tindakan yaitu media, pengaruh orang lain, dan hal-hal yang
mengingatkan (reminders)
d. Faktor-faktor sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin, suku
bangsa)
e. Penilaian diri (persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan
tindakan tertentu)
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap
individu.Keputusan untuk mengambil tindakan sebagai upaya untuk
penanggulangan penyakit itu tergantung pada persepsi individu tentang
keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan
untuk melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang
kemampuan diri sendiri.Untuk menguatkan keputusan bertindak,
diperlukan faktor pencetus (media, ajakan orang yang dikenal, atau ada
F. Penelitian Terkait
Fransisca Iriani, M. Nasfiannoor, dan Nina Yuana Tendi (2006) dengan
penelitiannya yang berjudul perbedaan sikap terhadap hubungan seks pranikah
antara remaja yang diberikan penyuluhan dan yang tidak diberikan penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja menerangkan bahwa adanya perbedaan antara
kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok satu lebih tidak menyetujui
hubungan seks pranikah dibandingkan dengan kelompok yang kedua.
Kesmpulannya adalah bahwa ada perbedaan yang signifikan dari sikap terhadap
hubungan seks pranikah antara remaja yang diberi penyuluhan dan yag tidak
diberi penyuluhan.
Dalam penelitian Rachma Wardani (2010) yang berjudul pengaruh
penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja
perempuan.Penelitian tersebut menggunakan 61 siswi sebagai sampel 30 orang
sebagi kelompok kontrol dan 31 orang sampel sebagai kelompok perlakuan.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi antara yang dilakukan penyuluhan dan yang tidak
dilakukan penyuluhan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ardin Prima Massolo, Muh. Ikhsan, dan
Rahma (2011) dengan judul pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap
pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah di SMAN 1 Masohi
didapatkan hasil nilai kelompok ekserimen pre test 27,60 dan nilai post test 35,00
dengan nilai p < 0.05, sedangkan nilai kelompok kontrol pre test 33,40 dan nilai
pengetahuan siswa SMAN 1 Masohi tentang seksual pranikah. Pemberian
penyuluhan kesehatan reproduksi memberikan peningkatan terhadap
G. Kerangka Teori
Bagan 2.4 Kerangka Teori modifikasi dari Notoatmodjo (1993) dan Health Belief Model Rosenstock 1974( dalam Maulana, 2009)
42
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah bagian dari penelitian yang menyajikan
konsep atau teori, pembuatan kerangka konsep ini mengacu pada
masalah-masalah yang akan diteliti atau berhubungan dengan penelitian dan dibuat
dalam diagram (Alimul, 2007). Berdasarkan kerangka teori, maka disusun
kerangka konsep mengenai pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi
terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebagai
berikut:
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Intervensi
Pendidikan kesehatan Input
Pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi
Output
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi
Tingkat pengetahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi:
Definisi kesehatan reproduksi Organ reproduksi
Pubertas Kehamilan Seksualitas
Cara merawat kesehatan reproduksi Penyakit menular seksual
Responden akan
Kuesioner B Jika benar bernilai 1 reproduksi remaja dengan metode ceramah selama 60 menit
- - - -
C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian
yang telah dirumuskan (Setiadi, 2007). Berdasarkan kerangka konsep yang
telah dibuat, hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis alternatif (Ha): Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi.
Hipotesis nol (H0): Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan
45
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan desain penelitian menggunakan
metode Pre experimental design dengan one group pre-test post-test design
karena tidak dilakukan random assignment terhadap subjek penelitian.Random
assignment merupakan pemilihan secara acak peserta penelitian yang akan
ditempatkan pada kelompok yang berbeda, seperti kelompok eksperimental dan
kelompok kontrol (Louis, 2010).
Desain penelitian one group pre-test and post-test dapat digambarkan seperti
pada gambar 4.1. (Arikunto, 2006)
O1---X---O2
Gambar 4.1 Desain Penelitian
Keterangan:
O1 : mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner.
X : memberikan tindakan berupa pendidikan kesehatan.
O2 : mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner
kembali.
pretest Pendidikan kesehatan reproduksi
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama Ciputat yang beralamat di Jl.
Tarumanegara no. 67 Cireundeu – Ciputat Timur. Penelitian ini dilaksanakan
pada 3 Juni 2014.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakterisktik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang termasuk kedalam
kelompok remaja awal yaitu siswa kelas VII dan kelas VIII.
2. Sampel
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini harus
memenuhi kriteria inklusi, sebagai berikut:
a. Siswa kelas VIII
b. Bersedia menjadi responden dibuktikan dengan penandatanganan
lembar informed consent
c. Mengikuti acara pendidikan kesehatan baik pretest dan posttest
Kriteria eksklusi:
a. Tidak bersedia menjadi responden penelitian.
c. Tidak mengikuti acara pendidikan kesehatan secara keseluruhan (tidak
ikut posttest)
D. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian diambil menggunakan teknik convenience sample adalah
metode pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti bila penarikan sampel
secara acak tidak dapat dilakukan. Alasan peneliti menggunakan convience
sample adalah dikarenakan pihak sekolah hanya memberikan ijin peneliti untuk
mengambil sampel pada satu kelas saja. Sampel diperoleh dengan memilih para
peserta yang telah tersedia di kelas VIII 4 berjumlah 30 orang akan tetapi karena
6 orang tidak hadir pada saat pendidikan kesehatan dilaksanakan maka responden
yang dapat diambil adalah sebanyak 24 orang.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dipakaiterdiri dari:
1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang data demografi responden.
2. Kuesioner B berisi 21 pertanyaan terkait pengetahuan siswa tentang
kesehatan reproduksi.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada kuesioner B disusun
berdasarkan materi yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Kemudian
berdasarkan total skor jawaban benar yang diperoleh. Setiap jawaban benar
dari Kuesioner B diberi nilai 1, dan jika jawaban salah diberi nilai 0
Tabel 4.1 Uraian kuesioner penelitian
Variabel Parameter Jumlah
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen
dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur apa-apa yang
seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007).
Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment,
kemudian diuji menggunakan uji t dan kemudian lihat penafsiran dari indeks
korelasinya (Hidayat, 2008).
Rumus Pearson Product Moment:
= √[ ] [ ]
Keterangan:
: koefisisen korelasi
i
:
jumlah skor itemi
:
jumlah skor total (item)n : jumlah responden
Rumus uji t: