• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Hasil Penelitian

4.4 Pengetahuan Responden

4.4.1. Pengetahuan Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Mengenai

Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang perilaku pelajar SMA mengenai pengelolaan sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia tahun 2011 dapat disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.9 Distribusi Frekeunsi Pengetahuan Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Mengenai Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

No Pengetahuan

Skor 2 Skor 1 Skor 0

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Pengertian sampah secara umum 42 49,4 43 50,6 0 0 85 100 2 Pengertian sampah organik 73 85,9 11 12,9 1 1,2 85 100 3 Pengertian sampah anorganik 72 84,7 13 15,3 0 0 85 100 4 Contoh sampah anorganik 75 88,2 10 11,8 - - 85 100 5 Contoh sampah 76 89,4 9 10,6 - - 85 100

organik 6 Jenis sampah yang paling banyak dihasilkan di lingkungan sekolah 64 75,3 15 17,6 6 7,1 85 100 7 Jenis-jenis sampah 43 50,6 42 49,4 - - 85 100 8 Sumber- sumber sampah 78 91,8 6 7,1 1 1,2 85 100

Tabel 4.9 Distribusi Frekeunsi Pengetahuan Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Mengenai Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

No Pengetahuan

Skor 2 Skor 1 Skor 0 Jumla

h % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

9 Tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan 66 77,6 12 14,1 7 8,2 85 100 10 Manfaat memisahkan sampah organik dan anorganik 57 67,1 24 28,2 4 4,7 85 100 11 Manfaat memiliki tempat pembuangan sampah sementara di lingkungan sekolah 16 18,8 68 80 1 1,2 85 100 12 Dampak negatif dari sampah 53 62,4 31 36,5 1 1,2 85 100 13 Penyakit yang dapat 67 78,8 18 21,2 - - 85 100

ditimbulkan oleh sampah 14 Dampak positif dari sampah 78 91,8 7 8,2 0 0 85 100 15 Cara membuang sampah yang memenuhi syarat kesehatan 66 77,6 9 10,6 10 11,8 85 100

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa responden paling banyak menjawab pertanyaan pengetahuan dengan skor 2 adalah mengenai sumber sampah dan dampak positif sampah sebanyak 78 responden (91,8%), pada skor 1 paling banyak responden menjawab pertanyaan manfaat memiliki tempat pembuangan sampah sementara di lingkungan sekolah sebanyak 68 responden (80%) sedangkan pada skor 0 responden banyak menjawab pertanyaan mengenai cara membuang sampah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 10 responden (11,8%).

4.4.2 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Mengenai Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan HelvetiaTahun 2011 dapat disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

NO Tingkat Pengetahuan Jumlah (Orang) %

1 Baik 61 71,8

2 Cukup 23 27,1

3 Kurang 1 1,2

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang pengelolaan sampah yaitu berjumlah 61 orang (71,8%), responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 23

orang (27,1%). Sebagian kecil memiliki tingkat pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 1 orang (1,2%).

4.5 Sikap Responden

4.5.1 Sikap Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Mengenai Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Distribusi frekuensi sikap responden tentang perilaku pelajar SMA mengenai pengelolaan sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia tahun 2011 dapat disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Mengenai Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

No Pernyataan

Setuju Tidak Setuju

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Membersihkan ruang kelas dan

halaman sekolah dari sampah yang berserakan setiap hari.

65 76,5 20 23,5 85 100

2 Memisahkan sampah organik

dan sampah anorganik.

82 96,5 3 3,5 85 100

3 Sampah dibuang ke tempat

sampah yang telah disediakan.

84 98,8 1 1,2 85 100

4 Setiap kelas harus memiliki

tempat sampah masing-masing.

85 100 - - 85 100

5 Halaman sekolah harus memiliki

tempat sampah.

84 98,8 1 1,2 85 100

6 Sampah harus diangkut oleh

petugas pengangkut sampah.

85 100 - - 85 100

7 Petugas pengangkut sampah

harus mengangkut sampah setiap hari.

81 95,3 4 4,7 85 100

8 Sampah perlu dibakar, jika

petugas pengangkut sampah

tidak datang.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Mengenai Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

No Pernyataan

Setuju Tidak Setuju

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

9 Sampah seharusnya perlu

dikelola kembali menjadi barang yang dapat dipakai kembali.

52 61,2 33 38,8 85 100

10 Sampah seharusnya di buang ke

sungai.

3 3,5 82 96,5 85 100

11 Perlu dilakukan gotong royong

untuk membersihkan lingkungan sekolah anda dari sampah.

85 100 - - 85 100

12 Pelajar seharusnya ikut juga

berperan aktif dalam hal pengelolaan sampah dan bukan hanya oleh pemerintah atau pejabat lingkungan setempat, seperti lurah, kepling, dsb.

84 98,8 1 1,2 85 100

13 Perlu diadakan penyuluhan

mengenai pengelolaan sampah di sekolah agar menambah pengetahuan pelajar mengenai pengelolaan sampah.

64 75,3 21 24,7 85 100

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab setuju paling banyak adalah mengenai setiap kelas harus memiliki tempat sampah masing-masing, sampah harus diangkut oleh petugas pengangkut sampah, perlu dilakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan sekolah anda dari sampah yaitu sebanyak 85 orang (100%). Sedangkan pada kriteria tidak setuju responden paling banyak menjawab mengenai sampah seharusnya di buang ke sungai yaitu sebanyak 82 orang (96,5%).

4.5.2 Tingkat Sikap Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Mengenai Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Tingkat sikap responden tentang pengelolaan sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia tahun 2011 dapat disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Responden Tentang Perilaku

Pelajar SMA Mengenai Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

NO Tingkat Sikap Jumlah (Orang) %

1 Baik 84 98,8

2 Cukup 1 1,2

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat sikap yang baik tentang pengelolaan sampah yaitu berjumlah 84 orang (98,8%). Sebagian kecil memiliki tingkat sikap tentang pengelolaan sampah yang cukup yaitu sebanyak 1 orang (1,2%).

4.6 Tindakan Responden

4.6.1 Tindakan Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Mengenai Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Tindakan responden tentang pengelolaan sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia tahun 2011 disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011 No Pernyataan Ya Tidak Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Membersihkan ruangan kelas dari sampah yang berserakan setiap hari

64 75,3 21 24,7 85 100

2 Membersihkan halaman sekolah dari sampah yang

berserakan secara bergotong royong

81 95,3 4 4,7 85 100

3 Membuang sampah di tempat sampah setiap hari

63 74,1 22 25,9 85 100

4 Memisahkan sampah

organik dan anorganik di lingkungan sekolah

33 38,8 52 61,2 85 100

5 Tidak membuang sampah anda ke selokan

48 56,5 37 43,5 85 100

6 Selalu menegur teman bila

membuang sampah

sembarangan

7 Memanfaatkan sampah untuk dijadikan barang bermanfaat (kerajinan tangan) seperti tas, dompet, dan sebagainya

44 51,8 41 48,2 85 100

8 Memberikan informasi kepada teman anda mengenai pengelolaan sampah yang baik dan bena

54 63,5 31 36,5 85 100

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa tindakan responden yang paling banyak dilakukan adalah membersihkan halaman sekolah dari sampah yang berserakan secara bergotong royong yaitu sebanyak 81 orang (95,3%) sedangkan tindakan responden yang paling sedikit dilakukan adalah selalu menegur teman bila membuang sampah sembarangan yaitu sebanyak 63 responden (74,1%). 4.5.2 Tingkat Tindakan Responden Tentang Perilaku Pelajar SMA Mengenai

Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Tingkat tindakan responden tentang pengelolaan sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia tahun 2011 dapat disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Responden Tentang Perilaku

Pelajar SMA Mengenai Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

NO Tingkat Sikap Jumlah (Orang) %

1 Baik 16 18,8

2 Cukup 54 63,5

3 Kurang 15 17,6

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat tindakan yang cukup tentang pengelolaan sampah yaitu berjumlah 54 orang (63,5%). Sebagian kecil memiliki tingkat tindakan tentang pengelolaan sampah yang baik yaitu sebanyak 16 orang (18,8%) dan yang memiliki tingkat tindakan tentang pengelolaan sampah yang kurang yaitu sebanyak 15 orang (17,6%) .

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin, jumlah penghasilan orang tua, jumlah uang saku dan agama. Hasil penelitian secara umum dapat dilihat bahwa tingkat umur responden yang paling banyak adalah 16 tahun yaitu sebanyak 33 orang (38,8%). Seseorang yang memiliki tingkat umur yang lebih tinggi tidak sama pemahamannya dengan orang yang berumur rendah. Semain tinggi tingkat umur seseorang, maka semakin banyak juga bagi orang tersebut untuk mendapatkan informasi dan pada akhirnya semakin banyak juga pengetahuan yang mereka miliki (Notoadmodjo, 2003).

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa umur responden yang sebagian besar merupakan umur antara 15 sampai 17 tahun membuat tingkat pengetahuan responden masih banyak yang berkategori baik (61 orang), cukup (23 orang), bahkan ada 1 orang responden yang tingkat pengetahuannya berkategori kurang.

Menurut standar UMR Kota Medan tahun 2011, tingkat penghasilan tiap orang minimal Rp. 965.000. Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pendapatan orang tua responden yang paling banyak adalah adalah >Rp. 965.000 sebanyak 72 orang (84,7%). Hal ini dapat diasumsikan bahwa responden yang memiliki pendapatan > Rp. 965.000 sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk dalam hal pemberian uang saku pada anak. Jumlah uang saku yang lebih dari Rp. 10.000 membuat responden semakin mudah untuk membeli makanan maupun minuman sehingga hal ini akan memperbanyak jumlah sampah dari makanan dan minuman yang dibeli.

Menurut peneliti agama seseorang berpengaruh dalam membentuk keperbadiaan dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupan bersosial-masyarakat. Dari tabel 4.5 jumlah agama responden adalah Islam sebanyak 44,7% dari jumlah responden.

5.2 Sumber Informasi

Hasil penelitian diperoleh bahwa hanya sebagian kecil responden yang tidak mendapatkan informasi dari orang tua, guru sekolah, petugas kesehatan, media elektronik dan cetak mengenai pengelolaan sampah (lihat tabel 4.6 sampai tabel 4.11).

Notoadmojo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media cetak, media elektronik, media poster, bahkan kerabat dekat yang dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut.

Sumber informasi yang diterima responden sebagian besar bersasal dari media cetak adalah koran sebanyak 77 orang (90,6%) dan leaflet sebanyak 8 orang (9,4%). Sedangkan dari media elektronik berupa televisi sebanyak 63 orang (74,1%) dan informasi yang paling sedikit di terima responden berasal dari radio yaitu sebanyak 22 orang (25,9%).

Televisi adalah media yang efektif untuk menyampaikan informasi dalam bentuk audio dan visual kepada seseorang. Sebagai media audiovisual, televisi mampu merebut 94 % saluran masuknya pesan-pesan dan informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu membuat orang pada umumnya mengingat 50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. (Dewi, 2010). 5.3 Pengetahuan Responden

5.3.1 Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Hasil penelitian diketahui bahwa hanya 42 orang (49,4%) reponden yang mengetahui tentang pengertian sampah secara umum. Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda-benda atau hal-hal yang dipandang tidak dipergunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup (Azwar, 1990). Sedangkan Pengertian sampah menurut Sudrajat (2006) Sampah kota secara sederhana diartikan sebagai sampah organik maupun anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di kota tersebut. Masih banyak lagi pengertian sampah yang lain dibuat para ahli, pada dasarnya sampah itu adalah adanya suatu bahan/benda, bersifat padat, benda tersebut tidak berguna lagi dan terjadinya hubungan dengan kegiatan manusia, baik langsung maupun tidak langsung serta perlu dibuang dengan cara-cara yang sanitasi dan dapat diterima umum.

Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah dipilah menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik atau sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah jenis ini sangat mudah terurai secara alami (degradable). Sementara itu, sampah anorganik atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat diurai (undegradable) seperti karet, plastik, kaleng, dan logam (Rochim,dkk, 2010). Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat responden yang tepat dalam memahami tentang sampah organic sebanyak 73 orang (85,9%) dan yang tahu contoh sampah organik sebanyak 76 orang (89,4%). Sementara itu, responden yang tahu tentang sampah anorganik sebanyak 72 orang (84,7%) dan tahu contohnya sebanyak 75 orang (88,2%).

Jenis Sampah berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya, sampah dibagi menjadi 4 (empat) yaitu :

1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian, dan lainnya.

2. Sampah yang tidak mudah membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan lainnya.

3. Sampah yang berupa debu/abu.

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industri yang mengandung zat-zat kimia maupun sifat fisis berbahaya (Slamet, 2000).

Jenis sampah dapat dibedakan atas :

1. Garbage, ialah sisa pengelolaan ataupun sisa makanan yang mudah membusuk. Misalnya kotoran dari dapur rumah tangga, restoran, hotel, dan lain sebagainya. 2. Rubbish, ialah bahan atau sisa pengelolaan yang tidak mudah membusuk, yang

dibedakan atas : yang mudah terbakar (kayu,kertas) dan yang tidak mudah terbakar (kaleng, kaca).

3. Ashes, ialah segala jenis abu, misalnya yang terjadi sebagai hasil pembakaran kayu, batu bara di rumah-rumah ataupun di industri.

4. Dead animal, ialah segala jenis bangkai terutama yang besar seperti kuda, sapi, kucing, tikus.

5. Street sweeping, ialah segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan di jalan, karena dibuang oleh pengendara mobil ataupun oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab.

6. Industrial waste, ialah benda-benda padat sisa yang merupakan sampah hasil industri. Misalnya industri kaleng dengan potongan-potongan sisa kaleng yang tidak dapat dipergunakan (Azwar, 1990).

Berdasarkan penelitian diatas diketahui bahwa responden yang tahu tentang sumber

sampah sebanyak 78 orang (91,8%). Menurut Sudarsono (1990) sumber sampah

adalah :

1. Sampah dari rumah tangga.

Adalah sampah yang berasal dari dapur dan kegiatan dalam rumah tangga dan sampah yang dihasilkan umumnya sampah basah.

2. Sampah dari perdagangan/pasar.

Adalah sampah yang dihasilkan dari pabrik-pabrik dan sampah yang dihasilkan tergantung dari jenis industrinya.

3. Sampah industri.

Adalah sampah yang dihasilkan dari pabrik-pabrik dan sampah yang dihasilkan tergantung dari jenis industrinya.

4. Sampah dari daerah pembuangan.

Adalah sampah dari proses pembangunan, dan sampah yang dihasilkan bervariasi, seperti : debu, kayu, pecahan kaca, dan lain-lain.

5. Sampah pertanian.

Adalah sampah yang berasal dari pengolahan pertanian dan peternakan serta kegiatan lain di daerah pertanian. Sampah yang dihasilkan umumnya padat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden sudah mengetahui dampak positif manusia dan lingkungan sebesar 78 orang (91,8%) dan responden yang mengatakan sampah menimbulkan dampak negatif ada sebanyak 53 orang (62,4%). Baik atau buruknya dampak tersebut tergantung kepada kita bagaimana mengelolanya. Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan dampak menguntungkan dan pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang menguntungkan.

Beberapa dampak tersebut, yaitu : c. Dampak terhadap manusia

3. Dampak menguntungkan :

− Dapat digunakan sebagai makanan ternak. − Dapat berperan sebagai sumber energi.

− Benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan lagi untuk kegunaan lain.

4. Dampak merugikan :

− Dapat berperan sebagai sumber penyakit. − Dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

− Dapat berperan sebagai media perkembangbiakan sumber penyakit. d. Dampak terhadap lingkungan

3. Dampak menguntungkan :

− Dapat sebagai penimbun tanah.

− Dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang. 4. Dampak merugikan :

− Dapat menimbulkan bau yang tidak enak.

− Dapat menimbulkan pencemaran udara, tanah, dan air. − Dapat menimbulkan banjir.

− Dapat menimbulkan kebakaran.

− Dapat mengganggu hubungan sosial (Kusnoputranto, 2000).

Sampah juga memberikan pengaruh kepada kesehatan menurut Juli Soemirat, pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu :

3. Efek langsung

Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh dan yang karsinogenik. Selain itu, ada pula sampah yang mengandung kuman patogen sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya diare. Sampah ini berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri.

4. Efek tidak langsung

Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif dan secara

anaerobik menghasilkan cairan yang disebut “leachate” beserta gas. Sampah bila ditimbun secara sembarangan dapat menjadi sarang lalat dan tikus.

5.3.2. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang pengelolaan sampah yaitu sebanyak 61 orang (71,8%), sebagian memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengelolaan sampah yaitu sebanyak 23 orang (27,1%), dan ada 1 orang (1,2%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan sampah.

Menurut Bloom yang dijabarkan oleh Notoatmojo (2007) yaitu pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan.

Menurut Notoadmojo (2007) , ada 6 hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman dan informasi. Informasi memengang peranan yang cukup besar dalam mempegaruhi pengetahuan seseorang. Selain itu pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media cetak, media elektronik, media poster, bahkan kerabat dekat yang dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut.

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa responden yang pernah mendapatkan informasi tentang pengelolaan sampah dari televise sebanyak 63 orang (74,1%)

dan jumlah responden yang mendapat informasi dari radio mengenai pengelolaan sampah dari media elektronik sebanyak 22 orang (25,9%).

Hal ini cukup memberikan dampak bagi responden untuk mengetahui tentang pengelolaan sampah. Pengetahuan responden yang berada pada tingkat ini memungkinkan responden paham dan mengerti mengenai pengelolaan sampah.

Menurut Soekidjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2 yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini faktor internal yang mempengaruhi pembentukan perilaku ibu rumah tangga adalah karakteristik ibu rumah tangga yang meliputi umur, pendidikan, pendapatan, pengeluaran dan jumlah anggota keluarga. Faktor eksternal yang mempengaruhi pembentukan perilaku ibu rumah tangga adalah sumber informasi yang diperoleh oleh ibu rumah tangga yang meliputi keluarga, media massa dan teman sesama ibu rumah tangga.

5.4 Sikap Responden

5.4.1 Sikap Responden Tentang Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab setuju paling banyak adalah mengenai setiap kelas harus memiliki tempat sampah masing- masing, sampah harus diangkut oleh petugas pengangkut sampah, perlu dilakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan sekolah anda dari sampah yaitu sebanyak 85 orang (100%). Sedangkan pada kriteria tidak setuju responden paling banyak menjawab mengenai sampah seharusnya di buang ke sungai yaitu sebanyak 82 orang (96,5%).Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah memiliki pengetahuan yang baik sehingga akan mempengaruhi respon/stimulus yang dimunculkan oleh responden.

5.4.2 Sikap Total Responden Tentang Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat sikap yang baik tentang pengelolaan sampah yaitu berjumlah 84 orang (98,8%). Sebagian kecil memiliki tingkat sikap tentang pengelolaan sampah nyang cukup yaitu sebanyak 1 orang (1,2%).

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 1993).

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih, dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Allport (1954) dalam Soekidjo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

d. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. e. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. f. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

5.5 Tindakan Responden

5.5.1 Tindakan Responden Tentang Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa tindakan responden yang paling banyak dilakukan adalah membersihkan halaman sekolah dari sampah yang berserakan secara bergotong royong yaitu sebanyak 81 orang (95,3%) sedangkan tindakan responden yang paling sedikit dilakukan adalah selalu menegur teman bila membuang sampah sembarangan yaitu sebanyak 63 responden (74,1%). Hal ini menunjukan bahwa responden sudah mulai memiliki sebuah tindakan untuk mengelola sampah dengan membersihkan halaman sekolah, walaupun tidak dilakukan dengan tindakan yang konsisten.

Hal ini menunjukan bahwa sSuatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 1993).

Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu : 5. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

6. Respon Terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

7. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

8. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Dokumen terkait