• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Responden tentang Konjungtivitis

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

4. Pengetahuan Responden tentang Konjungtivitis

Hasil penelitian ini didapatkan gambaran pengetahuan responden tentang konjungtivitis masuk dalam kategori pengetahuan cukup dengan jumlah 115 orang (45,8%). Hal ini terjadi karena kurangnya sumber informasi yang diberikan, baik itu dari dalam sekolah ataupun luar sekolah dan hanya mendapatkan informasi dari keluarga dimana pengetahuan tentang konjungtivitis pada keluarga belum tentu baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwin (2012) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi di SMA Methodist Pematangsiantar tentang konjungtivitis adalah cukup dengan jumlah responden 61 orang (73,6%), pengetahuan baik dengan jumlah 14 orang (16,8%) dan pengetahuan kurang dengan jumlah 8 orang (9,6%).

Menurut Notoatmodjo (2012), Pengetahuan merupakan penginderaan manusia atau hasil dari tahu setelah orang melihatdan mengamati sesuatu

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya dan sebagian besar diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor usia, pengalaman, dan sumber informasi yang digunakannya.

Usia mempengaruhi pengetahuan seseorang karena pola pikir yang terus mengalami perubahan sepanjang hidupnya. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang daya tangkap juga pola pikir seseorang dan akan menurun sejalan bertambahnya usia pula (Budiman dan Riyanto, 2013). Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa usia remaja terbanyak adalah 17 tahun, dimana usia tersebut termasuk pada kelompok fase remaja madya. Pada usia ini, terjadi perubahan psikologi (mental yang taraf berpikirnya semakin matang) yang mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi. Selain itu, remaja diusia ini merupakan masa mencari jati diri atau identitas sendiri sehingga rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru sangat besar sehingga mudah menyerap informasi yang diperoleh baik dari keluarga, media dan sebagainya. Akan tetapi pada usia ini, pendirian remaja masih labil sehingga informasi yang diterima terkadang pemahamannya masih keliru, untuk itu terkait pengetahuan konjungtivitis perlu dilakukan pemberian informasi yang benar dan tepat (Mubarak, dkk, 2007).

Sumber informasi terbanyak yang diperoleh remaja adalah keluarga sebanyak 120 orang (47,8%). Budiman dan Riyanto (2013) mengatakan

bahwa sumber informasi juga menjadi faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Informasi ini berupa data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, dan basis data yang dapat memerikan pengaruh jangka pendek (immediate impact). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015), yaitu meningkatkan pengetahuan pendidikan kesehatan melalui layanan informasi pada siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase pada tingkat pengetahuan siswa sebelum dan setelah subjek penelitian diberikan informasi, yaitu dari kategori rendah dengan jumlah 39% menjadi kategori baik dengan jumlah 75%. Oleh karena itu, sumber informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang berupa perubahan atau peningkatan pengetahuan

Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman yang dimiliki seseorang. Masa lalu menjadi salah satu pengetahuan sebagai pertimbangan dalam memecahkan masalah yang sama (Budiman dan Riyanto, 2013). Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman (Mubarak, 2007). Oleh karna itu, pengalaman menjadi faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

C. Kekuatan dan Kelemahan 1. Kekuatan

Penelitian ini belum pernah dilakukan di MAN 1 Yogyakarta. Selain itu, penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Konjungtivitis jarang dilakukan oleh penelitian lain.

Dalam penelitian ini, terdapat banyak responden dan kuesioner tingkat pengetahuan tentang konjungtivitis dikembangkan oleh peneliti sendiri dan telah dilakukan uji validitas dan uji reliabelitas untuk mengetahui setiap item yang valid.

Saat melakukan penelitian di MAN 1 Yogyakarta, peneliti tidak mengunakan asisten. Selain itu, guru yang mengajar di kelas ikut membantu menyebarkan kuesioner kepada murid dan mengumpulkannya kembali sesuai jumlah yang diberikan.

2. Kelemahan

a. Penelitian mengenai tingkat pengetahuan remaja tentang konjungtivitis tidak banyak.

64 A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian terkait tingkat pengetahuan pada remaja madya tentang konjungitivitis di MAN 1 Yogyakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan remaja madya di MAN 1 Yogyakarta sebagian besar dalam kategori cukup

2. Tingkat pengetahuan remaja di MAN 1 Yogyakarta terhadap penyebab konjungtivitis sebagian besar dalam kategori cukup

3. Tingkat pengetahuan remaja di MAN 1 Yogyakarta terhadap tanda dan gejala konjungtivitis sebagian besar dalam kategori baik

4. Tingkat pengetahuan remaja di MAN 1 Yogyakarta terhadap penularan konjungtivitis sebagian besar dalam kategori kurang

5. Tingkat pengetahuan remaja di MAN 1 Yogyakarta terhadap pengobatan konjungtivitis sebagian besar dalam kategori baik

6. Tingkat pengetahuan remaja di MAN 1 Yogyakarta terhadap pencegahan konjungtivits sebagian besar dalam kategori baik

7. Tingkat pengetahuan remaja di MAN 1 Yogyakarta terhadap komplikasi konjungtivitis sebagian besar dalam kategori cukup

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian Tingkat Pengetahuan Remaja Madya tentang Konjungtivitis di MAN 1 Yogyakarta, maka saran yang dapat disampaikan peneliti adalah :

1. Bagi Pemerintah Yogyakarta

Pemerintah Yogyakarta diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan terkait konjungtivitis kepada remaja melalui Dinas Kesehatan Daerah Yogyakarta bekerja sama dengan setiap layanan kesehatan, karena walaupun konjungitivitis merupakan penyakit yang tidak berbahaya, apabila diberikan penanganan yang telat dan tidak tepat dapat menyebabkan komplikasi seperti glaukoma dan kebutaan.

2. Bagi Siswa

Siswa/siswi diberikan pendidikan kesehatan terkait konjungtivitis dalam upaya meningkatkan pengetahuan terhadap konjungtivitis melalui UKS yang dapat bekerja sama dengan puskesmas yang berada di wilayah terserbut.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain yang berminat dalam penyempurnaan penelitian ini dan peneliti menyarankan perlu mengkaji lagi pengetahuan di setiap sub pertanyaan.

66

San Fransisco, CA: American Academy of Opthalmology

American Academy of Opthalmology. (2013). Preferred Practice Pattern Guidelines: Conjunctivitis. San Fransisco, CA: American Academy of Opthalmology Amir, AA., Neal, PB. (2013). Conjunctivitis: A Systematic Review of Diagnostis and

Treatmen. Clinical Review and Education.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed revisi VI. Rineka Cipta: Jakarta

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bararah, V.F. (2010, 15 Maret). Air Ludah Sembuhkan Penyakit Mata?. detikhealth. Dari http://health.detik.com/read/2010/03/15/133049/1318465/766/air-ludah-sembuhkan-sakit-mata. Diakses 2 Desember 2015

Baschant U, Tuckermann J. The role of the glucocorticoid receptor in inflammation and immunity. J Steroid Bioche Mol Biol. 2010;120:69-75

Bielory, BP., O’Brien, TP., Bielory, L. (2012). Management of Seasonal Allergic Conjunctivitis: Guide to Therapy. Acta Ophthalmol

BKKBN. (2013). Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah, BKKBN. Jawa Tengah

Budiman & Agus Riyanto. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.Jakarta:Salemba Medika.

Chien, L-C; Lien, Y-J; Yang, C-H; Yu, H-J. (2014). Acute Increase of Children’s

Conjunctivitis Clinic Visits by Asian Dust Storm Exposure – A Spatiotemporal Study In Taipe, Taiwan. Available from www.ncbi.nlm.nih.gov. Akses 10 Juni 2015.

Clark AF, Zhang Y, Yorio T. Steroid-induced glaucoma. In: Levin LA, Albert DM, editor. Ocular disease: mechanisms and management. USA: Saunders; 2010. p. 146:52

Corwin, ES. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 1. EGC. Jakarta

Dewi, DM. (2015). Meningkatkan Pengetahuan Pendidikan Kesehatan Melalui Layanan Informasi pada Siswa Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo Kota Semarang. Universitas Negeri Semarang. www.lib.unnes.ac.id . Diakses pada 6 Juni 2016

DinKes Kab.Sleman. (2010). Profil Kesehatan Kabupaten Sleman. Available at www.dinkes.slemankab.go.id. Diakses 25 November 2015.

Elliot, S, N., Kratochwill, T, R., Cook, J, L. & Travers, J, F. (2000). Educational Psycology: Effective Teaching, Effective Learning, Third Edition. United States of America: McGraw-Hill Companies, Inc.

Erwin. (2011). Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Methodist Pematang Siantar Terhadap Konjungtivitis. Universitas Sumatera Utara. Available from: www.repository.usu.ac.id. Akses 5 Juni 2015

Feder, RS., dkk. (2013). Conjunctivitis PPP. American Academy of Ophtalmology. Available from: http://one.aao.org/asset.axd. Akses 5 Juni 2015

Fullerton, J. (2015, 14 Agustus). Welcome to the China Urine Therapy Association.

Daily Mail Online.

Hapsari, A; Isgiantoro. (2014). Pengetahuan Konjungtivitis pada Guru Kelas dan Pemberian Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan pada Siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, vol.8, No.8.

Hendrawati, R. (2008). Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Mata. Sunda Kelapa: Jakarta

Hovding, G. (2008). Acute Bacterial Conjunctivitis. Acta Opthalmol

Hutagalung, PY; Hiswani, Jemadi. (2011). Karakteristik Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan di RSUD. DR.Pirngadi Medan. Universitas Sumatera Utara. Available from : www.repository.usu.ac.id. Akses 15 Juni 2015

Ilyas, Sidarta.,Tanzil, Muzzakir., Salamun, Azhar, Zainal. (2008). Sari Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3, cetakan ke-4. Jakarta : FKUI..

Illyas, S. (2009). Ilmu penyakit Mata. Edisi 3, cetakan ke-6. Balai penerbit FKUI: Jakarta

Illyas, S. (2014). Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Balai penerbit FKUI: Jakarta

Inayatullah, S. (2012). Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau Terhadap Pertumbuhan BakteriStaphilococcus aureus. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Ircham, M. (2007). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya

Kaufman, HE. (2011). Adenovirus Advances. Curr Opin Opthalmol.

Kemenkes RI. (2010). 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Available at: http://www.depkes.go.id. Akses 5 Juni 2015

Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Available at http://www.depkes.go.id. Akses 19 Januari 2016

Lewis, SM; Heitkemper, MM; Dinksen, SR. (2003). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. Edisi 6. Volume 1.

Mosby-Elsevier.

Machfoedz, I. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Fitramaya

Marlin, DS. (2009). Bacterial Conjunctivitis. Penn state College of Medicine.

http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview. Akses 6 Januari 2016

Mubarak, W.I., dkk. (2007). Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Mubarak, W. I. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi dalam Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Noor, NN. (2006). Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Cetakan kedua. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta : Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Riset Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nuniek; Nurachmah, E; Gayatri, D. (2012). Efektifitas Tindakan Oral Hygiene Antara Povidone Iodine 1% dan Air Rebusan Daun Sirih di Pekalongan.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Available from : http://www.journal.stikesmuh-pkj.ac.id/journal/index.php/jik/article/view/9/8. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

O’Brien TP, Jeng BH, McDonald M, Raizman MB. (2009). Acute

Conjunctivitis:truth and misconception. Curr Med Res Opin.

Pambudiono, A., Zubaidah, S., Mahanal, S. (2016). Perbedaan Kemampuan Berpikir dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang Berdasarkan

Jender. Universitas Negeri Malang.

http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel76161783AA12ECADC28E122A5DBB18 F8.doc. Di akses pada 16 Juni 2016.

Papalia, D.E., Ols, S.W., Feldman, R.D., 2008. Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Poetker DM, Reh DD. (2010). A comprehensive review of the adverse effects of systemic corticosteroid. Otolaryngol Clin N Am.

Prawira, AE. (2013). Hindari Pengobatan dengan Menggunakan Air Daun Sirih. Health-Liputan6. Diakses 10 Desember 2015, dari www.health.liputan6.com Prayogo, Y. (2009). Hubungan Kalsium Urine dengan Berat Jenis Urine pada Lansia

yang Ikut Senam di Sasana Kyai Saleh Kota Semarang. Diploma tiga Program Studi Diploma Tiga Analisis Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Pusat data dan informasi Kemenkes RI. (2014). Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. Jakarta.

Raibeard, O. (2008). Urine Eye Drops a Dangerous Practice. Euro Times, Vol.13. available at www.escrs.org/publications/Eurotimes/08March/5.pdf. Di akses pada 20 Januari 2016.

Rila. (2015, 18 Maret).Jangan Sembarangan Kasih Obat untuk Belekan Mata Bayi. http://tumbuh-kembang.co.id/Jangan-semabarangan-kasih-obat-

untuk-belekan-mata-bayi/ di akses pada 22 November 2015

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan: penuntun praktis bagi pemula.

Yogyakarta: Mitra Cendikia Press

Sasser, L. (2010). Brain differences between Gender: Gender Differences in Learning.

Available at:

http://www.faccs.org/assets/Conventions/Convention-10/Workshops/Sasser-Gender-Differences-in-Learning.pdf. Di akses pada 12 Juni 2016

Shakira, IG; Azhar, MB; Zainul, S. (2012). Karakteristik Klinis dan Demografis Penderita Konjungtivitis yang Berobat. Available from www.unja.ac.id. Akses 10 Juni 2015.

Sitompul, R. (2011). Kortikosteroid dalam Tata Laksana Uveitis: Mekanisme Kerja, Aplikasi Klinis, dan Efek Samping. Journal Indon Med Assoc: 61.

Skevaki, Cl., Galani, IE., Pararas, MV., dkk. (2011). Treatment of viral conjunctivitis with antiviral drugs.

Tampi, Giovanni G. (2011). Rasionalitas Penggunaan Antibiotik dalam Penatalaksanaan Konjungtivitis di Bagian Mata RSUP Dr. Kariadi Semarang

Tahun 2010. Karya tulis ilmiah strata satu Program Studi Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Vaughan, Daniel G; Asbury. (2008). Oftalmologi Umum (General Ophthalmology).

Ed. 17. Widya Medika, Jakarta.

Vaughan, A., Asbury. (2010). Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC, Jakarta

Yannof, J., Duker, JS. (2004). Opthalmology: Disorders of the Conjnctiva and Limbus. Edisi ke-2. Spain: Mosby

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Dokumen terkait