• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Sebelum seseorang melakukan tindakan perawatan stroke ia harus terlebih dahulu mengetahui apa arti atau manfaat perawatan stroke bagi dirinya atau keluarganya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan keluarga mengenai perawatan pasien stroke adalah sesuatu yang diketahui oleh keluarga berkaitan dengan cara merawat pasien stroke.

2. Tingkat pengetahuan

Menrut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contohnya : Mampu mendefinisikan tentang penyakit stroke, tanda dan gejala serta apa penyebabnya.

b. Memahami (Comperhension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sistesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria yang telah ada. 3. Sumber Pengetahuan

a. Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang

kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja (Suhartono, 2005).

b. Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya (Suhartono, 2005).

c. Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup (Suhartono, 2005).

d. Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap

meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan (Suhartono, 2005).

e. Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2005).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) dan Sukmadinata (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: a. Tingkat Pendidikan

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Sudah barang tentu tingkat pendidikan dapat menghasilkan sesuatu perubahan dalam pengetahuan orang tua.

b. Paparan media massa (akses Informasi)

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat di terima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio,

majalah, pamphlet dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak di bandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan di saring sesuai tidak dengan kebudayaan yang di anut.

d. Pengalaman

Pengalaman di sini berkaitan dengan usia, tingkat pendidikan seseorang maksudnya pendidikan yang tinggi akan mempunyai pengalaman yang lebih luas, demikian juga dengan usia orang tersebut pengalamannya juga akan semakin bertambah.

e. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi di kaitkan dengan daya pendidikan yang di tempuh seseorang sehingga memperluas pengetahuan seseorang.

5. Alat ukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan isi materi yang ingin di ukur dari responden (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan responden akan

ditentukan dengan seberapa jauh kemampuannya dalam menjawab pertanyaan mengenai stroke dan dalam merawat penderita pasca stroke yang dapat dilakukannya dalam kuesioner tindakan perawatan.

Dokumen terkait