• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Penggalan Kisah Inspiratif KKN

KKN-KU DALAM SEBUAH PERSEPSI

Oleh: Irvan Rizqi Nasution KKN adalah....

Pada tahun 2016 ini saya akan menjalani semester 6 dan semester 7 perkuliahan. Saya adalah mahasiswa dari Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat baru memasuki awal semester 6 saya sudah mulai mendengar kehebohan di kalangan mahasiswa angkatan 2013 tentang KKN (Kuliah Kerja Nyata).

KKN (Kuliah Kerja Nyata) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa di beberapa fakultas, dan Fakultas Sains dan Teknologi merupakan salah satu fakultas yang para mahasiswanya diwajibkan mengikuti KKN tersebut. Hal ini merupakan sebuah kebijakan dari universitas. Bagi mahasiswa yang tidak mendapatkan mata kuliah KKN akan digantikan dengan mata kuliah wajib lainnya yang bobot sks dan penilainnya dianggap sama oleh pihak universitas dengan mata kuliah KKN.

Desas-desus, gosip, rumor-rumor, kegalauan dan kehebohan mengenai masa-masa KKN pun mulai menghinggapi para mahasiswa yang sebentar lagi akan menjalani proses KKN. Cerita pengalaman dari para senior yang telah melalui masa-masa manis dan pahitnya KKN dan berbagai cerita yang bertebaran di internet membuat KKN sangat booming diperbincangkan di kalangan mahasiswa yang akan melaksanakannya.

KKN sendiri merupakan pengabdian kepada masyarakat yang mana ini adalah sebuah kegiatan yang positif. Selain sisi positif ada juga sisi negatif dari KKN ini. Namun, sisi negatif ini muncul dari kekhawatiran mahasiswa yang akan melaksanakan KKN itu sendiri. Di benak mahasiswa KKN sudah pasti tentang pengabdian di sebuah desa terpencil di mana kehidupannya sangat jauh berbeda dengan kehidupan yang biasa dijalani oleh kebanyakan mahasiswa. Tidak ada sinyal, tidak ada internet, MCK yang susah, tempat tinggal kurang nyaman, atau kejadian-kejadian mistis atau horor yang akan ditemui nanti.

64

Secara pribadi menurut saya KKN adalah proses mendewasakan diri. Hal ini dikarenakan saya akan bertemu dengan teman-teman baru dari fakultas yang berbeda, melihat gaya hidup, sifat, dan perilaku mereka beserta lapisan masyarakat yang ada di desa. Kemudian menghadapi berbagai macam masalah, konflik, pengalaman horor, serta kisah cinta dengan sesama teman KKN ataupun dengan masyarakat setempat yang mungkin saja terjadi selama menjalani KKN

Walaupun sudah biasa hidup jauh dari rumah dalam waktu yang cukup lama, namun ini menjadi suatu hal yang sangat menarik bagi saya dan saya sangat antusias untuk menjalaninya. Hal tersebut dikarenakan saya akan menjalani kehidupan dengan teman-teman baru, menjauh dari kepenatan hidup yang ada di kota, menjalani hidup dengan suasana berbeda, tumbuh dewasa bersama dengan berbagai masalah yang dihadapi dan berbagai macam hal lainnya yang mengasyikkan.

KKN pasti akan mengajarkan saya tentang banyak hal dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bersama dengan teman-teman baru. Dimulai dari menyingkirkan ego pribadi dan mementingkan kepentingan bersama, mengajarkan saya dan teman-teman bagaimana hidup bermasyarakat dan bernegosisasi bisa berjalan beriringan dan sudah pasti akan menambah persahabatan atau bahkan keluarga baru.

Kendala terbesar dalam menjalani KKN yang terbersit dalam pikiran saya bukan tentang desa yang akan menjadi tempat pengabdian saya nantinya tetapi mengenai teman yang akan menjadi kelompok KKN saya nantinya. Jalan yang rusak, akses yang sulit, MCK tradisional, tidak ada sinyal, tidak ada internet, lingkungan yang seram, mitos-mitos gaib yang berkembang di masyarakat, dll sudah saya anggap wajar karena memang begitulah keadaan desa walaupun ada beberapa desa yang sudah maju. Yang saya khawatirkan adalah mengahadapi beragam watak teman-teman yang baru saya kenal yang mungkin rewel, mudah sakit hati, sulit diajak kerjasama dan sikap lainnya yang bisa memicu konflik internal dalam kelompok.

Ragam Watak dalam Satu Atap

Kelompok KKN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016 terdiri dari 250 kelompok yang tersebar ke 3 wilayah kota/kabupaten, di mana setiap

65 kelompoknya terdiri dari 10-12 anggota dan akan ditempatkan di dalam 1 desa sebanyak 2-4 kelompok. Kelompok saya sendiri terdiri dari 11 anggota yang berasal dari 7 fakultas berbeda yang belum saya kenal sebelumnya ditambah dengan 2 kelompok lain yang berada pada satu desa dengan kelompok saya.

Ini bukan pengalaman pertama bagi saya untuk pergi jauh dan tinggal bersama dengan orang-orang yang baru saya kenal, namun bertemu dengan teman baru dengan sifat yang berbeda pastilah membutuhkan cara adaptasi yang berbeda pula. Beradaptasi menjadi kunci yang sangat penting dalam menjalin hubungan dengan teman-teman baru, di mana mereka bukan hanya sekedar teman melainkan juga rekan saya dalam menyelesaikan setiap proses yang ada dalam masa pra KKN, masa KKN, bahkan sampai pasca KKN. Berbagai momen-momen tak terlupakan yang telah dijalani bersama pasti akan mengukuhkan hubungan yang telah terjalin.

Prinsip saya saat bertemu dengan orang baru adalah tidak memaksakan hubungan dekat dengan mereka atau lebih dikenal dengan istilah SKSD (Sok Kenal Sok Dekat), bersikap seperti biasa dan tunjukan kepribadian apa adanya, tidak jaim (jaga image), tidak mengumbar kebaikan atau kehebatan kita dalam hal apapun agar mereka tidak berekspektasi terlalu tinggi terhadap saya dan menjaga agar tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok saat pertama kali bertemu sampai akrab. Saat pertama kali bertemu dengan teman-teman kelompok KKN, saya bersikap seperti biasanya yang cenderung cuek dan diam, namun mendengarkan perkataan dan memperhatikan perilaku masing-masing teman kelompok saya agar saya tahu bagaimana harus bersikap terhadap mereka. Kemudian saya mulai menghafal nama teman-teman kelompok KKN saya, hal ini dikarenakan nama adalah sebagai wujud rasa hormat terhadap orang lain, dan mulai membangun pertemanan, rendah hati dalam berteman dengan semuanya, serta jangan merasa lebih hebat dari yang lain, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

KKN mengajarkan arti kebersamaan yang sangat mendalam bagi saya, hal tersebut dikarenakan hampir semua kegiatan yang kami lakukan di sana dilakukan secara bersama. Mulai dari memasak bersama, makan bersama, main bersama, kerja bersama, tidur bersama, bernyanyi bersama, mengaji bersama, bercanda tawa bersama, susah senang bersama dan masih

66

banyak lagi. Di sana kami harus bisa hidup mandiri demi keberlangsungan hidup kami. Makan masakan sendiri yang sederhana dengan rasa makanannya kadang tidak sempurna tetapi bagi saya atau bahkan kami rasanya tetap lebih nikmat karena adanya kebersamaan dan kekeluargaan di dalam masakan dan makanan tersebut.

Dalam pelaksanaan KKN ini saya harus berinteraksi dengan setiap orang dengan berbagai jenis sifat yang mereka miliki untuk mensukseskan KKN ini. Dimulai dari komunikasi yang baik antara teman sekelompok agar terbentuknya sebuah tim yang solid dan kompak, kemudian sosisalisasi yang baik pada masyarakat desa agar setiap kegiatan yang akan kami laksanakan didukung dan mendapat bantuan dari para masyarakatnya. Berhubung satu desa terdiri dari tiga kelompok, maka hubungan dengan kelompok lainnya juga harus dibangun dengan baik agar dapat menjalin kerjasama yang baik pula untuk menjalankan program bersama yang dapat mencakup desa secara keseluruhan. Selama masa KKN pun pasti sesekali kami merasa jenuh dan bosan karena melaksanakan program-program yang sudah ada secara terus-menerus, dan kami pun perlu refreshing untuk beberapa saat, maka dari itu apabila ada waktu luang akan kami manfaatkan untuk bersilaturahmi mengunjungi teman-teman yang berada di desa lain atau pergi ke tempat-tempat wisata yang ada di sekitar lokasi KKN.

Selama melaksanakan KKN hal-hal yang saya khawatirkan di awal pertemuan ini akhirnya pun terjadi. Hal tersebut adalah konflik. Setiap orang pastilah memiliki sifat dan perilaku yang berbeda satu dengan lainnya, ada yang bisa menerimanya dengan baik, ada yang terbawa perasaan (baper), dan sebagainya. Saya percaya bahwa setiap masalah dan konflik ini merupakan salah satu hal yang berperan dalam mendewasakan diri kita. Setiap masalah dan konflik pastilah dapat diselesaikan apabila kita dapat meredam ego masing-masing dan membangun komunikasi yang baik pada setiap individu. Diskusi dan musywarah menjadi salah satu cara terbaik untuk menyelesaikannya.

Menurut saya pribadi KKN memberikan arti yang sangat mendalam, memberikan saya suatu pembelajaran yang sangat berarti yang tidak akan pernah saya dapatkan di sekolah atau kampus manapun. Belajar hidup bersama, belajar untuk menghargai, belajar untuk menerima, belajar untuk

67 menyayangi, dan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam segala hal.

Bisa mengenal kalian teman-teman KKN dan masyarakat desa merupakan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi saya. Setiap kenangan yang kita lalui bersama baik susah maupun senang, setiap pengalaman baru dari masing-masing individu, beragam cerita indah dan masih banyak hal lainnya tak akan mampu saya gambarkan dengan kata-kata, cerita dan kenangan tentang kita akan tersimpan indah dalam hati ini. Semoga kita tetap bisa menjaga tali persahabatan ini dan menggenggam erat mimpi-mimpi besar kita.

Lembah Kenangan

Lokasi tempat saya KKN adalah Desa Cidokom. Desa ini ini dibentuk pada tahun 1950. Desa ini terletak pada koordinat 106.671097 BT / -6.518451 LS, tepatnya di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa dengan luas wilayah 544 Ha ini berbatasan dengan Desa Cibodas di sebelah Utara, Desa Mekarjaya di sebelah Selatan, Desa Gobang di sebelah Timur, dan Desa Ciaruteun Ilir di sebelah Barat yang dipisahkan oleh Sungai Cianten yang merupakan anak Sungai Cisadane.

Desa yang menjadi tempat saya mengabdi ini berjarak 50 Km dari rumah saya, berjarak 41 Km dari kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan berjarak 23 Km dari pusat Kota Bogor. Di mana tempat KKN nya bukan lah sebuah masalah, tapi sebagai seorang manusia pastilah saya menginginkan tempat yang nyaman dan membuat saya betah untuk menjalani proses KKN.

Desa Cidokom, Kecamatan Rumpin, itulah desa di mana saya akan melaksanakan KKN selama sebulan dengan teman sekelompok beserta 2 kelompok lainnya. Pada saat melihat pengumuman pembagian desa KKN saya langsung mencari informasi di internet mengenai Desa Cidokom, Kecamatan Rumpin, mulai dari seperti apa desa tersebut, berapa jarak tempuh dari kampus dan dari rumah saya, bagaimana akses menuju kesana dan berbagai hal yang berhubungan dengan Desa Cidokom, Kecamatan Rumpin.

68

Masalah yang saya khawatirkan dalam melaksanakan KKN adalah akses menuju lokasi KKN dan bagaimana kualitas jaringan seluler di desa tersebut. Namun masalah tersebut tidak perlu saya khawatirkan lagi karena lokasi Desa Cidokom yang tidak terlalu jauh dari daerah perkotaan membuat akses jalan menuju desa tersebut memiliki beberapa jalur alternatif, di mana sebagian sudah cukup baik dan ada beberapa jalur alternatif yang jalannya masih kurang baik. Untuk masalah jaringan komunikasi seluler juga sudah teratasi karena jaringan seluler di sana sudah cukup baik untuk beberapa provider.

Desa Cidokom ini memiliki potensi perkebunan dan wisata. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya lahan perkebunan yang tersedia seperti bambu, singkong, dll yang beberapa di antaranya telah menjadi pemasok untuk pengolahan bambu yang hasilnya akan dijual di perkotaan dan perusahaan yang membutuhkan singkong sebagai bahan dasar produk perusahaan tersebut. Dari segi wisata juga desa ini memiliki potensi yang cukup besar, karena di desa ini memiliki lintasan downhill yang bernama LongHorn Bike Park Cidokom, wisata rafting/arung jeram di Sungai Cianten, dan peninggalan sejarah berupa batu tulis dan arca yang tersebar di beberapa desa sekitar termasuk Desa Cidokom.

Dengan potensi yang sebesar itu seharusnya masyarakat Desa Cidokom dapat hidup makmur, namun yang terjadi belum tentu demikian. Masyarakat di Desa Cidokom sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh dan petani ini memiliki tingkat kesadaran yang kurang terhadap potensi yang mereka miliki dan pentingnya pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan kurang optimalnya pemanfaatan potensi yang mereka miliki dan banyaknya anak-anak mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya.

Wilayah yang saya dan teman-teman sekelompok cakup untuk mengabdi adalah Kampung Parung Badak I yang terletak di RW 03. Kampung tersebut berada di tengah-tengah desa yang dekat dengan balai desa dan tidak terlalu jauh ke perbatasan-perbatasan desa, ditambah lagi tempat tinggal kami yang berada di pinggir jalan utama desa tersebut dengan pemandangan yang sangat indah terpapar di depan kontrakan kami yang berupa lembah di mana di bawahnya terdapat Sungai Cianten. Beruntungnya lagi, kami disambut dan diterima dengan baik oleh

69 masyarakat setempat untuk melakukan KKN di sana. Hampir setiap hari kami selalu ditemani, diperhatikan, dan dijaga oleh masyarakat sekitar.

Kampung Parung Badak I, kampung di mana saya dan teman-teman sekelompok mendapat tempat tinggal dan melaksanakan KKN. Kampung yang terkenal akan tingkat solidaritas dan kekompakan masyarakat, karena setiap permasalahan yang mereka hadapi, mereka selalu berusaha menyelesaikannya sendiri terlebih dahulu. Apabila mereka tidak dapat menyelesaikannya barulah mereka minta bantuan pihak lain. Tidak hanya terhadap masalah internal, tapi setiap kejadian seperti kemalangan dan lain sebagainya masyarakat di kampung tersebut dengan sigap langsung membantu tetangganya yang sedang dalam kemalangan.

Hampir setiap hari kami selalu ditemani oleh warga sekitar bersama secangkir kopi dan camilan yang ditawarkan oleh warga sekitar dari hasil kebun yang mereka miliki, berbagi pengalaman, cerita dan banyak hal menarik lainnya. Masyarakat di sana sudah menganggap kami seperti keluarga mereka sendiri, begitupun sebaliknya saya dan teman-teman lainnya menganggap mereka seperti keluarga kami sendiri. Hal yang paling saya rindukan nantinya adalah ngeliwet. Ngeliwet merupakan sebuah acara makan bersama dengan lauk pauk seadanya, beralaskan daun pisang, bercengkrama dengan para warga dan teman-teman. Setiap prosesnya sangat menyenangkan dari mulai persiapan, masak, hingga makan merupakan momen-momen yang tak terlupakan.

Banyak hal yang bisa saya pelajari dari masyarakat di sana, salah satunya adalah bahagia itu sederhana, bahagia itu tak perlu mewah. Bahkan dengan kesederhanaan yang kita miliki pun kita mampu bahagia, selama kita dapat mensyukuri apa yang kita miliki. Itulah salah satu hal yang mampu saya petik dari kehidupan mereka.

Di Desa Cidokom inilah saya memulai petualangan baru saya, sehingga saya mampu mendapatkan banyak arti. Saya mendapatkan arti persahabatan, kebersamaan, serta perjuangan. Ini merupakan sebuah pelajaran hidup yang berharga yang tak akan pernah saya dapatkan di bangku perkuliahan ataupun sekolah. Bahkan tidak hanya itu, di sini saya mendapatkan keluarga baru, baik orang desa ataupun teman-teman KKN saya. Semua itu tersimpan bersama dengan pemandangan (view) lembah

70

yang menyimpan berbagai kenangan indah yang menemani perjalanan KKN saya di sana. Desa itu memang tak seramai perkotaan, tak seluas desa-desa lainnya, tetapi di tempat itulah setengah hati saya tertinggal bersama dengan harapan akan momen-momen itu bisa terulang kembali.

Kampung Halaman Kedua

Sesuai judul yang tertera di atas, saya menjadikan Desa Cidokom ini sebagai kampung halaman kedua saya. Tempat di mana saya mendapatkan begitu banyak pelajaran, pengalaman, dan cerita sudah pasti tidak akan saya tinggalkan dan lupakan begitu saja. Saya pasti dengan senang hati ingin menjadi bagian dari masyarakat Desa Cidokom, untuk bersama-sama membantu membangun Desa Cidokom menjadi lebih baik lagi kedepannya dalam berbagai sektor dan potensi yang dimilikinya.

Desa dengan potensi yang begitu besar dan keramahtamahan masyarakatnya menjadi nilai lebih Desa Cidokom dari desa-desa yang lain. Namun, akibat pengelolaan potensi tersebut yang diolah oleh pihak lain dan kurang maksimalnya pengelolaan potensi tersebut mengakibatkan kehidupan masyarakat tersebut belum bisa saya bilang sejahera sepenuhnya. Maka dari itu diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat akan potensi yang mereka miliki, agar mereka dapat mengelola potensi tersebut secara mandiri. Dengan demikian pemasukan masyarakat dapat bertambah dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Tahap pemberdayaan yang pertama adalah menyadarkan masyarakat terhadap potensi yang mereka miliki. Apabila masyarakat telah sadar, maka mereka dapat dengan mudah untuk mengelola sumber daya yang mereka miliki karena pastilah mereka lebih tahu dan lebih paham akan dibuat apa atau seperti apa sumber daya tersebut. Setelah mereka menghasilkan sesuatu dari sumber daya yang mereka miliki, barulah pengetahuan tentang teknologi dan pemasaran. Bagaimana memasarkan produk yang mereka hasilkan melalui internet seperti bisnis online. Obrolan-obrolan seperti ini sudah pernah saya sampaikan secara non-formal pada beberapa warga di sela-sela waktu luang sambil bersantai dan berbagi pengetahuan mengenai kegunaan internet yang lain selain media sosial.

71 Akhir Kata

Saya merasa bahwa 30 hari adalah waktu yang singkat dan saya bersedia untuk memperpanjang waktu KKN saya untuk 15 sampai 30 hari kedepan. Sehingga saya dan teman-teman sekelompok KKN bisa menyempurnakan setiap kegiatan yang kami laksanakan demi memajukan dan mensejahterakan Desa Cidokom. Meninggalkan setiap kenangan manis dan penuh makna bagi warga Desa Cidokom. Sempat terbersit dalam pikiran saya bahwa tak peduli pada nilai atau kelulusan program KKN. Yang terpenting tujuan untuk mengabdi dengan mengembangkan potensi dan aset serta memberdayakan masyarakat harus tetap berjalan sempurna. Bahkan kalau pun laporan tidak ditulis, Tuhan dan Malaikat-Nya sudah melihat, dan menyiapkan nilai berharga bagi kita yang tulus mengabdi.

Dengan berakhirnya KKN ini sempurnalah Tri-Dharma perguruan tinggi kita. Saya yakin bahwa saya dan teman-teman mahasiswa KKN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016 sudah siap untuk menghadapai masyarakat di mana pun kami berada dan dengan kondisi apa pun.

Selamat jalan kenangan KKN! Semoga kita bisa bertemu kembali suatu saat nanti.

72

KKN MEMBAWA CERITA BARU

Oleh: Muhammad Elvan Radjab KKN? Males Banget

Memang, jauh-jauh hari sebelum saya melaksanakan KKN saya sudah mendengar banyak suka duka KKN dari senior saya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Mulai dari tempat yang seram, tidak ada sinyal, banyak preman, dan lain-lain. Lalu bayangan akan tinggal di desa terpencil selama sebulan tanpa fasilitas yang biasa saya nikmati di Jakarta turut mengambil peran dalam membentuk kemalasan saya mengikuti KKN. Salah satu hal terbesar yang membuat saya malas adalah melewatkan laga UFC antara Connor McGregor Vs Nate Diaz, ya saya adalah penggemar berat olahraga tersebut. Tidak dapat menonton event tersebut secara live merupakan hal yang membuat saya jengkel. Belum lagi peraturan baru dari PPM, yang membuat saya semakin malas untuk mengikuti kegiatan KKN ini, peraturan baru tersebut terkait tentang anggota kelompok KKN yang tadinya ditentukan sendiri oleh para mahasiswa peserta KKN, kini dipilih secara acak oleh PPM. Saya yang sudah membuat kelompok KKN sendiri merasa cukup kecewa, pasalnya saya sudah merasa tenang jika melakukan kegiatan KKN ini bersama orang-orang yang sudah saya kenal, meskipun kemalasan untuk mengikuti KKN masih besar haha. Saya sebenarnya bukanlah anak yang manja, bukan jadi masalah buat saya mandi di kali setiap hari, atau makan tahu tempe setiap hari, bayangan tentang kebosanan yang menghantui saya selama KKNlah yang membuat saya sangat enggan mengikuti kegiatan KKN ini. Ditambah lagi beberapa minggu sebelum kegiatan KKN handphone saya rusak, dan saya tidak enak meminta uang untuk membeli handphone baru karena saya tahu bahwa “jatah” saya bulan itu akan diprioritaskan untuk KKN. Bisa dibilang lengkap sudah alasan-alasan malas saya untuk tidak menikmati KKN ini.

Ada satu hal yang melintas di pikiran saya tentang KKN ini, saya adalah mahasiswa Jurusan Manajemen dengan Konsentrasi Pemasaran. Yang saya pikirkan adalah saya anak ekonomi, teman-teman saya anak ekonomi di kampus lain ada magang/PKLnya, dan saya di Jurusan Manajemen, yang katanya akreditasinya A itu tidak ada yag namanya magang. Padahal banyak dari teman-teman yang akhirnya dapet kerjaan dari tempat dia magang. Bahkan teman saya yang dapet magang di IDX

73 sekarang sudah jalan-jalan ke Singapura, Batam, Bali, dengan gaji 2,5 juta/bulan pas magang. Belum uang jajan di setiap perjalanan keluar kota yang dibiayai oleh kantor. Nah, saya di sini hanya dapet KKN saja? Nanti lulus dapet pengalaman kerja apa? Percuma IPK 3++ dari jurusan yang berakreditasi A tapi tidak ada pengalaman kerja sama sekali ketika lulus dan harus luntang-lantung cari kerja karena tidak ada pengalaman.

Ya namanya juga anak muda, pikirannya kemana-mana. Padahal yang

Dokumen terkait