DAFTAR PUSTAKA
1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan
3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data .1 Analisis Regresi Linier Sederhana
3.3.3.4 Pengganda Basis Lapangan Kerja (Employment Base Multiflier) Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah
ataupun lapangan kerja. Misalnya, penggabungan lapangan kerja basis dan lapangan kerja non basis merupakan total lapangan kerja yang tersedia untuk wilayah tersebut. Demikian pula penjumlahan pendapatan sektor basis dan pendapatan sektor non basis merupakan total pendapatan wilayah tersebut. Di dalam suatu wilayah dapat dihitung berapa besarnya lapangan kerja basis dan lapangan kerja non basis, dan apabila kedua angka itu dibandingkan, dapat dihitung nilai rasio basis (base ratio) dan dapat dipakai untuk menghitung nilai pengganda basis (base multiflier) (Tarigan, 2005).
Tarigan (2005) mengatakan bahwa nilai pengganda basis lapangan kerja (employment base multiflier) adalah nilai yang digunakan untuk melihat besarnya perubahan kesempatan kerja total untuk setiap satu perubahan kesempatan kerja di sektor basis, dihitung dengan rumus :
Pengganda basis kesempatan kerja = total kesempatan kerja Kesempatan kerja basis
Perubahan kesempatan kerja total yang ditimbulkan bisa dirinci lagi mengenai banyaknya lapangan kerja non basis yang tersedia. Ini dapat dihitung dengan rasio basis (base ratio). Rasio basis adalah perbandingan antara banyaknya lapangan kerja non basis yang tersedia untuk setiap satu lapangan kerja basis (Tarigan, 2005).
3.3.3.5 Metode Analisis Deskriptif
Metode deskriptif, digunakan untuk menganalisis pengangguran menurut berbagai karakteristik yang dianggap relevan dalam kajian, diantaranya pengangguran terbuka menurut golongan umur, daerah, tingkat pendidikan, keterampilan dan kategori. Penjelasan kategori dapat dibagi menjadi empat yaitu; 1). Mencari pekerjaan, 2). Mempersiapkan usaha, 3). Tidak mencari pekerjaan, 4). Sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja. Keterampilan terdiri dari sembilan jenis yaitu: 1). Otomotif, 2). Listrik/ Elektro, 3). Bangunan, 4). Teknik Mekanik, 5). Tata Niaga, 6). Aneka Kejuruan, 7). Pariwisata, 8). Pertanian, 9). Tidak Mengikuti Kursus. Analisis ini digunakan untuk mendeskriptifkan bagaimana pemberdayaan penganggur terbuka guna mengantisipasi pembangunan base camp Blok D-Alpha Natuna di Kabupaten Natuna
3.4 Metode Perumusan Strategi dan Program
Perumusan strategi dilakukan dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman). Sebelum melakukan proses identifikasi, terlebih dahulu disepakati basis analisis stakeholder yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal. Dalam kajian ini, yang dikategori sebagai pihak internal adalah pekerja/ buruh, pengusaha dan pemerintah daerah di Kabupaten Natuna. Selain dari itu akan masuk pada pihak eksternal.
3.4.1 Analisis SWOT
Menurut David (2008) Analisis SWOT dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap identifikasi SWOT dan tahap analisis SWOT itu sendiri. Tahap identifikasi SWOT adalah tahap yang mengidentifikasi bentuk-bentuk kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki oleh pihak-pihak internal ketenagakerjaan, serta berbagai bentuk peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dari pihak eksternal ketenagakerjaan. Sedangkan tahap Analisis SWOT adalah tahapan untuk merumuskan suatu strategi dengan mengkombinasikan faktor-faktor internal (strengths dan weaknesses) serta faktor-faktor eksternal
(opportunities dan threats) ke dalam matrik SWOT sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Internal Eksternal Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Peluang (Opportunities) Strategi SO (Aggresive Strategies) Strategi WO (Turn Around Strategies)
Ancaman (Threats) Strategi ST (Diversification Strategies) Strategi WT (Defensive Strategies) Sumber : David FR, 2008 Gambar 4. Matriks Analisis SWOT
3.4.2 Road Map Strategy
Strategi yang telah dirumuskan berdasarkan analisis SWOT diatas, selanjutnya dipetakan ke dalam bentuk road map strategy. Hal ini bertujuan untuk dapat menjelaskan beberapa hal yang mendasar (Baga, 2009) yaitu:
1) Road Map Strategy menunjukan adanya prioritas penanganan suatu strategi dibandingkan strategi lainnya. Pendekatan road map tetap menganggap penting ke semua strategi yang berhasil dirumuskan pada tahapan sebelumnya. Adapun prioritas akan terlihat pada urgensi penanganan yang lebih dahulu. 2) Road Map Strategy menunjukan adanya hubungan sekuensial antara satu
strategi dengan lainnya. Hal ini untuk menghindari terjadinya kesimpangsiuran yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas strategi tersebut.
3) Dalam hal-hal tertentu hubungan sekuensial antara satu strategi dapat mengarah pada hubungan resiprokal, dimana implementasi strategi lainnya. 4) Satu hal yang tidak kalah pentingnya bahwa pembuatan road map akan
menjelaskan time-frame implementasi masing-masing strategi dalam periode waktu tertentu.
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN NATUNA
4.1 Kondisi Geografis dan Administratif
Secara geografis wilayah Kabupaten Natuna terletak pada titik koordinat 1o16’-7o19’ LU (Lintang Utara) dan 105o00’-110o00’BT (Bujur Timur). Menurut Undang-undang Nomor 33 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau bahwa Kabupaten Natuna memiliki luas wilayah 264.198 km2, terdiri dari luas daratan 2.000 km2 dan luas lautan 262.197 km2. Terdapat 154 pulau, dengan 30 pulau yang berpenghuni dan sebagian lagi tidak/ belum berpenghuni. Berdasarkan data dari tahun 2004 sampai 2008, bahwa Kabupaten Natuna bertemperatur rata-rata 25,8 0 C, tekanan udara rata-rata harian sebesar 1.009,7 MBS, kelembaban Udara di Ranai (Ibukota Kabupaten Natuna) berkisar 90,4 % rata-rata harian, kecepatan angin 06 Knot perjam serta dengan penyinaran matahari 51 persen dengan curah hujan 193,2 MM.
Pulau terbesar diantaranya adalah Pulau Bunguran dan Pulau Serasan. Dapat dikelompokan dalam dua gugusan: Gugusan Pulau Natuna: terdiri dari pulau-pulau di Bunguran, Sedanau, Midai, Pulau Laut, dan Pulau Tiga. Gugusan Pulau Serasan: terdiri dari pulau-pulau di Serasan, Subi Besar dan Subi Kecil. Dalam hal ini Kota Ranai berfungsi sebagai Ibukota Kabupaten Natuna. Kabupaten Natuna memiliki batas-batas sebagai-berikut:
- Sebelah Utara : Negara Vietnam dan Kamboja - Sebelah Selatan : Kabupaten Bintan
- Sebelah Barat : Kabupaten Kepulauan Anambas
- Sebelah Timur : Negara Malaysia Timur dan Provinsi Kalbar.
Karakteristik Kabupaten Natuna berada di sebelah paling Utara Indonesia memiliki keunikan tersendiri, yaitu memiliki tujuh pulau terluar diantaranya Pulau Subi, Sekatung, Sebetul, Semiun, Tokong Boro, Senua dan Sepala. Pulau terluar artinya berada di perbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia Timur, Vietnam dan Malaysia Barat. Selain itu mempunyai empat pulau
terdepan diantaranya Perantu, Merendai, Murik dan Midai yang berbatasaan dengan wilayah negara tetangga seperti Kabupaten Sambas, Vietnam dan Kabupaten Bintan (Profil Ketenagakerjaan Natuna, 2009).
Sumber : Bappeda Provinsi Kepulauan Riau, 2010 Gambar 5. Peta wilayah Provinsi Kepulauan Riau
Pada akhir tahun 2008 setelah pisah dengan Kabupaten Kepulauan Anambas karena pemekaran, wilayah Kabupaten Natuna terbagi menjadi 12 kecamatan, 73 kelurahan dan 67 desa. Kecamatan yang memiliki jarak yang paling jauh dari Ibu Kota (Ranai) adalah Serasan Timur 177 Km, sedangkan yang terdekat kecamatan Bunguran Timur Laut hanya berjarak 25 Km. Kondisi fisik wilayah Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan bergunung batu. Dataran rendah dan landai banyak ditemukan disekitar pinggiran pantai. Ketinggian wilayah di tiap kecamatan cukup beragam, yakni berkisar antara tiga sampai dengan 959 meter di
atas permukaan laut (dpl), dengan kemiringan lahan (slope) berkisar antara dua sampai lima meter. Pada umumnya struktur tanah di wilayah Kabupaten
Natuna terdiri dari jenis podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit dan alluvial, serta tanah organosol dan gley humus.
Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim Kemarau biasanya terjadi pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juli. Sedangkan Musim Penghujan dari Bulan Agustus sampai dengan Februari masyarakat menyebutnya dengan Musim Utara, karena angin bertiup dari arah Utara, pada Musim Utara gelombang di Laut Cina Selatan naik bisa mencapai dua meter atau lebih.
4.2 Visi dan Misi Kabupaten Natuna
Visi dan Misi Kabupaten Natuna untuk tahun 2006-2011 adalah, “MENUJU NATUNA MAS (MASYARAKAT ADIL SEJAHTERA) TAHUN 2020,” Visi mewujudkan Kabupaten Natuna yang makmur, adil, sejahtera diupayakan melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan diperlukan untuk mendorong dan mempercepat proses pertumbuhan ekonomi daerah sehingga penyediaan lapangan kerja dan peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat setempat akan dapat diwujudkan. Penekanan terhadap ekonomi kerakyatan diperlukan agar kegiatan pembangunan ekonomi tersebut dapat diarahkan pada usaha-usaha yang terkait langsung dengan kehidupan masyarakat umum dan tidak hanya untuk keuntungan sekelompok golongan masyarakat tertentu saja. Perwujudan visi pembangunan daerah ini dimungkinkan melalui penciptaan sumberdaya manusia yang beriman, berilmu, beramal dan berhati nurani. Dengan kata lain, masyarakat Natuna Mandiri yang ingin dicapai tidak hanya makmur dalam arti ekonomi saja, tetapi juga mencakup pembangunan manusia secara keseluruhan yang didasarkan pada iman dan taqwa, kegiatan ekonomi berkeadilan dan dalam tata kehidupan yang demokratis.
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut di atas dalam realita kehidupan masyarakat di daerah, maka misi atau kegiatan pokok yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Natuna dalam jangka panjang waktu lima tahun mendatang ditetapkan sebagai-berikut:
1. Terwujudnya Sumberdaya Manusia Natuna yang berkualitas, kokoh iman, sehat badan, menguasai IPTEK dan maju ekonomi dengan pengembangan dan pemanfaatan potensi Sumberdaya Alam secara benar dan berhasil guna.
2. Tersedianya infrastruktur dasar yang siap pakai sampai ke tingkat desa dan pemukiman terpencil.
3. Terlaksananya pelayanan prima oleh aparatur pemerintah Kabupaten Natuna terhadap seluruh kepentingan rakyat.
Misi pertama diperlukan untuk mewujudkan masyarakat madani yaitu masyarakat yang maju dan mempunyai sumberdaya manusia yang berkualitas, memiliki raga yang kokoh dan keimanan yang taqwa sebagai fondasi dasar untuk mencapai masyarakat madani. Misi kedua merupakan modal untuk mewujudkan misi pertama dengan menyiapkan berbagai kesiapan sarana dan prasarana infrastruktur mulai dari tingkat desa sampai pada permukiman yang terpencil.
Misi ketiga diperlukan untuk mewujudkan Kabupaten Natuna sebagai kabupaten yang maju dalam pelayanan publik dan memiliki pemerintahan yang bersih untuk menunjang daerah Natuna sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang mampu berkembang dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara keseluruhan. Ketiga misi ini diperlukan untuk dapat mewujudkan pembangunan daerah yang berkeadilan dan mengutamakan kepentingan bersama. Visi dan misi ini selanjutnya dijadikan sebagai landasan utama dalam penyusunan strategi kebijakan dan program pembangunan daerah dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Kabupaten Natuna selama periode 2006-2011.
Untuk dapat mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah sebagaimana telah ditetapkan, maka strategi pembangunan Kabupaten Natuna dalam RPJM periode 2006-2011 ini tercakup dalam lima pilar utama pembangunan daerah. Kelima pilar pembangunan daerah Kabupaten Natuna tersebut adalah: 1) Peningkatan dan pemahaman iman dan taqwa merupakan cerminan dalam bentuk kualitas hidup beragama sehari-hari. Iman dan taqwa merupakan landasan utama dalam seluruh kegiatan pembangunan daerah. Meningkatkan kualitas hidup beragama diarahkan pada peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengikuti ketentuan yang tertera dalam Al-Qur’an dan Hadist. 2) Pemenuhan rakyat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, derajat kesehatan menjadi titik tolak dalam pencapaian keberhasilan kedepan dari pembangunan yang sedang
dilaksanakan. Menyeimbangkan pembangunan kesehatan baik pembangunan fisik dan peningkatan mutu kesehatan artinya berorientasi pada kualitas pelayanan kesehatan. 3) Pembangunan pendidikan karena kualitas sumberdaya manusia merupakan titik sentral yang sangat menentukan bagi terwujudnya proses keberhasilan pembangunan tersebut. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan strategi pembangunan daerah yang tepat untuk mendorong proses
pembangunan Kabupaten Natuna untuk masa lima tahun mendatang. 4) Peningkatan ekonomi melalui penyiapan fasilitas yang memadai untuk memacu
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna baik secara makro maupun secara mikro yang dapat mensejahterakan masyarakat secara merata dan berimbang. 5) Penegakan dan taat hukum, dengan upaya mewujudkan pemerintah yang dipercaya dan didukung masyarakat dengan pemerintah yang transparan, bebas KKN (good governance) dan berwibawa.
4.3 Sarana dan Prasarana Daerah
Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya arus lalu lintas akan sangat menunjang mobilitas penduduk dan melancarkan distribusi barang dan jasa guna meningkatkan perekonomian daerah. Pada tahun 2008 Kabupaten Natuna memiliki panjang jalan 1.359 km. Panjang jalan menurut tingkat pemerintah berjumlah 1.582 km, dengan rincian jalan negara 116 km, jalan propinsi 242 dan jalan kabupaten 1.233 km. Panjang jalan menurut kondisi dengan jumlah panjang 1.582 km dengan jalan kondisi baik 1.142 km, kondisi sedang 277 km, kondisi rusak 97 km, dan rusak berat 66 km.
Wilayah Kabupaten Natuna terdiri dari 99 persen lautan keadaan tersebut menempatkan angkutan laut menjadi sarana utama untuk menghubungkan suatu pulau dengan pulau lain, dari desa ke ibukota kecamatan dan dari kecamatan ke ibukota kabupaten. Sarana perhubungan di sektor angkutan laut terlihat semakin baik dengan bertambahnya frekuensi pelayaran untuk menghubungkan gugusan pulau-pulau Anambas dan Pulau-pulau Natuna yang dilayani oleh kapal penumpang “KM Bukit Raya” (milik PELNI) yang secara reguler melayari rute tersebut. Sarana angkutan udara Kabupaten Natuna memiliki sebuah bandara yang merupakan lapangan udara miliki TNI AU Ranai, hingga kini melayani pelayanan penerbangan komersial diantaranya pesawat RAL (Riau Air Lines), Wings Air,
dan Trigana dengan rute Natuna - Batam - Natuna, dan Natuna - Tanjung Pinang - Natuna, serta Natuna – Pontianak - Natuna. Menurut data 2008 frekuensi penerbangan Bandara Ranai menunjukan peningkatan yang signifikan.
4.4 Perekonomian Kabupaten Natuna
Kondisi sektoral terhadap PDRB Kabupaten Natuna pada tahun 2005 sampai dengan 2007 disajikan Tabel 4. Dari data tersebut tampak bahwa sektor pertanian merupakan kontributor utama PDRB. Kontribusi sektor pertanian Kabupaten Natuna mencapai 67,34 persen (Rp. 394,441 milyar) pada tahun 2005, sedangkan tahun 2007 mencapai 67,04 persen (Rp.437,54 milyar). Kedua angka tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian mendominasi perekonomian di wilayah tersebut, sehingga pengembangan pertanian sub sektor perikanan sangat sesuai dikembangkan di wilayah tersebut. Sektor lain yang memiliki kontribusi lebih besar 10 persen terhadap PDRB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (14,66 persen). Sektor-sektor lainnya yang memiliki kontribusi PDRB relatif besar namun kurang dari 10 persen, adalah sebagai berikut: jasa-jasa (5,5 persen), pengangkutan dan komunikasi (3,81 persen), keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (2,96 persen), industri pengolahan (2,90 persen), bangunan (2,80 persen). Adapun sektor yang memiliki kontribusi terendah adalah pertambangan dan penggalian (0,37 persen) serta listrik, gas dan air bersih (0,08 persen).
Tabel 4. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Natuna Tahun 2005 – 2007 No Lapangan Usaha Tahun (Dalam Milyar Rupiah)
2005 2006 2007
1. Pertanian 392,44 416,28 437,54
2. Pertambangan dan Penggalian 2,10 2,16 2,42
3. Industri Pengolahan 16,80 17,61 18,49
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,51 0,52 0,54
5. Bangunan 13,85 14,62 17,06
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 85,43 88,59 94,95 7. Pengangkutan dan Komunikasi 22,19 23,63 25,77 8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 17,25 18,11 19,00
9. Jasa-jasa 32,05 33,98 36,89
Jumlah 582,72 615,49 652,66
4.5 Investasi Gas Natuna
Indonesia akan tetap menjadi produsen gas bumi terkemuka pada tahun-tahun mendatang. Disamping penemuan lapangan gas baru sering terjadi, kemampuan produksi gas akan meningkat lebih besar lagi bila pembangunan proyek gas Natuna bisa direalisir. Pada saat ini persiapan ke arah pelaksanaan pembangunan fisik sedang dilakukan. Namun demikian gas yang terdapat di wilayah ini banyak mengandung CO2 . Analisa laboratorium terhadap gas bumi Natuna yang diambil dari lima sumur yang dibor menunjukkan tingginya kadar CO2 dalam gas bumi ini mengharuskan dilakukan penanganan secara khusus, sehingga diperlukan Investasi yang cukup besar.
Sementara itu pendanaan investasi proyek hilir (proyek LNG dan infrastruktur) akan mengikuti pola Project financing dengan persyaratan antara lain bunga rendah dan pembayaran kembali jangka panjang. Maka tahapan pembangunan adalah sebagai-berikut: Tahapan Pembangunan proyek gas Natuna dapat dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu: 1) Kegiatan Hulu terdiri dari, produksi gas bumi, pemisahan CO2 dari gas, penyaluran gas komersil di Pulau Natuna. Dan 2) kegiatan hilir, melakukan pencarian gas alam menjadi LNG.
Kegiatan hulu dalam rangka ekploitasi gas alam Natuna direncanakan akan dikembangkan suatu komplek yang mencakup pembangunan: anjungan pemboran, anjungan pengolahan, anjungan akomodasi, anjungan injeksi dan jaringan pipa. Sedangkan kegiatan hilir adalah memproses gas methane menjadi LNG di komplek pabrik LNG yang akan dibangun di daratan Pulau Natuna. Untuk menunjang pabrik ini, akan dibangun fasilitas dan infrastruktur seperti pelabuhan, lapangan terbang, gudang, pemukiman dan sebagainya. Pembangunan proyek ini akan dilakukan secara bertahap dan pada tahap pertama direncanakan akan dibangun dua anjungan pemboran dan dua anjungan pengolahan. Selain itu juga dibangun anjungan injeksi satu buah dan anjungan akomodasi juga satu buah.
4.6 Rencana Pembangunan Base Camp Blok D-Alpha Natuna
Blok D-Alpha Natuna merupakan aset sangat strategis bagi negara. Keseluruhan Blok Natuna mempunyai luas 17.000 km2 dan kedalaman lautnya antara 140-200 meter. Dengan kedalaman ini, secara teknis Natuna masuk
kategori offshore, pengeboran dangkal. Wilayah migas Natuna sendiri dibagi menjadi Natuna Barat dan Natuna Timur, dimana khusus untuk Natuna Barat, sejumlah kontraktor sudah melakukan eksploitasi minyak dan gas disana, yang produksinya antara lain dikirim ke Singapore dan Malaysia. Perlu dicatat bahwa kandungan gas CO2 lebih kecil di daerah Natuna Barat dibanding Natuna Timur.
Blok D-Alpha Natuna terletak di dalam wilayah Natuna Timur, yang mengandung cadangan minyak dan gas. Disamping menyimpan sekitar 500 juta barel minyak, blok ini adalah salah satu blok gas dengan cadangan terbesar di dunia saat ini, dengan total potensi gas mencapai 222 triliun kaki kubik (tcf).
Potensi gas yang recoverable sebesar 46 tcf (46,000 bcf) atau setara dengan 8,383
miliar barel minyak (1 boe, barel oil equivalent = 5.487 cf ). Dengan potensi
sebesar itu, dan asumsi harga rata-rata minyak US$ 75/ barel selama periode eksploitasi, maka nilai potensi ekonomi gas Natuna adalah US$ 628,725 miliar
atau sekitar Rp 6.287,25 triliun (kurs US$/Rp = Rp 10.000). Pengelolaan Natuna
oleh Pertamina dan mitranya harus dilakukan sedemikian rupa sehingga negara
memperoleh penerimaan yang maksimal dari potensi pendapatan sebesar Rp 6.287,25 triliun ini.
Selain itu, letak Natuna yang hanya berjarak sekitar 1.100 km dari Jakarta dan 200 km dari Singapura, memiliki nilai strategis untuk memasok kebutuhan gas bagi negara-negara sekitar seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Cina, Jepang, dan Korea. Termasuk pula untuk memasok gas bagi Pulau Jawa dan Indonesia secara umum, yang membutuhkan gas dalam jumlah besar setelah diimplementasikannya kebijakan konversi energi dari minyak tanah ke gas.
Perkiraaan total biaya investasi yang lebih akurat akan diperoleh saat plan of
development (PoD) diajukan oleh operator kepada Badan Pengelola Migas. Namun saat ini, dengan angka investasi US$ 25 miliar dibanding US$ 40 miliar
yang diajukan oleh Exxon Mobil, yang memang sangat perlu diwaspadai.
Pemerintah perlu menjaga dan meyakinkan bahwa total investasi yang dibutuhkan
kelak, telah dihitung secara objektif dan bebas dari penggelembungan (mark up),
karena pada ujungnya seluruh biaya tersebut akan menjadi tanggungan negara
dalam cost recovery.
Investasi yang besar membutuhkan potensi pengembalian yang terjamin dari para konsumen gas. Dalam hal ini Pertamina memperkirakan, berdasarkan harga
pokok di wel sebesar US$ 4/ mmbtu, harga jual gas Natuna haruslah sekitar US$ 7 atau 8/ mmbtu. Adapun target pasar penjualan gas Natuna antara lain
Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam, Korea, Jepang, serta konsumen domestik terutama di Jawa dan Batam. DESDM (Departemen Energi Sumberdaya Mineral) sedang mengkaji moda transportasi yang akan digunakan, apakah pipa transmisi yang menghubungkan Natuna dengan seluruh lokasi pembeli, atau menggunakan tanker dengan membangun fasilitas LNG terapung di Natuna. Potensi Natuna yang ribuan triliun rupiah, pentingnya menjaga ketahanan energi,
dan terkontrolnya total biaya investasi (dari mark-up) adalah sekian diantara
banyak alasan mengapa Natuna harus dikelola oleh Pertamina.
4.7 Kependudukan Kabupaten Natuna
Masalah kependudukan di Kabupaten Natuna pada dasarnya sama dengan masalah kependudukan daerah lain di Indonesia. Untuk mencapai manusia yang berkualitas dengan kuantitas penduduk yang tidak terkendali tentu akan sulit dicapai. Masalah kependudukan ini terkait erat dengan masalah pembangunan, karena penduduk merupakan objek sekaligus subjek pembangunan. Pembangunan merupakan realisasi dari aspirasi dan tujuan suatu bangsa untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya-upaya sistematis dan terencana. Tujuan utama pembangunan pada dasarnya adalah mengupayakan sehingga terwujud peningkatan kualitas dari kondisi sebelumnya, dalam hal ini adalah kesejahteraan rakyat (Profil Ketenagakerjaan Natuna, 2009).
Salah satu tujuan penting perencanaan wilayah terbelakang adalah untuk meningkatkan laju pembangunan ekonomi. Lebih lanjut, kebutuhan perencanaan di wilayah terbelakang didorong oleh keperluan menghapus pengangguran dan pengangguran tersembunyi yang tersebar luas dalam perekonomian seperti itu. Karena modal langka dan buruh melimpah ruah maka masalah penyediaan kesempatan kerja bagi tenaga buruh yang senantiasa meningkat merupakan suatu yang sulit. Hanya badan perencanaan yang terpusat yang dapat mengatasi kesulitan ini. Di tengah ketiadaan usaha dan inisiatif yang memadai, badan perencanaan merupakan satu-satunya lembaga yang pantas untuk merencanakan pembangunan perekonomian secara berimbang. Demi pembangunan ekonomi
yang cepat, wilayah terbelakang memerlukan pembangunan sektor pertanian dan industri, pembentukan overhead sosial dan ekonomi, pengembangan sektor perdagangan luar negeri dan domestik dengan cara yang harmonis. Semua ini memerlukan investasi serentak diberbagai sektor yang hanya dilakukan melalui perencanaan pembangunan (Jhingan, 2008).
Perencanaan pada dasarnya memerlukan kegiatan yang berkaitan dengan pengaturan/ penataan pekerjaan secara komprehensif dan spesifik dengan penjadwalan (target waktu) yang jelas, sasaran yang jelas dan tepat untuk masing-masing program. Hal ini berarti dengan perencanaan akan lebih lanjut menjamin efisiensi dan efektivitas implementasi suatu kegiatan/ program. Dengan demikian, maka suatu keputusan atau kebijakan yang diambil tanpa dilandasi oleh situasi dan kondisi yang objektif dari permasalahan yang dihadapi akan menghasilkan kebijakan yang tidak tepat sasaran. Data dan informasi statistik sangat berperan dalam memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi objektif yang diperlukan dalam suatu proses perencanaan. Sedangkan dalam tahap monitoring dan evaluasi, maka suatu yang harus dipertimbangkan dalam tahap perencanaan adalah tentang bagaimana cara mengukur efektivitas program. Dengan demikian, maka kebutuhan data dan informasi statistik tidak dapat dihindari mengingat tuntutan efisiensi dan efektivitas merupakan prasyarat bagi implementasi suatu program.
4.7.1 Jumlah, Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Pembangunan di daerah Kabupaten Natuna memiliki dampak terhadap kedinamisan penduduk. Seiring dengan pembangunan yang sedang dilaksanakan, jumlah penduduk Kabupaten Natuna mengalami perkembangan yang cukup