• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DI PROVINSI JAWA BARAT

L. Negeri & Jabar

6.2. Pengganda Sektor Produks

6.2.2. Pengganda Pendapatan Rumahtangga

Koefisien pengganda pendapatan rumahtangga di Propinsi Jawa Barat pada tahun 1993 dan 2003 diperlihatkan pada Tabel 13. Dari Tabel 13 terlihat pada tahun 1993, Pertama, koefisien pengganda pendapatan rumahtangga dari sektor industri pengolahan di propinsi Jawa Barat berkisar 0.62-0.79. Dari sektor

1993 dan 2003

Sektor Buruh Tani

Pengusaha Pertanian

Rendah di Desa

Pendapatan

di Desa Atas di Desa

Rendah di Kota

Pendapatan

di Kota Atas di Kota Total 1993 2003 1993 2003 1993 2003 1993 2003 1993 2003 1993 2003 1993 2003 1993 2003 1993 2003

Tanaman bahan makanan 0.0239 0.1626 0.2563 0.1605 0.1164 0.1701 0.0144 0.0295 0.2400 0.0712 0.1166 0.1235 0.0080 0.0579 0.0553 0.1184 0.8308 0.8936

Perkebunan 0.0242 0.2353 0.2094 0.1655 0.1308 0.1665 0.0120 0.0279 0.1938 0.0700 0.1482 0.1182 0.0068 0.0552 0.0468 0.1284 0.7720 0.9670 Peternakan 0.0235 0.2277 0.2166 0.1617 0.1303 0.1688 0.0124 0.0276 0.2012 0.0697 0.1442 0.1271 0.0070 0.0563 0.0480 0.1358 0.7832 0.9746 Kehutanan 0.0242 0.1369 0.2435 0.1495 0.1191 0.1632 0.0137 0.0282 0.2273 0.0690 0.1232 0.1206 0.0076 0.0569 0.0530 0.1148 0.8117 0.8389 Perikanan 0.0238 0.1550 0.2136 0.1503 0.1083 0.1621 0.0121 0.0277 0.1980 0.0677 0.1264 0.1206 0.0067 0.0556 0.0474 0.1170 0.7362 0.8559 Pertambangan & Penggalian 0.0306 0.0437 0.2644 0.1326 0.1010 0.1707 0.0149 0.0290 0.2451 0.0776 0.1025 0.1349 0.0080 0.0677 0.0579 0.1284 0.8243 0.7845

Ind. Mkanan, Mnuman & Tmbakau 0.0242 0.0966 0.2203 0.1205 0.1157 0.1547 0.0126 0.0241 0.2038 0.0591 0.1637 0.1431 0.0071 0.0538 0.0497 0.1287 0.7971 0.7806 Ind. Tekstil, P.Jadi, Kulit & A.Kaki 0.0221 0.0387 0.1650 0.0943 0.1018 0.1448 0.0096 0.0211 0.1499 0.0531 0.1991 0.1521 0.0056 0.0525 0.0398 0.1316 0.6929 0.6881 Ind. Kayu, Bambu, Rtan & Furnitur 0.0211 0.0306 0.1536 0.0726 0.0947 0.1080 0.0090 0.0161 0.1394 0.0405 0.1829 0.1099 0.0052 0.0393 0.0371 0.0956 0.6429 0.5125 Ind. Kertas, Prcetakan & Penerbitan 0.0232 0.0421 0.1770 0.0999 0.0955 0.1600 0.0102 0.0226 0.1617 0.0576 0.1628 0.1742 0.0058 0.0581 0.0414 0.1519 0.6776 0.7665 Ind. Kimia, B.Kimia, Krtas & Plastik 0.0217 0.0419 0.1656 0.0957 0.0929 0.1427 0.0096 0.0211 0.1511 0.0529 0.1646 0.1465 0.0055 0.0516 0.0390 0.1269 0.6500 0.6793 Ind. Pengilangan Minyak Bumi 0.0317 0.0437 0.1495 0.1273 0.1058 0.1739 0.0088 0.0280 0.1318 0.0718 0.1473 0.1562 0.0048 0.0656 0.0367 0.1389 0.6166 0.8054 Ind. Barang Mineral Bukan Logam 0.0243 0.0329 0.1826 0.0833 0.0966 0.1299 0.0105 0.0188 0.1668 0.0478 0.1577 0.1374 0.0059 0.0475 0.0425 0.1198 0.6870 0.6173 Ind. Logam Dasar & B.Jadi Logam 0.0234 0.0383 0.2049 0.0987 0.0978 0.1497 0.0117 0.0221 0.1888 0.0553 0.1646 0.1551 0.0066 0.0543 0.0469 0.1337 0.7448 0.7072 Ind. Pengolahan Lainnya 0.0229 0.0475 0.1649 0.0963 0.0981 0.1467 0.0096 0.0212 0.1499 0.0525 0.1713 0.1560 0.0055 0.0522 0.0392 0.1344 0.6611 0.7068 Listrik, Gas & Air Bersih 0.0290 0.0386 0.1547 0.1097 0.0933 0.1477 0.0090 0.0243 0.1384 0.0683 0.1149 0.1205 0.0049 0.0602 0.0366 0.1203 0.5806 0.6895 Bangunan/Kontruksi 0.0483 0.0435 0.1997 0.0975 0.1574 0.1550 0.0120 0.0227 0.1735 0.0743 0.2166 0.1417 0.0065 0.0682 0.0503 0.1581 0.8643 0.7609 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.0373 0.0492 0.2405 0.1225 0.1246 0.1729 0.0138 0.0275 0.2187 0.0839 0.1446 0.1419 0.0075 0.0742 0.0551 0.1545 0.8421 0.8266 Pengangkutan & Komunikasi 0.0381 0.0436 0.1933 0.1098 0.1225 0.1592 0.0113 0.0249 0.1720 0.0768 0.1530 0.1344 0.0061 0.0686 0.0462 0.1465 0.7426 0.7637 Keu, Persewaan & J.Perusahaan 0.0867 0.0441 0.2327 0.1203 0.2678 0.1655 0.0147 0.0269 0.1888 0.0788 0.3677 0.1347 0.0079 0.0695 0.0652 0.1411 1.2314 0.7809

Jasa-Jasa 0.0494 0.0649 0.1969 0.1234 0.1616 0.2148 0.0118 0.0300 0.1702 0.1176 0.2223 0.1880 0.0065 0.1062 0.0500 0.2491 0.8688 1.0939 Sumber : SAM Propinsi Jawa Barat Tahun 1993 dan 2003 (Diolah)

ini, Industri Makanan, Minuman dan Tembakau; Industri Logam Dasar dan Barang Jadi Logam; dan Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki berturut-turut adalah sektor dengan koefisien terbesar pertama, kedua dan ketiga. Kemudian dari sektor pertanian berkisar 0.74-0.83, dengan urutan koefisien terbesar pertama, kedua dan ketiga adalah sektor : Tanaman Bahan Makanan; Kehutanan; dan Peternakan. Dan dari sektor lainnya berkisar 0.58-1.23, dimana sektor dengan koefisien terbesar pertama, kedua dan ketiga berturut-turut adalah Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; Jasa-Jasa. dan Bangunan/Kontruksi.

Kedua, kelompok rumahtangga yang paling besar menerima peningkatan

pendapatan akibat injeksi dari sektor industri pengolahan dan sektor pertanian adalah kelompok rumahtangga pengusaha pertanian, sedangkan dari sektor lainnya adalah kelompok rumahtangga golongan rendah di kota.

Ketiga, apabila ditinjau berdasarkan keseluruhan, terlihat koefisien

terbesar dan terkecil dari pengganda pendapatan rumahtangga adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1.23) dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0.58).

Terlihat pada tahun 2003, Pertama, koefisien pengganda pendapatan rumahtangga dari sektor industri pengolahan di Propinsi Jawa Barat berkisar 0.51- 0.78. Dari sektor ini, Industri Pengilangan Minyak Bumi; Industri Makanan, Minuman dan Tembakau; dan Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan berturut-turut adalah sektor dengan koefisien terbesar pertama, kedua dan ketiga. Kemudian dari sektor pertanian berkisar 0.84-0.97, dengan urutan koefisien terbesar pertama, kedua dan ketiga adalah sektor : Peternakan; Perkebunan; dan Tanaman Bahan Makanan. Dan dari sektor lainnya berkisar 0.70-1.09, dimana

sektor dengan koefisien terbesar pertama, kedua dan ketiga berturut-turut adalah Jasa-Jasa; Perdagangan, Hotel dan Restoran; dan Pertambangan dan Penggalian.

Kedua, kelompok rumahtangga yang paling besar menerima peningkatan

pendapatan akibat injeksi dari sektor industri pengolahan adalah kelompok rumahtangga golongan rendah di desa, sedangkan dari sektor pertanian adalah kelompok rumahtangga buruh tani, dan dari sektor lainnya berturut-turut adalah kelompok rumahtangga golongan atas di kota dan golongan rendah di desa.

Ketiga, apabila ditinjau berdasarkan keseluruhan, terlihat koefisien

terbesar dan terkecil dari pengganda pendapatan rumahtangga adalah sektor Jasa- Jasa (1.09) dan sektor Peternakan (0.51).

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana diuraikan pada Tabel 12, 13 dan Lampiran 16 dapat diuraikan dengan jelas urutan sektor yang menempati posisi teratas sampai terbawah apabila dilakukan rangking. Tabel 14 menunjukkan hasil rangking masing-masing sektor tersebut. Kolom total dari tabel tersebut menunjukkan rangking akhir dari masing-masing sektor.

Berdasarkan kolom total dari Tabel 14 menunjukkan Jasa-Jasa; Industri Makanan, Minuman dan Tembakau; Bangunan/Kontruksi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki sebagai sektor yang menempati rangking pertama sampai dengan kelima di Propinsi Jawa Barat tahun 1993. Berdasarkan keseluruhan sektor yang menempati posisi kelima terbesar tersebut, dapat dikemukakan bahwa Jasa-Jasa dan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau merupakan sektor yang tetap menduduki posisi kelima terbesar di propinsi Jawa Barat sampai periode tahun 2003.

Tabel 14. Rangking Sektoral di Propinsi Jawa Barat Tahun 1993 dan 2003

Sektor

Rangking

Output Bruto

Keterkaitan

Tenaga kerja Pendapatan RT Total Ke Belakang Ke Depan

1993 2003 1993 2003 1993 2003 1993 2003 1993 2003 1993 2003

Tanaman Bahan Makanan 21 19 21 19 2 5 9 2 5 4 12 7

Perkebunan 17 13 14 10 14 18 4 1 10 3 14 5

Peternakan 12 2 15 3 11 12 1 7 9 2 7 2

Kehutanan 20 20 20 16 20 21 6 3 7 6 17 16

Perikanan 13 14 8 11 16 15 2 5 13 5 11 10

Pertambangan dan Penggalian 18 18 18 21 18 3 18 20 6 9 19 19

Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau 3 8 2 5 6 2 10 17 8 11 2 3

Ind. Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan A.Kaki 2 5 11 12 3 6 13 12 14 18 5 12

Ind. Kayu, Bambu, Rotan dan Furnitur 15 21 12 20 15 20 19 19 19 21 20 21

Ind. Kertas, Percetakan dan Penerbitan 4 1 9 9 13 14 12 13 16 12 13 9

Ind. Kimia, B.Kimia, Karet dan Plastik 6 11 10 15 5 7 14 14 18 19 10 18

Ind. Pengilangan Minyak Bumi 10 4 4 2 21 13 15 16 20 8 18 6

Ind. Barang Mineral Bukan Logam 9 17 6 13 17 17 16 15 15 20 16 20

Ind. Logam Dasar dan Barang Jadi Logam 7 7 17 14 8 5 17 18 11 15 15 13

Ind. Pengolahan Lainnya 1 12 1 8 19 19 11 4 17 16 8 14

Listrik, Gas dan Air Bersih 19 9 19 6 9 9 20 21 21 17 21 15

Bangunan/Kontruksi 8 6 5 1 12 16 8 10 3 14 3 11

Perdagangan, Hotel dan Restoran 16 15 16 17 1 1 5 9 4 7 6 4

Pengangkutan dan Komunikasi 14 10 13 7 4 10 7 8 12 13 9 8

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 11 16 7 18 10 11 21 11 1 10 4 17

Sedangkan ketiga sektor lainnya digantikan posisinya oleh sektor : Peternakan; Perkebunan; dan Perdagangan, Hotel dan Restoran.

Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat dinyatakan bahwa apabila diinginkan pembangunan ekonomi di Propinsi Jawa Barat mencapai tingkat perekonomian yang tinggi di masa mendatang berdasarkan pendekatan sektoral yang selektif, maka sudah sepantasnya pembangunan diprioritaskan pada kelima sektor, yaitu :

1. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Perkebunan

3. Peternakan

4. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5. Jasa-Jasa

yang selanjutnya dalam penelitian ini dikatakan sebagai sektor yang potensial. Keberadaan sektor-sektor potensial tersebut yang menjadi tulang punggung struktur perekonomian di Propinsi Jawa Barat tidak terlepas dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah setempat. Berdasarkan pola dasar pembangunan Propinsi Jawa Barat terlihat bahwa, selain peningkatan mutu sumberdaya manusia, prioritas pembangunan pada periode 1993-2003 adalah mengembangkan industri yang maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh serta bidang pembangunan lainnya.

Berdasarkan hasil analisis yang turut memperhitungkan tingkat multiplier sebagamana telah diuraikan di atas, ditemukan bukti bahwa sektor Perkebunan dan Peternakan merupakan dua dari lima sektor potensial di Provinsi Jawa Barat, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor Pertanian dapat dijadikan sebagai sektor

pemimpin terutama sekali jika usaha pembangungan ekonomi diintegrasikan secara lebih kuat antara Pertanian dan Industri Pengolahan sebagai bentuk Agroindustri.

6.3. Dekomposisi Pengganda

Nilai Pengganda sebagaimana telah dikemukakan di atas hanya menggambarkan besarnya pengaruh global akibat adanya injeksi pada suatu sektor yang ditransmisikan ke sektor lainnya. Besarnya pengaruh global tersebut sebenarnya terjadi melalui sejumlah tahapan. Melalui analisis dekomposisi pengganda (decomposition multiplier) maka tahapan tersebut dapat digambarkan secara jelas.

Analisis dekomposisi pengganda menguraikan nilai pengganda menjadi tiga komponen, yaitu : (1) pengganda transfer, yang menggambarkan dampak pengganda netto yang dihasilkan akibat adanya tambahan transfer dari neraca eksogen terhadap sekelompok neraca tertentu, (2) pengganda silang atau open loop, yang menangkap dampak silang (cross effect) antarneraca yang berbeda,

dan (3) pengganda closed-loop, yang menjelaskan dampak pengganda dari adanya aliran neraca eksogen pada neraca endogen dan kemudian kembali ke neraca semula. Keseluruhan nilai dekomposisi dapat dilihat dalam Lampiran 8-10 dan 13-15.

Sebagaimana telah diuraikan pada hasil sebelumnya terdapat 5 (Lima) sektor yang potensial di Propinsi Jawa Barat. Sehubungan dengan itu maka analisis terhadap dekomposisi pengganda pada pembahasan berikut difokuskan terhadap sektor-sektor potensial tersebut. Hasil dekomposisi pengganda kelima sektor potensial tersebut dikemukakan sebagaimana terlihat pada Tabel 15 (untuk Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebagai subsektor industri

pengolahan), Tabel 16 (untuk kedua subsektor pertanian), dan Tabel 17 (untuk kedua subsektor lainnya).

Berdasarkan Tabel 15 dapat dikemukakan bahwa adanya injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada Industri Makanan, Minuman dan Tembakau akan meningkatkan penerimaan faktor produksi modal, yaitu sebesar 0.97 miliar rupiah, yang lebih besar dari tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa industri Makanan, Minuman dan Tembakau lebih bersifat capital intensive.

Tabel 15. Dekomposisi Pengganda Sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

Neraca Asal Terhadap Neraca LainnyaDampak Injeksi Injeksi Transfer Open Loop Closed Loop Total

Industri Tenaga Kerja Pertanian 0.09 0.04 0.13 Makanan , Tenaga Kerja Industri 0.13 0.05 0.19 Minuman & Tenaga Kerja Lainnya 0.02 0.08 0.10

Tembakau Modal 0.59 0.38 0.97

(IMMT) RT. Buruh Tani 0.07 0.03 0.10

RT. Pengusaha Pertanian 0.07 0.05 0.12

RT. Golongan Rendah di Desa 0.09 0.06 0.15

RT. Penerima Pendapatan di Desa 0.01 0.01 0.02

RT. Golongan Atas Desa 0.03 0.03 0.06

RT. Golongan Rendah di Kota 0.09 0.06 0.14

RT. Penerima Pendapatan di Kota 0.03 0.03 0.05

RT. Golongan Atas Kota 0.07 0.06 0.13

IMMT 1 0.09 0.15 1.24

Pertanian 0.47 0.18 0.65

Pertambangan dan Penggalian 0.01 0.04 0.05

Lainnya 0.11 0.36 0.47

Total Produksi 1 0.72 1.04 2.76

Sumber : SAM Propinsi Jawa Barat Tahun 2003 (Diolah)

Peningkatan penerimaan modal Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 0.97 miliar rupiah tersebut merupakan kontribusi dari

dampak pengganda silang (open loop) sebesar 0.59 miliar rupiah dan dampak pengganda closed loop sebesar 0.38 miliar rupiah. Dengan kata lain, peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah pada Industri Makanan, Minuman dan Tembakau (misalnya akibat peningkatan ekspor) akan meningkatkan penerimaan

faktor produksi modal sebesar 0.59 miliar rupiah setelah dampak injeksi melalui seluruh sistem blok faktor produksi dan institusi, dan sebesar 0.38 miliar rupiah setelah injeksi melalui seluruh blok lainnya dan kembali ke blok semula.

Terhadap pendapatan rumahtangga, injeksi pada Industri Makanan, Minuman dan Tembakau akan memberikan dampak penerimaan rumahtangga golongan rendah di desa yang lebih besar, yaitu sebesar 0.15 miliar rupiah, dibandingkan dengan penerimaan kelompok rumahtangga lainnya. Besarnya dampak injeksi Industri Makanan, Minuman dan Tembakau terhadap penerimaan rumahtangga golongan rendah di desa didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan rumahtangga golongan rendah di desa lebih besar dari dampak pengganda closed loop.

Terhadap sektor produksi lainnya, injeksi Industri Makanan, Minuman dan Tembakau akan memberikan dampak penerimaan sektor pertanian yang lebih besar, yaitu sebesar 0.65 miliar rupiah dibandingkan dengan sektor Pertambangan dan Penggalian, yaitu sebesar 0.05 miliar rupiah, dan sektor lainnya, yaitu sebesar 0.47 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa keterkaitan (linkage) antara sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan sektor Pertambangan dan Penggalian dan sektor lainnya. Besarnya dampak injeksi sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau didominasi oleh dampak pengganda transfer.

Berdasarkan Tabel 16 dapat dikemukakan bahwa adanya injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada kedua subsektor pertanian, yaitu Perkebunan dan Peternakan, relatif sama akan meningkatkan penerimaan faktor produksi modal, yaitu masing-

masing sebesar 1.03 dan 1.01 miliar rupiah, yang lebih besar dari tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua subsektor pertanian tersebut lebih bersifat capital intensive. Besarnya dampak injeksi sektor Perkebunan dan Peternakan

terhadap modal relatif sama didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan modal dari sektor Perkebunan dan Peternakan lebih besar dari dampak pengganda closed loop.

Tabel 16. Dekomposisi Pengganda Kedua Subsektor Pertanian

Neraca Asal Dampak Injeksi

Terhadap Neraca Lainnya Injeksi Transfer Open Loop Closed Loop Total

Perkebunan Tenaga Kerja Pertanian 0.31 0.05 0.35

(BUN) Tenaga Kerja Industri 0.01 0.07 0.08

Tenaga Kerja Lainnya 0.01 0.09 0.11

Modal 0.55 0.48 1.03

RT. Buruh Tani 0.20 0.04 0.24

RT. Pengusaha Pertanian 0.11 0.06 0.17

RT. Golongan Rendah di Desa 0.09 0.08 0.17

RT. Penerima Pendapatan di Desa 0.02 0.01 0.03

RT. Golongan Atas Desa 0.04 0.03 0.07

RT. Golongan Rendah di Kota 0.05 0.07 0.12

RT. Penerima Pendapatan di Kota 0.02 0.03 0.06

RT. Golongan Atas Kota 0.06 0.07 0.13

BUN 1 0.03 0.01 1.04

Pertambangan dan Penggalian 0.02 0.05 0.07

Industri Pengolahan 0.09 0.58 0.67

Jasa 0.06 0.45 0.50

Total Produksi 1 0.20 1.31 2.51

Peternakan Tenaga Kerja Pertanian 0.29 0.05 0.34

(TNK) Tenaga Kerja Industri 0.04 0.07 0.11

Tenaga Kerja Lainnya 0.02 0.09 0.11

Modal 0.53 0.48 1.01

RT. Buruh Tani 0.19 0.04 0.23

RT. Pengusaha Pertanian 0.10 0.06 0.16

RT. Golongan Rendah di Desa 0.09 0.08 0.17

RT. Penerima Pendapatan di Desa 0.01 0.01 0.03

RT. Golongan Atas Desa 0.03 0.04 0.07

RT. Golongan Rendah di Kota 0.06 0.07 0.13

RT. Penerima Pendapatan di Kota 0.02 0.03 0.06

RT. Golongan Atas Kota 0.06 0.07 0.14

TNK 1 0.02 0.05 1.08

Pertambangan dan Penggalian 0.01 0.05 0.06

Industri Pengolahan 0.37 0.58 0.95

Jasa 0.10 0.45 0.55

Total Produksi 1 0.64 1.32 2.95

Sumber : SAM Propinsi Jawa Barat Tahun 2003 (Diolah)

Terhadap pendapatan rumahtangga, injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada kedua subsektor pertanian tersebut, relatif sama akan memberikan dampak penerimaan rumahtangga golongan buruh tani yang lebih besar, yaitu masing-

masing sebesar 0.24 dan 0.23 miliar rupiah, dibandingkan dengan penerimaan kelompok rumahtangga lainnya. Besarnya dampak injeksi kedua subsektor pertanian tersebut terhadap penerimaan rumahtangga golongan buruh tani tersebut didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan rumahtangga golongan buruh tani lebih besar dari dampak pengganda closed loop.

Terhadap sektor produksi lainnya, injeksi sebesar 1 miliar rupiah baik sektor Perkebunan dan Peternakan, relatif sama akan memberikan dampak penerimaan sektor industri pengolahan yang lebih besar, yaitu masing-masing sebesar 0.67 dan 0.93 miliar rupiah, dibandingkan dengan sektor Pertambangan dan Pengalian, yaitu masing-masing sebesar 0.07 dan 0.06 miliar rupiah, dan sektor lainnya, yaitu masing-masing sebesar 0.50 dan 0.55 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa linkage antara kedua sektor pertanian tersebut dengan sektor industri pengolahan lebih besar dibandingkan dengan sektor Pertambangan dan Penggalian dan sektor lainnya. Besarnya dampak injeksi kedua sektor jasa terhadap sektor industri pengolahan, relatif sama didominasi oleh dampak pengganda closed loop.

Selain itu dapat dikemukakan bahwa peningkatan 1 miliar rupiah pendapatan sektor Peternakan memberikan dampak peningkatan penerimaan total produksi sektoral yang lebih besar, yaitu sebesar 2.95 miliar rupiah, dibandingkan dengan sektor Tanaman Bahan Makanan, yaitu sebesar 2.591 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor Peternakan juga memiliki peranan yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat.

Berdasarkan Tabel 17 dapat dikemukakan bahwa adanya injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada subsektor lainnya, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Jasa-Jasa, akan meningkatkan penerimaan faktor produksi modal, yaitu masing-masing sebesar 1.08 dan 0.84 miliar rupiah, yang lebih besar dari tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor tersebut lebih bersifat capital intensive. Besarnya dampak injeksi sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran terhadap modal didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan modal dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran lebih besar dari dampak pengganda closed loop. Sedangkan besarnya dampak injeksi sektor Jasa-Jasa terhadap modal didominasi oleh dampak pengganda closed loop. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda closed loop terhadap peningkatan penerimaan modal dari sektor Jasa-Jasa lebih besar dari dampak pengganda silang.

Terhadap pendapatan rumahtangga, injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, akan memberikan dampak penerimaan rumahtangga golongan rendah di desa yang lebih besar, yaitu sebesar 0.17 miliar rupiah, dibandingkan dengan penerimaan kelompok rumahtangga lainnya. Besarnya dampak injeksi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap penerimaan rumahtangga golongan rendah di desa tersebut didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan rumahtangga lebih besar dari dampak pengganda open loop. Sedangkan injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada sektor Jasa- Jasa, akan memberikan dampak penerimaan rumahtangga golongan atas di kota,

yaitu sebesar 0.250.17 miliar rupiah, dibandingkan dengan penerimaan kelompok

Tabel 17. Dekomposisi Pengganda Kedua Subsektor Lainnya

Neraca Asal Dampak Injeksi

Terhadap Neraca Lainnya Injeksi Transfer Open Loop Closed Loop Total

Perdagangan, Tenaga Kerja Pertanian 0.00 0.04 0.04 Hotel & Tenaga Kerja Industri 0.01 0.06 0.07 Restoran (PHR) Tenaga Kerja Lainnya 0.21 0.08 0.29

Modal 0.65 0.39 1.04

RT. Buruh Tani 0.02 0.03 0.05

RT. Pengusaha Pertanian 0.07 0.05 0.12

RT. Golongan Rendah di Desa 0.11 0.07 0.17

RT. Penerima Pendapatan di Desa 0.02 0.01 0.03

RT. Golongan Atas Desa 0.05 0.03 0.08

RT. Golongan Rendah di Kota 0.08 0.06 0.14

RT. Penerima Pendapatan di Kota 0.05 0.03 0.07

RT. Golongan Atas Kota 0.10 0.06 0.15

PHR 1 0.04 0.16 1.20

Pertanian 0.02 0.18 0.20

Pertambangan dan Penggalian 0.03 0.04 0.07

Industri Pengolahan 0.10 0.48 0.57

Total Produksi 1 0.35 1.08 2.43

Jasa-Jasa Tenaga Kerja Pertanian 0.00 0.05 0.05

(JJ) Tenaga Kerja Industri 0.03 0.07 0.11

Tenaga Kerja Lainnya 0.49 0.10 0.59

Modal 0.33 0.51 0.84

RT. Buruh Tani 0.02 0.04 0.06

RT. Pengusaha Pertanian 0.06 0.06 0.12

RT. Golongan Rendah di Desa 0.13 0.09 0.21

RT. Penerima Pendapatan di Desa 0.02 0.01 0.03

RT. Golongan Atas Desa 0.08 0.04 0.12

RT. Golongan Rendah di Kota 0.11 0.08 0.19

RT. Penerima Pendapatan di Kota 0.07 0.03 0.11

RT. Golongan Atas Kota 0.17 0.08 0.25

JJ 1 0.04 0.10 1.14

Pertanian 0.02 0.24 0.25

Pertambangan dan Penggalian 0.03 0.06 0.09

Industri Pengolahan 0.25 0.62 0.87

Total Produksi 1 0.53 1.40 2.93

Sumber : SAM Propinsi Jawa Barat Tahun 2003 (Diolah)

rumahtangga lainnya. Besarnya dampak injeksi sektor Jasa-Jasa terhadap penerimaan rumahtangga golongan atas di kota tersebut didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan rumahtangga lebih besar dari dampak pengganda open loop.

Terhadap sektor produksi lainnya, injeksi sebesar 1 miliar rupiah dari kedua subsektor lainnya tersebut, akan memberikan dampak penerimaan sektor industri pengolahan yang lebih besar, yaitu masing-masing sebesar 0.57 dan 0.87 miliar rupiah, dibandingkan dengan sektor Pertanian, yaitu masing-masing

sebesar 0.20 dan 0.25 miliar rupiah, dan Pertambangan dan Pengalian, yaitu masing-masing sebesar 0.07 dan 0.09 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa linkage antara kedua susektor lainnya tersebut dengan sektor industri pengolahan lebih besar dibandingkan dengan sektor Pertanian dan Pertambangan dan Penggalian. Besarnya dampak injeksi subsektor lainnya terhadap sektor industri pengolahan didominasi oleh dampak pengganda closed loop.

Selain itu dapat dikemukakan bahwa peningkatan 1 miliar rupiah pendapatan sektor Jasa-Jasa memberikan dampak peningkatan penerimaan total produksi sektoral yang lebih besar, yaitu sebesar 2.93 miliar rupiah, dibandingkan dengan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, yaitu sebesar 2.43 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor Jasa-Jasa juga memiliki peranan yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat.

6.4. Structural Path Analysis (SPA)

Pada dasarnya SPA merupakan metode untuk mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya dalam suatu sistem neraca sosial ekonomi. Di dalam suatu model, umumnya pengaruh dipancarkan dari perubahan pada variabel-variabel eksogen ke arah variabel-variabel endogen. Pengaruh (influence) sebagaimana dimaksudkan dalam hal ini adalah menunjukkan besaran pengeluaran yang menghubungkan dua titik di dalam suatu struktur dengan menggunakan konsep kecenderungan pengeluaran rata-rata aij (average expenditure propensity).

Berdasarkan pembahasan sebelumnya telah diketahui terdapat 5 (lima) sektor unggulan yang terdapat di Propinsi Jawa Barat. Sehubungan dengan itu pada pembahasan ini analisis SPA difokuskan pada pengaruh injeksi yang

diberikan kelima sektor unggulan sebagai jalur awal terhadap pendapatan institusi rumahtangga sebagai tujuan dari pengaruh tersebut.

Gambar 13 menyajikan nilai-nilai yang menggambarkan pengaruh langsung yang berawal dari sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau menuju masing-masing kelompok rumahtangga tertentu. Kemudian besarnya pengaruh global (dampak pengganda) dengan pergerakan awal dari sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau menuju masing-masing kelompok rumahtangga tertentu dikemukakan pada Tabel 18.

Berdasarkan Tabel 18 dapat dikemukakan bahwa pengaruh global dari sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau terhadap kelompok rumahtangga buruh tani adalah sebesar 0.097. Nilai tersebut memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan penerimaan sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga buruh tani sebesar 9.70 rupiah.

Terdapat dua jalur yang dilalui dari sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau menuju kelompok rumahtangga buruh tani (Gambar 13). Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja industri yang memberikan

tambahan pendapatan 1.60 persen terhadap kelompok rumahtangga buruh tani. Kedua, melalui faktor produksi modal yang memberikan tambahan pendapatan

kelompok rumahtangga buruh tani sebesar 2.30 persen. Berdasarkan jalur tersebut, faktor produksi tenaga kerja industri dan modal mendapatkan pengaruh langsung berupa tambahan pendapatan masing-masing sebesar 11.80 dan 19.80 rupiah, sedangkan kelompok rumahtanga buruh tani mendapatkan pengaruh langsung berupa tambahan pendapatan masing-masing sebesar 0.10 rupiah,