• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengganggu yang termasuk jasad hidup (organisme hidup-non biotis/ abiotis) Hama ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis makhluk hidup

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengganggu yang termasuk jasad hidup (organisme hidup-non biotis/ abiotis) Hama ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis makhluk hidup

yang termasuk kepada kelompok hewan atau binatang. Serangga dapat merusakan tanaman dengan cara:

a) memakan bagian tanaman dengan cara menggerek batang, ranting, buah atau biji

b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama daun c) menyebabkan bengkak/ puru pada bagian tertentu d) menyebabkan kanker pada batang/ bagian berkayu

e) meletakkan telur pada bagian tanaman, mengambil bagian tanaman untuk dijadikan sarang

f) menularkan jasad pengganggu gulma yaitu jasad pengganggu yang merupakan sebangsa jenis tumbuhan tingkat tinggi yang bukan termasuk ke dalam penyebab penyakit biotis. Gulma bersifat mengganggu, merugikan merusak kalau ditinjau dari segi sifat dan keberadaannya.

2. Pengganggu yang bukan jasad hidup

Bencana alam lingkungan seperti banjir, erosi, kekeringan, longsor yang disebabkan oleh faktor dan unsur iklim serta cuaca. Kekeliruan (yang bukan secara alamiah) yang secara tak langsung sebagai akibat tindakan kurang hati-hati atau kurang lengkapnya prasyarat tumbuh dan kesalahan budidaya.

3. Kerusakan mekanis.

Kerusakan mekanis pada pohon biasanya berbentuk suatu luka terbuka pada kulit kayu, walaupun ada pula kerusakan mekanis sampai menyebabkan matinya pohon yaitu karena disambar petir. Kerusakan mekanis pada pohon dapat terjadi disebabkan oleh luka pada kulit dan kayu pohon, kebakaran pada pohon, hujan es atau salju yang menyebabkan daun rontok

Tipe-tipe Kerusakan Pohon

Menurut Mangold (1997), tipe-tipe kerusakan pada pohon adalah sebagai berikut:

1. Kanker

Kanker dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih sering disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti dengan kematian kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa disebabkan oleh agen penyebab kerusakan yang memang melakukan penetrasi hingga ke kayu. Hal ini menimbulkan daerah jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau membentuk gall yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang.

2. Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut

Tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol timbul bila ada lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama. 3. Luka Terbuka

Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).

4. Resinosis atau gumosis

5. Batang patah kurang dari 0,91 m

Akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91m dari batang baik karena galian atau terluka sebagai contoh, akar-akar yang terluka pada suatu jalan, terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/rusak pada daerah batang (dibawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).

6. Malformasi

Malformasi (perubahan bentuk) ialah berubah bentuk tanaman atau alat serta organnya.

7. Akar Patah atau Mati

Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati. 8. Mati ujung

Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.

9. Cabang Patah atau mati

Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau batang tajuk di luar daerah tajuk hidup.

10. Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.

Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetative dan organ yang bergerombol tidak normal.

11. Kerusakan kuncup daun atau tunas

Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.

12. Perubahan warna daun

Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu hijau dan bukan warna lain.

13. Lain-lain (digunakan bila tidak ada penjelasan lain yang lebih sesuai).

Menurut Dahlan (1992) dalam Nugraha (2014), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras. Semua bentuk dan ukuran luka dapat berfungsi sebagai tapak infeksi, mulai dari luka yang ditimbulkan oleh serangga makroskopik sampai luka karena aktivitas pemotongan batang serta cabang. Banyak patogen yang memanfaatkan luka sebagai tapak infeksi alternatif dan mengambil keuntungan melalui jaringan yang menjadi rentan.

Penyakit busuk akar disebabkan oleh cendawan. Gejalanya adalah kelayuan dan kematian tanaman secara cepat, perubahan warna kuning pada daun, pertumbuhan kerdil, gugur daun sebelum waktunya. Penyakit kanker batang penyebabnya adalah cendawan. Gejalanya yaitu, mula mula batang yang terserang timbul bercak basah dan diliputi oleh miselia cendawan, setelah kering bercak ini akan pecah batangnya dan sering pula mengeluarkan gum/getah/ belendok, pembusukan meluas dengan cepat dan mengakibatkan tanaman mati (Tjahjadi, 1989).

Kerusakan kanker, konk dan cabang patah atau mati yang ditemukan merupakan kerusakan yang disebabkan oleh karena terserang jamur. Kerusakan

kanker batang disebabkan oleh serangan Phytophthora palmivora, Cytospora (minor), dan Hypoxylon mammatum (minor). Pada kerusakan konk dan cabang patah atau mati disebabkan karena terserang oleh jamur S. commune, sehingga untuk memberantasnya diperlukan fungisida serta membuka ruang tumbuh yang lembab (Stalin., dkk,2013).

Deskripsi Suren (Toona sinensis)

Sistematika pohon Suren menurut Dephut (2002) diklasifikasikan ke dalam:

Super Divisi : Spermatophyta Divis : Magnoliophytha Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Toona

Spesieas : Toona sinensis

Morfologi Suren (Toona sinensis)

Pohon suren ini memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Ada ciri lain yang dapat membedakan secara sekilas, yaitu :

1. Batang

Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m.

2. Daun

Daun suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m.

3. Bunga

Kedudukan bunga adalah terminal dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter.

4. Buah

Musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian (malai) seperti rangkaian bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6-9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah akan terlihat seperti bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu, pohon seperti meranggas/tidak berdaun.

5. Benih

Warna benih coklat, panjang benih 3-6 mm dan 2-4 mm lebarnya dan pipih, bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin. Bunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober (Djam’an, 2002).

Penyebaran dan Habitat Suren (Toona sinensis)

Jenis ini menyebar di Nepal, India, Bhutan, Myanmar, Indo-China, Cina Selatan, Thailand dan sepanjang Malaysia hingga barat Papua Nugini. Di Indonesia, menyebar di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi yang beriklim A-C (Schmidt

dan Ferguson), dengan rata-rata suhu tahunan 22ºC. Jenis ini dijumpai di hutan-hutan primer maupun sekunder, dan banyak tumbuh di hutan-hutan pedesaan, sering ditemukan di sepanjang sungai di daerah bukit dan lereng-lereng, pada ketinggian 1.200 –2.700 mdpl. Jenis ini memerlukan tanah yang subur (Djam’an, 2002). Tanaman ini sering tumbuh pada tanah-tanah yang berlempung dalam, lembab, subur, drainase baik, dan menyenangi tanah yang basa. Suren (Toona sinensis) termasuk jenis tanaman yang cepat tumbuh dan pada umur 12-15 tahun sudah dapat menghasilkan kayu (Sutisna dkk., 1998).

Manfaat Tanaman Suren (Toona sinensis).

Suren T. kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, dan panel kayu. Selaian itu kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoe, ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bioinsektisida, serta kulit batang dan buahnya dapat disulingkan menjadi minyak essensial (Sutisna dkk., 1998). Di Danau Toba kayu suren digunakan untuk bahan baku kapal kayu, perumahan, perabotan dan peti mati (Kholibrina, 2009).

Kondisi Umum Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Aek Nauli A. Fisik

1. Status dan Letak Kawasan

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli berasal dari hutan lindung yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 39/Menhut-II/2005, tanggal 7 Pebruari 2005 dengan luasan 1.900 Ha. Secara

geografis KHDTK Aek Nauli terletak diantara 2˚ 41’ –2˚ 44’ LU dan 98˚ 57’ –

98˚ 58’ BT dan secara administratif termasuk pada Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipanganbolon dan Desa Dolok Parmonangan Kecamatan Dolok

Panribuan, Kabupaten Simalungun. Kawasan ini merupakan daerah pegunungan pada ketinggian sekitar 1.100 – 1.750 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 3 – 65 % (BP2LHK Aek Nauli, 2001).

2. Aksesibilitas

Kawasan KHDTK Aek Nauli memiliki aksesibilitas yang mudah dilalui karena terdapat di jalan provinsi yang menuju Kawasan Danau Toba (BP2LHK Aek Nauli, 2001).

3. Topografi

KHDK Aek Nauli merupakan daerah pegunungan pada ketinggian sekitar 1.000 – 1.750 mdpl dengan kemiringan antara 3 – 65% (rata-rata antara 25 – 40 %). Kondisi topografi yang umumnya perbukitan dan pegunungan sehingga membawa kondisi geologis yang labil dan tingkat rawan erosi tanah sangat tinggi (BP2LHK Aek Nauli, 2001).

4. Iklim

KHDTK Aek Nauli yang terdapat di Sumatera Utara memiliki curah hujan bulanan rata – rata sebesar 206,5 mm dan curah hujan tahunan rata – rata sebesar 2452 mm dengan jumlah dari hujan sekitar 151 hari/tahun. Suhu maksimum bulanan berkisar antara 21,1 – 250c dengan kisaran suhu minimum bulanan rata-rata berkisar antara 67,5% - 85,6% dan 49,6% - 73,9% (BP2LHK Aek Nauli, 2001).

B. Bioekologi

KHDTK Aek Nauli berfungsi sebagai bagian Daerah Tangkapan Air (DTA) memiliki beberapa tipe ekosistem yang menjadi habitat beragam jenis tumbuhan dan satwaliar dilindungi. Kawasan Hutan Aek Nauli memiliki ekosistem yang sangat beragam. Beragam ekosistem di KHDTK Aek Nauli dapat dikelompokan diantaranya hutan primer, hutan sekunder, hutan tanaman/dominansi pinus, semak belukar dan rerumputan, dominansi jenis tertentu (BP2LHK Aek Nauli, 2001).

Peta KHDTK Aek Nauli

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Email Satria, Kepala Subdit Industri Kayu Dan Rotan, Ditjen Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan, menuturkan kebutuhan bahan baku kayu bulat untuk industri pulp, furniture kayu, dan wood working terus meningkat. Bahan baku kayu bulat untuk industri kayu pertukangan (wood working) diproyeksi tumbuh 10% per tahun hingga 2016. Serapannya tahun 2013 diperkirakan sebanyak 13,9 juta m3 dan pada tahun 2014 serapannya diproyeksi mencapai 15,4 juta m3. Pada tahun 2013 kebutuhan bahan baku pulp diproyeksi mencapai 33,8 juta m3, sementara itu berdasarkan utilitas kapasitasnya kebutuhan industri furniture kayu diproyeksi 6,8 juta m3. Awriya Ibrahim, Direktur Bina Usaha Hutan Alam Kementerian Kehutanan, menuturkan tegakan yang siap panen di areal HPH 14 juta m3 pada 2013. Namun realisasi tebangan hingga November 2013 tercatat hanya 2,69 juta m3 atau 635,973 batang kayu log (Direktorat Jendral Industri Agro, 2013).

Menjamin terpenuhinya kebutuhan industri perkayuan dibutuhkan jenis tanaman yang cepat tumbuh dan memiliki daya jual yang tinggi. Salah satunya adalah suren (Toona sinensis). Suren merupakan kayu yang cepat tumbuh dan dapat hidup dilahan yang berpH rendah, memiliki potensi untuk digunakan sebagai salah satu jenis tanaman rehabilitasi lahan terdegradasi, memiliki banyak kegunaan dan memiliki daya jual yang tinggi. Harga kayu suren yang di perdagangkan di kota Medan adalah Rp. 4.250.000/ton (Sitorus, 2008), sedangkan di daerah Danau Toba tegakan berdiri diameter 30-40 cm dihargai serendahnya

2-3 juta rupiah dan setelah diolah menjadi kayu gergajian harganya melejit mencapai 4-6 juta rupiah per meter kubik (Kholibrina, 2009).

Suren kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, dan panel kayu. Selaian itu kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoe, ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bioinsektisida, serta kulit batang dan buahnya dapat disulingkan menjadi minyak essensial. Saat ini suren belum banyak dibudidayakan secara luas. Namun demikian mengingat kegunaan dari jenis kayu ini, tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan secara luas di masa mendatang (Sofyan dan Islam, 2006). Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli Sumatera Utara telah menanam suren T. untuk sebagai koleksi dan ilmu pengetahuan pada Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan identifikasi jenis-jenis kerusakan suren T. dan mengetahui sebaran pohon yang mengalami kerusakan agar diketahui teknik pemeliharaannya supaya menghasilkan kualitas kayu yang baik.

Tujuan Penelitian

1. Pemetaan tingkat kerusakan tegakan suren T. di BP2LHK 2. Mengetahui Tipe kerusakan suren T.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi sebaran kesehatan dan kerusakan tegakan suren T. yang ada di Arboretum BP2LHK Aek Nauli Sumatera Utara

2. Sebagai sumber informasi bagi petani suren T. dan bahan referensi bagi penelitian di lokasi yang sama.

ABSTRACT

ELY HANNA BR SEMBIRING : The Mapping of Suren Rods Health (Toona sinensis) at Arboretum Balai Penelitian and Pengembangan Lingkungan Hidup and Kehutanan Aek Nauli, Sumatera Utara. Under the guidance of SITI

LATIFAH and RIDWANTI BATUBARA.

The needs of wood’s industry is increasing every year, while the forest is

not able to fulfil it. It is needed a fast growing to fulfil the needs of the industry one of them is suren. Suren (Toona sinensis) not only has many benefits but it also has high price. That is the reason the researcher did this research at Arboretum BP2LHK, which is about 3 Ha. Data were taken by using survey method and census. The analysis of the data was done by using Forest Health Monitoring (FHM) and the results were mapped by by using software ArcGis 10.1. It was showed that the damage of Suren at Arboretum BP2LHK was categorized into health class with the achievement index value about 4,93. There were 9 types of damages and it was dominated by the broken branches which was about 28,72%. It was found that rods of the Suren at the broken branches were the highest which was about 29%.

ABSTRAK

ELY HANNA BR SEMBIRING: Pemetaan Kesehatan Tegakan Suren (Toona sinensis) di Arboretum Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, Sumatera Utara. Dibawah bimbingan SITI LATIFAH dan RIDWANTI BATUBARA.

Kebutuhan kayu perindustrian setiap tahun meningkat, sedangkan hutan tidak mampu lagi mencukupinya. Dibutuhkan tanaman fast growing untuk memenuhi kebutuhan perindustrian salah satunya adalah suren. Suren (Toona sinensis) memiliki banyak manfaat dan kayunya bernilai jual tinggi. Untuk itu perlu dilakukan analisis kesehatan tegakan suren untuk menjaga kualitas kayunya. Penelitian ini dilakukan di Arboretum BP2LHK dengan luas 3 Ha. Pangambilan data dilakukan dengan metode survei secara sensus. Pengolahan data dilakukan dengan metode Forest Health Monitoring (FHM). Hasil analisis data kemudian dipetakan menggunakan sofware ArcGis 10,1.

Hasil penelitian menunjukkan kelas kerusakan suren di Arboretum BP2LHK tergolong kelas sehat dengan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) sebesar 4,95. Terdapat sembilan tipe kerusakan dan tipe kerusakan yang mendominasi adalah tipe kerusakan cabang patah atau mati yaitu sebesar 28,72% dan bagian tegakan suren yang paling banyak mengalami kerusakan adalah pada lokasi cabang sebesar 29%.

PEMETAAN KESEHATAN TEGAKAN

Dokumen terkait