• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Kesehatan Tegakan Suren (Toona sinensis) di Arboretum Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemetaan Kesehatan Tegakan Suren (Toona sinensis) di Arboretum Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli Sumatera Utara"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H. 2007. Konsep Dasar Pemetaan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Arifin, H. S. 2002. Bahan Kuliah Penggelolaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Aryawan, M. S., dkk. 2014. Analisis Penyebaran Pohon Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kelompok Hutan Produksi Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Jurnal Warta Rimba Issn: 2406-8373 Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72 JuN ni 2014.

Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Aek Nauli. 2001. Profil Arboretum Aek Nauli. Medan.

Direktorat Jenderal Industri Agro. 2013. Bahan Baku Kebutuhan Kayu Bulat Terus Meningkat. Diakses dari agro.kemenperin.go.id. Pada tanggal 22 September. Pukul 20.00 WIB.

Djafaruddin. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman . PT BumiAksara. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2002. Buku Pedoman Kehutanan Indonesia. Jakarta. Djam’an, D. F. 2002. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan.

Peter Ochsner, IFSP. Bogor.

Enda, J dan Novizan. 2002.Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. AgoMedia Pustaka. Jakarta.

Faisol, A. 2012. Tutorial Ringkasan ArcGIS 10. ANDI. Yogyakarta.

Harseno, E dan V. I. R Tampubolon. 2007. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Pemetaan Batas Administrasi, Tanah, Geologi, Penggunaan Lahan, Lereng, Daerah Istimewa Yogyakarta Dan Daerah Aliran Sungai Di Jawa Tengah Menggunakan Software Arcview Gis. Teknik Sipil Fakultas Teknik UKRIM. Yogyakarta.

Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectonagrandis) Dan Eucalyptus (Eucalyptuspellita) Pada Kawasan Hutan Wanagama. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

(2)

Mangold R. 1997. Forest Health Monitoring: Field Methods Guide. United States Department of Agriculture Forest Service. Washington.

Miswar, D. 2013. Kartografi Tematik. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. [Bahan Ajar]. Universitas Lampung. Lampung.

Natalia, R. N. 2015. Analisis Kesehatan pohon dan Cadangan Karbon di Jalur Hijau Kota Binjai. [Skripsi]. Medan. Fakultas Pertanian USU.

Nasrullah, N. 2005. Bahan Kuliah Tanaman Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nugraha, D. 2014. Pemetaan Kesehatan Pohon Di Universitas Sumatera Utara. [Skripsi]. Medan. Fakultas Pertanian USU.

Noviady, I. dan Rivai, R. R. 2015. Identifikasi Kondisi Kesehatan Pohon Peneduh di Kawasan Ecopark, Cibinong Science Center-Botanic Gardens. Jurnal Penelitian Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon volume 1, nomor 6, September 2015.

Nurningsih, M. 2006. Pemetaan Pohon Plus Di Hutan Pendidikan Gunung Walat Dengan Teknologi Sistem Informasi Geografis. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Prahasta, E. 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika Bandung. Bandung.

Sutisna, U, Titi K, dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia (Seri Manual). Yayasan PROSEA. Bogor.

Sitorus, 0. Rico. 2008. Jenis dan Harga Kayu Komersial Serta Produk Kayu Olahan pada Industri Kayu Sekunder Panglong di Kota Medan. [Skripsi]. Medan. Fakultas Pertanian USU.

Sofyan, A. dan Islam, S. 2006. Ekspose Hasil Penelitian. Konservasi dan Sumberdaya Hutan. Padang.

Sugandi, D dan Somantri, L. 2009. Sistem Informasi Geografis (SIG). Hand Out. Jurusan Pendidikan Geografi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumardi dan widyastuti. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

(3)

USDA Forest Service. 2001. Forest Health Monitoring to Monitor the Sustainability of-Indonesian Tropical Rain Forest. SEAMEO BIOTROP. Indonesia.

Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Widyastuti, Sumardi, Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Winarni, E., Damaris, P., Dina, N. 2012. Monitoring Kesehatan Tiga Jenis Tanaman pada Areak Hutan Tanaman Rakyat . [Laporan Akhir Penelitian]. Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Yunasfi. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Fakultas Pertanian. Universitas

Sumatera Utara.

(4)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di BP2LHK Aek Nauli, Sumatera Utara dengan

luas areal yang akan diteliti seluas 3Ha. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2016.

Alat dan Data

Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah kamera, tally sheet, phiband, clinometer, alat tulis, teropong, GPS, software ArcGis 10.1, Ms. Excel,

dan buku pengenalan identifikasi kerusakan pohon. Sedangkan data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer (tinggi, diameter, koordinat dan kerusakan suren T.) dan data sekunder (peta arboretum BP2LHK, peta KHDTK Aek Nauli, peta Kabupaten Simalungun, keadaan umum lokasi penelitian, dan tahun tanam suren T).

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Forest Health Monitory (FHM) dan metode survei. Metode FHM yaitu mencatat tanda dan

(5)

Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Data Kesehatan Suren T.

 Pengamatan pohon dilakukan secara sensus di areal 3Ha, dicatat diameter,

tinggi dan kondisinya.

 Pengamatan pohon dilakukan pada seluruh sisi dimulai dari akar.

Kerusakan yang dicatat pada masing-masing pohon yaitu maksimal tiga kerusakan

 Dicatat data tipe kerusakan, lokasi kerusakan, dan nilai ambang batas

keparahan untuk mengetahui indikator kerusakan pohon. Pengkodean dan penilaian kerusakan pohon

Data kerusakan pohon kemudian dimasukkan ke dalam tally sheet

2. Analisis Data

Penilaian kerusakan digunakan kriteria-kriteria berdasarkan metode FHM. Data yang diperoleh dari penilaian kerusakan dihitung nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK). Hasil perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas sedang dan kelas berat)

Keterangan:

NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon Xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan

(6)

Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:

Kelas sehat : 0 – < 5 Kelas kerusakan ringan : 6 – 10 Kelas kerusakan sedang : 11 – 15 Kelas kerusakan berat : 16 – > 21

Kode tipe kerusakan, bagian/lokasi kerusakan dan bobot pada keparahan kerusakan dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3. Bobot indeks kerusakan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 1. Kode dan Tipe Kerusakan

No Tipe Kerusakan Kelas keparahan

(10% - 99%)

Table 2. Kode dan Lokasi Kerusakan

Kode Keterangan

0 Sehat (Tidak ada kerusakan)

1 Akar (terbuka) dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah) 2 Akar dan batang bagian bawah

3 Bagian atas batang (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

4 Bagian bawah dan bagian atas batang

5 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

6 Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup di atas dasar tajuk hidup) 7 Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau

batang tajuk didalam daerah tajuk hidup) 8 Kuncup dan tunas (pertumbuhan tahun terakhir) 9 Daun

(7)

Akar & batang bagian

Gambar 2. Kode lokasi untuk indikator kerusakan (USDA Forest Service, 2001)

Tabel 3. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan

Kode Kelas (%)

Tabel 4. Bobot Indeks Kerusakan Pohon

No Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Kelas Keparahan

Kode Bobot Kode Bobot Kode Bobot

(8)

3. Pembuatan Peta Kerusakan Suren T.

 Tiap pohon diambil titik koordinatnya menggunakan GPS

Diolah data dari GPS ke komputer dengan menggunakan software DNR

Garmin.

 Diubah file kedalam bentuk shp yang kemudian dapat diolah dengan

menggunakan software ArcGIS 10.1

Setelah diperoleh peta titik koordinat sebaran kerusakan pohon suren T.,

selanjutnya titik tersebut dioverlaykan dengan peta kawasan kota BP2LHK

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberadaan Tegakan Suren T. Di BP2LHK Aek Nauli

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, Sumatera Utara berada di sekitaran Danau Toba. BP2LHK

telah menanam suren T. pada tahun 2001 pada kawasan Arboretum dengan jarak tanam 3 x 3 cm. Saat ini pegawai BP2LHK menanam kopi di bawah tegakan suren

T. Diameter suren T. rata-rata 10,3cm. Dilihat dari tahun tanamnya suren T. ini sudah berumur 15 tahun dan seharusnya sudah terkategori kedalam kriteria pohon

(diameter ≥ 20cm), namun yang dijumpai dilapangan suren T. ini masih tergolong

dalam kriteria pancang. Suren T. tumbuh pada daerah dengan ketinggian 600-2.700 mdpl dengan temperatur 220C dan dengan jenis tanah yang subur. Tanah nya termasuk jenis podsolik cokleat kelabu dangan bahan induk batuan beku dan fisiografik volkan (Sembiring dan Ahmad, 1993).

Kholibrina (2009) mengatakan pengukuran pertumbuhan suren T. di sekitaran Danau Toba oleh Litbang Kehutanan menunjukkan bahwa jenis ini merupakan jenis yang sesuai lokasi tersebut. Pertumbuhannya optimal jika ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman pertanian dan perkebunan (misal kopi). Pada tapa yang tepat riap/ pertumbuhan diameternya rata-rata mencapai 1,5-4 cm/tahun, akan tetapi pada tapak yang miskin riapnya rendah (0,5-1,5 cm/tahun). Jika tapaknya tepat dan mendapatkan perawatan dalam umur 10 tahun, suren T. ini dapat tumbuh hingga diameter 21-28 cm.

(10)

optimal. Namun keadaan di lapangan tidak demikian diperkirakan karena tidak mendapatkan perawatan dan kondisi tapak yang miskin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nasrullah (2005) yang menyatakan pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang normal, terhindar dari gangguan hama penyakit dan vandalisme. Sebaliknya jika faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, maka tanaman akan tumbuh lamban, tidak menampilkan sifat fisik yang diinginkan, dan bahkan tanaman akan sewaktu waktu tumbang.

Kerusakan Tegakan Suren T. Di BP2LHK Aek Nauli

Jumlah tegakan suren T. yang diteliti di BP2LHK Aek Nauli Sumatera

Utara sebanyak 973 tegakan. 101 tegakan yang tidak mengalami kerusakan, 451 tegakan yang mengalami kerusakan namun masih tergolong sehat, 403 tegakan yang mengalami kerusakan ringan, 16 tegakan yang mengalami kerusakan sedang, dan 2 pohon yang mengalami kerusakan berat. Kondisi tegakan suren T. dikategorikan ke dalam 4 kategori (Tabel 5) dan sebarannya bisa dilihat pada Gambar 3.

Tabel 5. Jumlah Kerusakan Tegakan Suren (Toona sinensis)

No Tingkat Kerusakan Jumlah Tegakan Persen Kerusakan (%)

1 Sehat 451 51,72

(11)

kerusakan berat hanya sedikit didapatkan karena pada penelitian ini suren T. masih berumur 15 tahun. Penelitian Miardini (2006) yang melakukan identifikasi kerusakan pohon di Kebun Raya Bogor, terdapat 4,26% pohon yang berstatus kerusakan berat karena adanya pohon yang berumur seratus tahun. Pohon-pohon yang tidak dijumpai adanya kerusakan dapat dikatakan tahan terhadap kerusakan, dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan patogen maupun penyebab kerusakan lainnya yang berada dalam jaringan tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi kemampuan produksinya. Pohon dengan kelas sehat tergolong pohon yang cukup tahan terhadap kerusakan. Pohon-pohon dengan tingkat kerusakan ringan, sedang dan berat merupakan pohon yang tidak tahan terhadap kerusakan.

(12)

Gambar 3. Peta sebaran tingkat kerusakan tegakan suren T. di BP2LHK

Lokasi Kerusakan Tegakan Suren T. Di BP2LHK

Gambar 4. Bagian pohon yang mengalami kerusakan dan persentasenya 4% 5%

22%

2% 5%

15% 29%

0% 18%

Lokasi kerusakan

akar dan tunggak

akar dang batang bagian bawah

batang bagian bawah

batang bagian bawah dan batang bagian atas

batang bagian atas

batang tajuk

cabang

kuncup dan tunas

(13)

Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa bagian tegakan suren T. yang banyak mengalami kerusakan adalah bagian 7 (cabang) yaitu sebesar 28,90% dari total bagian tegakan yang dijumpai mengalami kerusakan. Tipe kerusakan yang mendominasi pada bagian ini adalah cabang patah atau mati yaitu sebesar 28,72%. Penelitian ini sama dengan penelitian Noviadi dan Rivai (2015) dimana kerusakan terbesar terdapat pada cabang sebanyak 29% dari total kasus yang ada, kerusakan yang banyak terlihat adalah cabang patah atau mati sebanyak 17% dari tipe kerusakan.

Bagian tegakan suren T. yang mengalami kerusakan dengan persentase terkecil adalah bagian 8 (kuncup dan tunas) yaitu sebesar 0,47% dari total bagian tegakan yang dijumpai mengalami kerusakan. Kombinasi antara tipe kerusakan dengan lokasi kerusakan dapat di lihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kombinasi Tipe Kerusakan dan Bagian Pohon yang Rusak

No Tipe

2 : akar dan batang bagian bawah 3 : batang bagian bawah

4 : batang bagian bawah dan bagian atas 5 : batang bagian atas

6 : batang-tajuk 7 : cabang

(14)

Tipe Kerusakan Tegakan Suren T. Di BP2LHK Aek Nauli

Berdasarkan definisi tipe kerusakan pohon, terdapat 9 tipe kerusakan di BP2LHK dari 13 tipe kerusakan yang dikemukakan oleh Mangold (1997). Tipe

kerusakan beserta persentase kasus yang dijumpai dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tipe Kerusakan Suren di BP2LHK

No Tipe Kerusakan Jumlah Kerusakan Persen Kerusakan (%)

1 Kanker 417 27,86 banyak adalah kerusakan cabang patah atau mati. Kerusakan yang terlihat adalah cabang yang lapuk. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengganggu yang termasuk jasad hidup yaitu jamur Schizophyllum commune. Pada penelitian tidak ada dilakukan kegiatan pemangkasan dan kawasan arboretum BP2LHK merupakan

tempat penelitian dan jarang dikunjungi oleh manusia. Penelitian Stalin., dkk, (2013) dan Miardini (2006) kerusakan terbesar adalah kerusakan konk atau indikator lapuk lanjut, terjadi pada pohon yang sudah berdiameter besar dan cabang yang dipangkas yang menyebabkan luka terbuka dan terserang organisme hingga terjadi pelapukan.

Penelitian Noviady dan Rivai (2015) yang dilakukan di kawasan Ecopark,Cibinong Science Center-Botanic Gardens, kerusakan luka terbuka yang

(15)

tujuan olahraga, penelitian maupun wisata. Penelitian Natalia (2015) kerusakan vandalisme terbesar karena penelitiannya dilakukan di hutan kota dan banyak dilakukan pemasangan spanduk dan poster di pohon. Penelitian Nugraha (2014) yang dilakukan di kampus Universitas Sumatera Utara kerusakan terbesar terdapat pada pohon mahoni yaitu kerusakan daun dan cabang yang mati ini karena mahoni rentan terhadap serangan yang dapat merusak pohon dan mahoni ini berada pada lokasi yang berdekatan sehingga terjadi penularan penyakit. Penelitian Winarni (2012) yang dilakukan pada areal hutan tanaman rakyat yaitu tanaman karet, mahoni, dan kayu afrika kerusakan terbesar terdapat pada daun. Penyebabnya adalah setres lingkungan dimana gejala kerusakan daun seperti daun berkarat kecokelatan, menggulung, keriting dan berubah warna.

1. Tipe Kerusakan Kanker

Tipe kerusakan kanker di BP2LHK dijumpai dalam jumlah yang besar yaitu sebanyak 417 kasus atau 27,86% dari total kasus yang dijumpai. Tipe kerusakan ini terjadi pada bagian-bagian berkayu, pada kulit batang, cabang atau akar terdapat bagian yang mati mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah. Permukaan kulit biasanya agak tertekan ke bawah atau bagian kulitnya pecah sehingga terlihat bagian kayunya.

Kanker menyerang pada bagian berkambium sehingga mematikan fungsi pengangkutan unsur hara dan penyaluran nutrisi. Menurut Mangold (1997) penyakit kanker ini lebih sering disebabkan oleh jamur. Stalin., dkk (2013) menyatakan kerusakan kanker batang disebabkan oleh serangan Phytophthora palmivora, Cytospora (minor), dan Hypoxylon mammatum (minor). Miardini

(16)

dimungkinkan didukung oleh faktor luar yang sangat berperan. Faktor luar ini mempengaruhi patogen secara tidak langsung. Sebaran tipe kerusakan kanker dapat dilihat pada Gambar 6.

(17)

Gambar 6. Peta sebaran tipe kerusakan kanker

2. Indikator Lapuk Lanjut

Jumlah Lapuk lanjutan yang dijumpai di BP2LHK sebanyak 15 kasus atau 1,00%. Tipe kerusakan ini menyebabkan meningkatnya resiko penurunan penyerapan air dan unsur hara serta kerusakan sehingga pohon mudah rubuh oleh angin. Sekilas tipe kerusakan ini tidaklah membahayakan, namun jika dibiarkan terus berlanjut maka dapat menyebabkan meningkatnya resiko penurunan penyerapan air dan unsur hara serta kerusakan sehingga pohon mudah rubuh oleh angin. Proses pelapukan kayu oleh mikroorganisme dengan kisaran yang luas bergantung pada mikroorganisme penyebab kelapukan, jenis tumbuhan dan mikrohabitat dalam sumber makanan (Widyastuti, 2005).

(18)

payung berwarna hijau. Kulit tanaman yang telah terserang akan menjadi busuk. Peta sebaran tipe kerusakan lapuk lanjut dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7. a) Lapuk lanjut pada batang bagian bawah, b) Tubuh buah

Gambar 8. Peta sebaran kerusakan lapuk lanjut

3. Luka Terbuka

Tipe kerusakan luka terbuka yang dijumpai di BP2LHK adalah sebanyak 32 kasus

(19)

disebabkan oleh berbagai penyakit, diantaranya di duga disebabkan oleh jenis jamur Phytophtera sp. Menurut Dahlan (1992), luka terbagi menjadi dua bagian, yaitu : a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras. Peta sebaran kerusakan luka terbuka dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 9. a) Luka terbuka oleh benda tajam, b) Patogen yang hidup pada luka terbuka

(20)

4. Eksudasi

Tipe penyakit eksudasi pada tegakan suren T. di BP2LHK ditemukan

sebanyak 15 kasus atau 1%. Eksudasi adalah keluarnya cairan dari tanaman yang sakit atau terluka. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan eksudasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu gummosis apabila yang di keluarkan adalah gum, dan resinonsis apabila yang dikeluarkan adalah resin. Peta sebaran kerusakan eksudasi dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 11. Eksudasi pada batang bagian bawah

(21)

5. Batang Patah

Tipe penyakit batang patah dijumpai sebanyak 17 kasus atai 1,14%. Batang patah yang dijumpai disebabkan oleh manusia yang sengaja menebang batang utama dan ada juga yang disebabkan oleh angin. Batang patah yang disebabkan angin ini juga sebelumnya sudah terkena penyakit kanker sehingga mudah roboh ketika diterpa angin. Peta sebaran kerusakan batang patah dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 13. a) Batang patah akibat ditebang, b) Batang patah akibat angin

(22)

6. Malformasi

Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 78 kasus atau 5,21%. Malformasi adalah perubahan bentuk pada tanaman atau perubahan pada organ tanaman. Malformasi akan menghambat pertumbuhan sehingga tanaman yang seharusnya normal simetris menjadi tidak simetris. Peta sebaran kerusakan dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 15. a) Malformasi pada cabang, b) Malformasi pada batang bagian atas

(23)

7. Hilangnya Ujung Dominan/ Mati Ujung

Tipe penyakit ini banyak dijumpai yaitu 222 kasus atau 14,83%. Hilangnya ujung dominan ini diakibatkan ketika daun-daun suren T. sudah berguguran dan pada pucuk batang tidak mampu bertunas lagi. Irwanto (2006) yang melakukan penelitian terhadap kesehatan hutan tegakan jati (tectona grandis) dan eucalyptus (eucalyptus pellita) pada kawasan hutan Wanagama I menyatakan serangan mati pucuk diduga disebabkan oleh jenis penyakit yang biasa menyerang pucuk daun seperti jenis Stemphyllum sp., Phomopi serta jenis Ganoderma applanatum dan Phellinus lamoensis yang menyebabkan akar berwarna coklat. Jenis lain yang menyerang daun di antaranya Cercospora sp, Mycosphaerella sp, Sphaceloma sp, Sclerotium sp, Podospora sp, Xanthomonas sp, Rhizoctonia sp, Marasmius sp serta Phyllactinia sp. Peta sebaran kerusakan dapat dilihat pada Gambar 18.

(24)

Gambar 18. Peta sebaran mati ujung

8. Cabang Patah atau Mati

Tipe penyakit cabang patah atau mati ini paling panyak di jumpai yaitu 430 kasus atau 28,72%. Gejala yang terlihat adanya cabang yang mati dan daunnya berguguran. Cabang patah yang dijumpai disebabkan karena cabang lapuk dan kondisi lingkungan BP2LHK yang lembab memungkinkan jamur untuk

(25)

Gambar 19. a) Cabang patah pada batang bagian atas, b) Cabang patah pada batang tajuk

Gambar 20. Peta sebaran kerusakan batang patah

9. Kerusakan Daun

Penyakit kerusakan daun dijumpai sebanyak 271 kasus atau 18,10% dari total kerusakan yang ada di BP2LHK. Gejala penyakit yang dijumpai yaitu serangan

(26)

coklat atau kemerah merahan akibat serangan patogen (fungi jenis Cercospora dan Septoria). Puru menyebabkan bengkak pada susunan sel yang tidak terorganisasi. Puru daun disebabkan oleh Exsobasidium vexani dapat mengurangi kemampuan tumbuhan untuk berfotosintesis dengan cara merusak jaringan fotosintesis atau dengan cara mengurangi daerah daun yang tersedia untuk menangkap cahaya (Sumardi dan widyastuti, 2004). Peta sebaran kerusakan dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 21. a) Kerusakan akibat serangan bercak daun, b) Kerusakan akibat puru daun

(27)

Tindakan Pemeliharan

Berdasarkan metode FHM yang dilakukan kerusakan pohon yang terjadi maka perlu dilakuka tindakan pemeliharaan. Tindakan pemeliharaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tindakan Pemupukan

Pemupukan tanaman perlu dilakukan untuk mempertahankan suplai hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah tanaman memperoleh suplai hara dari lingkungannya, tetapi ketersediaan belum menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal.

2. Tindakan Penyiangan

Penyiangan dilakukan sebagai salah satu usaha untuk mencegah persaingan antara tanaman dan gulma terhadap unsur hara dan air. Penyiangan pada umumnya dilakukan secara manual meliputi pembersihan gulma dan pembersihan tumbuhan pengganggu (Miardini, 2006). Pembersihan gulma ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia.

3. Pemberantasan Hama dan Penyakit

(28)

sebaiknya dipilih pestisida rendah (mudah terurai), dan telah direkomendasikan untuk jenis tanamannya (Miardini, 2006).

4. Penebangan

Pohon-pohon yang telah mengalami kerusakan perlu adanya upaya jangka mendatang. Upaya jangka mendatang ini dilakukan dengan prakiraan perkembangan kerusakan yang telah ada sampai jangka waktu dimana kerusakan tersebut tidak dapat ditolerir lagi dan mengharuskan pohon untuk ditebang. Sehingga dengan demikian diharapkan akan tumbuh pohon-pohon yang berkualitas baik dan mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga dapat digunakan sekarang dan pada masa yang akan datang (Stalin, Marsi., dkk).

(29)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sebaran kerusakan suren T. yang diteliti dalam areal 3 Ha sebanyak 973 tegakan. 56,72% tergolong sehat, 41,42% tegakan yang mengalami kerusakan ringan, 1,64% tegakan yang mengalami kerusakan sedang, dan 0,21% pohon yang mengalami kerusakan berat.

2. Kerusakan tegakan suren T. yang di jumpai di BP2LHK sebanyak 9 tipe. Tipe

kerusakan tersebut antara lain: kanker, indikator lapuk lanjut, luka terbuka, eksudasi, batang patah, malformasi, hilangnya ujung dominan, cabang patah atau mati, dan kerusakan daun. Tipe kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah cabang patah/mati yaitu sebesar 28,72%, dan tipe kerusakan yang sedikit dijumpai adalah indikator lapuk lanjut dan eksudasi yaitu sebesar 1,00%.

3. Bagian tegakan suren T. yang paling banyak mengalami kerusakan adalah bagian cabang sebesar 28,90%, sedangkan bagian yang sedikit mengalami kerusakan adalah bagian kuncup dan tunas yaitu sebesar 0,47%.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai penyebab kerusakan yang terjadi di BP2LHK

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografis

Pada hakekatnya Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran situasi ruang muka bumi atau informasi tentang ruang muka bumi yang diperlukan untuk dapat menjawab atau menyelesaikan suatu masalah yang terdapat dalam ruang muka bumi yang bersangkutan. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi pengumpulan, penataan, pengolahan, penganalisisan, dan penyajian data-data/fakta-fakta yang ada atau terdapat dalam ruang muka bumi tertentu. Jadi SIG adalah rangkaian kegiatan pengumpulan, penataan, pengolahan dan penganalisisan data/ fakta spasial hingga diperoleh informasi spasial untuk dapat menjawab atau menyelesaikan suatu masalah dan ruang muka bumi tertentu (Sugandi dan Somantri, 2009).

Global Positioning System

Global Positioning System (GPS) merupakan metode penentuan posisi

ekstra teritris yang menggunakan satelit GPS sebagai target pengukuran. Metode ini dinamakan penentuan posisi secara global karena koordinat yang dihasilkannya bersifat geosentrik, artinya pusat masa bumi dianggap sebagai pusat sistem koordinat sehingga sistem koordinat ini berlaku untuk seluruh dunia. Sebagai bidang referensi (bidang datum) koordinat digunakan elipsoid (Word Geodetic System, 1984 dalam Yulius dan Salim 2014).

Peta dan Pemetaan

(31)

adalah permukaan bumi yang terdiri dari komponen wilayah dan obyek-obyek yang berada di atas, pada, atau di bawah permukaan. Pemetaan adalah proses kegiatan untuk menghasilkan peta (Abidin, 2007).

Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi antara pembuat peta dan pengguna peta, sehingga peta dituntut untuk dapat menyajikan fungsi dan informasi dari obyek yang digambarkan secara optimal. Ilmu yang mempelajari tentang masalah perpetaan meliputi pembuatan sampai reproduksi, pembacaan, penggunaan, penafsiran dan analisis peta adalah kartografi. Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimensional. Melalui sebuah peta kita akan mudah dalam melakukan pengamatan terhadap permukaan bumi yang luas, terutama dalam hal waktu dan biaya (Miswar, 2013).

ArcGis 10

ArcGIS merupakan salah satu perangkat lunak Sistem Informasi Geografis yang dikembangkan oleh Enviromental System Research Institute (ESRI). ArcGIS merupakan pengembangan ArcView 3.x dan ArcInfo 7.2 workstation dan dirilis pertama kali tahun 1999. ArcGIS memiliki antarmuka semudah ArcView dan kemampuan seandal ArcInfo 7.2. ArcGis terdiri dari beberapa aplikasi yang terintegrasi, yaitu ArcMap, ArcCatalog dan Arc Toolbar.

(32)

2. ArcCatalog merupakan aplikasi untuk mengelola data GIS yang berfungsi untuk menghapus data, memberi nama baru, membuat data peta baru, preview data, melihat meta data, membuat basis data, dan sebagainya 3. Arc Toolbar merupakan aplikasi untuk analisis data, otomatisasi data,

kompilasi data, pemodelan, konversi data, dan operasi lain terkait dengan manipulasi data atau layer ArcGIS

(Faisol, 2012)

Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pemetaan Pohon Suren (Toona sinensis).

Sejalan dengan waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian mengenai penyebaran pohon dapat diperbaharui dengan satu teknologi yaitu Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan teknologi tersebut dapat menghemat waktu, biaya dan dapat memudahkan dalam pengambilan dan pengolahan data penelitian (Aryawan, 2014).

Salah satu fungsi tools SIG yang paling powerful dan mendasar adalah integrasi data dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah overlay, yang memadukan layers data yang berbeda. SIG juga dapat mengintegrasikan data secara matematis dengan melakukan operasi-operasi terhadap atribut-atribut tertentu dari datanya (Prahasta, 2002).

(33)

Pembaharuan peta dan pengukuran areal kerja hutan dapat dilaksanakan relatif cepat dengan bantuan teknologi SIG dibanding dengan cara pemetaan tradisional. Percepatan pemetaan dan pembaharuannya secara periodik diperlukan untuk tindakan preventif dan antisipasi terhadap kecenderungan perubahan hutan menjadi kategori non hutan (deforestasi dan degradasi hutan, yakni dengan membandingkan (overlay) multimedia spasial yang ada. Mengingat pentingnya kegiatan manajemen hutan seperti di atas, maka diperlukan suatu peta untuk

pedoman dalam kegiatannya di lapangan

(Howard, 1996 dalam Nurningsih, 2006).

Teknik tumpang tindih (overlay) merupakan hal yang terpenting dalam aplikasi SIG untuk memperoleh tematik data spasial (peta) baru beserta data atributnya. Terdapat empat jenis metode overlay yang paling penting, yaitu; intersect, union, clip dan merge. Metode intersect adalah metode yang paling luas

(34)

Karakteristik dan Kesehatan Pohon

Tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran dengan lingkungan tempat penanaman. Metode penanaman yang benar akan menyiapkan tempat yang menjamin dengan baik pertumbuhan akar dan tajuk. Pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang normal, terhindar dari gangguan hama penyakit dan vandalisme. Sebaliknya jika faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, maka tanaman akan tumbuh lamban, tidak menampilkan sifat fisik yang diinginkan, dan bahkan tanaman akan sewaktu waktu tumbang (Nasrullah, 2005).

Tanaman yang sehat adalah tanaman yang dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologisnya dengan bailk, misalnya proses potosintesis dan respirasi, proses metabolisme, penyerapan dan trasnlokasi zat hara, serta penyerapan air. Adanya gangguan yang disebabkan serangan hama atau penyakit dapat mengakibatkan terganggunya proses fisiologis tersebut, selanjutnya akan menimbulkan kerusakan dan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangnan tanaman dan menurunkan kuantitas dan kualitas hasil (Enda, J dan Novizan, 2002)

(35)

dalam menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan. Apabila tumbuhan diganggu oleh patogen atau oleh keadaan lingkungan tertentu dan salah satu atau lebih dari fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan normal, maka tumbuhan menjadi sakit. Penyebab utama penyakit baik berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik (fisiopath). (Yunasfi, 2002).

Pemeliharaan Pohon

Tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran dengan lingkungan tempat penanaman. Metode penanaman yang benar akan menyiapkan tempat yang menjamin dengan baik pertumbuhan akar dan tajuk. Pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang normal, terhindar dari gangguan hama penyakit dan vandalisme. Sebaliknya jika faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, maka tanaman akan tumbuh lamban, tidak menampilkan sifat fisik yang diinginkan, dan bahkan tanaman akan sewaktu waktu tumbang (Nasrullah, 2005).

Pemeliharaan pohon dibedakan dalam dua bagian, yaitu pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus terhadap pohon yang tidak normal. Pemeliharaan umum mencakup pemindahan tanaman, pemupukan, pemangkasan, perlakuan terhadap luka, penambalan lubang pohon, penguatan dan pengawatan, sedangkan pemeliharaan khusus meliputi diagnosis terhadap pohon, kontrol hama dan penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan sebagainya (Pirone 1972 dalam Natalia, 2015).

(36)

penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan tanah, pengaerasian tanah, 3) penyiraman, irigasi, 4) pemupukan, 5) penyulaman tanaman, 6) pengendalian hama dan penyakit (Arifin, 2002).

Tindakan pemeliharaan ini bertujuan untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya penyebab kerusakan dan merawat pohon yang rusak sehingga pohon dapat menjalankan fungsi fisiologisnya secara normal. Kerusakan yang disebabkan oleh jamur dapat diberantas dengan menggunakan membuka ruang tumbuh yang lembab. Penggunaan fungisida dapat bermacam-macam misalnya dengan cara penyemprotan, pengolesan, fumigasi (Stalin., dkk, 2013).

Kerusakan pada Pohon

Kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh patogen, serangga, polusi udara dan kondisi alamiah lain serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pohon. Untuk monitoring kesehatan pohon, tanda-tanda dan gejala-gejala kerusakan dicatat, didefenisikan, apakah kerusakan dapat mematikan pohon atau memberi pengaruh jangka panjang terhadap kemampuan bertahan dari pohon (Irwanto, 2006).

Kerusakan tanaman atau bagian tanaman tidak hannya disebabkan oleh serangan hama dan penyakit tanaman. Disamping faktor genetik, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti ketersediaan air dan unsur hara, perubahan suhu, kelembapan udara, dan intensitas cahaya. Selain itu ada juga Organisme pengganggu tanaman. Organisme perusak tanaman dikelompokkan menjadi 3 golongan:

(37)

2. Penyakit yang disebabkan oleh jasad mikro seperti jamur, bakteri dan virus

3. Gulma yaitu tanaman yang tidak diharapkan kehadirannya pada suatau area pertanian

(Enda dan Novizan, 2002).

Tipe kerusakan biasanya sangat spesifik dan masing-masing mempunyai nilai yang spesifik pula. Kanker pada bagian batang memberikan risiko kerusakan lebih tinggi dibanding dengan kerusakan oleh pembengkokan batang. Lokasi kerusakan ditentukan berdasarkan atas kedudukan kerusakan pada bagian batang pokok dan pada bagian tajuk. Batang pokok merupakan lokasi yang mempunyai nilai kerusakan lebih tinggi dibanding bagian tanaman yang lain, makin dekat dengan permukaan tanah nilai kerusakan lebih tinggi. Keparahan merupakan faktor lain yang menentukan nilai penting suatu kerusakan dan batas minimalnya ditentukan berdasarkan atas proporsi bagian tanaman yang rusak. Kanker batang yang lebar luka terbesarnya lebih dari 20% lingkar batang tempat kanker terjadi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman selanjutnya (Irwanto, 2006).

Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon

Secara alamiah yang termasuk pengganggu tanaman dapat dikelompokkan menjadi:

(38)

a) memakan bagian tanaman dengan cara menggerek batang, ranting, buah atau biji

b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama daun c) menyebabkan bengkak/ puru pada bagian tertentu d) menyebabkan kanker pada batang/ bagian berkayu

e) meletakkan telur pada bagian tanaman, mengambil bagian tanaman untuk dijadikan sarang

f) menularkan jasad pengganggu gulma yaitu jasad pengganggu yang merupakan sebangsa jenis tumbuhan tingkat tinggi yang bukan termasuk ke dalam penyebab penyakit biotis. Gulma bersifat mengganggu, merugikan merusak kalau ditinjau dari segi sifat dan keberadaannya.

2. Pengganggu yang bukan jasad hidup

Bencana alam lingkungan seperti banjir, erosi, kekeringan, longsor yang disebabkan oleh faktor dan unsur iklim serta cuaca. Kekeliruan (yang bukan secara alamiah) yang secara tak langsung sebagai akibat tindakan kurang hati-hati atau kurang lengkapnya prasyarat tumbuh dan kesalahan budidaya.

3. Kerusakan mekanis.

Kerusakan mekanis pada pohon biasanya berbentuk suatu luka terbuka pada kulit kayu, walaupun ada pula kerusakan mekanis sampai menyebabkan matinya pohon yaitu karena disambar petir. Kerusakan mekanis pada pohon dapat terjadi disebabkan oleh luka pada kulit dan kayu pohon, kebakaran pada pohon, hujan es atau salju yang menyebabkan daun rontok

(39)

Tipe-tipe Kerusakan Pohon

Menurut Mangold (1997), tipe-tipe kerusakan pada pohon adalah sebagai berikut:

1. Kanker

Kanker dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih sering disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti dengan kematian kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa disebabkan oleh agen penyebab kerusakan yang memang melakukan penetrasi hingga ke kayu. Hal ini menimbulkan daerah jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau membentuk gall yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang.

2. Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut

Tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol timbul bila ada lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama. 3. Luka Terbuka

Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).

4. Resinosis atau gumosis

(40)

5. Batang patah kurang dari 0,91 m

Akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91m dari batang baik karena galian atau terluka sebagai contoh, akar-akar yang terluka pada suatu jalan, terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/rusak pada daerah batang (dibawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).

6. Malformasi

Malformasi (perubahan bentuk) ialah berubah bentuk tanaman atau alat serta organnya.

7. Akar Patah atau Mati

Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati. 8. Mati ujung

Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.

9. Cabang Patah atau mati

Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau batang tajuk di luar daerah tajuk hidup.

10. Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.

Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetative dan organ yang bergerombol tidak normal.

11. Kerusakan kuncup daun atau tunas

(41)

12. Perubahan warna daun

Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu hijau dan bukan warna lain.

13. Lain-lain (digunakan bila tidak ada penjelasan lain yang lebih sesuai).

Menurut Dahlan (1992) dalam Nugraha (2014), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras. Semua bentuk dan ukuran luka dapat berfungsi sebagai tapak infeksi, mulai dari luka yang ditimbulkan oleh serangga makroskopik sampai luka karena aktivitas pemotongan batang serta cabang. Banyak patogen yang memanfaatkan luka sebagai tapak infeksi alternatif dan mengambil keuntungan melalui jaringan yang menjadi rentan.

Penyakit busuk akar disebabkan oleh cendawan. Gejalanya adalah kelayuan dan kematian tanaman secara cepat, perubahan warna kuning pada daun, pertumbuhan kerdil, gugur daun sebelum waktunya. Penyakit kanker batang penyebabnya adalah cendawan. Gejalanya yaitu, mula mula batang yang terserang timbul bercak basah dan diliputi oleh miselia cendawan, setelah kering bercak ini akan pecah batangnya dan sering pula mengeluarkan gum/getah/ belendok, pembusukan meluas dengan cepat dan mengakibatkan tanaman mati (Tjahjadi, 1989).

(42)

kanker batang disebabkan oleh serangan Phytophthora palmivora, Cytospora (minor), dan Hypoxylon mammatum (minor). Pada kerusakan konk dan cabang

patah atau mati disebabkan karena terserang oleh jamur S. commune, sehingga untuk memberantasnya diperlukan fungisida serta membuka ruang tumbuh yang lembab (Stalin., dkk,2013).

Deskripsi Suren (Toona sinensis)

Sistematika pohon Suren menurut Dephut (2002) diklasifikasikan ke dalam:

Spesieas : Toona sinensis

Morfologi Suren (Toona sinensis)

Pohon suren ini memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Ada ciri lain yang dapat membedakan secara sekilas, yaitu :

1. Batang

(43)

2. Daun

Daun suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m.

3. Bunga

Kedudukan bunga adalah terminal dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter.

4. Buah

Musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian (malai) seperti rangkaian bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6-9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin. Bunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober (Djam’an, 2002).

Penyebaran dan Habitat Suren (Toona sinensis)

(44)

dan Ferguson), dengan rata-rata suhu tahunan 22ºC. Jenis ini dijumpai di hutan-hutan primer maupun sekunder, dan banyak tumbuh di hutan-hutan pedesaan, sering ditemukan di sepanjang sungai di daerah bukit dan lereng-lereng, pada ketinggian 1.200 –2.700 mdpl. Jenis ini memerlukan tanah yang subur (Djam’an, 2002). Tanaman ini sering tumbuh pada tanah-tanah yang berlempung dalam, lembab, subur, drainase baik, dan menyenangi tanah yang basa. Suren (Toona sinensis) termasuk jenis tanaman yang cepat tumbuh dan pada umur 12-15 tahun sudah dapat menghasilkan kayu (Sutisna dkk., 1998).

Manfaat Tanaman Suren (Toona sinensis).

Suren T. kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, dan panel kayu. Selaian itu kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoe, ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bioinsektisida, serta kulit batang dan buahnya dapat disulingkan menjadi minyak essensial (Sutisna dkk., 1998). Di Danau Toba kayu suren digunakan untuk bahan baku kapal kayu, perumahan, perabotan dan peti mati (Kholibrina, 2009).

Kondisi Umum Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Aek Nauli

A. Fisik

1. Status dan Letak Kawasan

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli berasal dari hutan lindung yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 39/Menhut-II/2005, tanggal 7 Pebruari 2005 dengan luasan 1.900 Ha. Secara

geografis KHDTK Aek Nauli terletak diantara 2˚ 41’ –2˚ 44’ LU dan 98˚ 57’ –

98˚ 58’ BT dan secara administratif termasuk pada Desa Sibaganding, Kecamatan

(45)

Panribuan, Kabupaten Simalungun. Kawasan ini merupakan daerah pegunungan pada ketinggian sekitar 1.100 – 1.750 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 3 – 65 % (BP2LHK Aek Nauli, 2001).

2. Aksesibilitas

Kawasan KHDTK Aek Nauli memiliki aksesibilitas yang mudah dilalui karena terdapat di jalan provinsi yang menuju Kawasan Danau Toba (BP2LHK Aek Nauli, 2001).

3. Topografi

KHDK Aek Nauli merupakan daerah pegunungan pada ketinggian sekitar 1.000 – 1.750 mdpl dengan kemiringan antara 3 – 65% (rata-rata antara 25 – 40 %). Kondisi topografi yang umumnya perbukitan dan pegunungan sehingga membawa kondisi geologis yang labil dan tingkat rawan erosi tanah sangat tinggi (BP2LHK Aek Nauli, 2001).

4. Iklim

KHDTK Aek Nauli yang terdapat di Sumatera Utara memiliki curah hujan bulanan rata – rata sebesar 206,5 mm dan curah hujan tahunan rata – rata sebesar 2452 mm dengan jumlah dari hujan sekitar 151 hari/tahun. Suhu maksimum bulanan berkisar antara 21,1 – 250c dengan kisaran suhu minimum bulanan rata-rata berkisar antara 67,5% - 85,6% dan 49,6% - 73,9% (BP2LHK Aek Nauli,

(46)

B. Bioekologi

KHDTK Aek Nauli berfungsi sebagai bagian Daerah Tangkapan Air (DTA) memiliki beberapa tipe ekosistem yang menjadi habitat beragam jenis tumbuhan dan satwaliar dilindungi. Kawasan Hutan Aek Nauli memiliki ekosistem yang sangat beragam. Beragam ekosistem di KHDTK Aek Nauli dapat dikelompokan diantaranya hutan primer, hutan sekunder, hutan tanaman/dominansi pinus, semak belukar dan rerumputan, dominansi jenis tertentu (BP2LHK Aek Nauli, 2001).

Peta KHDTK Aek Nauli

(47)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Email Satria, Kepala Subdit Industri Kayu Dan Rotan, Ditjen Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan, menuturkan kebutuhan bahan baku kayu bulat untuk industri pulp, furniture kayu, dan wood working terus meningkat. Bahan baku kayu bulat untuk industri kayu pertukangan (wood working) diproyeksi tumbuh 10% per tahun hingga 2016. Serapannya tahun 2013 diperkirakan sebanyak 13,9 juta m3 dan pada tahun 2014 serapannya diproyeksi mencapai 15,4 juta m3. Pada tahun 2013 kebutuhan bahan baku pulp diproyeksi mencapai 33,8 juta m3, sementara itu berdasarkan utilitas kapasitasnya kebutuhan industri furniture kayu diproyeksi 6,8 juta m3. Awriya Ibrahim, Direktur Bina Usaha Hutan Alam Kementerian Kehutanan, menuturkan tegakan yang siap panen di areal HPH 14 juta m3 pada 2013. Namun realisasi tebangan hingga November 2013 tercatat hanya 2,69 juta m3 atau 635,973 batang kayu log (Direktorat Jendral Industri Agro, 2013).

(48)

2-3 juta rupiah dan setelah diolah menjadi kayu gergajian harganya melejit mencapai 4-6 juta rupiah per meter kubik (Kholibrina, 2009).

Suren kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, dan panel kayu. Selaian itu kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoe, ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bioinsektisida, serta kulit batang dan buahnya dapat disulingkan menjadi minyak essensial. Saat ini suren belum banyak dibudidayakan secara luas. Namun demikian mengingat kegunaan dari jenis kayu ini, tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan secara luas di masa mendatang (Sofyan dan Islam, 2006). Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli

Sumatera Utara telah menanam suren T. untuk sebagai koleksi dan ilmu pengetahuan pada Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan identifikasi jenis-jenis kerusakan suren T. dan mengetahui sebaran pohon yang mengalami kerusakan agar diketahui teknik pemeliharaannya supaya menghasilkan kualitas kayu yang baik.

Tujuan Penelitian

1. Pemetaan tingkat kerusakan tegakan suren T. di BP2LHK

2. Mengetahui Tipe kerusakan suren T.

(49)

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi sebaran kesehatan dan kerusakan tegakan suren T. yang ada di Arboretum BP2LHK Aek Nauli Sumatera Utara

(50)

ABSTRACT

ELY HANNA BR SEMBIRING : The Mapping of Suren Rods Health (Toona sinensis) at Arboretum Balai Penelitian and Pengembangan Lingkungan Hidup and Kehutanan Aek Nauli, Sumatera Utara. Under the guidance of SITI

LATIFAH and RIDWANTI BATUBARA.

The needs of wood’s industry is increasing every year, while the forest is

not able to fulfil it. It is needed a fast growing to fulfil the needs of the industry one of them is suren. Suren (Toona sinensis) not only has many benefits but it also has high price. That is the reason the researcher did this research at Arboretum BP2LHK, which is about 3 Ha. Data were taken by using survey method and census. The analysis of the data was done by using Forest Health Monitoring (FHM) and the results were mapped by by using software ArcGis 10.1. It was showed that the damage of Suren at Arboretum BP2LHK was categorized into health class with the achievement index value about 4,93. There were 9 types of damages and it was dominated by the broken branches which was about 28,72%. It was found that rods of the Suren at the broken branches were the highest which was about 29%.

(51)

ABSTRAK

ELY HANNA BR SEMBIRING: Pemetaan Kesehatan Tegakan Suren (Toona sinensis) di Arboretum Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, Sumatera Utara. Dibawah bimbingan SITI LATIFAH dan RIDWANTI BATUBARA.

Kebutuhan kayu perindustrian setiap tahun meningkat, sedangkan hutan tidak mampu lagi mencukupinya. Dibutuhkan tanaman fast growing untuk memenuhi kebutuhan perindustrian salah satunya adalah suren. Suren (Toona sinensis) memiliki banyak manfaat dan kayunya bernilai jual tinggi. Untuk itu perlu dilakukan analisis kesehatan tegakan suren untuk menjaga kualitas kayunya. Penelitian ini dilakukan di Arboretum BP2LHK dengan luas 3 Ha. Pangambilan data dilakukan dengan metode survei secara sensus. Pengolahan data dilakukan dengan metode Forest Health Monitoring (FHM). Hasil analisis data kemudian dipetakan menggunakan sofware ArcGis 10,1.

Hasil penelitian menunjukkan kelas kerusakan suren di Arboretum BP2LHK tergolong kelas sehat dengan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) sebesar 4,95. Terdapat sembilan tipe kerusakan dan tipe kerusakan yang mendominasi adalah tipe kerusakan cabang patah atau mati yaitu sebesar 28,72% dan bagian tegakan suren yang paling banyak mengalami kerusakan adalah pada lokasi cabang sebesar 29%.

(52)

PEMETAAN KESEHATAN TEGAKAN

SUREN (Toona sinensis) DI ARBORETUM BALAI

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

DAN KEHUTANAN AEK NAULI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :

Ely Hanna Br Sembiring

Manajemen Hutan

121201154

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(53)

ABSTRACT

ELY HANNA BR SEMBIRING : The Mapping of Suren Rods Health (Toona sinensis) at Arboretum Balai Penelitian and Pengembangan Lingkungan Hidup and Kehutanan Aek Nauli, Sumatera Utara. Under the guidance of SITI

LATIFAH and RIDWANTI BATUBARA.

The needs of wood’s industry is increasing every year, while the forest is not able to fulfil it. It is needed a fast growing to fulfil the needs of the industry one of them is suren. Suren (Toona sinensis) not only has many benefits but it also has high price. That is the reason the researcher did this research at Arboretum BP2LHK, which is about 3 Ha. Data were taken by using survey method and census. The analysis of the data was done by using Forest Health Monitoring (FHM) and the results were mapped by by using software ArcGis 10.1. It was showed that the damage of Suren at Arboretum BP2LHK was categorized into health class with the achievement index value about 4,93. There were 9 types of damages and it was dominated by the broken branches which was about 28,72%. It was found that rods of the Suren at the broken branches were the highest which was about 29%.

(54)

ABSTRAK

ELY HANNA BR SEMBIRING: Pemetaan Kesehatan Tegakan Suren (Toona sinensis) di Arboretum Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, Sumatera Utara. Dibawah bimbingan SITI LATIFAH dan RIDWANTI BATUBARA.

Kebutuhan kayu perindustrian setiap tahun meningkat, sedangkan hutan tidak mampu lagi mencukupinya. Dibutuhkan tanaman fast growing untuk memenuhi kebutuhan perindustrian salah satunya adalah suren. Suren (Toona sinensis) memiliki banyak manfaat dan kayunya bernilai jual tinggi. Untuk itu perlu dilakukan analisis kesehatan tegakan suren untuk menjaga kualitas kayunya. Penelitian ini dilakukan di Arboretum BP2LHK dengan luas 3 Ha. Pangambilan data dilakukan dengan metode survei secara sensus. Pengolahan data dilakukan dengan metode Forest Health Monitoring (FHM). Hasil analisis data kemudian dipetakan menggunakan sofware ArcGis 10,1.

Hasil penelitian menunjukkan kelas kerusakan suren di Arboretum BP2LHK tergolong kelas sehat dengan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) sebesar 4,95. Terdapat sembilan tipe kerusakan dan tipe kerusakan yang mendominasi adalah tipe kerusakan cabang patah atau mati yaitu sebesar 28,72% dan bagian tegakan suren yang paling banyak mengalami kerusakan adalah pada lokasi cabang sebesar 29%.

(55)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kaban Jahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 10 September 1994 dari ayah Jamalem Sembiring dan ibu Mestina Br Tarigan. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai dari SD N Kutambaru Punti pada tahun 2000-2006, kemudian dilanjutkan di SMP N 1 Tigabinanga tahun 2006-2009, lalu dilanjutkan di SMA N 1 Tigabinanga tahun 2009-2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di program studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengikuti kegiatan magang yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU di Taman Nasional Gunung Lauser selama 2 minggu pada tahun 2013. Pada tahun 2014 penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pulau Sembilan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2015 penulis menjadi asisten Parktikum Inventarisasi Hutan. Kemudian pada tahun 2016 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani Divisi Regional unit III Jawa Barat dan Banten, KPH Ciamis.

Penulis juga merupakan anggota di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Penulis juga pernah menjabat sebagai ketua Tim Kehutanan di Unit Kegiatan Mahasiswa, Kebaktian Mahasiswa Kristen, Unit Pelayanan Fakultas Pertanian (UKM KMK UP FP) pada tahun 2015/2016.

(56)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul“Pemetaan Kesehatan Tegakan Suren (Toona sinensis) di Arboretum

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK)

Aek Nauli Sumatera Utara”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana kehutanan di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Orangtua penulis, Ayah Jamalem Sembiring dan Ibu Mestina Br Tarigan beserta saudara penulis Erina Fristina Br Sembiring yang telah memberikan dukungan materi dan doanya kepada penulis.

2. Siti Latifah S.Hut., M.Si,. Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan Ridwanti S.Hut., M.P selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis hingga penelitian ini selesai. 3. Tim Penelitian (Mhd Abdulah Sani Nasution, Arido Junior Fatulesi

Simorangkir, dan Eliska Trisari Sianturi).

4. Kelompok Tumbuh Bersama Heteimos Solideo (Immanuel Sihaloho, Santi Nainggolan, Septrina Ayu Simanjorang, dan Eliska Sianturi) yang memberikan dukungan dalam doa.

(57)

6. Indra Elieser Permana Sembiring, Poltak Panjaitan, dan Adi Putra Sinaga yang telah memberikan masukan dan membantu dalam pengolahan data. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan untuk kepentingan penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Oktober 2016

(58)

DAFTAR ISI

Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pemetaan Pohon Suren (Toona sinensis) ... 6

Karakteristik dan Kesehatan Pohon ... 8

Pemeliharaan Pohon ... 9

Kerusakan pada Pohon ... 10

Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon ... 11

Tipe-tipe Kerusakan Pohon ... 13

Deskripsi Suren (Toona sinensis) ... 16

Morfologi Suren (Toona sinensis) ... 16

Penyebaran dan Habitat Suren (Toona sinensis) ... 17

Manfaat Tanaman Suren (Toona sinensis) ... 18

Kondisi Umum Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Aek Nauli ... 18

A.Fisik ... 18

1.Status dan Letak Kawasan ... 18

2.Aksesibilitas ... 19

3.Topografi ... 19

4.Iklim ... 19

B.Bioekologi ... 20

(59)

METODOLOGI PENELITIAN

Pembuatan Peta Kerusakan Suren ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Tegakan Suren T. Di BP2LHK Aek Nauli ... 26

Kerusakan Tegakan Suren T. Di Bp2LHK Aek Nauli... 27

Lokasi Kerusakan Tegakan Suren T. Di BP2LHK Aek Nauli ... 29

Tipe Kerusakan Tegakan Suren T. Di BP2LHK Aek Nauli ... 31

1. Tipe kerusakan kanke ... 32

3. Pemberantasan Hama dan Penyakit ... 44

4. Penebangan ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

(60)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kode dan Tipe Kerusakan ... 23

2. Kode Dan Lokasi Kerusakan ... 23

3. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan ... 24

4. Bobot Indeks Kerusakan Pohon ... 24

5. Jumlah Kerusakan Tegakan Suren (Toona sinensis) ... 27

6. Kombinasi Tipe Kerusakan dan Bagian Pohon yang Rusak ... 30

(61)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Peta KHDTK Aek Nauli ... 20

2. Kode lokasi untuk indikator kerusakan ... 24

3. Peta sebaran tingkat kerusakan tegakan suren di BP2LHK... 29

4. Bagian pohon yang mengalami kerusakan dan persentasenya ... 29

5. Penyakit kanker pada a) Batang bagian bawah, b) Batang bagian atas, c) Batang bagian bawah dan akar, d)Akar ... 33

6. Peta sebaran tipe kerusakan kanker ... 34

7. a) Lapuk lanjut pada batang bagian bawah, b) Tubuh buah ... 35

8. Peta sebaran kerusakan lapuk lanjut ... 35

9. a) Luka terbuka oleh benda tajam, b) Patogen yang hidup pada luka terbuka ... 36

10. Peta sebaran kerusakan luka terbuka ... 36

11. Eksudasi pada batang bagian bawah ... 37

12. Peta sebaran kerusakan eksudasi ... 37

13. a) Batang patah akibat ditebang, b) Batang patah akibat angin ... 38

14. Peta sebaran kerusakan batang patah ... 38

15. a) Malformasi pada cabang, b) Malformasi pada batang bagian atas ... 39

16. Peta sebaran kerusakan malformasi ... 39

17. Hilangnya ujung dominan ... 40

18. Peta sebaran mati ujung ... 41

19. a) Cabang patah pada batang bagian atas, b) Cabang patah pada batang tajuk ... 42

(62)

21. a) Kerusakan akibat serangan bercak daun, b) Kerusakan akibat

Gambar

Gambar 2. Kode lokasi untuk indikator kerusakan (USDA Forest Service, 2001)
Tabel 5. Jumlah Kerusakan  Tegakan Suren (Toona sinensis) No Tingkat Kerusakan Jumlah Tegakan Persen Kerusakan (%)
Gambar 3. Peta sebaran tingkat kerusakan tegakan suren T. di BP2LHK
Tabel 6. Tipe Kerusakan Suren di BP2LHK No Tipe Kerusakan Jumlah Kerusakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan Ilmiah ini akan membahas tentang Pembuatan Website Pemesanan Pada Toko Sepatu Olah Raga menggunakan bahasa pemprograman ASP dan SQL Server 2000, informasi yang disajikan

tertentu yang berasal dari prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan tata cara pengisian jabatan ASN sebagaimana

Bagi penyedia barang/jasa lainnya yang merasa tidak puas terhadap penetapan pemenang pelelangan ini diberi kesempatan untuk megajukan sanggahan secara tertulis ditujukan

Bagi penyedia barang/jasa lainnya yang merasa tidak puas terhadap penetapan pemenang pelelangan ini diberi kesempatan untuk megajukan sanggahan secara tertulis ditujukan

Panitia Pengadaan Barang/Jasa akan memberikan jawaban sanggahan melalui Aplikasi SPSE Jateng sesuai sanggahan dari rekanan dengan berpedoman pada peraturan yang

Dengan ini kami beritahukan bahwa Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa Pekerjaan Pembangunan Jalan Akses Masuk Tahura Ngargoyoso Tahap II Nomor

Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar.. Nama surah Al Maa’un d iambil dari ayat ke

Apabila calon pemenang, calon pemenang cadangan 1 (satu) dan/atau calon pemenang cadangan 2 (dua) yang tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan