• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembangunan Bandara Kuala Namu Terhadap Okupasi Masyarakat Studi Survey Terhadap Masyarakat yang Berdomisili di Desa Beringin Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pembangunan Bandara Kuala Namu Terhadap Okupasi Masyarakat Studi Survey Terhadap Masyarakat yang Berdomisili di Desa Beringin Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PENGARUH PEMBANGUNAN BANDARA KUALA NAMU

TERHADAP OKUPASI MASYARAKAT

Studi Survey Terhadap Masyarakat yang Berdomisili di Desa Beringin Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

SKRIPSI

Diajukan oleh :

ALEX SANDER 030901031

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(2)

ABSTRAK

Pembangunan adalah sebuah proses perencanaan yang terorganisir, sistematis dan

bertahap untuk meningkatkan taraf hidup kearah yang lebih baik, pembangunan dan

perubahan pasti terjadi pada setiap negara yang telah kontak dengan negara satelit

yang menguasai teknologi dan itu semua tidak terlepas dari pengaruh baik positif atau

negatif. Perkembangan pembangunan dan perubahan sosial,ekonomi,politik,budaya

yang terjadi di Indonesia yang begitu cepat saat ini rentan mengalami pengaruh

negatif bagi masyarakat pinggiran.

Pembangunan yang diterapkan negara satelit adalah sebagai upaya dalam

memodernisasikan negara pinggiran yang menyebabkan pengaruh baik positif

ataupun negatip bagi masyarakat, kesiapan negara dunia ke tiga dalam minimnya

sumber daya manusianya, ketergantungan alat-alat produksi dan dana, sehingga

ketergantungan pembangunan yang lebih menguntugkan negara satelit rentan

menimbulkan pengaruh negatif bagi negara yang sedang berkembang. seperti

pembangunan pembangunan bandara kuala namu yang dialokasikan di daerah desa

beringinan kabupaten deli serdang yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai

petani dan buruh tani. Dengan adanya pembangunan bandara maka, peralihan dan

pergeseran okupasi masyarakat ke sektor informal lainnya tidak dapat terelakan.

Tidak adanya pengganti lahan pertanian warga dan PTPN yang sudah tergusur dan

pembangunan yang berskala internasional yang membutuhkan lahan hingga ribuan

hektar menyebabkan masyarakat yang biasa bertani dan yang menjadi buruh tani

terpaksa harus bisa menyesuaikan diri dengan apa yang bisa diolah untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan studi

survei ada atau tidak adanya pengaruh pembangunan bandara dan seberapa besar

pengaruh pembangunan bandara kuala namu terhadap okupasi/jenis pekerjaan

masyarakat sekitar bandara yaitu desa beringin yang terdiri dari 8 dusun dengan

menggunakan sampel kluster yang mengambil 5% dari jumlah sampel yang ada.

Dari hasil penelitian lapangan menunjukan bahwa adanya pengaruh pembangunan

Bandara Kuala Namu terhadap Okupasi masyarakat sekitar bandara dan adanya

(3)

penelitian ini juga menunjukan bahwa petani yang lebih banyak bergeser

pekerjaannya ke sector informal lainnya.Adapun pekerjaan yang paling banyak

bertambah dari pengaruh pembangunan bandara kuala namu adalah Buruh

bangunan,mocok-mocok dan pedagang.

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pembangunan Bandara Kuala Namu

Terhadap Okupasi Penduduk Di Sekitar Bandara” (Studi Survey pada masyarakat Desa

Beringin Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang), disusun sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menceritakan tentang bagaimana

pengaruh pembangunan Bandara terhadap jenis pekerjaan masyarakat di Desa Beringin

Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang akibat pembangunan Bandara Kuala

Namu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi

ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa

ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada

henti-hentinya penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda; Almarhum

Nazaruddin dan Ibunda Anidar yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik

penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Akhirnya inilah persembahan yang

dapat ananda berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti ananda.

Izinkan penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih

yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

1. Bapak Prof. Dr. M. Arief Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin Rangkuti, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi

dan Ibu Dra. Rosmiani,M.Si, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi, Universitas

Sumatera Utara.

3. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan

kata-kata kepada Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si. selaku dosen pembimbing

(5)

ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal kuliah hingga

penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Rasa hormat dan terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Dra. Rosmiani,dan Bapak

Drs. Sismudjito yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada sidang meja

hijau saya dan segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni, dan kak Beti yang telah

cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

5. Saudara-saudara yang sangat penulis sayangi terutama pada: Kakanda Pitriana

dan abang petrus saragih Terima kasih atas doa, dukungan, dan perhatiannya.

6. Para Responden yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat

dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, Terimakasih banyak atas waktu dan

kesediaan para responden.

7. Keluarga yang ada di Medan, bang rojihat, Gempani, Nasrullah, rahmat,

Nederwan, wijaya, Hendra, Iskandar, Kakanda Ratnawati, Rahmalini, Rosidah

murni (terimakasih banyak atas perhatian, nasihat, bimbingan dan dukungan serta

do’a yang kalian semua berikan, semoga Allah SWT dapat membalas semua

kebaikan kalian semua).

8. Sahabat-sahabat baik penulis yang bisa mengerti dan menerima penulis baik

dalam keadaan suka maupun duka: Bastian, Vorta, Madhan, Cecep, Ferry,

Hasrad, Mansur, Siddik, Nahwa, David, Sarah, Aconk, Grace, dan yang lainnya.

Terima kasih atas segala support, semangat, bantuan baik moril maupun materil,

penulis bangga mempunyai sahabat seperti kalian.

9. Kawan-kawan Sosiologi angkatan 2003 tanpa kecuali. Terima kasih atas

kebersamaan dan segala dukungannya selama menuntut ilmu di Departemen

Sosiologi Universitas Sumatera Utara.

10. Keluarga besar IMASI (Ikatan Mahasiswa Sosiologi) FISIP USU, Abang/Kakak

Senior dan Adik-adik Junior.

11.Kawan-kawan di yang ada di aceh yang telah memberikan suportnya untuk tetap

(6)

12.Keluarga besar yang ada diseluruh pelosok Takengon, Padang, Jakarta,

terimakasih atas nasihat, bimbingan, perhatian, bantuan dan dukungan serta

do’anya.

13.Keluarga besar yang ada di Padang bulan kakanda Binsar, serta istri, bang Endro,

dan Ibu Pajus. Terima kasih atas nasihat, bimbingan, dan perhatiannya,

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan

dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya

membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan,

semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan

hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah

membantu penulisan skripsi ini.

Medan, 19 Maret 2010

(Penulis)

ALEX SANDER

(7)

DAFTAR ISI

3.1. Jenis Penelitian ……… 23

3.2. Lokasi Penelitian ………. 23

3.3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .……… 23

3.3.1. Populasi …..……….. 23

3.3.2. Sampel ..……… 24

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 27

3.4.1. Kuisioner ………... 27

3.4.2. Studi Kepustakaan ….………... 27

3.4.3. Dokumenter ……….. 27

3.5. Analisis Data ……….……….. 27

3.5.1. Editing Data ………... 28

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN ... 30

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 30

4.1.1. Profil Desa ……… 30

4.1.2. Letak Giografis Desa Beringin... ………. 31

4.1.3. Potensi Wilayah Desa Beringin……..………... 32

4.1.3.1. Data Umum………. 32

(8)

4.1.3.3. Pendidikan……….. 33 4.2. Tabel Distribusi... ... 33

4.2.1. Identitas Responden... 33 4.2.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 33

4.2.1.2. Identitas Berdasarkan Usia………. 34 4.2.1.3. Identitas Responden Berdasarkan Agama………... 34

4.2.1.4. Identitas Responden Berdasarkan Suku Bangsa…. 35

4.2.1.5. Identitas Responden Lama Berdomisili………….. 36 4.2.1.6. Identitas Pekerjaan Responden Akhir 2008……… 36

4.2.1.7. Identitas Pekerjaan Responden Saat ini………….. 37

4.2.2. Konsep Okupasi 37

4.2.2.1. Pemahaman Tentang Okupasi……… 37

4.2.2.2. Pengaruh Pembangunan Terhadap Masyarakat….. 38 4.2.2.3. Pengaruh Pembangunan Terhadap Pekerjaan……. 39 4.2.2.4. Pengaruh Pembangunan Terhadap Pendapatan….. 40 4.2.2.5. Pengaruh Pembangunan Terhadap Petani……….. 41 4.2.2.6. Pengaruh Pembangunan Terhadap Irigasi Sawah... 42 4.2.2.7. Pengaruh Pembangunan Terhadap Nelayan……... 43 4.2.2.8. Pengaruh Pembangunan Terhadap Harga Tanah… 43

4.2.2.9. Pergeseran jenis Pekerjaan………. 44 4.2.2.10 Faktor yang menyebabkan pergeseran okupasi... 45

4.2.2.11 Pergeseran pekerjaan terhadap pendapatan………. 46

4.2.2.12 Konsep modernisasi……… 47

4.2.2.13 Pemahaman terhadap konsep mpdernisasi……….. 48

4.2.2.14 Lapangan pekerjaan……… 48

4.2.2.15 Masyarakat yang terlibat secara langsung dalam pembangunan bandara………

49

4.2.2.16 Masyarakat yang terlibat secara tidak langsung dalam pembangunan bandara………..

50

4.2.2.17 Pengaruh pembangunan terhadap jumlah

penggangguran……… 51

4.2.2.18 Pengaruh pembangunan Bandar terhadap aktifitas masyarakat………..

52

4.2.2.19 Pengaruh pembangunan bandara terhadap konflik. 53 BAB V PENUTUP ………. 54

5.1. Kesimpulan ………. 54

5.2. Saran ………... 55

(9)

ABSTRAK

Pembangunan adalah sebuah proses perencanaan yang terorganisir, sistematis dan

bertahap untuk meningkatkan taraf hidup kearah yang lebih baik, pembangunan dan

perubahan pasti terjadi pada setiap negara yang telah kontak dengan negara satelit

yang menguasai teknologi dan itu semua tidak terlepas dari pengaruh baik positif atau

negatif. Perkembangan pembangunan dan perubahan sosial,ekonomi,politik,budaya

yang terjadi di Indonesia yang begitu cepat saat ini rentan mengalami pengaruh

negatif bagi masyarakat pinggiran.

Pembangunan yang diterapkan negara satelit adalah sebagai upaya dalam

memodernisasikan negara pinggiran yang menyebabkan pengaruh baik positif

ataupun negatip bagi masyarakat, kesiapan negara dunia ke tiga dalam minimnya

sumber daya manusianya, ketergantungan alat-alat produksi dan dana, sehingga

ketergantungan pembangunan yang lebih menguntugkan negara satelit rentan

menimbulkan pengaruh negatif bagi negara yang sedang berkembang. seperti

pembangunan pembangunan bandara kuala namu yang dialokasikan di daerah desa

beringinan kabupaten deli serdang yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai

petani dan buruh tani. Dengan adanya pembangunan bandara maka, peralihan dan

pergeseran okupasi masyarakat ke sektor informal lainnya tidak dapat terelakan.

Tidak adanya pengganti lahan pertanian warga dan PTPN yang sudah tergusur dan

pembangunan yang berskala internasional yang membutuhkan lahan hingga ribuan

hektar menyebabkan masyarakat yang biasa bertani dan yang menjadi buruh tani

terpaksa harus bisa menyesuaikan diri dengan apa yang bisa diolah untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan studi

survei ada atau tidak adanya pengaruh pembangunan bandara dan seberapa besar

pengaruh pembangunan bandara kuala namu terhadap okupasi/jenis pekerjaan

masyarakat sekitar bandara yaitu desa beringin yang terdiri dari 8 dusun dengan

menggunakan sampel kluster yang mengambil 5% dari jumlah sampel yang ada.

Dari hasil penelitian lapangan menunjukan bahwa adanya pengaruh pembangunan

Bandara Kuala Namu terhadap Okupasi masyarakat sekitar bandara dan adanya

(10)

penelitian ini juga menunjukan bahwa petani yang lebih banyak bergeser

pekerjaannya ke sector informal lainnya.Adapun pekerjaan yang paling banyak

bertambah dari pengaruh pembangunan bandara kuala namu adalah Buruh

bangunan,mocok-mocok dan pedagang.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai lahan perkebunan yang

luas yang terdiri dari berbagai macam pertanian organik dan non organik yang banyak

menyerap tenaga kerja local seperti industri bahan mentah (karet, kertas,minyak,) dan

industri pangan. Dengan berkembangnya industri dan teknologi yang mendunia yang

menggantikan tenaga manusia dengan mesin membuat hidup manusia yang semakin

praktis mengakibatkan bertambahnya jumlah kebutuhan manusia untuk hidup lebih

modern.Masuknya modernisasi ke Indonesia banyak merubah tatanan masyarakat

secara sosial, ekonomi, budaya dan politik.

 Modernisasi pada awalnya dilaksanakan sebagai usaha untuk menguji prospek pembangunan yang dilakukan oleh Negara dunia ketiga. Hal ini pertama kali muncul pada tahun 1950-an setelah perang dunia kedua, Ini dilakukan di suatu Negara untuk mengembangkan suatu daerah dari tahapan primitif ke tahapan yang lebih maju dan modern, serta membuat masyarakat memiliki bentuk dan struktur yang serupa. Perubahan dan pembangunan yang di lakukan oleh negara satelit (maju) terhadap negara dunia ketiga

banyak menyisakan ketergantungan yang lebih menguntungkan negara

satelit.Derasnya laju globalisasi yang di dukung oleh perdagangan bebas saat ini

banyak menyisakan dampak buruk bagi industri local, banyaknya produk dari luar

negeri yang berkualitas dan relative lebih murah yang masuk ke Indonesia

(12)

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memodernisasikan negara yaitu

dengan membangun kebutuhan infrastruktur (perkantoran, jalan, terminal dan

kepentingan umum) yang menyerap banyak tenaga kerja. Perubahan dan perkembangan

dunia yang mengglobal banyak menimbulkan pembangunan dimana-mana seperti

pembangunan pabrik-pabrik, apartment, perkantoran dan sarana pendukung seperti jalan,

pajak, terminal dan bandara yang membutuhkan ratusan hektaran lahan, yang banyak

menyempitkan lahan pertanian. seperti layaknya pembangunan bandara kuala namu yang

memakan ribuan hektar lahan pertanian yang terdiri dari perkebunan PTPN ll,

perkebunan warga, serta pemukiman warga yang banyak menyisakan dampak buruk bagi

buruh tani dan pertanian masyarakat daerah sekitar pembangunan dan Pengalihan fungsi

lahan pertanian menjadi makin luas.

Pembangunan bandara kuala namu adalah upaya pemerintah dalam pemindahan

bandara polonia yang dikarenakan bandara tersebut sudah tidak layak lagi dijadikan

bandara karena kapasitas bandara tidak dapat menampung penumpang yang melonjak

drastis pertahun dan demi keselamatan penerbangan Bandara polonia akan dipindahkan

ke desa beringin kecamatan deli serdang.

Kawasan Kuala Namu merupakan salah satu sentra produksi pangan di

Kabupaten deli serdang. Dengan pengalih fungsian lahan tersebut, pasti akan

berpengaruh terhadap produksi pangan dan pergeseran jenis pekerjaan di daerah Deli

Serdang. Pembangunan Bandara Kuala namu bahkan diperkirakan akan menyebabkan

pengalih fungsian lahan di sekitarnya hingga puluhan ribu hekta, Hal ini sejalan dengan

apa yang pernah dikatakan oleh kepala dinas pertanian tanaman pangan dan hortikultura

(13)

Kuala namu adalah menyempitnya lahan pertanian pangan akibat beralih fungsi menjadi

bangunan fisik sarana pendukung, (Bintara Thahir, Medan Bisnis, 18 Juli 2006).

Desa Beringin adalah salah satu dari 11 desa yang terkena dari pengaruh

pembangunan Bandara kuala namu, yang berjarak 1 kg meter dari bandara luas desa

beringin sebelum pembangunan Bandara adalah 430 Ha dan kini menjadi 310 Ha yang

berbatasan sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ramunia II, sebelah Selatan berbatasan

dengan Desa Karang Anyar, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sidoarjo Ramunia ,

sebelah Barat berbatasan dengan pembangunan Bandara Kuala Namu.

Desa beringin terdiri dari 8 Dusun yang berpenduduk dari suku yang beraneka

ragam yaitu suku Melayu, Jawa, Minang, Tapanuli, Kalimantan, dan keturunan Tionghoa

yang hidup berdampingan dengan mayoritas masyarakat Jawa. Akhir tahun 2006 jumlah

penduduknya berkisar 6,951 yang terdiri dari laki-laki 3.391 jiwa dan perempuan 3.351

jiwa yang mayoritas berprofesi sebagai Petani dan buruh tani sebagian kecil adalah

pedagang, Nelayan, dan Pegawai Negri (Data Demografi Desa). Pada akhir maret 2007

jumlah penduduk desa beringin adalah 6.975 jiwa yang terdiri dari laki-laki 3.412 jiwa

dan perempuan berjumlah 3.563 jiwa yang juga mayoritas berprofesi sebagai petani dan

buruh tani sebagian kecil adalah pedagang, nelayan dan pegawai negeri (Data Demografi

Desa). Pembangunan bandar udara yang akan diprediksi memakan ribuan hektar di Desa

Beringin ini semua akan menimbulkan dampak pergeseran peralihan baik secara sosial,

ekonomi, politik, dan budaya. Namun dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat

adalah hilangnya lahan pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat di

desa beringin yang menimbulkan perubahan jenis pekerjaan penduduk yang semakin

(14)

Berangkat dari realitas tersebut maka seiring dengan perkembangan

pembangunan tersebut pengalih fungsian tentu tidak akan bisa dihindari, contohnya saja

untuk pembangunan perumahan, perkantoran dan fasilitas lainnya untuk mendukung

aktivitas bandara. Akan tetapi ini merupakan hal logis yang harus dihadapi dalam sebuah

pembangunan.

Wilayah Desa Beringin yang berada pada ketinggian 0 – 8 meter dari permukaan

air Laut, Dan suhu udara rata-rata adalah antara 23 s/d 32 derajat Celcius diharapkan

dapat menjadi pengganti bandara polonia. Sebelum adanya pembangunan bandara di desa

beringin jumlah desa terdiri dari 11 dusun. Adapun beberapa dusun yang sebelum

pembangunan bandara Kuala Namu masih eksis adalah Dusun Lestari, Dusun Kamboja

dan Dusun Rumbia. Sebagai catatan dusun Melati 2/3 luas wilayahnya juga sudah di

bangun bandara tersebut yang luas arealnya adalah 120 Ha. Desa Beringin yang terletak

di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu desa yang terkena

imbas langsung dari pembangunan bandara Kuala Namu diantara berbagai desa lainnya

yang juga terkena dampak dari derap pembangunan bandara tersebut. Proyek

pembangunan Kuala Namu kini sudah mencapai 14 tahun dari umur pembangunannya

yang sejak tahun 1997 dilaksanakan oleh P.T Angkasa Pura sebagai salah satu BUMN

dengan 3 Sub Kontraktor, yaitu P.P (untuk pembebasan lahan), P.T. Lampiri

(Pembangunan Landasan Pacu) dan P.T. Waskita (Pembangunan pondasi dan

infrastruktur bandara).

Dalam prosesnya ternyata masyarakat Desa Beringin tidak banyak dilibatkan di

(15)

dipakai dalam pembangunan ini banyak didatangkan dari luar desa atau bahkan dari luar

pulau Sumatera. Para penduduk setempat hanya diberikan kesempatan bekerja sebagai

secuirity atau satpam, itupun prosesnya sangat sulit karena untuk menjadi satpam

ditempat itu harus memiliki sertifikat dari Polda (Polisi Daerah) atau dari lembaga

pengamanan swasta.

Akan tetapi disisi lain perkembangan pembangunan tersebut pada praktiknya

menimbulkan dampak baik secara positif maupun negatif bagi masyarakat sekitar dalam

berbagai aspek dari derap pembangunan. Pada beberapa titik tertentu pembangunan yang

dilaksanakan pemerintah rentan mengalami dampak yang negatif khususnya bagi

masyarakat petani. Hal itu dikarenakan dalam banyak hal pemerintah ataupun pihak

swasta yang dimandatkan untuk menyelenggarakan pembangunan sering kali

mengesampingkan faktor-faktor tertentu yang mengakibatkan terkorbankannya

masyarakat petani.

Dalam pembangunan bandara Kula Namu pemerintah mengharapkan akan adanya

banyak dampak positif bagi masyarakat sekitar antara lain adalah untuk membuka lahan

pekerjaan yang luas bagi masyarakat dan sekaligus sebagai bagian dari langkah

pemerintah untuk memodernisasikan masyarakat. Hal ini akan membawa dampak

keuntungan positif bagi masyarakat seperti para pedagang di bibir jalan dan para

perencana serta pelaku pembangunan lainnya karena akan meningkatkan penghasilan dan

penghidupan yang layak. Akan tetapi ironisnya harapan pemerintah tersebut tak menjadi

kenyataan karena realitas yang terjadi adalah para petani dan masyarakat lainnya menjadi

pihak yang dirugikan dalam proses pembangunan Mereka terpaksa kehilangan pekerjaan

(16)

yang kurang pantas dan ternyata mereka tidak dilibatkan sebagai angkatan pekerja

produktif dalam proyek tersebut. Tentu saja hal itu membuat masyarakat menjadi

semakin tertindas dan miskin, karna situasi ini akan membawa pengaruh yang sangat

rentan bagi para petani untuk beralih mata pencaharian ke sektor informal yang belum

jelas prospeknya (perspektif masyarakat terhadap pembangunan bandara kuala namu;

2008).

Maka berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul ”Pengaruh pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap

Okupasi penduduk di sekitar bandara”. Hal ini tentu tidak terlepas dari realita

masyarakat dan gejala-gejala yang di timbulkan dari pembangunan Bandara Kuala Namu

tersebut.

1.1. Perumusan masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pembangunan bandara terhadap pergeseran jenis pekerjaan

masyarakat sekitar?

2. Jenis pekerjaan apa sajakah yang bertambah akibat pembangunan Bandara kuala

namu di desa Beringin?

3. Jenis pekerjaan apa sajakah yang paling dominan bergeser?

1.2. Tujuan penelitian

(17)

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembangunan bandara terhadap jenis

pekerjaan masyarakat di Desa Beringin Kecamatan Beringin Kabupaten Deli

Serdang akibat pembangunan Bandara Kuala Namu.

2. Untuk mengetahui okupasi/jenis pekerjaan apa yang berkembang akibat

pembangunan Bandara Kuala Namu.

3. Untuk mengetahui jenis pekerjaan apa saja yang banyak dirugikan dari

pembangunan bandara kuala namu.

4. Untuk mengetahui jenis pekerjaan apa saja yang paling dominan bergeser?

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berfaedah untuk menambah pengetahuan,

wawasan kita tentang pengaruh pembangunan bandara kuala namu terhadap peralihan

dan pergeseran Okupasi penduduk di sekitar Bandara :

1. Manfaat Teoritis

 Meningkatkan kemampuan serta wawasan peneliti mengenai peralihan dan

pergeseran Okupasi masyarakat di sekitar Bandara sebagai pengaruh dari

pembangunan Bandara Kuala Namu.

 Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi terhadap departemen

sosiologi Fisip USU.

2. Manfaat Praktis

 Menambah dan meningkatkan kemampuan serta wawasan penulis dalam

memahami proses peralihan dan pergeseran Okupasi masyarakat petani sebagai

bagian dari dampak pembangunan bandara Kuala Namu.

(18)

 Diharapkan menjadi sumbangan bagi khasanah kepustakaan yang bermutu.

 Penelitian ini di harapkan mendapatkan fakta-fakta dari pengaruh pembangunan

bandara yang ditimbulkan terhadap jenis mata pencaharian masyarakat petani di

desa Beringin.

 Menjadi rujukan pemerintah dan pihak pengelola bandara dalam memberikan solusi

yang positif untuk perkembangan masyarakat sekitar Bandar yang kehilangan

pekerjaan.

1.5. Kerangka teori

Landasan telaah yang akan di gunakan untuk menganalisis permasalahan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan teori modernisasi dan perubahan sosial. Teori

modernisasi terlihat sebagai usaha berbagai disiplin untuk menguji prospek pembangunan

Negara dunia ke tiga. Sedangkan teori perubahan sosial melihat nilai-nilai atau budaya

dan status masyarakat yang bergeser. Untuk setiap disiplin dalam pendekatannya yang

khusus memberikan sumbangan yang khas untuk mengidentifikasi masalah-masalah

pokok modernisasi dan perubahan sosial dan mencoba memberikan jalan keluarnya. Satu

perangkat asumsi teori modernisasi berasal dari konsep-konsep dan metafora yang di

turunkan dari teori evolusi.

Menurut Berry (2003) nilai adalah hasil dari interaksi sosial, masyarakat dan

bukan individu. Selain itu, nilai sosial bisa dirumuskan sebagai parameter secara sosial

terhadap bentuk-bentuk kehidupan, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik. Nilai

bersifat tidak real sehingga harga dari nilai di ukur berdasarkan struktur yangg ada dalam

(19)

sesuatu yang ideal. Kehidupan manusia berpola pada nilai sosial. Nilai tersebut

merupakan tolok ukur dan orientasi bagi setiap individu dalam pergaulan masyarakat.

Nilai inilah yang menjadi sumber dinamika masyarakat yang senantiasa mengalami

pergeseran serta adaptasi, Pergeseran serta penyesuaian yang terjadi pada akhirnya akan

menimbulkan suatu perubahan sosial.

Menurut Samuel Koenig dalam (Maryati, 2001:45), perubahan sosial merujuk

terhadap modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia. Modifikasi

tersebut bisa terjadi akibat pengaruh faktor dari dalam maupun luar. Dan perubahan kini

bergulir begitu kuat hingga mendobrak dan menggeser nilai yang ada sebelumnya serta

mampu menggoyahkan akar tradisi yang kokoh.

Menurut teori evolusi perubahan sosial pada dasarnya merupakan gerakan yang

searah, linear, progresif dan perlahan-lahan yang membawa masyarakat berubah dari

tahapan primitif ke tahapan yang lebih maju. Teori Modernisasi berasal dari dua teori

dasar yaitu teori pendekatan psikologis dan teori pendekatan budaya. Teori pendekatan

psikologis menekankan bahwa pembangunan ekonomi yang gagal pada negara

berkembang disebabkan oleh mentalitas masyarakatnya. Menurut teori ini, keberhasilan

pambangunan masyarat adanya perubahan sikap mental penduduk negara berkembang.

Sedangkan teori pendekatan kebudayaan lebih melihat kegagalan pembangunan pada

negara berkembang disebabkan oleh ketidaksiapan tata nilai yang ada dalam

masyarakatnya. Secara garis besar teori modernisasi merupakan perpaduan antara

sosiologi, psikologi dan ekonomi. Teori dasar yang menjadi landasan teori modernisasi

(20)

Kritik terhadap teori modernisasi lahir seiring dengan kegagalan pembangunan di

negara dunia ketiga dan berkembang menjadi sebuah teori baru yaitu teori dependensi.

Frank (1984) mencoba mengembangkan teori dependensi dan mengemukakan pendapat

bahwa keterbelakangan pada negara dunia ketiga justru disebabkan oleh kontak dengan

negara maju. Teori dependensi menjadi sebuah perlawanan terhadap teori modernisasi

yang menyatakan untuk mencapai tahap kemajuan, sebuah negara berkembang harus

meniru teknologi dan budaya negara maju. Frank memberikan kritiknya terhadap

pendekatan-pendekatan yang menjadi rujukan teori modernisasi, antara lain pendekatan

indeks tipe ideal, pendekatan difusionis dan pendekatan psikologis

Para teoritisi perspektif modernisasi secara implisit membangun kerangka teori

dan tesisnya dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut :

1. Modernisasi merupakan proses bertahap. Teori Rostow, misalnya membedakan

berbagai fase perkembangan ekonomi yang hendak dilalui oleh setiap masyarakat

dari tahap primitif ke tahap sederhana dan menuju ke tahap yang maju dan

kompleks.

2. Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi. Dalam hal ini,

dengan modernisasi akan terbentuk berbagai masyarakat dengan tendensi dan

struktur yang serupa.

3. Modernisasi terkadang terwujud dalam bentuk lainnya sebagai proses Eropanisasi

dan Amerikanisasi, misalnya pada sikap yang berlebihan dalam memuji

keberhasilan negara dunia ke tiga. Dalam arti segala perubahan atau

(21)

4. Modernisasi juga bukan suatu proses yang bergerak mundur. Proses modernisasi

tidak dapat dihentikan. Dengan kata lain, ketika sudah terjadi kontak negara dunia

ke tiga dengan negara maju, negara dunia ke tiga tidak akan mampu untuk

menolak melakukan upaya modernisasi.

5. Modernisasi merupakan perubahan yang progresif. Sekalipun efek samping

maupun korban modernisasi beraneka ragam dan terkadang di luar batas-batas

nilai kemanusiaan dan moral universal. Bagi Coleman, sistem politik modern

memiliki kapasitas yang lebih besar dan lebih efesien dalam melaksanakan

fungsi-fungsi masyarakat di banding sistem politik tradisional.

6. Modernisasi memerlukan waktu yang panjang untuk mencapai tahap yang lebih

maju. Apapun bekal pemahamannya teoritisnya, perubahan setiap konsumen

modernisasi, baik dalam proses industrialisasi ataupun differensiasi struktural

akan di kaji dalam teori modernisasi sebagai perubahan sosial dalam tingkat

nasional. Oleh karena itu teori modernisasi juga memberikan rumusan kebijakan

pembangunan.

1.6. Hipotesis

Ha:Adanya pengaruh pembangunan Bandara Kuala namu terhadap Okupasi

masyarakat sekitar bandara.

Ho:Tidak adanya pengaruh pembangunan bandara Kuala namu terhadap

Okupasi masyarakat sekitar bandara.

1.7. Definisi Konsep

 pengaruh pembangunan adalah sebab atau akibat baik positif atau Negatif yang

(22)

untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik dan

diselenggarakan oleh pemerintah / swasta yang bertahap demi kepentingan umum

yang menimbulkan peralihan dan pergeseran Okupasi penduduk.

 Bandara Kuala Namu adalah sebuah Bandar udara yang akan dibangun di Desa

Beringin Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang yang pada awalnya adalah

sebagai proses pemindahan Bandara Polonia demi keselamatan penerbangan.

 Kuala Namu adalah sebuah PTPN yang berfokus pada penanaman kelapa sawit

yang terletak di desa Beringin, kecamatan deli serdang.

 Okupasi penduduk adalah Okupasi berasal dari kata Occupation yaitu:jenis atau

tipe pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat

Desa beringin.

 Pergeseran Nilai adalah perubahan yang terjadi dalam pemaknaan terhadap suatu bentuk

kehidupan yang diakibatkan oleh pengaruh dari luar ataupun adanya pembangunan yang berskala besar dan demi kepentingan umum yang di selenggarakan oleh pemerintah. Dalam konteks ini adalah mengenai jenis pekerjaan.

1.7. DEFENISI OPERASIONAL Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitiaan yang memberitahukan

bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat

diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendulang untuk dianalisa dari

variable-variabel tersebut, (Singarimbun,1989 : 46). Defenisi operasional merupakan gambaran

(23)

tertentu dari tiap-tiap variabel. Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur

dan dinilai.

Variabel dari penelitian ini adalah pengaruh pembangunan Bandara Kuala Namu

terhadap masyarakat sekitar bandara.

Variabel dari pengaruh Positif, indikatornya adalah :

 Bertambahnya jenis pekerjaan pada masyarakat di sekitar bandara.

 Naiknya pasaran harga tanah di sekitar pembangunan bandara.

 Perkembangan pembangunan pada bidang industri jasa.

 Bertambahnya dana bantuan untuk kepentingan umum seperti pengrehapan rumah

ibadah, puskesmas, sekolah,perkantoran dan perbaikan jalan umum.

Variabel pengaruh negatif, indikatornya adalah :

 Pergeseran budaya lokal,nilai-nilai dan jenis pekerjaan masyarakat.

 Polusi udara yang diakibatkan oleh debu pengangkutan tanah timbun dan alat-alat

berat.

 Banyak lahan pertanian yang dijual sehingga mengakibatkan para petani yang

biasanya bertani harus dapat menyesuaikan diri terhadap pekerjaannya yang baru.

 Hasil tangkapan yang didapat nelayan semakin berkurang yang diakibatkan oleh

penggerukan pasir pantai.

 Rusaknya irigasi yang diakibatkan oleh tembok bandara yang menutup aliran

irigasi sawah antar dusun.

 Jumlah pengangguran meningkat.

 Rusaknya jalan.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modernisasi

Sebagaimana telah disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara agraris yang

terdiri dari lahan pertanian yang luas, baik organik maupun non organik sehingga banyak

menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya. Dengan perkembangan zaman yang

menuju masyarakat industri, sangatlah banyak lahan pertanian yang akhirnya berubah

fungsi menjadi pabrik-pabrik maupun bangunan-bangunan infra struktur. Hal ini terjadi

di akibatkan oleh berkembang pesatnya arus globalisasi sehingga perlu diadakan

perubahan dalam bidang pembangunan.

Selain itu Indonesia juga terkenal akan kekayaan sumber daya alamnya yang

terdiri dari sumber daya alam migas (minyak dan gas) serta non migas (karet, tembakau,

kayu, rempah-rempah dan lain-lain). Sumber daya alam yang melimpah ruah tersebut

adalah andalan Indonesia dalam memperoleh devisa Negara baik ekspor maupun impor.

Namun karena sumber daya alam migas yang terbatas dan tidak bisa diperbaharui, maka

adalah suatu hal yang logis jika pemerintah beralih ke modernisasi pembangunan kota

untuk meningkatkan pendapatan Negara sekaligus untuk menaikkan taraf hidup bangsa

Indonesia.

Modernisasi pada awalnya dilaksanakan sebagai usaha untuk menguji prospek

pembangunan yang dilakukan oleh Negara dunia ketiga. Hal ini pertama kali muncul

pada tahun 1950-an setelah perang dunia kedua. Ini dilakukan di suatu Negara untuk

(25)

modern, serta membuat masyarakat memiliki bentuk dan struktur yang serupa. Salah satu

bentuk modernisasi pembangunan yang dapat dilakukan di suatu Negara adalah proyek

pembangunan bandara, dimana untuk melaksanakan proyek ini dibutuhkan areal yang

sangat luas. Dengan pertimbangan tersebut maka lahan pertanian maupun perkebunan

merupakan solusi yang tepat untuk melaksanakan program pembangunan yang demikian.

Seperti halnya pembangunan bandara di daerah Kuala Namu, lokasi yang menjadi tempat

pembangunan bandara sebagian besar adalah areal pertanian penduduk serta lahan

perkebunan maupun pemukiman.

Menurut (Everet Roger, 1981 : 25), Modernisasi adalah proses dengan mana

individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup yang lebih kompleks dan

maju secara teologis serta cepat berubah. Disini hendak dilanjutkan modernisasi

mempelajari dan meneliti sikap dan pendapat atau bertujuan untuk perubahan teknologi,

yakni merubah sosial ekonomi masyarakat.

Defenisi modernisasi dikembangkan dari berbagi ilmu, Modernisasi mengandung

makna perubahan. Istilah modernisasi bersal dari bahasa latin yang berarti maju dan

berkembang. Jadi modernisasi berasal dari kata modern yang artinya sesuatu yang baru

sebelum tidak ada kemajuan menjadi ada, dan sesuatu yang ada itu kemudian diperbaiki

dan diperbaharui menjadi modernisasi.

Walaupun demikian tidak semua modernisasi itu sesuai dengan apa yang

diharapkan dan bahkan perlu perubahan yang bertahap sehinggga dapat menjadi

modernisasi yang efektif (samsudin, 1987 : 137). Syarat-syarat terjadinya modernisasi

(26)

1. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam

kuat dalam kalangan masyarkat luas.

2. Sistem administrasi negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.

3. Sistem pengumpulan data yang baik teratur dan terpusat pada suatu lembaga

atau badan tertentu seperti BPS.

4. Penciptaan iklim yang menyenangkan terhadap modernisasi terutama media

masa

5. Tingkat organisasi yang tinggi terutama disiplin diri.

6. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial (sosial planning) yang tidak

mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.

Modernisasi menjadi sebuah model pembangunan yang berkembang dengan pesat

seiring keberhasilan negara dunia kedua. Negara dunia ketiga juga tidak luput oleh

sentuhan modernisasi ala barat tersebut. berbagai program bantuan dari negara maju

untuk negara dunia berkembang dengan mengatas namakan sosial dan kemanusiaan

semakin meningkat jumlahnya. Namun demikian kegagalan pembangunan ala

modernisasi di negara dunia ketiga menjadi sebuah pertanyaan serius untuk dijawab.

Mengutip dari buku yang berjudul “Sosiologi Perubahan Sosial” yang ditulis oleh

Piotr Sztompka (2008 : 149-156), Modernisasi mengandung tiga makna. Makna paling

umum sama dengan seluruh jenis perubahan social progresif apabila masyarakat bergerak

maju menurut skala kemajuan yang diakui. Pemakaiannya adalah dalam arti historis dan

berlaku untuk seluruh periode historis. Makna kedua adalah lebih khusus secara historis,

yakni “modernitas”, yang berarti tranformasi social, politik, ekonomi, cultural dan mental

(27)

Modernitas meliputi proses industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi, birokratisasi,

demokratisasi, pengaruh kapitalisme, perkembangan individualism dan motivasi untuk

berprestasi, meningkatnya pengaruh akal dan sains, serta berbagai proses lainnya.

Modernisasi dalam hal ini berarti mencapai modernitas, makin mendekati ciri-ciri khusus.

Ini berarti proses trasformasi yang dilalui masyarakat tradisional atau masyarakat

prateknologi untuk menjadi masyarakat yang ditandai oleh teknologi mesin, sikap

rasional dan sekuler serta struktur sosial yang sanhgat terdiferensiasi.

Makna modernisasi paling khusus hanya mengacu pada masyarakat terbelakang

atau tertinggal dan melukiskan upaya mereka untuk mengejar ketertinggalan dari

masyarakat paling maju yang hidup berdampingan dengan mereka pada periode historis

yang sama dalam masyarakat global. Dengan kata lain, modernisasi melukiskan gerakan

dari pinggiran menuju inti masyarakat modern.

Modernisasi sering sekali dianggap sebagai proses yang diprakarsai dan dikontrol

“dari atas” oleh elite politik yang memutuskan untuk mengangkat negara mereka dari

keterbelakangan melalui upaya terencana. Modernisasi jarang dianggap sebagai

kecenderungan spontan yang bekerja sendiri dari bawah. Pakar modernisasi mengambil

gambaran yang lebih nyata, yakni gambaran masyarakat Barat paling maju atau dunia

kapitalis ketimbang memberikan gambaran samar-samar atau utopia mengenai

masyarakat yang lebih baik. Karena itu modernisasi berbeda dari perkembangan spontan

menurut arah progresif. Peniruan masyarakat Barat dianggap sebagai cetak biru

modernitas. Masyarakat industri Barat yang demokratis dijadikan sebagai negara model

(Bendix, 1964), masyarakat rujukan (Tiryakian, 1985a) dan negara pengikutnya

(28)

sendiri, yang maju atas kekuatannya sendiri. Modernisasi adalah proses menyamai,

mencangkokkan pola dan hasil prestasi negara lain ke negara sendiri (Chodak 1973: 257).

Konsep modernisasi dalam arti khusus yang disepakati teoritisi modernisasi di

tahun 1950-an dan tahun 1960-an, didefinisikan dalam tiga cara : historis, relative dan

analisis.

Menurut definisi historis, modernisasi sama dengan Westernisasi atau

Amerikanisasi. Modernisasi dilihat sebagai gerakan menuju cirri-ciri masyarakat yang

dijadikan model. Berikut ini dikutip dua contoh pandangan seperti itu. Eisenstadt

mengatakan ;

Secara historis modernisasi adalah proses perubahan menuju tipe sisten social, ekonomi dan politik yang telah maju di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-17 hingga 19 dan kemudian menyebar ke negara Eropa lain dan dari abad ke-19 dan 20 ke negara Amerika Selatan, Asia dan Afrika. (1966: 1)

Gambaran serupa dikemukakan Wilbert Moore ….

Modernisasi adalah transformasi total masyarakat tradisional atau pra-modern ke tipe masyarakat teknologi dan organisasi social yang menyerupai kemajuan dunia Barat yang ekonominya makmur dan situasi politiknya stabil. (1963b: 89)

Pendekatan seperti ini sangat mudah terancam bahaya etnosentrisme yang keliru.

Bahaya etnosentrisme yang keliru ini sebagian dijauhi oleh definisi relative yang

tak memerlukan parameter jarak atau waktu, tetapi memusatkan perhatian pada substansi

proses, kapan, dan di mana pun terjadinya. Berikut ini dua contohnya. Tiryakian

merumuskan ;

Dilihat dari perspektif proses historis dunia, modernitas berkaitan dengan keunggulan inovasi atau terobosan kesadaran, moral, etika, teknologi dan tatanan sosial yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan manusia. (1985a: 134)

(29)

Modernisasi adalah contoh khusus dan penting dari kemajuan masyarakat, contoh usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai standar kehidupan yang lebih tinggi. (1973: 256)

Menurut pengertian relative, modernisasi berarti upaya yang bertujuan untuk

menyamai standar yang dianggap modern baik oleh rakyat banyak maupun elite

penguasa. Tetapi standar ini berbeda-beda. Apa yang disebut “sumber” atau pusat

modernitas dalam arti masyarakat rujukan, unggul, tempat asal prestasi yang dianggap

modern paling umum, berbeda dikalangan pakar.

Defenisi untuk analisis berciri lebih khusus daripada kedua definisi di atas, yakni

melukiskan dimensi masyarakat modern dengan maksud untuk ditanamkan dalam

masyarakat tradisional maupun masyarakat pra-modern. Sebagian analis memusatkan

perhatian pada aspek struktural.

2.2. Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari system sosial sebagai satu kesatuan (Hawley, 1978: 787).

Sebagian besar para ilmuan memandang penting perubahan structural dalam

hubungan, organisasi, dan ikatan antara unsure-unsur masyarakat :

 Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam organisasi masyarakat,

dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Macionis, 1987: 638).

 Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian

masyarakat (Persell, 1987: 586).

 Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antar individu, kelompok,

(30)

 Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan

struktur sosial pada waktu tertentu (Farley, 1990:626).

Alasan dibalik lebih seringnya penekanan ditujukan pada perubahan struktural

ketimbang tipe lain adalah karena perubahan struktural itu lebih mengarah kepada

perubahan sistem sebagai keseluruhan ketimbang perubahan di dalam sistem sosial saja.

Struktur sosial merupakan sejenis kerangka pembentukan masyarakat dan operasinya.

Jika strukturnya berubah, maka semua unsure lain cenderung berubah pula.

Semua orang menyadari bahwa kita hidup dan bekerja dalam suatu lingkungan

senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan yang mengakibatkan perubahan di

dalam semua bidang secara tidak langsung maupun langsung. Seperti halnya

pembangunan infrastruktur yang mengakibatkan perubahan dalam meningkatkan taraf

hidup, mengubah sikap, nilai-nilai yang selama ini dianut oleh masyarakat. Nilai-nilai

yang selam ini menjadi pedoman mulai mengalami benturan yang diakibatkan masuknya

pengaruh nilai dari luar, hal ini sesuai dengan pendapat soerjono soekanto bahwa, setiap

masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan itu seperti

pergeseran niulai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola perilaku, organisasi sosial,

susunan lembaga kemasyarakatan, interaksi sosial serta perubahan jenis pekerjaan

(okupasi).

Menurut Bruce A Chadwik (Sulistio, 1987:356) perubahan sosial terjadi dalam

suatu masyarakat dapat menimbulkan dua dampak yakni positif (fungsional) dan negatif

(disfungsional), dampak positif biasanya diterima oleh masyarakat dan dampak negative

biasanya ditolak oleh masyarakat yang mengalaminya. Perubahan ini disebabkan oleh

(31)

proyek bandara kuala namu dan sifat daerah atau penduduk yang terkena dampak dalam

penelitian ini yaitu masyarakat desa beringin.

Perubahan sosial terjadi pada semua lapisan masyarakat dan dalam setiap waktu

serta mengalami proses perubahan yang berbeda sesuai dengan daerah serta

penduduknya, terjadinya perubahan sosial merupakan gejala yang wajar dalam kehidupan

manusia. Parson berpendapat bahwa tindakan merupakan persyaratan perubahan,

perubahan merupakan sesuatu yang pastinya akan selalu berlangsung dalam suatu

masyarakat. Adanya perubahan tidak dapat disangkal dan pentingnya perubahan tidak

dapat dipandang sebelah mata, namun perubahan hanya dapat dipahami melalui

pemahaman struktur terlebih dahulu. Perubahan sosial terjadi pada masyarakat terutama

pada dekade terakhir dapat dikategorikan sebagai perubahan sosial yang disengaja

(intended change) dan tidak disengaja (unitended change) .Perubahan sosial yang

disengaja merupakan perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat melalui agen

of change (orang-orang yang terlibat dalam perubahan tersebut) maupun secara spontan

dikombinasikan oleh pihak-pihak dari luar masyarakat (soerjono soekanto 1990 : 350).

Teoritisi mendefinisikan atau menganggap perubahan sosial masyarakat adalah

sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan jumlah populasi dari suatu unit sosial seperti perubahan

proporsi dalam golongan masyarakat.

2. Tingkat penilaian penduduk dalam jangka waktu tertuntu seperti perubahan

dalam angka kriminalitas.

3. Struktur sosial dan pola-pola interaksi individu, seperti perubahan dalam

(32)

4. Pola-pola kebudayaan, seperti perubahan nilai-nilai.

Pada dasarnya perubahan sosial terjadi oleh karena anggota masyarakat tidak puas

lagi terhadap kehidupan yang lama. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat yang

tergolong panatik terhadap kebudayaan yang lama tidaklah mudah dihilangkan.Tetapi

dengan adanya kebudayaan yang baru maka akan terjadi benturan-benturan dengan

kebudayaan yang biasanya dianut atau dilakukan oleh masyarakat tertentu, masyarakat

perkotaan biasanya cendrung lebih terbuka terhadap kebudayaan-kebuyaan yang baru

dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.

Perubahan sosial juga berakibat pada pergeseran jenis pekerjaan yang diakibatkan

oleh pengaruh masuknya kebudayaan baru sehingga masyarakat terdorong untuk

berubah. Pada masyarakat desa beringin, pembangunan bandara kuala namu

mengakibatkan terjadinya perubahan dalam segala sector salah satunya adalah jenis

pekerjaan.

Smelser berpendapat bahwa, factor yang menentukan perubahan sosial telah

dikenal sebagai satu atau beberapa perkara sebagai berikut :

1. Keadaan struktur yang berubah

2. Dorongan untuk berubah

3. Mobilisasi untuk berubah

4. Pelaksanaan control sosial

Sesuai dengan konsep pemikiran tentang perubahan sosial diatas maka peneliti

ingin meneliti pengaruh pembangunan terhadap perubahan jenis pekerjaan pada desa

(33)

2.3. Okupasi

Dewasa ini perkembangan modernisasi sangat pesat, apalagi ditandai dengan

perkembangan teknologi. Modernisasi yang mengubah cara hidup tradisional menjadi

masyarakat kompleks dan modern menyebabkan banyaknya lahan pertanian berubah

menjadi pabrik-pabrik dan pembangunan infrastruktur yang lebih mengutamakan

teknologi mesin dibandingkan tenaga manusia. Hal ini juga menyebabkan banyaknya

petani yang tidak lagi bertani serta tidak memiliki pekerjaan yang disebabkan mereka

kehilangan lahan pertanian serta tidak memiliki skill yang cukup. Perubahan ini juga

menyebabkan banyaknya jenis-jenis pekerjaan baru yang berkembang.

Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia selama ini juga tidak

lepas dari pendekatan modernisasi. Asumsi modernisasi sebagai jalan satu-satunya dalam

pembangunan menyebabkan beberapa permasalahan baru yang hingga kini menjadi

masalah krusial Bangsa Indonesia. Penelitian tentang modernisasi di Indonesia yang

dilakukan oleh Sajogyo (1982) dan Dove (1988). Kedua hasil penelitian mengupas

dampak modernisasi di beberapa wilayah Indonesia. Hasil penelitian keduanya

menunjukkan dampak negatif modernisasi di daerah pedesaan. Dove mengulas lebih jauh

kegagalan modernisasi sebagai akibat benturan dua budaya yang berbeda dan adanya

kecenderungan penghilangan kebudayaan lokal dengan nilai budaya baru. Budaya baru

yang masuk bersama dengan modernisasi.

Dove dalam penelitiannya membagi dampak modernisasi menjadi empat aspek

yaitu ideologi, ekonomi, ekologi dan hubungan sosial. Aspek ideologi sebagai kegagalan

modernisasi mengambil contoh di daerah Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Penelitian

(34)

mengakibatkan tergusurnya agama lokal yang telah mereka anut sejak lama dan

digantikan oleh agama baru. Modernisasi seolah menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang

mampu membelenggu kebebasan asasi manusia termasuk di dalamnya kebebasan

beragama. Pengetahuan lokal masyarakat juga menjadi sebuah komoditas jajahan bagi

modernisasi. Pengetahuan lokal yang sebelumnya dapat menyelesaikan permasalahan

masyarakat harus serta merta digantikan oleh pengetahuan baru yang dianggap lebih

superior.

Sajogyo membahas proses modernisasi di Jawa yang menyebabkan perubahan

budaya masyarakat. Masyarakat Jawa dengan tipe ekologi sawah selama ini dikenal

dengan “budaya padi” menjadi “budaya tebu”. Perubahan budaya ini menyebabkan

perubahan pola pembagian kerja pria dan wanita. Munsulnya konsep sewa lahan serta

batas kepemilikan lahan minimal yang identik dengan kemiskinan menjadi berubah. Pola

perkebunan tebu yang membutuhkan modal lebih besar dibandingkan padi menyebabkan

petani menjadi tidak merdeka dalam mengusahakan lahannya. Pola hubungan antara

petani dan pabrik gula cenderung lebih menggambarkan eksploitasi petani sehingga

semakin memarjinalkan petani.

(35)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang

menggunakan kuisioner dan hanya berkisar pada ruang lingkup seperti ciri-ciri

demografis masyarakat, lingkungan sosial mereka, aktivitas mereka, pendapat dan sikap

mereka ( Bungin, 2005 : 44-45 ). Selain itu, penelitian survei merupakan penelitian yang

menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian atau penelitian yang mengambil

sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data

yang pokok ( Prasetyo, 2006 : 48 ).

3.2. Lokasi penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah desa Beringin Kecamatan

Beringin Kabupaten Deli serdang Propinsi Sumatera Utara. Desa Beringin adalah salah

satu dari 11 Desa yang ada di Kecamatan Beringin yang terdiri dari 8 Dusun. Alasan

pemilihan lokasi penelitian ini adalah peneliti pernah melakukan penelitian sebelumnya

di tempat ini. Selain itu desa ini adalah salah satu wilayah yang terkena dampak

pembangunan bandar udara Kuala Namu dan di desa ini pulalah banyak masyarakat

petani yang beralih pekerjaan ke sektor informal lain akibat kehilangan lahan pertanian

(36)

3.3. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala- gejala atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber

data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 2003: 141).

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh masyarakat yang bermukim

di sekitar areal pembangunan bandara Kuala Namu, tetapi karenan populasi itu sendiri

belum jelas maka perlu dibuat target populasi, dimana target populasi itulah yang dipakai

darimana sampel akan diambil. Batas-batas kriteria yang relevan untuk mendefenisikan

target populasi sangat penting untuk mengumpulkan orang sesuai target populasi dan

mengeluarkannya bagi yang tidak sesuai, peneliti menarik populasi berdasarkan jumlah

KK (kepala keluarga).

Tabel I

Jumlah dan Jenis Pekerjaan / Populasi

Dusun Petani Nelayan Pedagang Buruh Mocok2 Total

Cempaka 230 45 16 93 22 406

Budiman 210 73 16 185 72 556

Damai 209 70 35 117 71 502

Sepakat 217 53 19 80 25 394

Mawar 213 173 12 45 52 495

Delima 205 70 19 170 87 551

Mesjid 138 51 8 114 13 324

Melati 58 15 19 46 28 164

Total 1480 550 144 850 370 3392

(37)

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya

dalam suatu penelitian (Nawawi,1991:141). Pengambilan sampel dimaksud adalah untuk

mewakili seluruh populasi. Sampel merupakan wakil semua unit strata dan sebagainnya

yang ada di dalam populasi. Untuk mencapai pada generalisasi yang baik perlu

diperhatikan cara penarikan sampelnya, agar sampel betul-betul dapat mewakili populasi

serta berbobot dan dapat dipertanggung jawabkan atau dengan kata lain peluang

terdapatnya suatu ciri atau sifat khusus pada sampel sama dengan munculnya ciri yang

sama dalam populasi. Dalam proses pengambilan sampel harus diperhatikan beberapa hal

agar sampel betul-betul dapat diandalkan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan antara

lain:

1. Memilih populasi.

Suatu populasi yang baik inilah yang mencakup rancangan eksplisit semua

elemen yang terlibat biasanya meliputi elemen, unit sampling, keluasan skop dan waktu.

2. Memilih unit-unit sampling.

Unit-unit sampling adalah unit analisis dari mana sampel diambil atau berasal.

Karena kompleksitas penelitian dan banyaknya desain sampel, maka pemilihan unit-unit

sampel harus dilakukan dengan seksama.

3. Memilih kerangka sampling.

Pemilihan kerangka sampling merupakan tahap yang penting karena jika

kerangka sampling yang dipilih secara tidak memadai mewakili populasi maka

generalisaisi hasil penelitian meragukan. Kerangka sampling dapat berupa daftar nama

populasi.

(38)

Desain sampel merupakan tipe metode atau pendekatan yang digunakan untuk

memilih unit-unit analisis studi yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian.

5. Memilih ukuran sampel.

Ukuran sampel tergantung beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu:

- Homogenitas unit-unit sampel, yaitu semakin mirip unit-unit sampel maka semakin

kecil sampel yang dibutuhkan untuk memperkirakan parameter populasi

- Kepercayaan, yakni mengacu pada suatu tingkatan tertentu dimana peneliti ingin

merasa yakin bahwa yang bersangkutan memperkirakan secara nyata parameter

populasi yang benar

- Presisi, yakni mengacu pada ukuran kesalahan standar estimasi, untuk mendapatkan

presisi yang besar dibutuhkan ukuran sampel yang besar pula.

- Kekuatan statistik, yaitu kemampuan mendeteksi perbedaan dalam situasi pengujian

hipotesis. Untuk mendapatkan kekuatan yang tinggi, peneliti memerlukan sampel

yang besar.

- Prosedur analisis: tipe prosedur analisis yang dipilih untuk analisis data dapat juga

mempengaruhi seleksi ukuran sampel.

- Biaya, waktu dan personil, pemilihan ukuran sampel juga harus mempertimbangkan

biaya, waktu dan personil.

6. Memilih rancangan sampling.

Rancangan sampling menentukan prosedur operasional dan metode untuk

mendapatkan sampel yang dinginkan. Jika dirancang dengan baik, rancangan sampling

(39)

Adapun tehnik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan cara pengambilan sampel cluster. Sampel cluster digunakan peneliti karena di

dalam populasi terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai ciri-ciri tersendiri.

Namun demikian, pengambilan kelompok tetap dilakukan secara acak dengan random

sederhana. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil 5% dari populasi dari

setiap kelompok.

Tabel II

Sampel Cluster ( 5 % )

Jenis Pekerjaan Jumlah

Petani/buruh tani 48

Nelayan 11 Mocok-mocok 16

Pedagang 16

Buruh bangunan 21

Total 112 3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

3.4.1.Kuesioner

Kuesioner adalah pengumpulan data dengan menyebarkan pertanyaan dalam

bentuk angket kepada responden untuk memperoleh data sesuai dengan permasalahan

penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Kuesioner yang ditujukan

kepada masyarakat yang berdomisili di sekitar pembangunan bandara yang terdiri dari

delapan dusun Kuesioner yang dibagikan dalam penelitian ini adalah kuesioner bersifat

(40)

3.4.2. Studi kepustakaan (Library research)

Teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti

dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah atau surat kabar dan bentuk tulisan

lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti.

3.4.3. Dokumenter

Dokumenter yaitu data yang diperoleh dari suatu dokumentasi. Dalam penelitian ini

peneliti memerlukan dokumen desa beringin yang merupakan salah satu bentuk dari

metode dokumenter ini.

3.5. ANALISIS DATA

Data yang telah diperoleh dari lapangan akan dianalisis dengan tahapan- tahapan

sebagai berikut:

3.5.1. Editing Data

Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi,

keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses ini

menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan

menciptakan masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa data.

Dengan adanya klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tersebut tidak

mengganggu proses analisis sehingga dapat menimbulkan bias penafsiran hasil analisis.

Keterbacaan berkaitan dengan apakah data yang sudah terkumpul secara logis dapat

(41)

keajengan jenis data berkaitan dengan skala pengukuran yang akan digunakan

kelengkapan mengacu pada terkumpulnya data secara lengkap sehingga dapat digunakan

untuk menjawab masalah-masalah yang sudah dirumuskan dalam penelitian.

1. Pengembangan Variabel

Pengembangan variabel adalah spesifikasi semua variabel yang diperlukan oleh

peneliti yang tercakup dalam data yang sudah terkumpul atau dengan kata lain apakah

semua variabel yang diperlukan sudah termasuk dalam data.

2. Pengkodean

Pemberian kode pada data dimaksudkan untuk menterjemahkan data ke dalam

kode dan diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat analisis. Pengkodean

dalam penelitian ini menggunakan cara yaitu pengkodean frekuensi. Pengkodean

frekuensi digunakan apabila jawaban pada poin tertentu memiliki bobot atau arti

frekuensi.

3. Cek Kesalahan

Peneliti melakukan pemeriksaan ulang, apakah terdapat kesalahan pada data

sebelum dianalisis dan melihat apakah langkah-langkah yang sebelumnya sudah selesai

tanpa kesalahan yang serius.

4. Membuat Struktur Data

Peneliti membuat struktur data yang mencakup semua data yang dibutuhkan

untuk analisis kemudian diperiksa. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah penggunaan

data sudah dilakukan secara konsisten, apakah terdapat data yang hilang ataupun rusak,

(42)

dianalisa, data kemudian dimasukkan dalam tabel-tabel yang telah ditentukan dan

mengatur angka-angka serta menghitungnya

Analisi data pada penelitian ini adalah menggunakan Teknik Distribusi Frekuensi.

Perhitingan data dengan distribusi frekuensi ini dapat dilakukan dengan menghitung

frekuensi data tersebut kemudian dipersentasekan. Penyajian dapat berbentuk tabel,

grafik, perhitungan rata-rata dan standar deviasi (Bungin Burhan, 2004: 171).

Frekuensi tersebut juga dapat dilihat penyebaran persentasenya yang oleh

kebanyakan orang dikenal dengan frekuensi relatif. Untuk menghitung sebaran persentase

dari frekuensi tersebut,dapat menggunakan rumus :

N = fx X 100 %

N

Keterangan :

N = Jumlah Kejadian

(43)

BAB IV

HASIL ANALISIS PENELITIAN

4.1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Profil Desa

Desa Beringin adalah salah satu dari 11 Desa yang ada di Kecamatan Beringin

yang terdiri dari 8 Dusun, 19 RW, 35 RT dan 129 Dasa Wisma. Pada awal tahun 2009

jumlah penduduk desa Beringin adalah 6.922 yang terhimpun dalam 1.477 Kepala

Keluarga (KK) dan pada akhir tahun 2009 berjumlah 6.951 jiwa yang tergabung dalam

1.517 Kepala Keluarga (KK).

Pada tahun anggaran 2007 Desa Beringin telah ditetapkan sebagai Desa terbaik

tingkat Kecamatan Beringin sesuai Surat Keputusan Camat Beringin Nomor : 414.1/168

tanggal : 16 Maret 2007.

Jarak Desa Beringin ke :

Ibukota Kecamatan : 1 km

Ibukota Kabupaten : 7 km

Ibukota Provinsi : 37 km

Wilayah Desa Beringin berada pada ketinggian 0 – 8 meter dari permukaan air

Laut. Dan suhu udara rata-rata adalah antara 23 s/d 32 derajat Celcius.

Pemerintah Desa Beringin beserta seluruh lapisan masyarakat juga telah

melaksanakan pembangunan disegala bidang secara swadaya, sejak tahun 2006 hingga

(44)

a. Rehabilitasi Mushola Nur Ikhlas Dusun Delima berbiaya Rp.

16.500.000,- telah selesai dikerjakan pada bulan Oktober 2006 dengan

Dana dari Masyarakat dan sumbangan pihak ketiga yang tidak

mengikat.

b. Pembuatan Menara Mesjid Jami’ berbiaya Rp 48.000.000 yang

dimulai awal tahun 2006 dan telah selesai pada bulan Februari 2007

dengan Dana Swadaya masyarakat dan sumbangan pihak ketiga yang

tidak mengikat.

c. Membentuk Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan dan telah

merehab tiga Lokal Gedung Sekolah Dasar 106829 pada tahun 2006

dan sekarang telah membentuk panitia Rehabilitasi Gedung Sekolah

Dasar 105353 yang Beringin saat ini kondisinya sangat parah.

d. Melebarkan jalan-jalan Dusun dari 4 s/d 5 meter menjadi 5 s/d 6 meter

dan dari 6 dari 8 Dusun (± 7 km ) telah selesai kaminm kerjakan dan

melebarkan jalan setapak menjadi 3 meter dengan panjang ± 6 meter.

e. Membuat plat Beton ukuran 2 M X 6 M di Dusun Cempaka Timur dan

plat Beton ukuran 1,5 M X 5 M di Dusun Budiman dikerjakan secara

bergotong royong dan telah selesai pada 11 Maret 2007.

f. Melening paret jalan Dusun Cempaka sepanjang 100 meter dan telah

siap dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2007.

g. Sedang merehab Mushola Dusun Damai berbiaya Rp 19.000.000 dan

dikerjakan secara bergotong royong dan saat ini telah selesai

(45)

h. Sedang merehab Mushola Dusun Cempaka Timur dan perkembangan

pekerjaan baru mencapai 40 %.

i.

.1.2. Letak Geografis Desa Beringin

Luas Desa Beringin lebih kurang 430 Ha sebelum adanya proyek pembangunan

bandara Kuala Namu, namun saat ini luasnya telah menjadi 310 Ha setelah adanya

proyek pembangunan bandara Kuala Namu, dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ramunia II

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karang Anyar

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sidoarjo Ramunia

- Sebelah Barat berbatasan dengan Proyek Bandara Kuala Namu

Desa Beringin terdiri dari 8 Dusun pada saat ini, yaitu :

1. Dusun Cempaka

2. Dusun Budiman

3. Dusun Damai

4. Dusun Sepakat

5. Dusun Mawar

6. Dusun Delima

7. Dusun Mesjid

8. Dusun Melati

Adapun beberapa dusun yang sebelum pembangunan bandara Kuala Namu masih

eksis adalah Dusun Lestari, Dusun Kamboja dan Dusun Rumbia. Sebagai catatan dusun

(46)

tersebut. Maka praktis, 120 Ha dari luas keseluruhan Desa Beringin yang terdiri dari 4

dusun telah hilang setelah proyek pembangunan bandara berlangsung.

4.1.3. Potensi Wilayah Desa Beringin 4.1.3.1. Data Umum

Sumber : Data Penelitian Lapangan / Januari 2010

4.1.3.2. Pelayanan Umum

Tabel 4.2. Pelayanan umum

No Jenis Pelayanan Keterangan

1 Pemukiman Umum 102 Ha

Sumber : Data Penelitian Lapangan / Januari 2010

4.1.3.3. Pendidikan

Tabel 4.3. Pendidikan

No Jenis Pendidikan Keterangan

1 TK 1

2 SD/ Sederajat 1

3 SLTP / Sederajat 1

4 SMU / Sederajat 2

Sumber : Data Penelitian Lapangan / Januari 2010

(47)

4.2.1. Identitas Responden

4.2.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.4.

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Identitas Responden berdasarkan jenis kelamin Jumlah %

1 Laki-Laki 82 73,21

2 Perempuan 30 26,79

Total 112 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan / Januari 2010

Angket yang disebarkan kepada masyarakat Desa Beringin sebanyak 112. Dari

112 angket tersebut diisi oleh responden laki-laki sebanyak 82 orang atau 73,21%.

Sisanya sebesar 26,79% atau 30 orang adalah perempuan. Peneliti dalam memilih

responden tidak membaginya berdasarkan jenis kelamin. Hal ini terjadi akibat banyaknya

responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner lebih didominasi laki-laki. Selain itu,

peneliti menyadari sulitnya untuk mendapatkan responden perempuan disebabkan mereka

selalu berada dirumah dan segan untuk menerima peneliti bila tidak ada laki-laki dewasa

dirumah.

4.2.1.2. Identitas Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.5.

Data Responden Berdasarkan Usia

No Identitas responden berdasarkan usia Jumlah %

1 21-30 tahun 40 35,71

2 31-40 tahun 35 31,25

3 41-50 tahun 25 22,32

4 Lainnya 12 10,71

Total 112 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan / Januari 2010

Tabel 4.5 menunjukkan dari 112 kuisioner yang disebarkan pada masyarakat Desa

Beringin diperoleh data bahwa responden yang paling banyak adalah yang berusia 21-30

(48)

tahun sebanyak 22,32% (25 orang) dan lainnya atau diluar dari umur yang disebutkan

diatas sebanyak 10,71% (12 orang).

4.2.1.3. Identitas Responden Berdasarkan Agama Tabel 4.6.

Data Responden Berdasarkan Agama

No Identitas responden berdasarkan agama Jumlah %

1 Islam 82 73,21

2 Kristen 20 17,86

3 Buddha 10 8,93

Total 112 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan / Januari 2010

Data pada tabel 4.6. menunjukkan jumlah responden yang menganut agama Islam

sebanyak 73,21% (82 orang), Kristen sebanyak 17,86% (20 orang) serta Buddha

sebanyak 8,93% (10 orang) tetapi peneliti tidak menemukan responden yang menganut

agama Hindu. Pada data responden berdasarkan agama ini, peneliti tidak mengambilnya

berdasarkan jumlah populasi masyarakat berdasarkan agama walaupun benar di Desa

Beringin mayoritas penduduknya beragama Islam. Data pada Tabel 4.6. menunjukkan

bahwa responden yang menganut agama Hindu 0.00% tetapi bukan berarti di Desa

Beringin tersebut tidak ada masyarakat yang beragama tersebut.

4.2.1.4. Identitas Responden Berdasarkan Suku Bangsa Tabel 4.7.

Data Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No Identitas responden berdasarkan suku bangsa Jumlah %

1 Batak 8 7,14

2 Jawa 64 57,14

3 Melayu 19 16,96

4 Lain-lain 21 18,76

Total 112 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan / Januari 2010

Salah satu keunikan masyarakat Indonesia adalah keberagaman suku bangsa.

Gambar

Tabel I
Tabel II
Tabel 4.3. Pendidikan
Tabel 4.5. Data Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 88 orang mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi USU menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Literasi Digital

Metode Case Based Reasoning (CBR) yang diimplementasikan pada Sistem Pendukung Keputusan Konseling Siswa dapat memberikan solusi untuk masalah perilaku siswa,

A pub- lished dataset (McWilliam et al., 1993), obtained by destructive sampling of a fourth forest site, ‘Fazenda Embrapa’, which was similar in structure and close to the

Mengidentifk asi berbagai keuntungan dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi Keuntungan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi  Mengamati keuntungan

 Explain strategies for involving service customers effectively to increase satisfaction, quality,

report text and a descriptive text. Setelah mendapatkan jawaban awal dari peserta, maka kemudian fasilitator dapat melanjutkan dengan paparan materi yang ada, ataupun

In order for the sensor platform to be tracked, the position of the targets within the constellation on its upper surface had to be The International Archives of

Dengan dibuatnya animasi burung ini, diharapkan bagi pengguna yang belum mengetahui tentang bagaimana membuat anmasi dengan menggunakan Flash MX dapat memahami