• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Air di Kampus IPB Darmaga

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 36-41)

58

laboratorium kemudian diimplementasikan di lapangan. Optimasi laboratorium juga dilakukan untuk menentukan dosis optimum pemberian desinfektan (kaporit).

Hasil penelitian laboratorium yang telah dilakukan oleh Romli (2001) menunjukan bahwa alum memiliki kelemahan yaitu menurunkan pH dan sempitnya selang dosis untuk menyebabkan pengaruh sebaliknya. Pada penelitian ini juga teramati bahwa dosis > 30 mg/l menyebabkan peningkatan kekeruhan air hasil olahan. PAC tidak terlalu mempengaruhi pH air hasil olahan dan tidak ditemukan adanya efek balik pada tingkat pemakaian yang wajar. PAC tidak menurunkan alkalinitas air secara ekstensif, sehingga tidak diperlukan koreksi pH air setelah pengolahan. Selain hal tersebut PAC cepat membentuk flok sehingga pengendapan dapat berlangsung dengan cepat (waktu tinggal rendah).

4.8 Penggunaan Air di Kampus IPB Darmaga

Untuk mengetahui penggunaan air di Kampus IPB Darmaga telah dilakukan survey melalui kuesioner yang disebarkan kepada teknisi dan laboran yang mewakili fakultas yang ada di IPB Darmaga sebanyak 30 orang responden. Karakteristik responden dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Karakteristik responden tentang kebutuhan air di Kampus IPB Darmaga

No. Karakteristik Responden (N=30 orang) Jumlah Prosentase (%) 1 Umur

Kurang dari 30 tahun 5 16.66

Antara 31 - 40 tahun 17 56,67 Antara 41 - 50 tahun 8 26,67 2 Jenis Kelamin Pria 25 83.33 Wanita 5 16.67 3 Jabatan Laboran 12 40 Teknisi 18 60 4 Pendidikan SLTA/Sederajat 7 23.33 Diploma 15 50 Sarjana 8 26,67

59 40% 47% 13% Kebersihan Laboratorium Lainnya

Berdasarkan tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa umur responden masih sangat produktif, sekitar 27 - 50 tahun; tingkat pendidikannya cukup, terbanyak adalah diploma. Berikut ini disarikan hasil kuesioner untuk kebutuhan pengguna air di Kampus IPB.

Air yang digunakan untuk keperluan laboratorium sebagai pendingin alat (destilasi aqudest) seperti yang ditampilkan dalam (Gambar 32) mencapai 47%, digunakan sebagai keperluan kebersihan 40% dan lain-lain seperti penyiraman tanaman 13%.

Gambar 32 Fungsi pemakaian air di Kampus IPB Darmaga

Keperluan perhari rata-rata tiap laboratorium 500 liter, penggunaan saat jam kerja berlangsung.dari pagi sampai sore. Air dialirkan hanya pada saat jam kerja, setelah jam kerja berakhir air tidak dialirkan lagi. Kebutuhan air sehari-hari masih dirasakan kurang oleh pengguna air dapat dilihat dari (Gambar 33) 67% pengguna air mengatakan air tidak mencukupi dan 33% menyatakan air mencukupi. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh pipa-pipa yang bocor dan dengan semakin banyak penggunaan air membuat tidak mampu terpenuhi air pada menara Fahutan dan menara Fapet. Tempat penampung air sebelum dialirkan ke menara tidak mampu mengisi di waktu-waktu jam kerja karena ketidaksanggupan WTP Cihideung.

60 33% 67% Cukup Tidak Mecukupi

Gambar 33 Kecukupan kebutuhan air di Kampus IPB Darmaga

Ketidaksanggupan disebabkan oleh peralatan pengolahan yang semakin tua sehingga perlu ada penambahan WTP baru yang rencananya akan berproduksi di awal tahun 2010. WTP Cihideung yang penambahan baru ini akan berbeda dari segi pengolahan dengan memakai sistem membran seperti disajikan dalam Gambar 34.

61 90% 10% Tidak Mengalir Mengalir

Keunggulan sistem ini yaitu pemisahan dengan membran tidak membutuhkan zat kimia tambahan dan juga kebutuhan energinya sangat minimum. Membran dapat bertindak sebagai filter yang sangat spesifik. Hanya molekul-molekul dengan ukuran tertentu saja yang bisa melewati membran sedangkan sisanya akan tertahan di permukaan membran.

Pada bukan hari kerja ketersediaan air 10% hanya terdapat di beberapa unit kerja saja, 90 % air tidak mengalir seperti ditunjukkan pada Gambar 35. Air yang ada umumnya tidak dipakai untuk memasak, kalau dipakai untuk memasak disimpan terlebih dahulu di dalam tangki. Kualitas air yang tersedia menurut kasat mata dilihat masih belum baik, air masih berwarna keruh, sedikit yang mengatakan air terlihat cukup baik.

Gambar 35 Ketersediaan air pada hari libur di Kampus IPB Darmaga Beberapa laboratorium memerlukan air dengan perlakuan khusus seperti laboratorium embriologi Fakultas Kedokteran Hewan memfilter lagi air dengan 3 sistem yaitu alat sistem pemurnian air menggunakan riverse osmosis system (RIOS), tangki penampungan air (reservoir), dan sistem pemurni air Milli Q Academic. Air dengan perlakuan khusus digunakan oleh laboratorium apabila ada keperluan penelitian pada topik-topik tertentu.

Keluhan ketersediaan air di Kampus IPB Darmaga saat ini dirasakan pengguna air adalah air sering sekali tidak mengalir, dan diakui sudah semakin banyaknya pengguna air sehingga terkadang ada yang tidak mendapat air. Untuk kualitas air keluhan yang paling banyak adalah air sering terlihat keruh dan terlihat belum jernih.

62

Pengelolaan Air Bersih di Kampus IPB Darmaga

Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian. Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Indikator kualitas lingkungan yang secara langsung mempengaruhi kinerja pelayanan air bersih adalah pencemaran air permukaan dan pencemaran air tanah serta penurunan muka air tanah. Pencemaran air permukaan dan air tanah merupakan konsekuensi dari industrialisasi, urbanisasi, tidak adanya sistem sanitasi yang memadai, serta kurangnya usaha penegakan hukum untuk mengendalikan lingkungan.

Air yang tidak terhitung menunjukkan kurang efektinya distribusi air, baik dari aspek teknik maupun administrasi. Kehilangan air yang disebabkan oleh kebocoran menunjukkan kurang efektifnya program pemeliharaan, sementara tidak ada pengisian kartu kendali atau monitoring menunjukkan kurang efektifnya administrasi pelayanan kepada pengguna air.

Pendekatan sistem dapat diimplementasikan dalam pengelolaan air bersih untuk jangka panjang. Pendekatan sistem adalah metode sederhana yang dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan manajemen yang umumnya komplek. Pendekatan ini dapat menolong untuk memahami kompleksitas permasalahan dengan mengidentifikasi variable kritis dan hubungan sejumlah variable. Hal tersebut dapat membantu untuk memahami permasalahan secara lebih luas dan menyeluruh (Biwas, 1976 dalam Pramono).

Pengelolaan air bersih dengan memandang permasalahan dari seluruh aspek yang terkait. Aspek tersebut adalah aspek lingkungan fisik, teknologi, kelembagaan, keuangan, tingkat pelayanan, dan efisiensi pengelolaan.

Pemecahan masalah secara komprehensif membutuhkan pemahaman secara baik tentang faktor-faktor yang menyebabkan masalah dan hubungan antar setiap elemen. Oleh karena itu analisis dan formulasi permasalahan menjadi sebuah tahap penting sebelum berfikir sebuah strategi secara menyeluruh dalam memecahkan masalah.

63

Pandangan menyeluruh dalam pengelolaan air bersih

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 36-41)

Dokumen terkait