• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsumsi Minuman Beralkohol

2.2.4 Penggunaan Alkohol di Dalam Tubuh

Alkohol yang diabsorpsi dibawa melalui pembuluh darah ke dalam hati. Sel-sel hati mengandung enzim alkohol dehidrogenase dan mengoksidasi alkohol dalam jumlah yang cukup. Jumlah alkohol yang dioksidasi oleh hati sekaligus rata-rata sebanyak 15 gram etanol per jam tergantung pada ukuran tubuh, keadaan kesehatan, jarak waktu makan, kebiasaan umum, dan lain-lain. Apabila melebihi dari jumlah itu maka alkohol akan dikeluarkan dari hati dan masuk ke sirkulasi darah untuk dibawa ke bagian-bagian tubuh lain. Seseorang dikatakan mabuk bila di dalam darahnya mengandung lebih dari satu persen alkohol (Almatsier, 2010).

Alkohol jika dikonsumsi berlebihan menimbulkan efek seperti merasa lebih bebas berekspresi tanpa ada perasaan yang menghambat, menjadi lebih emosional seperti sedih, senang, dan marah secara berlebihan. Hal ini dapat berakibat pada fungsi fisik motorik yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, dan biasanya sampai tidak sadarkan diri. Seseorang dapat mengalami hambatan mental seperti gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya gangguan daya ingat. Pada kenyataannya mereka yang mengkonsumsi alkohol tidak mampu mengendalikan diri, oleh sebab itu banyak ditemukan kecelakaan mobil yang disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk (Birck, 2004).

2.2.4 Penggunaan Alkohol di Dalam Tubuh

Alkohol mempunyai pengaruh terhadap makhluk hidup terutama karena peranannya sebagai pelarut lipid. Kemampuan alkohol dalam melarutkan lipid yang terdapat dalam membran sel memungkinkannya dengan cepat masuk ke sel-sel dan menghancurkan struktur sel-sel tersebut, oleh karena itu alkohol dikategorikan

25

bersifat toksik atau racun (Almatsier, 2010). Sebuah hasil penelitian menemukan bahwa efek menguntungkan dari minum alkohol pada obesitas didapatkan ketika alkohol yang dikonsumsi dalam jumlah menengah secara teratur (Arif & Rohrer, 2005).

Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak dari mengkonsumsi alkohol terhadap tubuh salah satunya terhadap kejadian obesitas. Sebuah penelitian longitudinal menemukan bahwa frekuensi mengkonsumsi alkohol pada masa remaja sampai dewasa muda sangat kecil pengaruhnya terhadap kenaikan berat badan atau terjadinya obesitas abdominal (Pajari, 2010). Peneliti lainnya menemukan pada mereka yang sering melakukan pesta alkohol atau dikategorikan peminum berat dimana mengkonsumsi alkohol dengan frekuensi empat kali atau lebih per hari memiliki 30% kemungkinan lebih besar untuk terjadi kelebihan berat badan dan 46% lebih besar untuk mengalami obesitas, tetapi pada mereka yang mengkonsumsi alkohol satu atau dua kali per hari memiliki peluang yang lebih rendah mengalami obesitas. Pada mereka yang mengkonsumsi alkohol kurang dari lima kali per minggu memiliki 0,62 kali mengurangi kemungkinan obesitas dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi alkohol atau mantan peminum alkohol (Arif & Rohrer, 2005). 2.2.5 Tuak Sebagai Minuman Tradisional Beralkohol

Tuak termasuk minuman tradisional yang mengandung alkohol karena selama proses penyadapan terjadi proses fermentasi. Proses penyadapan tuak kurang memperhatikan kebersihan dan kerapatan penutup lumbung bambu yang digunakan pada saat penampungan sehingga terbentuk senyawa alkohol yang

26

mudah menguap. Jika proses fermentasi dibiarkan secara terus menerus berlangsung sampai beberapa hari akan menjadi asam cuka. Setelah penyadapan, jika tuak dibiarkan dalam batang bambu atau jerigen dalam waktu yang cukup lama akan mengalami proses fermentasi karena adanya kontaminasi oleh mikroorganisme khususnya khamir dan bakteri jenis Sarcchaonyces sp dan Acetobacter sp. Nira yang sudah mengalami proses fermentasi oleh mikroorganisme disebut dengan tuak (Lutony dalam Udayana, 2009).

Komposisi utama yang terdapat dalam tuak adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang sedikit. Karbohidrat yang terkandung dalam tuak berbentuk sukrosa yang mengakibatkan air nira terasa manis, tetapi kadang-kadang terasa asam. Komposisi yang terkandung dalam tuak tersebut memungkinkan tuak diolah lebih lanjut menjadi berbagai ragam produk baru seperti pemanis, minuman beralkohol, asam cuka, dan juga sebagai media yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme terutama bakteri dan khamir (Udayana, 2009).

Tuak wayah adalah sebutan untuk tuak yang sudah dicampur dengan sabut kelapa ke dalam penampangnya sehingga rasanya sedikit sepat karena sabut kelapa mengandung tanin yang larut di dalam tuak. Selain mengandung alkohol, di dalam tuak terdapat 0,07% tanin dan 0,66% asam asetat (Udayana, 2009). Tuak manis adalah sebutan untuk tuak yang langsung disajikan sebagai minuman setelah disadap tanpa dicampur dengan bahan lain. Zat-zat yang terkandung dalam tuak atau nira siwalan antara lain: gula 10,93 gram per 100 cc, protein 0,35 gram per 100 cc, gula reduksi 0,96 gram per 100 cc, nitrogen 0,056 per 100 cc, mineral

27

0,54 per 100 cc, fosfor 0,14 per 100 cc, besi 0,4 per 100 cc dan vitamin C 13,25 per 100 cc (Sholikhah, 2010). Penelitian lainnya menemukan komposisi nira dari pohon nipah adalah: air 86,30%, glukosa 12,23%, protein 0,21%, lemak 0,02% dan abu 0,43%. Dalam sehari peminum tuak mengkonsumsi gula 163,95 gram dan protein 5,25 gram dari 1,5 liter tuak dengan kalori yang dihasilkan sama dengan 676,8 kkal (Halim, 2008). Hasil uji analisis Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana menemukan kandungan alkohol 6,57% dan protein 0,1312% dalam 100 cc tuak (Udayana, 2009).

Glukosa yang masuk secara kontinyu ke dalam sel pada saat mengkonsumsi tuak apabila tidak segera dibutuhkan untuk energi akan disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi lemak. Glukosa disimpan dalam bentuk glikogen untuk menyuplai kebutuhan energi tubuh selama 12 sampai 24 jam. Saturasi glikogen akan terjadi apabila glikogen yang tersimpan dalam sel hati dan otot jumlahnya sangat banyak. Glukosa tambahan yang dihasilkan akan diubah menjadi lemak di sel hati dan sel lemak serta disimpan sebagai lemak di dalam jaringan adiposa (Aritonang, 2013).

Dahulu tuak bukan merupakan minuman yang dapat diperdagangkan tetapi hanya untuk diminum sendiri, tetapi sekarang ini perubahan terjadi dimana tuak sudah mulai diperdagangakan. Setelah melakukan pekerjaan di sawah maupun ladang pria dewasa berkumpul untuk melepaskan lelah sambil berbincang-bincang permasalahan adat, politik, keluarga, pertanian, dan masalah-masalah lainnya. Pada Saat ini dari pihak keluarga menyuguhkan tuak untuk dinikmati bersama.

Dokumen terkait