• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BAHASA LIO DAN BAHASA LAIN DALAM KONTEKS SOSIALBUDAYA MASYARAKATNYA

Dalam dokumen FUNGSI SOSIAL BUDAYA BAHASA LIO, FLORES. (Halaman 25-35)

5.1 Gambaran Singkat tentang Bahasa Lio

Sebelum membahas tentang fungsi bahasa Lio khususnya sosial budaya suku Lio, sedikit paparan tentang gambaran umum suku Lio, termasuk masyarakat, bahasa, dan budaya suku Lio.

Seperti yang disebutkan pada bab pendahuluan, bahasa Lio adalah salah satu bahasa daerah di Flores, Nusa Tengggara Timur dengan jumlah penutur lebih dari dua ratus ribu orang. Menyinggung sistem fonem bahasa Lio, bahasa Lio memiliki enam vokal yang menempati posisi tertentu dalam pembentukan kata, yaitu i, u, e, o, a, dan e (schwa). Adapun penempatan yang dimaksud adalah semua vokal berdistribusi lengkap, dapat muncul di awal, tengah, dan akhir, kecuali vokal e (schwa) yang dapat muncul di awal dan tengah saja (Mbete, 1992:23). Bahasa Lio memiliki dua puluh tiga konsonan yaitu p, t, k, b, bh, mb, d, dh, nd, g, gh, ng, n, q, l, r, m, n, j, h, f, s, dan semivokal w.

Selain paparan singkat tentang sistem fonologi, sistem morfologi juga dipaparkan dengan beberapa contoh yang diperoleh dari wawancara dengan informan sebagai data penelitian ini. Bahasa Lio memiliki afiks yang terbatas bahkan hanya dua prefiks dan dua sufiks yang dimiliki bahasa Lio yaitu ola- dan sa- untuk prefiks, lalu ada ke- dan se- untuk sufiks (Mbete, 1992:24). Dalam bahasa Lio ditemukan kata yang merupakan hasil dari pemajemukan seperti jujuena ‘sejenis nama ikan yang hidup di pasir’, dilihat dari kata pembentuk juju merupakan verba yang bermakna masuk ke

26

pasir, dan ena adalah nomina yang bermakna pasir, ketika digabungkan jujuena berarti ikan yang hidup di dalam pasir di laut dalam.

Demikian paparan singkat tentang sistem kebahasaan bahasa Lio, berikut paparan tetang masyarakat Lio. Mata pencaharian masyarakat Lio didominasi oleh petani yang mengandalkan ladang berpindah sebagai tempat mencari penghasilan. Mata pencaharian orang Lio ini berkaitan dengan adat orang Lio sehingga banyak juga ritual-ritual adat yang berkaitan dengan perladangan seperti ritual-ritual sebelum tanam, saat tanam, dan pasca tanam. Masyarakat Lio dapat disebut sebagai masyarakat Lio dan uniknya kepemilikan tanah di lingkungan hidup masyarakat Lio memiliki struktur dan masih ada sampai sekarang. Struktur kepemilikan tanah bukan hanya simbol pemilik tanah melainkan memiliki peranan yang sangat penting pada hal-hal yang berkaitan dengan ritual adat untuk perladangan seperti pemilihan waktu tanam yang diputuskan oleh pemimpin adat. Adapun struktur kepemilikan tanah tersebut yaitu ria bewa ‘penguasa

tertinggi tanah-tanah adat’ yang membawahi mosalaki-mosalaki ‘tuan tanah setempat’,

didukung staf yang disebut tukesani yang juga pemilik tanah, dan tingkat paling bawah yang merupakan anggota keluarga disebut Ajiana (Mbete, 1992:29).

Sedikit tentang kebudayaan masyarakat Lio dipaparkan melalui pesta adat tahunan tentang siklus pertanian tradisional yang dimaksudkan untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan panen selama setahun. Setiap wilayah Lio memiliki sebutan pesta tahunan yang berbeda misalnya di Lio Timur disebut mbana, di Lio Selatan disebut pesta Jokaju. Seperti yang telah disebutkan, pesta ini bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan panen selama setahun dan pelaksanaan pesta ini dengan memberikan makanan pada warga, termasuk peserta tari yang ikut memeriahkan pesta syukuran ini.

27

5.2 Ranah-Ranah Penggunaan Bahasa Lio dan Bahasa Lain

Pada bab ini dipaparkan data dan kajian atas angka-angka keangkaan yang merepresentasikan kekerapan pemakain bahasa Lio dan juga bahasa Indonesia serta bahssa-bahasa lain yang hidup dalam masyarakat Lio, di Kabupaten Ende. Paparan ini bermula dari ranah rumah tangga atau ranah keluarga. Ranah keluarga diuraikan lebih awal dengan dua pertimbangan teoretis dan empirik yang perlu diuraikan. Secara teoretis, ranah keluarga adalah ranah paling awal, perdana, dan utama dalam pembelajaran dan penggunaan bahasa. Secara empirik, ranah keluarga atau ranah rumahtangga adalah benteng utama keberadaan dan kehidupan, bahkan kelanjutan atau kelestarian bahasa Lio, seperti juga bahasa-bahasa lokal lainnya, di tengah perkembangan bahasa Indonesia, dan berdimensi sosial dengan bahasa-bahasa asing lainnya.

Ranah-ranah lainnya yang menyusuli ranah keluarga adalah ranah hubungan dalam komunikasi verbal. Seperti diuraikan di atas, bahasa yang digunakan selalu berdimensi sosial, apalagi penggunaan bahasa secara lisan. Relasi sosial sangat menentukan pilihan dan penggunaan bahasa atau ragam bahasa yang digunakan. Ranah dan variabel hubungan sosial secara umum dapat dipilah. Dalam konteks hubungan social ini, gejala sosial memilahnya, mulai dari mitra tutur yang tidak dikenal, dikenal, sangat dikenal, bahkan ada mitra tutur yang sangat akrab dan sangat intim. Dimensi ini jelas menentukan juga pilihan dan penggunaan bahasa, walau tetap memperhitungkan juga repertoar kebahasaan mitra tutur.

Ranah adat merupakan faktor yang sangat menentukan juga pilihan dan pemakaian bahasa Lio, bahasa lain, khususnya bahasa Indonesia. Patut diingat bahwa ranah adat istiadat dalam kehidupan masyarakat tradisional adalah pilar utama

28

kehidupan dan fungsi bahasa Lio. Telah disinggung di atas, bahwa bahasa Lio sudah lebih dahulu hidup dan berperan dalam kehidupan tradisional etnik Lio, bahkan sudah berabad-abad. Dibandingkan dengan bahasa Indonesia bahasa Lio telah lama menjadi bagian inti dari etnik Lio, menjadi elemen inti dari kebudayaan Lio, dan menjadi sarana komunikasi dan penyikat rasa keetnikan Orang Lio.

Ranah agama juga menempati tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat Lio. Sesungguhnya ranah agama termasuk pula ranah agama suku atau agama asli. Sebab sebelum masuknya agama Katolik dan Islam di Kabupaten Ende, termasuk di daerah pakai bahasa Lio, agama asli Orang Lio juga diwahanai oleh bahasa Lio dalam pelbagai kegiatan ritualnya. Dalam kehidupan agama Katolik, Konsili Vatika, yang menghimbau lembaga gereja untuk menerima dan menggunakan bahasa lokal, termasuk bahasa Lio, memberikan peluang untuk turut berfungsi dalam kehidupan sosial religius. Selain dalam agama Katolik, kegiatan agama Islam juga menggunakan bahasa Lio. Selain bahasa Lio, bahasa Indonesia, dan secara khusus bahasa Arab, juga menjadi pilihan yang fungsional.

Ranah emosi dan pikiran juga dikaji sebagai faktor penentu pilihan dan pemakaian bahasa. Ranah emosi tentu lebih bersifat subjektif sekaligus menjadi ciri ekspresi verbal para penutur bahasa Lio. Faktor ini juga menjadi ukuran tentang tingkat

“kedalaman” bahasa Lio, bahkan juga Indonesia, dan bahasa lain yang digunakan.

Ekspresi perasaan termasuk ekspresi seni berbahasa, sedangkan faktor pikiran lebih bersifat rasional dan objektif, khususnya dalam kaitan dengan penalaran dan pemikiran.

29

5.3 Frekuensi Penggunaan Bahasa dalam Ranah-Ranah Pemakaiannya

Pada subbab ini akan dipaparkan data dan pemakanaan data mengenai frekuensi penggunaan bahasa dalam ranah-ranah pemakaiannya. Adapun ranah-ranah yang dimaksud adalah ranah keluarga, ranah hubungan, ranah adat, dan ranah agama yang dijelaskan dengan tabel dan uraiannya seperti berikut.

Tabel 1 Ranah Keluarga

BL BI LI dan IL BLain dan BI Sesama anggota keluarga di rumah 75% 4 % 20% 1%

Sesama anggota keluarga di pasar, warung, tempat keramaian, rumah kerabat

49% 18% 33% Sesama anggota keluarga di tempat ibadah 39% 19% 42% Sesama anggota keluarga di tempat formal 15% 45% 40%

Keterangan:

BL : bahasa Lio BI : bahasa Indonesia

LI : bahasa Lio+bahasa Indonesia IL : bahasa Indonesia + bahasa Lio BLain : bahasa daerah lain

Tabel di atas menunjukkan bahasa Lio memiliki peranan penting dalam komunikasi di ranah keluarga. Persentase bahasa Lio paling tinggi dipilih responden saat berkomunikasi dengan sesama anggota keluarga baik di rumah, pasar, warung, tempat keramaian, dan rumah kerabat yang tergolong tempat informal maupun kantor yang termasuk tempat formal. Para responden merasa sangat akrab dengan mitra tuturnya jika berkomunikasi menggunakan bahasa Lio.

Adanya pilihan bahasa lain yang digunakan menunjukkan situasi, tempat, dan pelibat saat berinteraksi misalnya percakapan terjadi antar anggota keluarga bertempat di rumah, responden lebih memilih menggunakan bahasa Lio karena mereka merasa nyaman, akrab, dan lebih bebas mengekspresikan ide dan perasaannya menggunakan bahasa tersebut. Berbeda dengan percakapan antar anggota keluarga di tempat formal

30

(kantor) yang memilih menggunakan bahasa Indonesia karena para responden menyadari situasi formal di tempat tersebut. Selain itu, para responden juga mengatakan pesan yang ingin disampaikan lebih mudah dimengerti saat berbahasa Indonesia dengan orang luar di tempat formal. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa Lio memiliki peranan penting sebagai alat komunikasi bahkan yang utama tetapi pada situasi yang lebih formal dan asing para esponden memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Lio dan bahasa Indonesia.

Fenomena lain yang diketahui adalah adanya bahasa daerah lain yaitu bahasa Jawa yang digunakan pada ranah keluarga. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pendatang dari suku lain khususnya Jawa yang menetap di Flores Timur. Presentasenya tergolong kecil tetapi sudah dapat menunjukkan bahwa keberagaman bahasa mulai muncul di lingkungan guyub tutur Lio.

Pada ranah keluarga ditemukan juga fakta bahwa sarana utama dalam berkomunikasi antaranggota keluarga bukanlah hanya bahasa Lio, melainkan bahasa Lio dan bahasa Indonesia bahkan bahasa Indonesia saja saat membicarakan topik tertentu, dalam hal ini pendidikan. Hal tersebut ditunjukkan respon responden terhadap kuesioner yang diberikan, berikut tabel persentase dan uraiannya.

Tabel 2 Pemakaian Bahasa Lain dalam Ranah Keluarga

BL BI BL dan BI BLain dan BI Membicarakan pendidikan pada anak 25% 42% 33%

Pilihan bahasa pengajar mengajar

TK-SD 4% 51% 45% Pilihan bahasa pengajar mengajar di

tingkat SLTP ke atas 4% 87% 8% 1% Keterangan:

BL : bahasa Lio BI : bahasa Indonesia

LI : bahasa Lio+bahasa Indonesia IL : bahasa Indonesia + bahasa Lio

31

BLain : bahasa daerah lain

Tabel di atas menunjukkan persentase tinggi pada pilihan bahasa Indonesia (42%) diikuti dengan persentase bahasa Lio dan bahasa Indonesia (33%) saat membicarakan pendidikan dengan anak (anggota keluarga). Menurut responden pilihan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan anak tentang pendidikan adalah bahasa yang cocok karena responden sebagai orang tua ingin memperkenalkan bahasa Indonesia sehingga anak tidak kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah. Pernyataan tersebut didukung juga dengan persentase tabel di atas yang menunjukkan 51% pengajar mengajar di tingkat TK-SD dan 87% memilih bahasa Indonesia sebagai pengantar mengajar di tingkat SLTP ke atas. Selain itu, pengenalan bahasa Indonesia pada generasi muda juga penting untuk memudahkan komunikasi mereka saat berinteraksi dengan orang di luar Flores (bukan orang Lio).

Ranah Hubungan Sosial BL BI BL dan BI BLain dan BI

Berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal

19% 76% 5% Berkomunikasi dengan orang dikenal/akrab 49% 8% 33% Orang lebih tua dikenal 51% 13% 36% Orang lebih tua tidak dikenal/akrab 32% 57% 11% Keterangan:

BL : bahasa Lio BI : bahasa Indonesia

LI : bahasa Lio+bahasa Indonesia IL : bahasa Indonesia + bahasa Lio BLain : bahasa daerah lain

Tabel di atas menunjukkan penggunaan bahasa Indonesia hampir sebanding bahkan mengungguli bahasa Lio. Hal itu terjadi karena latar belakang kedekatan penutur dengan mitra tutur serta umur mitra tutur yang sangat penting dalam pemilihan bahasa pada ranah hubungan. Presentase sebesar 76% untuk bahasa Indonesia sebagai

32

pilihan penutur yang berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal, begitu juga presentase pilihan bahasa Indonesia oleh penutur saat berbicara dengan orang lebih tua dan tidak dikenal sebesar 57% menunjukkan bahwa kedekatan hubungan antara penutur dan mitra tutur sangat berpengaruh pada pilihan bahasa yang digunakan dalam ranah hubungan. Selaras dengan persentase pilihan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan tidak dikenal/akrab, persentase pilihan bahasa Lio 49% saat berkomunikasi dengan orang yang dikenal dan 51% saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan dikenal/akrab.

Adanya presentase yang cukup besar (33%) pada bahasa Lio dan bahasa Indonesia/bahasa Indonesia dan bahasa Lio digunakan untuk mitra tutur yang dikenal dan lebih tua usianya. Orang Lio sangat menghormati tetua mereka dan bahasa Lio dirasa mewakili rasa hormat tersebut selain juga rasa persaudaraan sehingga bahasa Lio dipilih sebagai sarana komunikasi dengan mitra tutur yang lebih tua dan dikenal, tetapi kehadiran bahasa Indonesia yang menyebabkan percampuran bahasa yang digunakan penutur disebabkan oleh keadaan penutur yang mengharuskan penutur merantau mengemban pendidikan atau bekerja sehingga bahasa Lio yang digunakan sudah bercampur dengan bahasa Indonesia.

1. Ranah Adat

BL BI BL dan BI BLain dan BI Membicarakan urusan pernikahan

(Wurumana)

86% 4 % 10% Membicarakan urusan ritual perladangan

(Nggua bapu)

92 % 2% 6% Saat menyelesaikan sengketa tanah

(perselisihan adat)

87% 5% 8% Upacara memohon restu (Pati Ka) 92% 6% 2% Keterangan:

BL : bahasa Lio BI : bahasa Indonesia

33

IL : bahasa Indonesia + bahasa Lio BLain : bahasa daerah lain

Menurut persentase tabel penggunaan bahasa pada ranah Adat menunjukkan bahwa persentase tertinggi dimiliki bahasa Lio. Guyub tutur Lio memilih menggunakan bahasa Lio saat melaksanakan ritual adat ataupun berkomunikasi dengan tokoh adat misalnya mosalaki ‘tuan tanah’ dan riabewa ‘kepala dari semua tuan tanah’. Secara

umum komunikasi pada ranah adat menggunakan bahasa Lio. Adapun situasi yang melibatkan penutur menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Lio dan bahasa Indonesia yaitu saat generasi muda berkomunikasi dengan tokoh adat berusia relatif muda.

2. Ranah Agama

BL BI BL dan BI BA BA dan BI Saat berdoa sendiri 9% 43% 19% 1 28% Saat berdoa bersama di tempat

ibadah 2% 46% 23% 1 28% Saat melaksanakan kegiatan

keagamaan 5% 44% 22% 29% Keterangan:

BL : bahasa Lio BI : bahasa Indonesia

LI : bahasa Lio+bahasa Indonesia IL : bahasa Indonesia + bahasa Lio BLain : bahasa daerah lain

BA : bahasa Arab

BA dan BI : bahasa Arab dan bahasa Indonesia

Tabel di atas menunjukkan hal yang berbeda dengan ranah adat dalam pemilihan bahasa. Seperti yang dipaparkan bahasa Lio menjadi sarana utama untuk berkomunikasi pada ranah adat, tetapi pada ranah agama responden memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa utama untuk berkomunikasi dengan presentase 43% - 46%. Para responden yang memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa utama saat berdoa adalah para responden

34

yang beragama Katolik karena doa-doa mereka lebih dominan berbahasa Indonesia, sedangkan responden sebanyak 28% - 29% yang memilih bahasa Arab merupakan responden beragama islam karena doa-doa mereka menggunakan bahasa Arab. Pilihan bahasa pada ranah agama ini tidak berhubungan dengan pilihan bahasa mereka ketika berkomunikasi sekadar saling tegur sapa atau membicarakan kehidupan sehari-hari dengan orang Lio lainnya. Itu berarti orang Lio tetap menggunakan bahasa Lio sebagai sarana utama dengan orang Lio lainnya tetapi orang Lio memilih bahasa Indonesia dan bahasa Arab sebagai sarana komunikasi utama pada ranah agama saja.

3. Ranah Emosi dan Pikiran

BL BI BL dan BI Untuk mengungkapkan perasaan Anda (senang, sedih,

kesal, marah, susah) 73% 7% 20% Untuk menyatakan ide atau buah pikiran Anda ketika

berbicara tentang adat istiadat Lio, misalkan tentang urusan pernikahan (Wurumana)

81% 9% 10%

Untuk menyatakan ide atau buah pikiran Anda tentang

perladangan dan upacara (nggua bapu) 77% 8% 17% saat marah dan mencaci maki orang lain (Noka-woro),

bahasa apa yang digunakan 76% 4% 20% bertukar pikiran tentang masalah keluarga, kesulitan

ekonomi dengan istri/suami/saudara Anda 78% 6% 14%

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa persentase pilihan bahasa Lio paling tinggi (73% - 81%) pada setiap pertanyaan pada kuesioner yang berkaitan dengan penyampaian emosi dan pikiran secara verbal. Orang Lio lebih memilih bahasa Lio untuk mengungkapkan perasaannya seperti marah, susah, sedih, senang, kesal, dan mengajukan ide/buah pikirannya terlebih berkaitan dengan adat karena bahasa Lio dapat mewakili apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Bahasa daerah, bahasa Lio khususnya, memiliki makna dan rasa yang dalam, dekat, menyatu dengan orang Lio sehingga pengungkapan perasaan dan pikiran orang Lio tidak pas jika diungkapkan dengan bahasa lain selain bahasa Lio.

35 BAB VI

Dalam dokumen FUNGSI SOSIAL BUDAYA BAHASA LIO, FLORES. (Halaman 25-35)

Dokumen terkait