• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemakaian mesin produksi menjadi sangat penting ketika kebutuhan akan produk semakin banyak dan kompleks. Untuk memperoleh kebutuhan produk, maka perlu penyesuaian antara mesin produksi dan komponen-komponen penyusunnya. Ini diharapkan untuk memberi efektifitas dan efisiensi mesin tersebut.

Pemilihan bahan dan spesifikasinya akan mempengaruhi kinerja dari alat yang dirancang. Bahan-bahan teknik yang dipilih harus memenuhi persyaratan yang diinginkan yaitu kokoh dan mampu mendukung kinerja mesin, dan juga mudah diperoleh sebagai upaya berkesinambungannya bahan baku apabila ada usaha untuk memproduksi mesin dalam jumlah besar. Pemilihan bahan yang murah dan berkualitas juga sangat mempengaruhi biaya produksi mesin.

Pertimbangan ini diambil sebagai upaya untuk memberi unjuk kerja yang baik terhadap mesin produksi. Alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan yang menghasilkan pupuk organik yang berbentuk padat dapat memudahkan dalam penggunaan serta penyimpanan dan memiliki daya tarik tersendiri bagi penggunanya.

Rancang bangun alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan memiliki kesulitan dalam masalah pengeluaran hasil cetakan yang dilakukan tidak seragam. Sehingga pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan perlu penambahan engkol yang berfungsi untuk mempermudah pengeluaran hasil cetakan.

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendisain pengeluaran hasil cetakan pada alat pencetak, maka dari penelitian ini di dapat bahwa hasil cetakan yang dikeluarkan seragam serta hasil cetakan yang didapat lebih banyak dibandingkan dengan alat pencetak kompos yang telah diteliti Hasibuan (2009). Dengan ditambahnya engkol

pada alat pencetak kompos yang berfungsi untuk mengatur naik turunya cetakan maka pengeluaran hasil cetakan sesuai dengan yang diharapkan, selain itu kapasitas alat menjadi lebih besar.

Penggunaan engkol ini dapat mempermudah pengeluaran hasil cetakan serta sangat mudah dalam penggunaannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjosentoso (2000) engkol merupakan bahan yang dibuat dari besi berbentuk dasar silinder, engkol memiliki pemutar terdiri dari dua bagian yang dipasang di kedua ujung poros pemutar. Kapasitas Efektif Alat

Besarnya kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan membagikan berat kompos dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos tersebut. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa kapasitas efektif alat pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan adalah sebesar 13,02 kg (Lampiran 1).

Proses pencetakan yang dilakukan dengan menggunakan alat ini dapat menurunkan kadar air dan meningkatkan massa jenisnya, karena terjadi penekanan yang menyebabkan volume dari campuran bahan akan mengecil. Selain itu, air yang berlebih dapat keluar melalui celah yang terdapat pada tuas pengungkit sehingga pemakaian pupuk dapat berkurang hal ini sesuai dengan pernyataan Musnamar (2008) pupuk berbentuk padat ini merupakan pupuk organik konsentrat dalam kondisi kering serta pemakaiannya pun lebih rendah daripada pemakaian pupuk organik serbuk atau konvensional.

Proses pengeluaran juga sangat mempengaruhi kapasitas efektif alat oleh karena itu dengan penambahan engkol yang dapat membuat hasil cetakan keluar seragam sehingga waktu yang dibutuhkan tidak terlalu dalam pengerjaannya serta meningkatkan kapasitas alat dan mencegah terjadinya kemacetan pada tuas pengungkit.

Kapasitas alat dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan ketebalan kompos yang akan dibentuk dan pengeluaran hasil cetakan yang seragam sehingga dapat mempercepat dalam pengerjaannya serta dapat menghasilkan kompos yang lebih banyak.

Persentase Kerusakan Hasil

Persentase kerusakan hasil diperoleh dengan membandingkan antara bahan yang masuk dengan berat isian kompos awal yang dinyatakan dalam persen. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa persentase kerusakan hasil adalah sebesar 19,86 % (Lampiran 1).

Dalam penelitian ini kompos hasil cetakan yang dikatakan rusak dikategorikan dalam dua bentuk yaitu kompos yang terbentuk sempurna namun patah pada salah satu ujungnya dan kompos yang hancur atau kompos yang tidak terbentuk secara sempurna. Hal ini diduga karena kurangnya isian kompos pada saat pengisian di plat cetakan, terlalu banyaknya campuran air pada adonan yang dimasukkan, pada saat pengambilan hasil cetakan sering terjadi kelengketan pada plat cetakan sehingga sulit untuk diambil, selain itu kurang bersihnya permukaan plat penekan dan plat cetakan pada proses sebelumnya juga dapat mempengaruhi hasil cetakan.

Pupuk kompos yang dicetak menggunakan alat ini memiliki kelebihan antaranya lebih lambat dalam melepaskan unsur hara daripada pupuk kompos yang berbentuk serbuk yang umumnya ada di pasaran sehingga hal ini menguntungkan petani ataupun konsumen yang menggunakannya karena dapat menekan biaya untuk tenaga kerja dan frekuensi pemupukan.

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Dari analisis biaya (Lampiran 2), diperoleh biaya pencetakan kompos dengan variasi bentuk sebesar Rp. 413,19/kg, yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan. Untuk biaya tetap sebesar Rp. 542.464,28 dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 5.014,99 maka biaya pencetakan kompos dapat dihitung berdasarkan persamaan 9, sebagai berikut : Biaya Pokok =

BTT C

x

BT

+

=

Rp jam jam kg

jam .5.014,98 0,076 /

/

1495

28

,

464

.

542





+

= Rp. 413,19/kg.

Berdasarkan nilai di atas dapat diketahui bahwa biaya pokok yang harus dikeluarkan untuk mencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan sebanyak 1 kg adalah sebesar Rp. 413,19/kg. Dengan biaya pencetakan sebesar Rp. 413,19/kg dan kapasitas 13,02 kg/jam, maka untuk mencetak kompos sebanyak 1 karung seberat 50 kg membutuhkan waktu selama 3,84 jam atau sekitar 4 jam 24 menit dengan biaya pencetakan sebesar Rp. 20.435,5. Pencetakan yang cukup besar dapat mempengaruhi

masa simpan dan masa pakai pupuk kompos yang menjadi lebih tahan lama sehingga dapat dijadikan alternatif bagi para petani untuk mengganti penggunaan pupuk anorganik yang harganya jauh lebih mahal dan dapat mempermudahkan dalam penggunaannya.

Break Event Point

Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan. Maka dari itulah penulis menghitung analisa titik impas dari alat ini untuk mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan alat ini agar mencapai titik impas.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan (Lampiran 3), alat ini akan mencapai nilai break event point pada nilai 92,68 kg hal ini berarti alat ini akan mencapai keadaan titik impas apabila telah mencetak kompos sebanyak 92,68 kg.

Net Present Value

Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa finansial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat diketahui besarnya nilai NPV 16% dari alat ini adalah sebesar Rp. 5.394.556,75 dan NPV 20% dari alat ini adalah sebesar Rp. 4.575.896,48. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainnya lebih besar ataupun sama dengan nol.

Internal Rate Of Return

Dalam menginvestasikan sampai dimana kelayakn usaha itu dapat dilaksanakan. Maka hasil di dapat dari perhitungan ini adalah sebesar 42,35%.

Dokumen terkait