• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Bentuk Pengeluaran Hasil Cetakan Pada Alat Pencetak Kompos.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Desain Bentuk Pengeluaran Hasil Cetakan Pada Alat Pencetak Kompos."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN BENTUK PENGELUARAN HASIL CETAKAN PADA ALAT

PENCETAK KOMPOS

SKRIPSI

Oleh :

MAWADDAH APIFUDDIN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

DESAIN BENTUK PENGELUARAN HASIL CETAKAN PADA ALAT

PENCETAK KOMOS

SKRIPSI

Oleh:

MAWADDAH APIFUDDIN

050308006/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Desain Bentuk Pengeluaran Hasil Cetakan Pada Alat Pencetak Kompos Nama : Mawaddah Apifuddin

NIM : 050308006

Program Studi : Teknik Pertanian

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Mengetahui,

Tanggal Lulus:

Taufik Rizaldi, STP, MP

Ketua

Ir. Saipul Bahri Daulay. M.Si

Anggota

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si

(4)

ABSTRACT

Due to the increase of anorganic fertilizer price and its scarcity in the market, the usage of organic fertilizer such as compost, increase. But the organic fertilizer has some disadvantages such as low storageability and in the form of powder which is less attractive. The aim of this research was to make hydraulic compost’s molder in several variation form with the addition of crank to increase the efficiency of the the output. The molder could make the compost more attractive and had longer storageability but with the same quality.

Key words: Compost, compost molder, hydraulic compost molder, long-storageability compost.

ABSTRAK

Meningkatnya harga pupuk anorganik dan kelangkaan di pasaran membuat penggunaan pupuk organik berupa kompos menjadi semakin besar. Namun pupuk organik tersebut memiliki kelemahan yakni daya simpan yang kurang lama dan bentuknya yang kurang menarik berupa serbuk. Penelitiaan ini bertujuan untuk merancang suatu alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan dengan penambahan engkol dimana hasil rancangan ini degunakan untuk meningkatkhan efesiensi pengeluaran alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan. Hasil cetakan kompos tidak mengalami perubahan kualitas namun memiliki masa simpan dan daya tarik bagi penggunanya.

Katakunci : kompos, alat pencetak kompos, pencetak sistem hidrolik, engkol, kompos tahan lama

(5)

RINGKASAN PENELITIAN

Mawaddah A “Disain Bentuk Pengeluaran Hasil Cetakan pada Alat Pencetak Kompos”, dibimbing oleh Bapak Taufik Rizaldi sebagai ketua dan Bapak Saipul Bahri Daulay sebagai anggota Pembibing.

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat pencetak kompos sistem dongkrak ini. Kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pencetak kompos sistem dongkrak. Berdasarkan pada hasil pengamatan tersebut, maka alat ini dirancang kemudian dilakukan pengujian parameter dan dianalisis.

Pengamatan dan pengambilan data meliputi, kapasitas efektif alat (kg/jam), persentase kerusakan hasil (%), analisa ekonomi, menghitung break event point dan analisa kelayakan usaha dengan menghitung nilai net present value biaya pencetakan kompos (Rp/kg). Dari hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat diperoleh dengan melakukan pencetakan kompos sebanyak tiga kali ulangan, kemudian dihitung kapasitas cetak rata-rata kompos. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa kapasitas efektif rata-rata alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakanadalah 13,02 kg/jam.

(6)

Persentase Kerusakan Hasil

Persentase kerusakan hasil diperoleh dengan membandingkan antara bahan yang masuk dengan berat isian kompos awal yang dinyatakan dalam persen. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa persentase kerusakan hasil adalah sebesar 19,86 %.

Biaya Pencetakan Kompos

Biaya pencetakan kompos diperoleh dengan menghitung biaya produksi (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Dari hasil penelitian diperoleh biaya pancetakan kompos sebesar Rp. 413,19/kg.

Break Event Point

Alat ini akan mencapai nilai break event point pada nilai 92,68 Kg. Hal ini berarti alat ini akan mencapai keadaan titik impas apabila telah mencetak kompos sebanyak 92,68 Kg.

Net Present Value

Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa finansial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat diketahui besarnya nilai NPV dari alat ini adalah sebesar Rp. 5.394.556.75. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Mawaddah A, dilahirkan di Bebesen, Takengon pada tanggal 28 Januari 1988 dari Ayah Afipuddin S.pd dan Ibu Aminah. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari MAN 1 takengon dan pada tahun 2005 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur panduan minat dan prestasi (PMP-USU). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota koordinator bidang akademik Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) dan pernah mengikuti kegiatan organisasi ATM sebagai anggota. Pada tanggal 16 Juli sampai dengan 15 Agustus 2008, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di pabrik pengolahan kopi CV. Prima Harapan yang beralamat di Jalan Kongsi Nomor 278 A, Mariendal, Medan.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Adapun Skripsi yang dilakukan penulis ini berjudul “Disain Bentuk Pengeluaran Hasil Cetakan Pada Alat Pencetak Kompos“ yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di fakultas pertanian universitas sumatera utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Taufik Rizaldi, STP, MP selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada temen-temen yang telah banyak membantu baik moril maupun material.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2009

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... ii

RINGKASAN PENELITIAN... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Sampah .. ... 5

Pupuk dan Pemupukan... 6

Kompos .. ... 8

Kelebihan Kompos ... 9

Dongkrak dan prinsip kerjanya ... 10

Tekanan . ... 11

Pegas ... 12

Engkol ... 13

Analisa Ekonomi dan Analisa Kelayakan Usaha ... 13

(10)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Metode Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Prosedur Pembuatan Alat... 18

Prosedur Perakitan Alat ... 19

Prosedur Penelitian ... 20

Parameter yang Diamati ... 21

Kapasitas Efektif Alat ... 21

Persentase Kerusakan Hasil ... 21

Analisis Ekonomi ... 22

Biaya tetap ... 22

Biaya tidak tetap ... 23

Break Event Point ... 24

Net Present Value ... 24

Internal Rate Of Return ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 26

Kapasitas Efektif Alat ... . 27

Persentase Kerusakan Hasil ... . 28

Analisa Ekonomi ... . 29

Break Event Point ... . 30

Net Present Value ... . 31

(11)

KESIMPULAN DAN SARAN ... . 32

Kesimpulan ... . 32

Saran ... . 33

DAFTAR PUSTAKA ... . 34

(12)

DAFTAR TABEL

Hal

1.

Data penelitian ... 36

2.

Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak kompos dengan variasi

bentuk cetakan ... 49

3.

Tingkat suku bunga dengan hubungan P/F ... 51

(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1.

Tampak atas ... 52

2.

Tampak samping ... 52

3.

Tampak belakang ... 53

4.

Tampak bawah ... 53

5.

Plat cetakan ... 54

6.

Persiapan bahan dan pengadukan bahan ... 54

7.

Proses pengujian alat ... 55

8.

Hasil cetakan yang bagus ... 56

9.

Hasil cetakan yang rusak ... 56

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1.

Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan ...

36

2.

Analisa Ekonomi...

37

3.

Break Event Point ...

40

4.

Net Present Value ...

41

5.

Internal Rate Of Return ... 44

6.

Flowchart penambahan alat ...

45

7.

Flowchart pembuatan bahan ...

46

8.

Flowchart perakitan alat ...

47

9.

Tekanan efektif rata-rata pada plat penekan ...

48

10.

Spesifikasi alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan ...

49

11.

Pemeliharaan dan keselamatan kerja ...

50

12.

Tabel suku bunga ...

51

13.

Perancangan alat ...

52

(15)

ABSTRACT

Due to the increase of anorganic fertilizer price and its scarcity in the market, the usage of organic fertilizer such as compost, increase. But the organic fertilizer has some disadvantages such as low storageability and in the form of powder which is less attractive. The aim of this research was to make hydraulic compost’s molder in several variation form with the addition of crank to increase the efficiency of the the output. The molder could make the compost more attractive and had longer storageability but with the same quality.

Key words: Compost, compost molder, hydraulic compost molder, long-storageability compost.

ABSTRAK

Meningkatnya harga pupuk anorganik dan kelangkaan di pasaran membuat penggunaan pupuk organik berupa kompos menjadi semakin besar. Namun pupuk organik tersebut memiliki kelemahan yakni daya simpan yang kurang lama dan bentuknya yang kurang menarik berupa serbuk. Penelitiaan ini bertujuan untuk merancang suatu alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan dengan penambahan engkol dimana hasil rancangan ini degunakan untuk meningkatkhan efesiensi pengeluaran alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan. Hasil cetakan kompos tidak mengalami perubahan kualitas namun memiliki masa simpan dan daya tarik bagi penggunanya.

Katakunci : kompos, alat pencetak kompos, pencetak sistem hidrolik, engkol, kompos tahan lama

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah memerlukan bahan organik untuk mempertahankan kesuburan dan memperbaiki strukturnya. Dengan demikian tanah yang diperlukan untuk lahan pertanian sangat memerlukan kehadiran bahan organik. Selain itu bahan organik juga dapat mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga tanah menjadi subur dan baik digunakan untuk pertanian dan menjaga ketersediaan unsur hara di dalam tanah maka kita harus melakukan pemupukan.

Pemupukan merupakan usaha untuk memberikan zat hara ke dalam tanah dengan maksud memberi atau menambah zat (produksi) yang diharapkan. Disamping itu pupuk dapat diberikan melalui batang atau daun sebagai larutan. Pupuk diberikan apabila tanah sudah miskin akan zat hara (Rizaldi, 2006).

Pupuk dapat dikatakan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanah agar dapat menambah zat makanan yang diperlukan di dalam tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk menyediakan makanan bagi tanaman serta mempunyai pengaruh yang tidak langsung terhadap produktivitas tanah, memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi pada tanah.

(17)

pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga persentase kandungan haranya tinggi, misalnya urea, TSP dan Gandasil.

Kompos adalah pupuk organik yang bahan dasarnya dari pelapukan bahan tanaman atau limbah organik. Pupuk kompos terbuat dari kotoran ternak yang diolah lebih lanjut dan dengan bantuan prebiotik. Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar atau kota, kertas, kotoran atau limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.

- Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan

Penggunaan pupuk kompos ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :

- Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai - Menambah daya ikat air pada tanah

- Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah - Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara

- Mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit - Membantu proses pelapukan bahan mineral

- Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia (Murbandono, 2008).

(18)

dan dapat menentukan jenis yang sesuai dengan tanamannya sehingga memberikan hasil yang baik dan efisien.

Berdasarkan fakta yang terjadi sekarang ini petani banyak beralih menggunakan pupuk organik, misalnya pupuk kompos yang lebih ramah lingkungan dan mudah didapat. Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi oleh petani dalam menggunakan pupuk kompos yaitu kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar dalam proses penebarannya, biaya transportasi yang tinggi, dan membutuhkan ruangan yang lebih luas untuk penyimpanan. Oleh karena itu pupuk kompos dapat dibuat dengan bentuk padat untuk memudahkan konsumen dalam pemakaian.

Pupuk organik padat adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik dengan akhir pembentukan padat. Pupuk organik padat yang sering dibuat adalah pupuk organik dari kompos yang terdekomposisi secara alamiah berbentuk serbuk kasar atau gumpalan. Pembuatan pupuk organik padat akan dapat mengefisiensikan biaya pengangkutan, mempermudah penyimpanan dan lebih tahan lama.

Kendala-kendala tersebut di atas dapat dijadikan sebagai suatu peluang yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendapatan tambahan bagi para petani khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini, petani tidak saja hanya menjadi pengguna melainkan dapat berperan sebagai produsen kompos dengan bentuk yang bervariasi. Perlakuan yang diberikan pada kompos agar menjadi kompos bentuk yang bervariasi tidaklah sulit, hanya dengan mengubah bentuk kompos serbuk menjadi kompos yang bervariasi bentuk sesuai cetakan yang disediakan.

(19)

yang dibutuhkan dalam pengerjaannya. Selanjutnya penulis mencoba meminimalkan kelemahan-kelemahan tersebut dengan melakukan desain bentuk pengeluaran hasil cetakan pada alat pencetak kompos.

Alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan yang dilakukan dengan manual atau dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia untuk mengoperasikan alat dan menghasilkan bentuk pengeluaran yang seragam serta mengurangi penggunaan waktu dalam pengerjaan.

Tujuan Penelitian

Mendisain bentuk pengeluaran hasil cetakan pada alat pencetak kompos.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Sampah

Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai. Besarnya sampah yang dihasilkan dalam suatu daerah atau masyarakat tertentu sebanding dengan jumlah penduduk, jenis aktivitas, dan tingkat konsumsi penduduk tersebut terhadap barang/materi. Semakin besar jumlah penduduk atau tingkat konsumsi terhadap barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan (Purwendro dan Nurhidayat, 2006).

Sampah dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan dapat menyebar secara cepat. Sampah atau limbah dalam berbagai wujud selalu mempunyai konotasi yang negatif, yang harus dijauhi atau dimusnahkan. Sampah cair yang masuk ke dalam aliran sungai atau aliran air tanah dapat mencemari air. Di samping itu, limbah yang mengandung toksin (racun) atau bahan pencemar yang kadarnya melebihi ambang batas toleransi untuk kelangsungan hidup berbagai ragam hayati dan termasuk manusia (Basriyanta, 2007).

(21)

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk merupakan bahan yang diberikan pada tanah agar dapat menambah unsur atau zat makanan baik bersifat organik ataupun anorganik. Pemupukan bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah dan dapat memberikan bahan makanan kepada tanaman yang tumbuh di dalam tanah. Dalam pemupukan harus diperhatikan zat atau unsur apa yang perlu ditambahkan pada tanah agar mendapat hasil yang maksimal (Murbandono, 1997).

Pupuk merupakan unsur yang penting bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan. Akar tumbuh-tumbuhan hanya akan tumbuh pada suatu batas tertentu sesuai dengan keadaan aslinya sehingga tidak dapat mencapai suatu tempat untuk mengambil unsur hara yang telah diberikan tapi unsur hara tersebut dapat tersalurkan dengan adanya air hujan (Djamil, 1987).

Pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi. Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki kandungan persentase yang tinggi, misalnya urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2007).

(22)

memperhatikan usaha pengembalian bahan organik ke dalam tanah. Keengganan sering timbul dalam pemakaian pupuk organik karena proses pematangan cukup lama, biaya tenaga kerja yang tinggi, transportasi yang mahal, dan organisme pengganggu tanaman masih mungkin terbawa dalam pupuk organik konvensional (Musnamar, 2008).

Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenam tanah yang paling baik dibandingkan bahan pembenam lainnya. Pada umumnya nilai pupuk yang dikandung pupuk organik terutama unsur makro nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) rendah, tetapi pupuk organik yang juga mengandung unsur mikro esensial lainnya. Penambahan bahan organik dengan nisbah C/N tinggi mengakibatkan tanah mengalami perubahan imbangan C dan N dengan cepat. Nisbah C dan N tanah harus selalu diperhatikan setiap waktu karena nisbah kedua unsur tersebut merupakan salah satu kunci penilaian kesuburan tanah. Tanah yang dikelola dengan baik pada kondisi iklim yang sama memungkinkan mempunyai perbedaan nisbah C/N sangat kecil. Karena nisbah C/N setiap jenis tanah relatif konstan (Suanto, 2002).

Sebagaimana di atas telah dikemukakan bahwa pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa (serasah) tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos. Pupuk organik memiliki fungsi penting yaitu menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, dan secara keseluruhan dapat menyuburkan tanah (Sutejo, 2002).

(23)

padat, cair dan gas. Pupuk tersebut dapat diberikan dengan beberapa cara, yaitu pemberian dapat dilakukan dengan menggunakan alat penyebar pupuk (Rizaldi, 2006).

Kompos

Kompos merupakan bahan organis yang telah menjadi lapuk, seperti

daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur,

carang-carang serta kotoran hewan. Proses tersebut bisa dipercepat dengan

perlakuan manusia, sehingga menghasilkan kompos yang berkualitas baik, dalam

angka waktu tidak terlalu lama. Di lingkungan terbuka kompos bisa terjadi dengan

sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta

sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena kerjasama antar mikro

organisme dengan cuaca (Murbandono, 2008).

Pengomposan merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang

terkandung dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah

rumah tangga, dan sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Tujuannya adalah

agar mudah dimanfaatkan oleh tanaman (Santoso, 1998).

Sebenarnya, petani dan peternak secara tidak langsung sudah sering

melakukan pengomposan. Tapi pengomposan dilakukan dalam waktu yang lama.

Tetapi kini proses pengomposan berjalan lebih cepat bahkan pengomposan pada

saat sekarang lebih terpadu, yakni menggunakan material pilihan, alat mekanisasi,

dan metode khusus untuk menyusun tumpukan kompos (Djaja, 2008).

(24)

Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pula pupuk organik

karena penyusunannya terdiri dari bahan-bahan organik. Kompos mempunyai

beberapa sifat yang menguntungkan antara lain :

1.

Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman

2.

Menyuburkan tanah

3.

Memperbaiki struktur dan tekstur tanah

4.

Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah

5.

Mempertinggi daya ikat tanah terhadap unsur hara

6.

Mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah hara

ini tergantung dari bahan pembuatan pupuk organik)

7.

Membantu proses pelapukan bagi mikroba

8.

Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia

9.

Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan

10.

Menjadikan salah satu alternatif pengganti (substitusi) pupuk kimia karena

harganya yang murah, berkualitas, dan ramah lingkungan

(Indriani, 2001).

Proses pengomposan melibatkan sejumlah organisme tanah. Adanya

aktivitas mikroorganisme dan terbentuknya asam organik pada proses

dekomposisi menyebabkan daya larut unsur N, P, K, dan Ca menjadi lebih tinggi

sehingga berada dalam bentuk tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, jika

dibandingkan dengan pupuk anorganik, kandungan unsur hara kompos lebih

lengkap karena mengandung unsur hara makro, sekaligus unsur hara mikro. Unsur

(25)

pupuk

anorganik

yang

hanya

mengandung

beberapa

unsur

hara

(Simamora dan Salundik, 2008).

Walaupun kompos mempunyai banyak manfaat, tetap saja dalam

prosesnya memiliki banyak kekurangan, yaitu :

1.

Bau dan Alergi

2.

Cuaca

3.

Potensi Kehilangan N

4.

Lambat Melepaskan Unsur Hara

(Djaja, 2008)

Dongkrak dan prinsip kerjanya

Prinsip kerja dongkrak hidrolik adalah dengan memanfaatkan hukum

Pascal, "Tekanan yang diberikan pada suatu fluida dalam ruang tertutup akan

diteruskan ke segala arah sama rata". Dongkrak hidrolik terdiri dari dua tabung

yang berhubungan yang memiliki diameter yang berbeda ukurannya. Jika kita

memberikan gaya yang kecil pada tabung yang berdiameter kecil maka tekanan

akan disebarkan merata ke segala arah termasuk ke tabung besar (Admin, 2009).

Alat ini bekerja dengan memanfaatkan gaya tekanan yang diakibatkan oleh

gerakan ujung dongkrak hidrolik yang terus memanjang. Semakin kecil luas

permukaan bidang sentuhan antara ujung dongkrak hidrolik dengan luas permukaan

maka tekanan yang dihasilkan semakin besar (Permatasari, dkk

= P

, 2004).

A

F

………. ... (1)

(26)

P : Tekanan (N/m3)

F : Gaya tekan (kgm/s2)

A : Luas bidang sentuh (m3)

Tekanan

Tekanan diartikan sebagai gaya per satuan luas, dimana arah gaya tegak lurus

dengan luas permukaan. Karena tekanan adalah gaya per satuan luas maka satuan

tekanan adalah N/m2. Secara matematis, tekanan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini

= P :

A

F

………... (2)

Dimana:

P = tekanan (N/m2)

F = gaya (kgm/s2)

A = Luas (m2)

Cara menghitung gaya tekan yang bekerja pada dongkrak adalah sebagai berikut :

P1

= P

2

... (3)

Dimana:

P

1

= Tekanan pada alat

P

2

= Tekanan pada dongkrak hidrolik adalah tekanan pada tabung kecil

Dari persamaan tekanan di atas, sehingga rumus di atas dapat dijabarkan menjadi

(27)

2 2 1 1

A

F

A

F

=

………. ( 4)

Dimana:

F

1

= Gaya yang diberikan pada penampang alat

F

2

= Gaya yang diberikan pada penampang dongkrak hidrolik

A

1

= Luas penampang alat

A

2

1. Menerima dan menyerahkan kembali kerja

= Luas penampang dongkrak hidrolik

Sehingga dengan mengetahui gaya berat yang diberikan pada alat maka dapat

dihitung gaya minimal yang diberikan pada pompa hidrolik untuk menekan alat

tersebut (Yohanes, 2009).

Pegas

Pegas diterapkan pada berbagai bentuk dan dalam banyak konstruksi. Pegas digunakan agar suatu konstruksi berfungsi dengan baik, sifat pegas ialah kemampuannya menerima kerja lewat perubahan bentuk elastik dan ketika mengendur, menyerahkan kembali kerja tersebut. Pegas yang dibebani gaya tarik atau gaya tekan jarang terjadi karena perpanjangan atau pemendekan elastik oleh gaya tarik atau gaya tekan pada bahan pegas yang biasa dipakai terlalu kecil untuk dipergunakan secara praktis. Pegas dibuat dari berjenis-jenis bahan tapi baja dengan penampang lingkaran adalah yang paling banyak dipakai. Fungsi pegas adalah :

2. Mengerjakan gaya 3. Memberikan gaya

(28)

(Sulaso dan Suga, 2004).

Engkol

Engkol merupakan bahan yang dibuat dari besi dan sering disebut karter. Berbentuk dasar silinder, engkol memiliki pemutar terdiri dari dua bagian yang dipasang di kedua ujung poros pemutar. Ruang yang berada di dalam poros terdiri dari batang torak atau pluyer, poros engkol, dan pemegang batang pluyer. Untuk pergerakannya poros engkol memerlukan Pelumas (oil) yang derajat kekentalannya sama dengan oli mobil (SAE 30). Kaki engkol dapat ditautkan pada landasan atau kerangka penyangga dengan sistem ulir. Cara kerja engkol adalah :

1. Engkol digerakkan oleh tangan

2. Engkol dapat mengerakkan poros dan menaikkan tungku (Hardjosentoso, 2000).

Kecepatan berputar dari piringan dapat ditingkatkan dengan penggunaan spoker dan rantai sepeda. Penggunaan kedua komponen tersebut dapat meningkatkan rpm piringan menjadi dua kali lipat bila dibandingkan dengan penggunaan engkol yang dipasang pada piringan (Wiraatmadja, 1995).

Analisis Ekonomi dan Analisis Kelayakan Usaha

(29)

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Analisis titik impas juga digunakan untuk :

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi untuk peralatan produksi.

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi.

(Waldiyanto, 2008).

Identifikasi masalah kelayakan finansial

dianalisis dengan

menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Net present

value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau

tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit

yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya :

CIF – COF ≥ 0………(5)

dimana :

CIF = cash inflow

(30)

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai akhir x (P/F, i, n)

Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)

Kriteria NPV yaitu

− NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan; :

− NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak

menguntungkan;

− NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate mana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NVP = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:

���=�% + �

�+� � (�%− �%)(�����������������)

Dan

���=�% + �

� − � �(�%− �%)(�����������������)

(31)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu Penelitian dan Lokasi

Penelitian ini akan dimulai pada bulan April sampai Juli 2009 di

Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah : kompos, tepung tulang, air,

pegas, plat siku profil L 2,8 cm, plat besi tebal 1 cm, plat besi tebal 4 cm, besi

berdiameter 1 cm.

Adapun alat-alat yang digunakan : dongkrak, mesin las, gergaji besi, mesin

bor, ember, wadah plastik, sendok pengaduk, kalkulator, stopwatch, alat tulis,

komputer.

Metode Penelitian

(32)

Pelaksanaan Penelitian

A.Persiapan Alat

1. Komponen alat pencetak kompos terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

1.

Kerangka Alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang

terbuat dari besi plat. Alat ini mempunyai panjang 30,4 cm, tinggi 63 cm,

dan lebar 23,4 cm.

2.

Dongkrak

Dongkrak adalah tenaga yang akan menekan bahan yang akan dicetak

pada alat ini. Pada alat ini digunakan dongkrak mini dengan kapasitas

2 ton.

3.

Pegas

Pegas berguna untuk mengembalikan posisi plat penekan bahan yang

menekan bahan ke posisi semula.

4. Wadah plastik

Digunakan sebagai tempat adonan kompos yang akan dipakai untuk

menuangkan kompos ke dalam cetakan.

5. Cetakan

Berguna sebagai media meletakkan kompos yang akan dibentuk dengan

alat ini. Cetakan dibuat beraneka bentuk (bulat, persegi, prisma, segitiga,

dan berbentuk bintang).

6. Plat penekan (dudukan dongkrak)

Plat penekan ini berguna untuk menekan bahan yang terdapat dalam

(33)

padat dan dapat terbentuk selain itu plat ini juga berfungsi sebagai

dudukan dongkrak.

2. Komponen penambahan alat pengeluaran cetakan terdiri dari beberapa bagian,

yaitu :

1. Kerangka Alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang

terbuat dari besi plat. Engkol memiliki panjang 15cm dan tebal 1cm.

2. Engkol

Engkol ini berfungsi sebagai alat pengatur atau pengontrol naik turunnya

cetakan. Engkol ini terbuat dari besi.

3. Plat Besi

Plat besi ini berguna untuk menghubungkan antara plat pengeluaran yang

satu dengan plat pengeluaran yang lain.

4. Gir

Gir ini berguna untuk mentransmisi daya putar engkol yang bersentuhan

dengan plat gerigi yang dapat menaikkan plat besi.

5. Plat Gerigi

Plat gerigi ini berguna untuk meneruskan daya dari gir ke plat besi

sehingga menghasilkan keluaran yang serentak.

Prosedur Pembuatan Alat

Adapun langkah pembuatan alat pengeluaran hasil cetakan, yaitu :

1.

Disiapkan alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.

2.

Ditentukan komponen alat yaitu engkol, plat besi, gir dan plat gerigi yang

(34)

3.

Dirancang alat seperti engkol, plat besi, gir dan plat gerigi yang akan

digunakan pada alat pengeluaran hasil cetakan.

4.

Dipersiapkan engkol, plat besi, gir dan plat gerigi yang akan digunakan

dalam perakitan.

5.

Dilakukan pengukuran terhadap engkol, plat besi, gir dan plat gerigi yang

akan digunakan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

6.

Dipotong engkol, plat besi, gir dan plat gerigi sesuai dengan ukuran yang

telah ditentukan.

7.

Dilakukan pemasangan atau perangkaian engkol, plat besi, gir dan plat

gerigi sesuai dengan bentuk yang telah dirancang.

8.

Dilakukan pengelasan dan pemasangan engkol, plat besi, gir dan plat

gerigi pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.

Prosedur Perakitan Alat

Adapun langkah perakitan alat pengeluaran hasil cetakan pada alat

pencetak kompos, yaitu :

1.

Dipersiapkan alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.

2.

Dipersiapkan engkol, plat besi, gir, plat gerigi yang telah dirancang.

3.

Dilakukan pemasangan engkol pada alat pengeluaran hasil cetakan.

B. Persiapan Bahan

1.

Disiapkan kompos, tepung tulang dan air.

2.

Ditimbang kompos, tepung tulang dan air.

3.

Dicampurkan air dan tepung tulang.

(35)

5.

Diaduk sampai ketiga bahan tersebut tercampur merata membentuk suatu

adonan.

6.

Ditimbang masing- masing kompos lalu masukan ke dalam wadah plastik.

7.

Dituangkan kompos yang ada di dalam wadah plastik ke dalam cetakan.

8.

Diratakan semua permukaan kompos.

9.

Adonan siap untuk dicetak.

Prosedur Penelitian

Adapun prosedur pengujian alat adalah :

1.

Dimasukkan adonan kompos ke dalam suatu wadah plastik yang sudah

ditentukan berat kompos masing-masing bentuk cetakan.

2.

Dimasukkan adonan kompos ke dalam cetakan yang telah disediakan.

3.

Diratakan permukaan kompos yang dimasukkan dengan plat besi yang

datar yang telah disediakan.

4.

Dioperasikan dongkrak dengan menekan tuas dongkrak naik turun

sehingga dongkrak mulai menekan plat penekan ke bawah.

5.

Digerakkan engkol kebawah untuk mengeluarkan hasil cetakan.

6.

Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos dengan alat ini.

7.

Dihitung kapasitas cetakan yang dihasilkan alat ini per jam, dilihat

keseragaman hasil cetakan secara visual (kasat mata), dilakukan analisis

ekonomi.

(36)

Parameter yang Diamati

1.

Kapasitas Efektif Alat (Kg/jam)

Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi berat kompos organik

yang dicetak terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos.

Keterangan:

KA : kapasitas alat (Kg/jam)

BK : berat kompos (Kg)

T : waktu (menit)

2.Persentase Kerusakan Hasil

Pengukuran persentase kerusakan hasil dapat ditentukan dengan membagi berat

kompos yang rusak (tercetak dengan baik, pecah, patah) dengan berat isian

kompos awal (sebelum dicetak) dikali dengan 100 %. Secara matematis dapat

dituliskan dengan rumus:

% Kerusakan hasil=

x

100

%

BA

BR

………... (8)

Dimana :

BR : bahan yang rusak (Kg)

BA : berat isian kompos awal (Kg)

(37)

3.

Analisis Ekonomi

Biaya pencetakan kompos (Rp/Kg)

Pengukuran Biaya pencetakan kompos dilakukan dengan cara menjumlahkan

biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok

BTT

C

...

...

...

...(

9

)

x

BT





+

=

dimana :

BT = total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x = total jam kerja per tahun (jam/tahun)

C

= kapasitas alat (jam/satuan produksi)

a.

Biaya tetap

Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :

Biaya penyusutan (metode garis lurus)

dimana :

D = biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp)

S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = umur ekonomi (tahun)

(

)

...

...

...

...

...

...

...

..(

10

)

n

S

P

(38)

Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan,

besarnya :

( )( )

...

...

...

...

...

...

..(

11

)

2

1

n

n

P

i

I

=

+

dimana :

I = total persentase bunga modal dan asuransi (16% per tahun)

Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus

untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa

literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian

diperkirakan sebesar 2% per tahun dari nilai awalnya.

Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%,

rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) per tahun.

b.

Biaya tidak tetap

Menurut Darun (2002), biaya tidak tetap terdiri dari :

Biaya perbaikan untuk dongkrak sebagai sumber tenaga penekan.

Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

(

)

...

...

...

.(

12

)

1000

%

2

,

1

jam

S

P

reparasi

Biaya

=

Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini

tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji

(39)

c.

Break Event Point ( Perhitungan Titik Impas)

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk

mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan

agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini

income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional

tanpa adanya keuntungan.

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat

digunakan rumus sebagai berikut :

)

13

(

...

...

...

...

...

...

V

R

F

N

=

Dimana :

N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)

F

: biaya tetap per tahun (Rp)

R : penerimaan dari tiap unit produksi (Rp)

V : biaya tidak tetap per unit produksi(Rp/unit)

d. Net Present Value (NPV)

Identifikasi

masalah

kelayakan

finansial

dianalisis

dengan

menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Net present

value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau

tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit

yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya :

CIF – COF ≥ 0………(14)

(40)

COF = cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan (dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai akhir x (P/F, i,n)

Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)

dengan kriteria :

NPV > 0, berarti usaha menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan

dan dikembangkan;

NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak

menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan;

NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

e.

Internal Rate Of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate mana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NVP = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:

���

=

% +

+

(

%

− �

%)(

�������

���

�������

)

Dan

���

=

% +

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemakaian mesin produksi menjadi sangat penting ketika kebutuhan akan produk semakin banyak dan kompleks. Untuk memperoleh kebutuhan produk, maka perlu penyesuaian antara mesin produksi dan komponen-komponen penyusunnya. Ini diharapkan untuk memberi efektifitas dan efisiensi mesin tersebut.

Pemilihan bahan dan spesifikasinya akan mempengaruhi kinerja dari alat yang dirancang. Bahan-bahan teknik yang dipilih harus memenuhi persyaratan yang diinginkan yaitu kokoh dan mampu mendukung kinerja mesin, dan juga mudah diperoleh sebagai upaya berkesinambungannya bahan baku apabila ada usaha untuk memproduksi mesin dalam jumlah besar. Pemilihan bahan yang murah dan berkualitas juga sangat mempengaruhi biaya produksi mesin.

Pertimbangan ini diambil sebagai upaya untuk memberi unjuk kerja yang baik terhadap mesin produksi. Alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan yang menghasilkan pupuk organik yang berbentuk padat dapat memudahkan dalam penggunaan serta penyimpanan dan memiliki daya tarik tersendiri bagi penggunanya.

Rancang bangun alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan memiliki kesulitan dalam masalah pengeluaran hasil cetakan yang dilakukan tidak seragam. Sehingga pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan perlu penambahan engkol yang berfungsi untuk mempermudah pengeluaran hasil cetakan.

(42)

pada alat pencetak kompos yang berfungsi untuk mengatur naik turunya cetakan maka pengeluaran hasil cetakan sesuai dengan yang diharapkan, selain itu kapasitas alat menjadi lebih besar.

Penggunaan engkol ini dapat mempermudah pengeluaran hasil cetakan serta sangat mudah dalam penggunaannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjosentoso (2000) engkol merupakan bahan yang dibuat dari besi berbentuk dasar silinder, engkol memiliki pemutar terdiri dari dua bagian yang dipasang di kedua ujung poros pemutar.

Kapasitas Efektif Alat

Besarnya kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan membagikan berat kompos dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos tersebut. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa kapasitas efektif alat pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan adalah sebesar 13,02 kg (Lampiran 1).

Proses pencetakan yang dilakukan dengan menggunakan alat ini dapat menurunkan kadar air dan meningkatkan massa jenisnya, karena terjadi penekanan yang menyebabkan volume dari campuran bahan akan mengecil. Selain itu, air yang berlebih dapat keluar melalui celah yang terdapat pada tuas pengungkit sehingga pemakaian pupuk dapat berkurang hal ini sesuai dengan pernyataan Musnamar (2008) pupuk berbentuk padat ini merupakan pupuk organik konsentrat dalam kondisi kering serta pemakaiannya pun lebih rendah daripada pemakaian pupuk organik serbuk atau konvensional.

(43)

Kapasitas alat dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan ketebalan kompos yang akan dibentuk dan pengeluaran hasil cetakan yang seragam sehingga dapat mempercepat dalam pengerjaannya serta dapat menghasilkan kompos yang lebih banyak.

Persentase Kerusakan Hasil

Persentase kerusakan hasil diperoleh dengan membandingkan antara bahan yang masuk dengan berat isian kompos awal yang dinyatakan dalam persen. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa persentase kerusakan hasil adalah sebesar 19,86 % (Lampiran 1).

Dalam penelitian ini kompos hasil cetakan yang dikatakan rusak dikategorikan dalam dua bentuk yaitu kompos yang terbentuk sempurna namun patah pada salah satu ujungnya dan kompos yang hancur atau kompos yang tidak terbentuk secara sempurna. Hal ini diduga karena kurangnya isian kompos pada saat pengisian di plat cetakan, terlalu banyaknya campuran air pada adonan yang dimasukkan, pada saat pengambilan hasil cetakan sering terjadi kelengketan pada plat cetakan sehingga sulit untuk diambil, selain itu kurang bersihnya permukaan plat penekan dan plat cetakan pada proses sebelumnya juga dapat mempengaruhi hasil cetakan.

Pupuk kompos yang dicetak menggunakan alat ini memiliki kelebihan antaranya lebih lambat dalam melepaskan unsur hara daripada pupuk kompos yang berbentuk serbuk yang umumnya ada di pasaran sehingga hal ini menguntungkan petani ataupun konsumen yang menggunakannya karena dapat menekan biaya untuk tenaga kerja dan frekuensi pemupukan.

(44)

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Dari analisis biaya (Lampiran 2), diperoleh biaya pencetakan kompos dengan variasi bentuk sebesar Rp. 413,19/kg, yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan. Untuk biaya tetap sebesar Rp. 542.464,28 dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 5.014,99 maka biaya pencetakan kompos dapat dihitung berdasarkan persamaan 9, sebagai berikut :

Biaya Pokok =

BTT

C

x

BT

+

=

Rp

jam

jam

kg

jam

.

5

.

014

,

98

0

,

076

/

/

1495

28

,

464

.

542





+

= Rp. 413,19/kg.

(45)

masa simpan dan masa pakai pupuk kompos yang menjadi lebih tahan lama sehingga dapat dijadikan alternatif bagi para petani untuk mengganti penggunaan pupuk anorganik yang harganya jauh lebih mahal dan dapat mempermudahkan dalam penggunaannya.

Break Event Point

Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan. Maka dari itulah penulis menghitung analisa titik impas dari alat ini untuk mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan alat ini agar mencapai titik impas.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan (Lampiran 3), alat ini akan mencapai nilai break event point pada nilai 92,68 kg hal ini berarti alat ini akan mencapai keadaan titik impas apabila telah mencetak kompos sebanyak 92,68 kg.

Net Present Value

(46)

Internal Rate Of Return

Dalam menginvestasikan sampai dimana kelayakn usaha itu dapat dilaksanakan. Maka hasil di dapat dari perhitungan ini adalah sebesar 42,35%.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.

Penambahan engkol membuat bentuk pengeluaran hasil cetakan seragam

serta kompos yang dihasilkan lebih banyak

2.

Kapasitas efektif rata-rata pada alat pencetak kompos dengan variasi

bentuk cetakan ini adalah sebesar 13,02 kg/jam

3.

Persentase kerusakan hasil cetakan alat pencetak kompos dengan variasi

bentuk cetakan ini adalah sebesar 19,86%

4.

Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam mencetak kompos dengan alat

pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan ini adalah sebesar

Rp.413,19/kg

5.

Pemasukan kompos ke dalam suatu wadah sebelum dituangkan ke alat

pencetak kompos dapat mempersingkat waktu pengerjaannya

6.

Pemasukan kompos pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk

cetakan ini masih dilakukan secara manual

7.

Alat ini akan mencapai nilai Break Event Point apabila telah mencetak

kompos sebanyak 92,68 kg

8.

Net Present Value 16% dan 20% pada alat pencetak kompos dengan

variasi bentuk cetakan ini adalah sebesar Rp. 5.394.556,75 dan Rp.

4.575.896,48 yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan.

9.

Internal rate of return pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk

(48)

Saran

1.

Perlunya perawatan alat ketika alat sedang tidak digunakan yaitu dengan

pemberian minyak pada poros engkol.

2.

Perlu dicari komposisi kompos apa yang bagus digunakan sehingga dapat

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2009. Prinsip Kerja Hidroli

Basriyanta, 2007. Manajemen Sampah. Kanisius, Yogyakarta.

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian

USU, Medan.

Djamil, 1987. Suluh Bertani. Karya Indah, Padang.

Djaja, W., 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos Dari Kotoran Ternak dan

Sampah. Agromedia, Jakarta.

Hardjosentoso, M. Dkk., 2000. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Hasibuan, A. S., 2009. Rancang Bangun dan Pengujian Alat Pencetak Kompos

Dengan Variasi Bentuk Cetakan. Usulan Penelitian, USU.

Indriani, H. Y., 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murbandono, L., 1997. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murbandono, L., 2008. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

Musnamar, E. I., 2008. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Novizan., 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia, Jakarta.

Permatasari, D. Fatoni, R. Dan Purwono, S. D., 2004. Adopsi dan Modifikasi

Perencangan Alat Pres Pakan Wafer untuk Pakan Ternak. Universitas

Diponoggoro, Semarang.

Purwendro, S. dan Nurhidayat., 2006. Mengolah Sampah untuk Pupuk Pestisida

Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purba, R. 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas

Pertanian USU, Medan.

(50)

Soekartawi, 1995. Analisa Usahatani. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.

Sulaso dan K. Suga, 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.

Pradya Paramitha, Jakarta.

Sutejo, H. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Suryati, T., 2009. Bijak dan Cerdas Mengolah Sampah. Agromedia, Jakarta.

Susanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.

Simamora, S, dan Saludik., 2008. Meningkatkan Kuwalitas Kompos. Agromedia,

Jakarta.

Waldiyanto, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Wiraatmadja, S,. 1995. Pengiris dan Pemotong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yohanes, S., 2008. Dongkrak Hidrolik.

(51)
[image:51.595.105.519.161.322.2]

Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan

Tabel 2. Data penelitian

Ulangan Berat Kompos yang dicetak (gr)

Waktu pencetakan

(detik)

Berat kompos yang rusak (gr)

Hasil cetakan yang rusak

I 450 132 80 Bintang

II 470 127,2 100 Persegi 4

III 490 130,8 100 Persegi 4

Rata-rata 470 130 93.3333

1.

Kapasitas Efektif Alat

)

7

...(

...

...

...

...

T

BK

KA

=

Jam

x

3600

130

47

,

0

=

jam

kg

KA

=

13

,

02

/

2.

Persentase Kerusakan Hasil

%

ker

x

100

%...

...

...

...

...(

8

)

BA

BR

usakan

=

100

%

470

33

,

93

x

=

(52)

Lampiran 2. Analisis ekonomi

I. Unsur Produksi

1. Biaya Pembuatan Alat Awal = Rp. 1.775.000 2. Biaya Pembuatan Tambahan Alat

1. Bahan = Rp.200.000

2. Biaya perakitan = Rp. 100.000

Total P = Rp. 2.075.000

3. Umur ekonomi (n) = 7 tahun

4. Nilai akhir alat (S) = 10 % dari P

5 Jam kerja = 5 jam/hari

6. Produksi/hari = 65,05 kg

7. Biaya operator = Rp. 25.000/hari

8. Biaya perbaikan = Rp. 14,98 / jam

9. Bunga modal dan asuransi = Rp. 213.428,57 / tahun

10. Biaya sewa gedung = Rp. 20.750 / tahun

11. Pajak = Rp. 41.500 / tahun

12. jam kerja alat per tahun = 1495 jam / tahun ( asumsi 299 hari efektif berdasarkan 2009)

(53)

1. Biaya Tetap (BT)

1. Biaya penyusutan

)

10

...(

...

...

...

...

...

...

)

(

n

S

P

D

=

7

)

500

.

207

000

.

075

.

2

(

=

D

tahun

Rp

D

=

266

.

785

,

71

/

2. Bunga modal dan asuransi

Bunga modal pada bulan Mei 16%, Asuransi 2%

Bunga modal dan asuransi

)

11

...(

...

...

...

...

...

2

)

1

)(

(

n

n

P

i

I

=

+

7

2

)

1

7

)(

000

.

075

.

2

%(

18

X

+

=

=

Rp

.

213

.

428

,

57

/

tahun

3. Biaya sewa gedung

= 1 % . P

000 . 075 . 2 % 1 X =

=

20

,

750

/

Tahun

(54)

= 2 % . P

=1%X2.075.000

tahun

/

500

,

41

=

Total Biaya Tetap (BT)

= Rp.542.464,28/tahun

2. Biaya Tidak Tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

=

jam

S

P

1495

)

(

%

2

,

1

=

jam

/

1495

)

500

.

207

00

.

075

.

2

%(

2

,

1

= Rp. 14,99/jam

2. Biaya operator

= Rp. 5.000/Jam

Total Biaya Tidak Tetap (BTT)

(55)

Biaya pencetakan kompos

Biaya Pokok

=

BTT

C

...

...

...

...

...

(

9

)

x

BT

+

=

X

Jam

kg

jam

5

.

014

,

98

0

.

076

/

/

1495

28

,

464

.

542





+

(56)

Lampiran 3. Break Event Point

(

)

...

...

...

...

...

...(

13

)

V

R

F

N

=

Biaya tetap (F) = Rp. 542.464,29/tahun

Biaya tidak tetap (V) = Rp. 5.014,99 / jam (1 jam = 13,01 kg)

= Rp. 385,31

Penerimaan dari tiap kg produksi = (16% x (BT+BTT)) + (BT+BTT)

= Rp. 6.238,30/kg

Harga minimal pupuk yang akan dijual setelah diproduksi adalah sebesar Rp. 6.238,30/Kg. Maka nilai R dapat kita hitung dengan mengalikan harga minimal pupuk dengan kapasitas alat pencetak kompos dengan variasi cetakan selama 1 jam operasi

Alat akan mencapai break event point jika alat telah mencetak kompos sebanyak

(

R

V

)

F

N

=

(

Rp

Kg

tahun

)

tahun

Rp

/

47

,

385

/

28

,

238

.

6

.

/

28

,

464

.

542

.

=

tahun

kg

Rp

tahun

Rp

/

81

,

852

.

5

.

/

28

,

464

.

542

.

=

(57)

Lampiran 4 Net Present Value

Berdasarkan persamaan 5 nilai NVP alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CIF – COF ≥ 0 ……….(5)

Investasi : Rp. 2.075.000

Pendapatan : Rp. 9.326.254,17

Nilai akhir : Rp. 207.500

Pembiayaan : Rp. 7.497.410/tahun

Keuntungan yang diharapkan : Rp 16%

Keuntungan yang diharapkan : Rp 20%

Umur alat : 7 tahun

Cash in Flow 16%

1. Pendapatan : investasi x (P/A, 16%,7)

: Rp. 2.075.000 x 4,044

: Rp. 37.715.371,87

2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 16%,7)

: Rp.207.500 x 0,3552

: Rp. 73.710,92

(58)

Cash out Flow 16%

1. Investasi : Rp. 2.075.000

2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 16%, 7)

: Rp. 7.497.410 x 4,044

= Rp. 30.319.526,04

Jumlah COF : Rp. 32.394.526,04

NVP 16% = CIF – COF

= Rp. 37.789.082,79 – 32.394.526,04

= Rp. 5.394.556,75

Cash in Flow 20%

1. Pendapatan : investasi x (P/A, 20%,7)

: Rp. 2.075.000 x 3,605

: Rp. 33.621.146,28

2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 16%,7)

: Rp.207.500 x 0,2791

: Rp. 57.913,25

Jumlah CIF : Rp. 33.679.059,53

(59)

1. Investasi : Rp. 2.075.000

2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 16%, 7)

: Rp. 7.497.410 x 3,605

= Rp. 27.028.163,05

Jumlah COF : Rp. 29.028.163,05

NVP 20% = CIF – COF

= Rp. 33.679.059,53 – 29.103.163,05

= Rp. 4.575.896,48

(60)

Lampiran 5. Internal Rate Of Return

Keuntungan yang diharapkan (p) = 16%

Keuntungan yang diperedeksi (q) = 20%

%)

%

(

%

X

q

p

(61)

Lampiran 6. Flowchart Penambahan Alat

Tidak

Mulai

Penentuan komponen

Perancangan alat

Perakitan dan pengelasan

Perakitan akhir

Penempahan alat Pengukuran dan

pemotongan bahan Persiapan bahan dan alat

(62)

Parameter

Selesai

Data:

(63)

Lampiran 7. Flowchart Pembuatan Bahan

Mulai

Bahan

Penimbangan bahan

Pencampuran bahan

(64)

Lampiran 8. Flowchart Perakitan Alat

Mulai

Alat pencetak kompos dengan variasi bentuk

Persiapan engkol, plat besi, gir, plat gerigi

Pemasangan engkol pada alat pengeluaran hasil cetakan

(65)

Lampiran 9. Tekanan efektif rata-rata pada plat penekan

Menurut Yohanes (2009) tekanan didefinisikan sebagai jumlah gaya tiap satuan luas. Apabila gaya terdistribusi secara merata pada suatu luasan, maka tekanan dapat ditentukan dengan membagi gaya dengan luas, sehingga dapat dituliskan dalam bentuk berikut ini.

�= �

�… … … . (1)

dimana:

P = tekanan (kgf/m2 atau N/m2

F = gaya (kgf atau N)

)

A = luas (m2

Besarnya kapasitas dongkrak yang digunakan sebesar 2 ton = 2.000 Kg dan luas penampang plat penekan sebesar 690 cm

)

2

diketahui: F = 2.000Kg

maka dapat dihitung besarnya tekanan yang bekerja pada plat penekan :

A = 690 cm

ditanya : P = …?

2

)

1

....(

...

...

...

...

...

...

N

F

P

=

2

690

2000

cm

Kg

P

=

P

=

2

,

89

Kg

/

cm

2

2

(66)

Lampiran 10. Spesifikasi alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan

Dimensi

Panjang : 30,4 cm

Lebar : 23,4 cm

Tinggi : 63 cm

Plat penekan

Panjang : 30 cm

Lebar : 23 cm

Tinggi : 1 cm

Luas penampang : 690 cm

Plat pencetak

2

Panjang : 30 cm

Lebar : 23 cm

Tinggi : 1 cm

Luas penampang : 690 cm

Berat : 47,2 kg

2

Kapasitas efektif : 13,01 kg/jam

(67)

Tebal plat siku : 0,2 cm

Lebar plat siku : 2,8 cm

(68)

Lampiran 11. Pemeliharaan dan keselamatan kerja

Tujuan Pemeliharaan

Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan lama. Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk ini maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut :

-

Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai.

-

Menghindari kerusakan yang lebih berat.

-

Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik.

-

Hasil yang diharapkan dapat tercapai.

Pemeliharaan bagian-bagian alat

(69)
[image:69.595.112.501.133.423.2]

Tabel 3. Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan

No. Bagian alat Bentuk pemeliharaan

1. Pegas -Dengan tidak membiarkannya selalu dalam keadaan

merenggang

2. Plat penekan - Membersihkan kotoran yang menempel yang

dapat menyebabkan korosi

- Memberi minyak gemuk pada lubang tempat plat

bergerak naik turun

3. Plat pencetak - Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat menyebabkan korosi

- Mengembalikan posisi plat tuas pengungkit ke

posisi semula

4. Tuas Pengungkit -Memperbanyak gemuk pada tuas dan lubang yang terdapat pada bagian atas tuas

5. Engkol - Dengan tidak membiarkan posisi dalam keadaan naik

Keselamatan kerja

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja. Keselamatan kerja pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1.

Keselamatan alat

-

Hindari memasukkan bahan isian yang berlebihan karena dapat membuat

plat pencetak maupun plat menekan menjadi baling.

-

Plat penekan harus kembali ke posisi semula untuk mempermudah

pengisian pada proses selanjutnya.

(70)

2.

Keselamatan operator

Pada saat mengoperasikan alat, jangan meletakkan atau memasukkan tangan

di antara plat penekan dan plat pencetak ataupun sela di antara pegas dengan roler

(71)
[image:71.595.112.511.183.447.2]

Lampiran 11. Tabel suku bunga

Tabel 4. Tingkat suku bunga dengan hubungan P/F

Tahun Tingkat suku bunga

15 % 16 % 17 %

1 0.8696 0.8622 0.8475

2 0.7561 0.7435 0.7182

3 0.6575 0.6412 0.6086

4 0.5718 0.5531 0.5158

5 0.4972 0.4772 0.4371

6 0.4323 0.4117 0.3704

7 0.3759 0.3552 0.3139

... ... ... ...

Tabel 5. Tingkat suku bunga dengan hubungan P/A

Tahun Tingkat suku bunga

15 % 16 % 17 %

1 0.870 0.862 0.847

2 1.626 1.606 1.566

3 2.283 2.247 2.174

4 2.855 2.800 2.690

[image:71.595.114.509.558.741.2]
(72)

6 3.748 3.689 3.498

7 4.160 4.044 3.812

(73)

Lampiran 13. Foto Alat

1. Tampak atas

(74)

3. Tampak belakang

(75)

5. Plat cetakan

(76)
(77)

8. Hasil cetakan yang bagus

(78)

Gambar

Tabel 2. Data penelitian
Tabel   3. Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak kompos dengan variasi
Tabel 4. Tingkat suku bunga dengan hubungan P/F

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan surat penetapan penyediaan barang dan jasa Nomor 06/PPBJ.04.02/III/2015 tanggal 27 Maret 2015, dengan ini pejabat pengadaan barang dan jasa Dinas pertanian

Pekerjaan sebagai perawat diketahui memiliki job demands yang tinggi karena mereka bekerja di rumah sakit dan harus mampu bekerja dalam situasi-situasi yang

Dengan adanya keluhan dari sebagian pelanggan pengguna produk genteng Jepara pada saat ini yaitu tentang produk genteng Jepara yang kurang bagus diantaranya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan bukti empirik pengaruh positif pemberian kalsitriol terhadap nilai VEP1% dan kadar IL-5 plasma pada penderita Asma.

Disinilah peranan metode pembelajaran SCL yang tepat yang ditunjang dengan paket modul ajar yang sesuai untuk dapat memotivasi mahasiswa belajar dan memahami materi

Strategi pembelajaran LSQ (Learning Stars With A Questions) dapat meningkatkan dari nilai ketuntasan pada siklus I sebesar 69,60%, siklus II 86,95% dan menjadi 91,30% pada

Akan tetapi di dalam situs tersebut tidak ditampilkan mengenai gambar dari informasi peta, seperti gambar propinsi Indonesia atau gambar ciri khas dari daerah itu (misalnya gambar

Harris dan Raviv (1990) dalam Murwaningsih menyatakan bahwa besarnya hutang menunjukkan kualitas perusahaan serta prospek yang kurang baik pada masa mendatang. Perusahaan