• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PADA PETANI PADI

SAWAH TERHADAP KESEJAHTERAAN

(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH:

INDAH CAHYANI ZEBUA 050309012

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PENDAPATAN PADA PETANI PADI

SAWAH TERHADAP KESEJAHTERAAN

(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Diajukan kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

OLEH:

INDAH CAHYANI ZEBUA 050309012

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAN

INDAH CAHYANI ZEBUA : Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Serdang Bedagai. Dibimbing oleh Ir. H. Hasman Hasyim, Msi dan

Emalisa Sp, MSi.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive dan pengambilan sampel dilaksanakan secara Stratified Random Sampling. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usahatani padi sawah, usahatani non padi sawah , dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga petani padi sawah, mengetahui hubungan karakter sosial ekonomi, yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan padi sawah dan produksi padi sawah dengan pendapatan padi sawah, mengetahui besarnya pengaruh total pendapatan terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

Hasil penelitian menunjukkan kontribusi pendapatan usahatani padi sawah sebesar 58,36 % terhadap total pendapatan keluarga, kontribusi pendapatan dari usahatani non padi sawah sebesar 27,30 %, dan kontribusi dari non usahatani terhadap total pendapatan keluarga adalah 14,32 %. Menjelaskan bahwa kontribusi pendapatan dari non usahatani padi sawah terhadap pendapatan keluarga lebih besar dibandingkan dari kontribusi pendapatan dari usahatani non padi sawah dan kontribusi dari non usahatani.

Tidak ada hubungan umur, pendidikan, lamanya berusahatani dan jumlah tanggungan dengan pendapatan petani padi sawah. sedangkan luas lahan padi sawah dan produksi memiliki hubungan dengan pendapatan padi sawah.

Kesejahteraan petani padi sawah yang dihitung dengan menggunakan konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani (NTPRP) adalah 1,637 artinya bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran mereka.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Indah cahyani zebua, lahir pada tanggal 05 Mei 1987 di Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara, anak dari ayahanda S. Zebua (Alm) dan ibunda R. Zebua.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu pada tahun 1999 lulus dari SD Negeri Sihareo, tahun 2002 lulus dari SMP Negeri 7 Gunungsitoli, tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Gunungsitoli dan pada tahun yang sama diterima di Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Departemen Agribisnis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP).

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul ” Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah

Terhadap Kesejahteraan Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan

Serdang Bedagai.” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan

studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua penulis ayahanda S. Zebua dan ibunda R. Zebua yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Ir. Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua komisi pembimbing. 2. Ibu Emalisa SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Agribisnis serta seluruh Dosen, Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Bapak Kepala Desa Lubuk Bayas dan petani di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

(6)

Kak Lina, Kak Ester, Kak Rita, Irna, Nur, Leli, wija) terkhusus buat adekku Lilin Zebua yang sudah banyak membantu penulis hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Trimakasih juga buat pembinaku Mami Enda dan keluarga atas doa-doanya selama ini, buat Sonitema, Bang tano, Eta, Tinny, Asteti, Papa sakhi dan keluarga, Tante kola dan keluarga, Tante Sulung, bang Erwin, bang Winner, bang Doan, bang Parlin, Kak Jenti, Kak Benty, Kak Velma caem, Kak neny, kak Wita, Adil, Tiny utshukushi, Surya dewi, Vera Simbolon, Planet Youth, SEP 2005 dan semua teman-teman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan perkembangan dunia pertanian.

Medan, April 2010

(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR. ... iv

DAFTAR ISI. ... vi

DAFTAR TABEL. ... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Petani Padi Sawah ... 6

Pendapatan Usahatani Padi sawah... 7

Pendapatan Usahatani Non Padi Sawah... 8

Pendapatan Non Usahatani... 8

Kesejahteraan Petani... 10

Landasan Teori ... 13

Kerangka Pemikiran ... 19

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian... 22

Metode Pengambilan Sampel ... 22

Metode Pengumpulan Data ... 23

Metode Analisis Data ... 24

Definisi dan Batasan Operasional Definisi ... 27

Batasan Operasional ... 29

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Geografis ... 30

Tata Guna Lahan ... 30

Keadaan Penduduk ... 31

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kontribusi Pendapatan Usahatani Padi Sawah... 36

Kontribusi Pendapatan Usahatani Non Padi sawah... 37

Kontribusi Pendapatan Non Usahatani ... 38

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah... 38

Hubungan Umur dengan Pendapatan Padi Sawah... 38

Hubungan Pendidikan dengan Pendapatan Padi Sawah... 39

Hubungan Lamanya bertani dengan Pendapatan Padi Sawah... 39

Hubungan Jumlah tanggungan dengan Pendapatan Padi Sawah... .... 40

Hubungan Luas Lahan dengan Pendapatan Padi Sawah... 40

Hubungan Produksi dengan Pendapatan Padi Sawah... 41

Pengaruh Pendapatan terhadap Kesejahteraan Petani Padi Sawah... 42

Pola Pengeluaran Pangan ... 42

Pengeluaran Non Pangan ... 43

Total Pengeluaran Rumahtangga ... 44

Tingkat Kesejahteran Petani... 45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 47

Saran... ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(9)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul

1 Tabel 1 Penentuan Sampel Penelitian di Desa Lubuk bayas, Kecamatan Perbaungan 2 Tabel 2 Spesifikasi Pengumpulan Data

3 Tabel 3 Nilai Hubungan Korelasi menurut Guilford 4 Tabel 4 Distribusi Penggunaan Lahan, tahun 2009

5 Tabel 5 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Lubuk Bayas, tahun2009

6 Tabel 6 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur 7 Tabel 7 Distribusi Penduduk menurut Matapencaharian

8 Tabel 8 Sarana dan Prasarana Desa pada Tahun 2009 9 Tabel 9 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel

di Desa Lubuk Bayas Tahun 2009 10 Tabel 10 Rata-rata Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

11 Tabel 11 Rata-rata Kontribusi Pendapatan Usahatani dan Non Usahatani Terhadap Pendapatan

Keluarga di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 12 Tabel 12 Rata-rata Proporsi Pengeluaran Pangan pada

Petani Padi di Desa Lubuk Bayas selama 1 tahun 13 Tabel 13 Rata-rata Proporsi Pengeluaran Non Pangan

Rumahtangga Petani selama 1 tahun 14 Tabel 14 Total Pengeluaran Rumahtangga Petani

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 15 Tabel 15 Nilai Tukar Rumahtangga pada Petani

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul

1 Lampiran 1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel 2 Lampiran 2 Pembagian Wilayah Tugas PPL

di Kabupaten Humbang Hasundutan 3. Lampiran 3 Total Biaya Penyusutan Usahatani Padi Sawah

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 (MT I) 4 Lampiran 4 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 (MT I) 5 Lampiran 5 Total Biaya Obat-obatan Usahatani Padi Sawah,

tahun 2009 (MT I) 6 Lampiran 6 Total Biaya Penyusutan Usahatani Padi sawah

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 (MT II) 7 Lampiran 7 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah

di Desa Lubuk Bayas , tahun 2009 (MT II) 8 Lampiran 8 Total Biaya Obat-obatan Usahatani Padi Sawah,

tahun 2009 (MT II) 9 Lampiran 9 Total Biaya Pupuk Usahatani Padi Sawah,

tahun 2009 (MT II) 10 Lampiran 10 Biaya Pajak dan Saprodi Benih 11 Lampiran 11 Total Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah,

tahun 2009 (MT I)

12 Lampiran 12 Total Biaya Produksi Usahatani Padi

Sawah, tahun 2009 (MT II) 13 Lampiran 13 Total Penerimaan Usahatani Padi Sawah

(MT I) Mei-September tahun 2009 14 Lampiran 14 Total Penerimaan Usahatani Padi Sawah

(MT II) Oktober-Januari 15 Lampiran 15 Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah

(11)

16 Lampiran 16 Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah

tahun 2010 (MT II ) 17 Lampiran 17 Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2010 18 Lampiran 18 Total Biaya Produksi Padi Sawah

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2010 19 Lampiran 19 Total Biaya Produksi Padi Sawah dan

Biaya Produksi Non Padi Sawah 20 Lampiran 20 Total Biaya Penyusutan Kacang Kedelai

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 21 Lampiran 21 Total Biaya Obat-obatan Kacang Kedelai

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 22 Lampiran 22 Total Biaya Benih dan Biaya Pupuk Kacang

Kedelai di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 23 Lampiran 23 Total Biaya Tenaga Kerja Kacang Kedelai

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 24 Lampiran 24 Total Biaya Produksi Kacang Kedelai

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 25 Lampiran 25 Pendapatan dari Usahatani Kacang Kedelai tahun 2009 26 Lampiran 26 Curahan Tenaga Kerja Pada Setiap Tahapan

Kegiatan Usaha Ternak Kambing

Per Peternak, tahun2009 27 Lampiran 27 Biaya Penyusutan Usaha Ternak Kambing

Per Peternak, tahun2009 28 Lampiran 28 Biaya Kandang Pada Usaha Ternak Kambing, tahun2009 29 Lampiran 29 Total Biaya Produksi Usahatani Kacang

(12)

33 Lampiran 33 Jumlah Benih Cabe

34 Lampiran 34 Penerimaan Usahatani Cabe, tahun 2009 35 Lampiran 35 Pendapatan dari Usahatani Cabe, tahun 2009 36 Lampiran 36 Pendapatan Petani dari Non Usahatani

dan Pendapatan dari Usahatani Non Padi Sawah 37 Lampiran 37 Pendapatan Petani Berdarkan Sumber

Pendapatan Keluarga serta Kontribusinya

Terhadap Total Pendapatan Petani 38 Lampiran 38 Pengeluaran Konsumsi Pangan Perbulan 39 Lampiran 39 Pengeluaran Konsumsi Pangan Pertahun 40 Lampiran 40 Pengeluaran untuk Non Pangan Perbulan 41 Lampiran 41 Pengeluaran untuk Non Pangan Pertahun 42 Lampiran 42 Total Pengeluaran Konsumsi Pangan dan

Non Pangan Pertahun di Daerah Perubahan 43 Lampiran 43 Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani

(NTPRP), Tahun 2010 44 Lampiran 44 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel

dan Pendapatan Padi Sawah 45 Lampiran 45 Korelasi Sederhana dan Umur dengan

Pendapatan Padi Sawah 46 Lampiran 46 Korelasi Sederhana dan Pendidikan dengan

Pendapatan Padi Sawah 47 Lampiran 47 Korelasi Sederhana dan Pengalaman Berusahatani

dengan Pendapatan Padi Sawah 48 Lampiran 48 Korelasi Sederhana dan Jumlah Tanggungan dengan

Pendapatan Padi Sawah 49 Lampiran 49 Korelasi Sederhana dan Luas Lahan dengan

Pendapatan Padi Sawah 50 Lampiran 50 Korelasi Sederhana dan Produksi dengan

(13)

RINGKASAN

INDAH CAHYANI ZEBUA : Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Serdang Bedagai. Dibimbing oleh Ir. H. Hasman Hasyim, Msi dan

Emalisa Sp, MSi.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive dan pengambilan sampel dilaksanakan secara Stratified Random Sampling. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usahatani padi sawah, usahatani non padi sawah , dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga petani padi sawah, mengetahui hubungan karakter sosial ekonomi, yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan padi sawah dan produksi padi sawah dengan pendapatan padi sawah, mengetahui besarnya pengaruh total pendapatan terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

Hasil penelitian menunjukkan kontribusi pendapatan usahatani padi sawah sebesar 58,36 % terhadap total pendapatan keluarga, kontribusi pendapatan dari usahatani non padi sawah sebesar 27,30 %, dan kontribusi dari non usahatani terhadap total pendapatan keluarga adalah 14,32 %. Menjelaskan bahwa kontribusi pendapatan dari non usahatani padi sawah terhadap pendapatan keluarga lebih besar dibandingkan dari kontribusi pendapatan dari usahatani non padi sawah dan kontribusi dari non usahatani.

Tidak ada hubungan umur, pendidikan, lamanya berusahatani dan jumlah tanggungan dengan pendapatan petani padi sawah. sedangkan luas lahan padi sawah dan produksi memiliki hubungan dengan pendapatan padi sawah.

Kesejahteraan petani padi sawah yang dihitung dengan menggunakan konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani (NTPRP) adalah 1,637 artinya bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran mereka.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan tanaman pertanian dan sampai sekarang merupakan tanaman utama dunia. Sejak dahulu, diantara tanaman bahan makanan, padi merupakan tanaman utama para petani Indonesia. Padi dapat ditanam dilahan kering maupun lahan basah atau biasa disebut sawah.

Para petani di Indonesia mayoritas merupakan petani kecil atau petani gurem dengan luas lahan usahatani yang sempit. Diantara lahan yang sempit tersebut tidak semuanya berbentuk sawah. Sebagian besar sebagai lahan kering yang ditanami berbagai palawija, buah-buahan dan sayuran (Pitojo, 2006).

Dulu, petani mengusahakan sendiri lahannya tanpa bantuan pemerintah. Secara bergotong-royong para petani membangun jaringan pengairan desa. Berdasarkan sistem pengairan, sawah di Indonesia dapat dibagi menjadi 6 macam, yaitu sawah beririgasi teknis, sawah beririgasi setengah teknis, sawah irigasi pedesaan, sawah pasang surut, sawah tadah hujan dan sawah gogo rancah.

(15)

penduduk yang terus bertambah sehingga banyak lahan yang digunakan untuk pemukiman atau industri/prasarana sedangkan air untuk irigasi dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Sekarang ini, tingkat pertambahan jumlah penduduk tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan pertambahan luas lahan untuk tanaman pangan sedangkan, petani padi sawah menjadikan tumpuan usahanya pada usaha pertanian (Adiratma, 2004).

Ditinjau dari perspektif pembangunan pertanian secara lebih luas, bahwa pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian yang lebih baik, sekalipun pilihan prioritas pada kebijaksanaan industrialisasi sudah dijatuhkan namun, sektor pertanian dapat memiliki kemampuan untuk menghasilkan surplus. Hal ini terjadi bila produktivitas di perbesar sehingga menghasilkan pendapatan petani yang lebih tinggi dan memungkinkan mereka menabung dan mengakumulasikan modal (Rahardjo, 1995).

Pembangunan pertanian merupakan proses yang dinamis membawa dampak perubahan struktural sosial dan ekonomi, pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis, terus berkembang yang diarahkan pada komoditas unggulan yang mampu bersaing hingga ke pasar internasional, hal ini dihubungkan dengan kemajuan iptek di sektor pertanian untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan pasar (Salim, 1984).

(16)

Pembangunan ekonomi untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat sangat diperlukan saat ini, sementara pembangunan itu sendiri pada mulanya diartikan sebagai peningkatan kapasitas ekonomi untuk meningkatkan pendapatan nasional per jiwa/kapita/penduduk (Salim, 1984).

Petani sebagai makhluk sosial juga ingin mempunyai taraf hidup yang sesuai dalam hidupnya. Peningkatan taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatannya. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi mereka melaksanakan berbagai kegiatan dengan mengembangkan berbagai kemungkinan komoditi pertanian lain (diversifikasi usahatani) yang secara ekonomis menguntungkan jika lahan pertaniannya memungkinkan. Pengembangan pendapatan di luar usahatani (off

farm income) juga akan sangat membantu peningkatan kesejahteraan petani

karena terbatasnya potensi pengembangan usahatani. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan sektor pertanian akan mampu menurunkan angka kemiskinan petani (Rosyidi, 1998).

(17)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan adalah : Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani padi sawah, usahatani non padi sawah , dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga petani? Apakah ada hubungan karakter sosial ekonomi, yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan padi sawah dan produksi padi sawah dengan pendapatan padi sawah? Berapa besar pengaruh total pendapatan terhadap kesejahteraan petani padi sawah?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usahatani padi sawah, usahatani non padi sawah , dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga petani padi sawah, mengetahui hubungan karakter sosial ekonomi, yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan padi sawah dan produksi padi sawah dengan pendapatan padi sawah, mengetahui besarnya pengaruh total pendapatan terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi

policy maker dalam mengambil kebijakan untuk menyusun program pertanian di

(18)

maupun ekonomis, sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Hipotesis Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Petani Padi Sawah

Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian nasional. Padi adalah tanaman pangan yang utama. Sejak lahir peradaban manusia, pertanian memainkan peran sebagai suatu kegiatan yang sangat esensial dalam menopang hidup dan kehidupan manusia. Sektor ini merupakan satu-satunya sektor yang sangat bergantung pada sumber daya lahan, air, iklim dan ekosistem disekitarnya. Mengingat keadaan iklim, struktur tanah dan air di setiap daerah berbeda maka jenis tanaman padi di setiap daerah umumnya berbeda. Perbedaan tersebut umumnya terletak pada usia tanaman, jumlah hasil mutu beras, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Suryana, 2003).

Petani tradisional umumya menanam padi hanya berdasarkan pengalaman, karena pengetahuan yang terbatas maka satu jenis padi ditanam terus menerus dalam suatu lahan. Pola tanam yang demikian bukan cara yang baik, terutama terhadap kemungkinan besar serangan hama dan penyakit.

Ditinjau dari kegunaannya tanaman padi dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu :

(20)

2. Padi ketan yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan makanan pokok sehari hari. Beras ketan umumnya dijadikan tepung sebagai bahan pembuat panganan atau makanan ringan.

Adapun jenis padi yang diusahakan oleh petani yaitu :

1. Padi sawah, yaitu padi yang ditanam di sawah, yaitu lahan yang cukup memperoleh air. Padi sawah pada waktu tertentu memerlukan genangan air, termasuk sejak musim tanam sampai mulai berbuah.

2. Padi kering yaitu jenis padi yang tidak membutuhkan banyak air sebagaimana padi sawah. Bahkan padi kering ini dapat tumbuh hanya mengandalkan curah hujan. Ditinjau dari segi hasilnya, padi sawah jelas dapat menghasilkan lebih banyak dari pada padi kering (Rosyidi, 1998). Pendapatan Usahatani Padi Sawah

(21)

pendapatan yang diperolah petani akan mempengaruhi motivasi petani untuk mau meningkatkan produksi. Sementara besarnya pendapatan yang diperolah petani padi sawah akan ditentukan oleh faktor – faktor diantaranya harga produk itu sendiri, harga biaya produksi, harga faktor produksi dan kebijakan pemerintah (Rahardjo, 1995).

Pendapatan Usahatani Non Padi Sawah

Pendapatan usahatani non padi sawah merupakan penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil non padi sawah, dikurangi dengan pengeluaran nilai biaya.

Sumber pendapatan usahatani non padi sawah meliputi:

 palawija ( jagung, ubi kayu, kelapa, kelapa sawit, coklat dan karet)

 hortikultura ( kacang tanah, kacang kedele, sawi, tomat, cabe, Terong)

 nelayan

 beternak

(22)

Pendapatan non Usahatani

Sumber pendapatan yang berasal di luar pertanian terdiri dari sektor formal seperti pegawai negeri, ABRI atau pamong desa, dan sektor informal seperti dagang, usaha industri, pekerja bangunan dan jasa. Namun tidak tertutup kemungkinan sumber pendapatan rumah tangga berasal dari kegiatan mencari benda di alam bebas (gali pasir) atau di peroleh dari usaha menyewakan barang, baik itu aset tanah atau aset lainnya dan mendapat sumbangan berupa kiriman dari pihak luar keluarga atau pihak lainnya.

Pendapatan non usahatani merupakan penerimaan yang berasal dari nilai berbagai usaha dikurangi dengan pengeluaran nilai biaya.

Sumber pendapatan non usahatani di desa ini meliputi buruh tani, pengrajin, penjahit, montir, supir, tukang batu dan pedagang.

Adapun konsep pendapatan yang lain, pendapatan petani akan berbeda apabila lingkungan pertaniannya berbeda. Dataran rendah yang dicirikan oleh keadaan irigasi menghasilkan pendapatan per jam kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di dataran tinggi. Selain itu perbedaan status petani memberikan pengaruh terhadap pendapatan. Kelompok petani miskin cenderung memperoleh pendapatan per jam kerja yang lebih rendah (Soekartawi, 1994).

(23)

kecenderungan mengkonsumsi beras semakin kecil, dikarenakan mereka makan sayuran, daging, ikan, telur dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup banyak bahkan kadang masih diselilingi kue serta makanan kecil.

Hukum Engel mengatakan bahwa proporsi anggaran rumah tangga yang dialokasikan untuk membeli pangan akan semakin kecil pada saat tingkat pendapatan meningkat. Seperti contohnya, rumah tangga golongan berpendapatan tinggi di perkotaan Indonesia bagian Timur mengeluarkan 46 persen dari total pengeluarannya untuk makanan, sedangkan rumah tangga golongan berpendapatan rendah di tempat yang sama menghabiskan 64%. Pada tahun 1996 rumah tangga di perdesaan dan perkotaan Indonesia mengeluarkan 45% dan 53% dari total pengeluaran untuk makanan. Sedangkan hukum Bennett mengatakan bahwa akan menurun pada saat pendapatan rumah tangga semakin naik. Persentase kalori diperoleh dari bahan pangan pokok turun bersama naiknya pendapatan, karena konsumen mendiversifikasi bundel pangan yang dikonsumsinya dengan memasukkan kalori yang memiliki harga tinggi

(Suryana, 2003)

Kesejahteraan Petani

(24)

indeks kesetaraan bobot agaknya merupakan indeks yang paling cocok untuk digunakan mengukur pertumbuhan ekonomi disuatu daerah penelitian.

Setiap orang memiliki keinginan untuk sejahtera, suatu keadaan yang serba baik, atau suatu kondisi di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Sejahtera juga mengandung pengertian aman sentosa, makmur, serta selamat , terlepas dari berbagai gangguan. Keadaan sejahtera itu juga digambarkan dalam UU No 6 tahun 1974 dengan sangat abstrak, yaitu suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin. Lebih lengkap, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian kesejahteraan yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun sulit diberi pengertian, namun kesejahteraan memiliki beberapa kata kunci yaitu terpenuhi kebutuhan dasar, makmur, sehat, damai dan selamat, beriman dan bertaqwa (Wiryono, 1997)

(25)

tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan sosial budaya. Di samping komponen yang dikemukakan di atas, ada komponen lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya luas kepemilikan lahan (Rustanta, 1998)

Untuk mencapai kesejahteraan itu manusia melakukan berbagai macam usaha, misalnya di bidang pertanian, perdagangan, pendidikan, kesehatan serta keagamaan, pertahanan-keamanan dan sebagainya. Manusia juga melakukan upaya-upaya secara individu serta berkelompok. Upaya mencapai kesejahteraan lewat kelompok misalnya membentuk koperasi, asosiasi, organisasi serta membentuk Negara. Kesejahteraan juga bisa dibedakan menjadi lahiriah/fisik dan batiniah. Namun, mengukur kesejahteraan, terutama kesejahteraan batin/spiritual, bukanlah yang mudah. Kesejahteraan yang bersifat lahir yang biasa dikenal dengan kesejahteraan ekonomi lebih mudah diukur daripada kesejahteraan batin (Wiryono, 1997)

(26)

Dalam pengertian ilmu ekonomi, konsumsi dapat diartikan sebagai kebutuhan manusia dalam bentuk benda dan juga baik untuk diri sendiri maupun untuk kepentingan keluarga/lingkungannya, berdasarkan tata hubungan dan tanggungjawabnya didasarkan atas pola produksi, pola distribusi dan sistem kebutuhan yang dimilikinya yang sifatnya tercermin sebagai kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder (Lukman 2002).

Landasan Teori

Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk dengan biaya adalah :

• Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, pupuk, pestisida, bahan

bakar, bunga modal, dalam penanaman lain.

• Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang atau pajak, iuran pengairan,

taksiran penggunaan biaya jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri. • Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan

perkakas, yang berupa penyusutan.

• Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja

tetap atau tenaga bergaji tetap

• Biaya- biaya lain (Prawirakusumo, 1990)

(27)

dan penerimaan dalam usahatani. Pendapatan sangat dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dijual oleh petani sendiri sehingga semakin banyak jumlah produksi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan dari nilai penjualan hasil ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk, pestisida dan alat-alat) pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga, pajak dan lain-lain. Dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total revenue (total penerimaan) TC = Total cost ( total biaya)

(Hernanto, 1993)

Salah satu balas jasa yang banyak dibicarakan adalah balas jasa yang berwujud upah, upah banyak ditemui di sektor formal, walaupun persentase pekerja di sektor formal belum besar, namun seiring diharapkan bahwa persentase yang bekerja disektor formal akan membesar dengan majunya perekonomian.

(28)

melihat struktur pendapatan, sebagai akibat balas jasa yang diterima oleh pekerja. (Ananta, 1990)

Adapun ukuran pendapatan tenaga kerja antara lain :

1. Pendapatan kerja petani adalah pendapatan yang diperhitungkan dari penerimaan dan penjualan hasil. Penerimaan yang diperhitungkan dari yang digunakan untuk keluarga ditambah dengan kenaikan nilai inventaris dikurangi pengeluaran yang diperhitungkan.

2. Pendapatan tenaga kerja petani dari pengahasilan yang diperoleh kerja petani ditambah penerimaan yang diperhitungkan untuk keluarga.

3. Pendapatan tenaga kerja keluarga diperoleh dari penghasilan kerja petani ditambah dengan nilai tenaga kerja keluarga.

4. Pendapatan keluarga diperoleh dari pendapatan keluaga berbagai sumber. Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana kegiatan diluar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok dari usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibat efektifitas usahatani menjadi rendah (Hernanto, 1993).

(29)

Dapat dilihat pada rumus dibawah ini :

Total pendapatan usahatani x 100%

Total pendapatan keluarga petani

Meningkatnya pendapatan maka meningkat pula pengeluaran untuk keperluan rumah tangga dan pembentukan modal. Menurunnya pendapatan akan menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan modal. (Tohir, 1991)

Adapun faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan petani tersebut yaitu :

a) Umur, rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh pada produktifitas sektor pertanian Indonesia. Petani berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda.

b) Pendidikan, Masri singarimbun dan D. H. Penny mengemukakan banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga. Artinya bahwa kecakapan seseorang dalam suatu lembaga atau organisasi. Faktor terakhir inilah kemudian akan mempengaruhi secara langsung kemampuannya dalam memperoleh pendapatan yang lebih besar

(30)

secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian.

d) Jumlah tanggungan, akan semakin banyak (anggota keluarga) akan semakin berat beban hidup yang harus dipenuhi jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang tanah tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan akan semakin bertambah.

e) Luas Lahan, akan mempengaruhi skala usaha. Dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efesien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian maka lahan tersebut semakin tidak efesien. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tidakan yang mengarah pada segi efesien akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efesien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efesien pula.

(31)

input produksi dan sarana produksi dalam suatu usahatani (Soekartawi, 1998).

Pengukuran kesejahteraan petani umumnya dilakukan dengan Nilai Tukar Petani. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. Penanda kesejahteraan petani dengan NTP dapat didekati dengan berbagai cara sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Olehkarena itu, sesuai dengan tujuan penelitian maka penanda tingkat kesejahteraan dengan konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumah tangga Petani. Penanda tersebut adalah merupakan ukuran kemampuan rumah tangga petani dalam memenuhi kebutuhan subsistennya. Konsep kebutuhan subsistem disebut juga dengan nilai tukar subsisten.

( Hutabarat, 1995)

(32)

Secara sistematis Konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani adalah :

NTRP = Y/E Y = Yp + Ynp E = Ep + Ek Dimana :

Yp = Total pendapatan dari usaha pertanian Ynp = Total pendapatan dari usaha non-pertanian

Ep = Total pengeluaran untuk usaha pertanian Ek = Total pengeluaran untuk usaha non-pertanian.

Nilai tukar pendapatan rumah tangga petani (NTPRP) yang digunakan sebagai tolak ukur kesejahteraan rumahtangga petani padi adalah < 1, artinya bahwa tingkat kesejahteraan rumahtangga petani padi masih belum masuk kategori sejahtera. Dan > 1, artinya bahwa tingkat kesejahteraan rumahtangga petani padi masuk kategori sejahtera ( Hutabarat, 1995)

Kerangka Pemikiran

Petani padi sawah adalah orang yang mengusahakan produksi padi sawah dalam usaha tani dengan memiliki ciri yang terdiri dari faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi padi sawah). Faktor sosial ekonomi ini yang akan memberikan pengaruh terhadap pendapatan.

(33)

walaupun suatu keluarga telah memiliki usahatani utama namun tetap berupaya untuk mengusahakan berbagai jenis cabang usahatani yang lain maupun kegiatan produktif diluar usahatani seperti Buruh Tani dan Pedagang. Walaupun mayoritas petani di desa tersebut sudah mengusahakan usahatani padi sebagai usaha tani utama, ternyata banyak diantara mereka yang mengusahakan kegiatan lain sebagai matapencaharian tambahan disamping usahatani non padi sawah, seperti usahatani kacang kedele, cabe dan beternak.

Biaya produksi merupakan biaya yang relatif dikeluarkan untuk memproduksikan suatu barang, jika menginginkan produksi yang tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah dan sebagainya. Dengan semakin banyaknya kegiatan produktif yang dapat dilakukan petani dan keluarganya diharapkan akan mampu meningkatkan total pendapatan keluarga.

(34)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive, yaitu di desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, dengan jumlah penduduknya adalah 3246 jiwa. Adapun alasan pemilihan daerah ini dengan pertimbangan bahwa dari data yang ada ( Badan Pusat Statistik), kawasan persawahan yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai seluas 39.091 hektar dengan klasifikasi, 32.666 hektar merupakan sawah irigasi dan selebihnya seluas 6.425 hektar persawahan non irigasi. Desa Lubuk Bayas dipilih karena diantara desa yang ada di kecamatan Perbaungan, desa ini mempunyai kelompok tani yang telah mendapatkan penghargaan dalam pengembangan agribisnis tanaman yaitu Kelompok Tani Mawar.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang terbagi dalam 4 dusun dengan jumlah petani 485 jiwa. Pengambilan sampel secara Stratified

Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang, karena menurut

pendapat Bailey, ukuran sampel paling minimum adalah 30 sampel dari suatu populasi. Sampel penelitian dihitung dengan menggunakan persamaan

(35)

Spl = sampel n = populasi N = total populasi

Js = besar sampel (30 orang)

Spl1 = n .Js Spl3 = n .Js

N N

Spl1 = 125 . 30 Spl3 = 93 . 30

485 485

Spl1 = 8 Spl3 = 6

Spl1 = n .Js Spl3 = n .Js

N N

Spl = 151 . 30 Spl = 116 . 30 485 485 Spl = 9 Spl = 7

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Penentuan sampel penelitian di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan.

Dusun Populasi Sampel

Orang Persentase (%)

Dusun 1 125 8 26,6

Dusun 2 151 9 30

Dusun 3 93 6 20

Dusun 4 116 7 23,3

Total 485 30 100

sumber : kantor kepala desa Lubuk Bayas, 2009

Metode Pengumpulan Data

(36)

data sekunder diperoleh dari Kantor Kabupaten Serdang Bedagai, Kantor Kepala Desa dan instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Jenis sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2. Spesifikasi Pengumpulan Data

Tujuan

 Pendapatan usahatani padi sawah  Pendapatan usahatani non padi

sawah

 Pendapatan non usahatani

Petani Wawancara

produksi padi sawah

Petani Wawancara dan

Kuisioner

Faktor penanda kesejahteraan

 total pendapatan usahatani padi sawah

 total pendapatan usahatani non padi sawah

 total pendapatan non usahatani

 total pengeluaran usahatani padi sawah

 total pengeluaran usahatani non padi sawah

 total pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non pangan

Petani wawancara

Metode dan Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1 digunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat seberapa besar kontribusi pendapatan usahatani padi sawah terhadap total pendapatan keluarga, dimana kontribusi pendapatan petani padi sawah terhadap total pendapatan keluarga diperoleh dengan rumus :

(37)

Untuk menguji hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan model penduga Analisis Korelasi Linear Sederhana dengan bantuan program SPSS 13 yaitu dengan Analisis Korelasi Pearson.

Uji kriteria adalah :

Apabila nilai signifikan <

α

maka Ho ditolak

Apabila nilai signifikan >

α

maka Ho diterima (Sugiyono, 2006).

Semakin tinggi nilai koefisien korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Untuk membaca nilai dari derajat keeratan dapat digunakan klasifikasi hubungan statistika dua peubah menurut Guilford berikut ini: Tabel 3. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford

Nilai Hubungan Statistika Dua Peubah Keterangan

< 0,2 Tidak terdapat hubungan antara kedua

peubah

Antara 0,2 s/d 0,4 Hubungan kedua peubah lemah

Antara 0,4 s/d 0,7 Hubungan kedua peubah sedang

Antara 0,7 s/d 0,9 Hubungan kedua peubah kuat

Antara 0,9 s/d 1 Hubungan kedua peubah sangat kuat

Karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC), maka untuk menghitung seluruh biaya (TC) dengan rumus :

TC = FC + VC

Pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain pendapatan bersih dan pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Jadi pendapatan usahatani dihitung dengan rumus :

Pd = TR – TC

Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp)

(38)

Untuk menguji hipotesis 3, dilakukan analisis dengan tingkat kesejahteraan petani yang menggunakan metode konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani (NTPRP).

Konsep yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan petani yaitu konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani (NTPRP) adalah :

NTPRP = Y/E Y = YP + YNP E = EP + EK Dimana :

YP = total pendapatan dari usaha pertanian YNP = total pendapatan dari non usaha pertanian EP = total pengeluaran untuk usaha pertanian EK = total pengeluaran untuk usaha non pertanian Pengeluaran antara lain :

1. Pengeluaran dari biaya produksi adalah bibit, pupuk, obat-obatan, biaya tenaga kerja, biaya peralatan, dan biaya penyusutan.

2. Pengeluaran dari konsumsi pangan yang terdiri dari sembilan (9) bahan pokok. 3. Pengeluaran dari konsumsi non pangan yang terdiri dari konsumsi sandang,

(39)

Definisi dan Batasan Operasional

Definisi

1. Petani padi sawah adalah orang yang mengusahakan produksi padi sawah dalam usahataninya setiap musim tanam dan padi sawah yang merupakan usaha utamanya.

2. Pendapatan usahatani padi sawah (Y1) adalah penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil, dikurangi dengan pengeluaran biaya produksi, hingga saat penelitian dilaksanakan dengan satuan rupiah.

3. Pendapatan usahatani non padi sawah (Y2) merupakan penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil non padi sawah, dikurangi dengan pengeluaran nilai biaya produksi, hingga saat penelitian dilaksanakan dengan satuan rupiah.

4. Pendapatan non usahatani (Y3) merupakan penerimaan yang berasal dari usaha berdagang dan buruh tani hingga saat penelitian dilaksanakan.

5. Total pendapatan keluarga (Y) merupakan hasil penjumlahan dari pendapatan usahatani padi sawah (Y1), pendapatan usahatani non padi sawah (Y2) dan pendapatan non usahatani Y3).

(40)

7. Kontribusi pendapatan non usahatani adalah jumlah pendapatan yang diterima dari luar usahatani dibagi dengan pendapatan keluarga dan dikalikan 100%.

8. Kontribusi pendapatan usahatani non padi sawah adalah jumlah pendapatan yang diterima dari usahatani non padi sawah dan dikalikan dengan 100.

9. Karakteristik adalah sifat-sifat khas yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan perwatakan tertentu.

10. Karakter sosial ekonomi yang diteliti adalah umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan produktivitas padi sawah. 11. Umur (X1) adalah usia petani sampel yang dihitung sejak ia dilahirkan

hingga penelitian dilakukan.

12. Pendidikan (X2) adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh petani sampel untuk memperoleh pengajaran di bangku sekolah.

13. Lamanya berusahatani (X3) yang dihitung sejak petani memulai melakukan usahatani padi sawah hingga penelitiann dilakukan.

14. Jumlah tanggungan petani (X4) adalah petani sampel yang mempunyai jumlah jiwa yang dibiayai seperti isteri dan anak atau orang yang tinggal dengan petani dan menjadi tanggungan keluarga yang dihitung dalam satuan jiwa.

15. Luas lahan padi sawah (X5) adalah ukuran dari lahan padi sawah yang dimiliki oleh petani dengan ukuran ha.

(41)

17. Variabel penanda kesejahteraan Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani (NTPRP) merupakan ukuran kemampuan rumahtangga petani di dalam memenuhi kebutuhan subsistemnya.

Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat batasan operasional sebagai berikut :

1. Daerah penelitian adalah Desa Lubuk Bayas, Kecamatan perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sumber pendapatan pada petani padi sawah di daerah penelitian dibagi dalam 3 kelompok yaitu : pendapatan dari usahatani padi sawah, pendapatan usahatani non padi sawah berupa cabe, kacang kedelai dan beternak serta pendapatan dari non usahatani yang berupa kegiatan sebagai buruh tani dan berdagang

3. Sampel dalam penelitian ini adalah petani padi sawah di Desa Lubuk Bayas 4. Penelitian dilakukan tanggal 5 januari tahun 2010 sampai tanggal 17 Januari

(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Letak Geografi Dan Luas Wilayah

Desa Lubuk Bayas terletak di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah 820 Ha. Desa Lubuk Bayas terletak 13 km dari Ibukota Kecamatan Perbaungan, 30 km dari Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai dan 58 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial dengan tekstur umumnya lembung berpasir. Secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Nagakisar dan Desa Nagalawan • Sebelah Selatan berbatasan dengan PT Socfindo Matapao

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Buluh dan Kecamatan Sei

Mengkudu

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanah Merah dan Lubuk Rotan

Tata Guna Lahan

Desa Lubuk Bayas mempunyai luas lahan 820 Ha. Persawahan lahan yang paling luas digunakan untuk persawahan teknis dan non teknis, dan yang selebihnya digunakan untuk pemukiman.

Tabel 4. Distribusi Penggunaan Lahan, tahun 2009

(43)

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk pertanian yaitu sawah teknis 337 Hektar (83,5%).

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk desa lubuk bayas tahun 2009 terdiri dari 3246. Berikut penjelasannya melalui Tabel 5, dimana desa ini dibagi atas 4 dusun.

Tabel 5. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

Sumber : Kantor kepala desa lubuk bayas, 2009

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah di dusun II. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin penduduk yang mendominasi adalah perempuan yaitu 1563 jiwa.

Tabel 6. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

Kelompok umur (Thn)

Total (pria+wanita) Persentase (%) <1

Sumber : Kantor kepala desa lubuk bayas, 2009

(44)

Tabel 7. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian, tahun 2009

Sumber : Kantor kepala desa lubuk bayas, 2009

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa penduduknya mayoritas bermatapencaharian sebagai petani adalah 376 kk. Dan bermata pencaharian ke II adalah buruh tani sebanyak 103 kk.

Sarana Dan Prasarana

(45)

Tabel 8. Sarana Dan Prasarana Desa Pada tahun 2009

No Sarana Dan Prasarana Jumlah

1

• Kios pupuk dan pestisida • Kilang padi

Sumber : Kantor kepala desa lubuk bayas, 2009

.

Karakteristik Petani Sampel

(46)

Tabel 9. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Lubuk Bayas, Luas Lahan Padi sawah Produksi

Sumber : data diolah dari lampiran 1

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa umur petani sampel berkisar 31-69 tahun dengan rerata 45,03 tahun. Dari rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa petani sampel masih berada usia produktif sehingga masih besar potensi yang dimilik oleh petani tersebut untuk mengelola dan mengembangkan usahataninya dimasa yang akan datang dengan mencoba menerapkan teknologi-teknologi baru yang dapat menunjang usahatani mereka.

Lama pendidikan petani formal berkisar dengan rerata 8,83 tahun. Dari rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki sampel petani rata-rata tamat Sekolah Dasar. Hal ini menyebabkan wawsan dan cara berpikir mereka masih sangat sederhana. Dan jika mereka menerima penerapan teknologi yang baru harus melewati proses pendekatan dan kesabaran untuk mengajak mereka melakukan perubahan tersebut.

(47)

Jumlah tanggungan yang dimiliki petani berkisar 1-7 orang dengan rerata 3 orang. Hal ini tidak begitu menjadi kendala bagi petani untuk mengembangkan usahataninya.

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kontribusi Pendapatan Usahatani Padi Sawah

Pendapatan petani padi sawah di Desa Lubuk Bayas memiliki 3 sumber pendapatan yaitu pendapatan dari usahatani padi sawah, pendapatan dari non usahatani dan pendapatan dari usahatani non padi sawah. Besarnya pendapatan dari usahatani padi sawah diperoleh dengan menghitung besarnya penerimaan dari produksi padi sawah dikurangi biaya produksi. Tanaman padi di panen dalam 2 kali selama setahun dengan musim tanam I, dari bulan Mei sampai September.sedangkan musim tanam II dari bulan Oktober sampai bulan Januari.

Besarnya pendapatan dari berbagai sumber pendapatan petani di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

No Sumber Pendapatan Per Petani (Rp) 1

2 3

Padi Sawah

Cabe, Kacang kedelai, beternak Buruh tani, berdagang

21,810,422 10,203,274 5,353,464

Total 37,367,160

sumber: data diolah dari lampiran 36

(49)

Untuk mengetahui besarnya kontribusi usahatani padi sawah, usahatani non padi sawah dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Kontribusi Pendapatan Usahatani dan Non Usahatani Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

No Uraian Pendapatan

(Rp/Thn) Usahatani Non Padi sawah Non Usahatani

sumber: data diolah dari lampiran 37

Dari Tabel 11 menunjukkan rata-rata kontribusi yang diberikan oleh pendapatan dari Usahatani Padi Sawah terhadap pendapatan keluarga sebesar 58,36 %. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa usahatani padi sawah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga dibandingkan dengan pendapatan dari usahatani non padi sawah dan non usahatani.

Kontribusi Pendapatan Usahatani Non Padi Sawah

Berdasarkaan Tabel 10 pendapatan dari usahatani non padi sawah berasal

dari usahatani cabe, kacang kedelai dan beternak sebesar Rp 10,203,274. Usahatani non padi sawah berupa cabe dan kacang kedelai di tanam dari bulan Februari sampai bulan April tahun 2009.

(50)

Kontribusi Pendapatan Non Usahatani

Pendapatan dari non usahatani bersumber dari usaha berdagang dan buruh tani dan dilakukan oleh petani di sela-sela waktu luang mereka. Berdasarkan Tabel 10 pendapatan dari non usahatani berupa buruh tani dan berdagang mempunyai rata-rata pendapatan sebesar Rp 5,353,464.

Berdasarkan Tabel 11 sumbangan dari Non Usahatani terhadap pendapatan keluarga adalah 14,32 %. Hal ini menjelaskan bahwa pendapatan petani yang bersumber dari non usahatani memberikan kontribusi yang lebih kecil bila dibandingkan dengan usahatani padi sawah dan usahatani non padi sawah. Hal ini disebabkan karena petani lebih mengutamakan mengusahakan usahatani padi sawah dibanding usaha yang lain. Mereka menganggap bahwa usahatani yang lain dan kegiatan di bidang non usahatani merupakan kegiatan sampingan sehingga mereka tidak terlalu serius mengusahakannya.

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah

1. Hubungan Umur Dengan Pendapatan Padi Sawah

(51)

umur petani di Desa Lubuk Bayas tergolong dalam usia produktif tetapi menempuh pendidikan formal hanya 8,83 tahun. Keadaan ini mempengaruhi keterampilan petani dalam mengadopsi teknologi yang baru.

2. Hubungan Pendidikan Dengan Pendapatan Padi Sawah

Menurut Ahmadi (2003), mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang akan diperlukan dalam kehidupannya. Kekurangan tersebut akan mempengaruhi tingkat kualitas pekerjaannya.

Berdasarkan Lampiran 45, bahwa analisis korelasi antara pendidikan dengan pendapatan petani memiliki tingkat signifikan sebesar 0,262. Sedangkan koefisien r sebesar 0,211. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara 2 peubah menurut Guildford, maka pada 0,2 s/d 0,4 menyatakan bahwa hubungan pendidikan dengan pendapatan petani menyatakan hubungan yang lemah. Tingkat signifikan 0,262 > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan yang nyata antara pendidikan dengan pendapatan padi sawah. Hal ini terjadi karena tingkat pengetahuan petani masih tergolong rendah sehingga pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan potensi di dalam maupun diluar dirinya untuk menjalankan usahataninya masih rendah.

3. Hubungan Lamanya Berusahatani Dengan Pendapatan Padi Sawah

(52)

sebaliknya. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara 2 peubah menurut Guildford, maka pada r < 0,2 berarti tidak terdapat hubungan antara lamanya berani dengan pendapatan padi sawah. Tingkat signifikan pada 0,529 > 0,05 maka Ho diterima dan tidak ada hubungan yang nyata antara lamanya bertani dengan pendapatan pada padi sawah tersebut. Hal ini disebabkan karna metode yang digunakan oleh petani dalam mengusahakan usahataninya masih tradisional.

4. Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Pendapatan Padi Sawah

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 47, menjelaskan bahwa korelasi antara jumlah tanggungan dengan pendapatan petani menghasilkan tingkat signifikan sebesar 0,798 dengan nilai koefisien (r) sebesar 0,049. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara 2 peubah menurut Guildford, maka pada r < 0,2 berarti tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan dengan pendapatan padi sawah. Tingkat signifikan pada 0,798 > 0,05 maka Ho diterima dan tidak ada hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan dengan pendapatan pada padi sawah tersebut. Hal ini disebabkan karena jumlah tanggungan petani rata-rata 3 orang/keluarga yang merupakan tanggungan ekonomi petani, dimana kebutuhan harus tetap dipenuhi tanpa bergantung terhadap besar kecilnya pendapatan.

5. Hubungan Luas Lahan Padi Sawah Dengan Pendapatan Padi Sawah

(53)

mengusahakan pertanian lebih mengupayakan pengawasan terhadap berbagai pemakaian faktor produksi.

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 48, menjelaskan bahwa korelasi antara luas lahan dengan pendapatan petani menghasilkan tingkat signifikan sebesar 0,00 dengan nilai koefisien (r) sebesar 0.981. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara 2 peubah menurut Guildford, maka pada r yang berada antara 0,9-1 berarti terdapat hubungan sangat kuat antara luas lahan dengan pendapatan padi sawah. Tingkat signifikan pada 0,00 < 0,05 maka Ho ditolak maka ada hubungan yang nyata antara luas lahan dengan pendapatan pada padi sawah tersebut.

6. Hubungan Produksi Padi sawah Dengan Pendapatan Padi Sawah

(54)

Pengaruh Pendapatan Terhadap Kesejahteraan Petani Padi Sawah

a.Pola Pengeluaran Pangan .

Secara umum besaran konsumsi rumahtangga petani dibagi menjadi 2 kelompok yaitu pengeluaran untuk pangan dan pengeluaran untuk non pangan. Pada umumnya besarnya nilai pengeluaran rumahtangga di pedesaan bervariasi sesuai dengan besarnya pendapatan yang mereka peroleh. Fenomena ini akan terjadi apabila pendapatan rendah akan lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan subsistennya terutama kebutuhan pengeluaran bahan makanan dibanding lainnya. Berbeda halnya bila pendapatan yang diperoleh semakin tinggi akan terjadi pergeseran antara kebutuhan bahan makanan dengan kebutuhan bukan makanan. Rata-rata pengeluaran petani selama 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata Proporsi Pengeluaran Pangan pada Petani Padi di Desa Lubuk Bayas, selama 1 tahun.

No Jenis Pangan Pengeluaran Pangan

Nilai (Rp) Persentase (Rp) 1 sumber: data diolah dari lampiran 39

(55)

mayoritas petani menggunakan minyak tanah selain digunakan untuk memasak juga digunakan untuk penerangan sedangkan penggunaan gas merupakan program pemerintah. Sementara itu, kebutuhan akan beras rata- rata Rp 1,974,000

(26,2 %) merupakan kebutuhan pokok. Pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan

(56)

b. Pengeluaran Non Pangan

Pada Tabel 13, memperlihatkan jenis pengeluaran non pangan yang dihitung selama 1 tahun.

Tabel 13. Rata-rata Proporsi Pengeluaran Non Pangan Rumahtangga Petani, selama 1 tahun.

sumber: data diolah dari lampiran 41

Diantara ke 9 jenis non pangan tersebut, memperlihatkan bahwa pengeluaran untuk pendidikan lebih tinggi sebesar 30,4 %, dibandingkan pengeluaran non pangan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran rumahtangga petani akan pentingnya pendidikan mulai berkembang meskipun biaya untuk pendidikan lebih besar dibanding untuk pengeluaran non pangan lainnya. Disamping itu pengeluaran untuk non pangan lainnya seperti pakaian sebesar (16,5 %) , biaya pengobatan sebesar (2,6 %) dan transportasi sebesar (10,7 %) berperan sebagai pelengkap kebutuhan non pangan yang penting. Pengeluaran untuk biaya pengobatan hanya 2,6 % karena sifat pengeluarannya secara insidentil. Namun untuk beberapa pengeluaran tertentu seperti untuk agama sebesar 8,6 % lebih dominan bila dibandingkan dengan pengeluaran seperti perbaikan rumah, kegiatan sosial, dan rekreasi.

No Jenis Non Pangan Pengeluaran Non Pangan

(57)

c. Total Pengeluaran Rumahtangga

Total pengeluaran rumahtangga petani antara kelompok kebutuhan pangan dan non pangan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.

Tabel 14. Total Pengeluaran Rumahtangga Petani di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009.

No Jenis Jumlah (Rp) Persentase (%)

1 2

Pangan Non pangan

7,533,723 9,623,357

42,65 57,34

Total 17,157,079 100

sumber: data diolah dari lampiran 42

Dari Tabel 14 tersebut memperlihatkan total pengeluaran rumahtangga antara kelompok kebutuhan pangan dan non pangan termasuk relatif merata dengan posisi hampir seimbang 50% dari total pengeluaran rumahtangga. Hal ini berarti petani padi sudah berorientasi menyeimbangkan kebutuhan pangan dan non pangan sesuai dengan tingkat pendapatan yang mereka peroleh. Namun tidak menutup kemungkinan rumahtangga petani akan memprioritaskan lebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan pangan dibanding kebutuhan non pangan.

(58)

Tingkat Kesejahteraan Petani

Salah satu untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga petani dengan menggunakan konsep NTPRP (Nilai Tukar Rumahtangga Petani) merupakan nisbah antara pendapatan rumatangga petani dari berbagai sektor dengan seluruh pengeluaran rumahtangga yang terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non pangan serta pengeluaran untuk produksi pertanian.

Tabel berikut memperlihatkan besarnya pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan yang menggunakan konsep NTPRP selama 1 tahun.

Tabel 15. Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga pada Petani Padi Sawah di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

No Uraian Jumlah (Rp)

1 2 3 4

Pendapatan dari padi sawah Pendapatan dari non padi sawah dan non usahatani Pengeluaran untuk usahatani sumber: data diolah dari lampiran 43

(59)
(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1) a. Kontribusi pendapatan usahatani padi sawah terhadap pendapatan keluarga adalah besar dengan menunjukkan rata-rata kontribusi yang diberikan oleh pendapatan dari usahatani padi sawah terhadap pendapatan keluarga sebesar 58,36 %. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa usahatani padi sawah memberikan sumbangan yang besar terhadap pendapatan keluarga.

b. Kontribusi yang diberikan oleh pendapatan dari usahatani non padi sawah sebesar 27,30 % . Kontribusi pendapatan usahatani non padi sawah terhadap pendapatan keluarga adalah lebih kecil dibandingkan kontribusi dari pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi sawah. c. Kontribusi dari non usahatani terhadap pendapatan keluarga adalah

14,32 %. Kontribusi pendapatan dari non usahatani terhadap pendapatan keluarga lebih kecil dibandingkan kontribusi pendapatan dari usahatani padi sawah dan kontribusi dari non usahatani.

2) Karakteristik sosial petani padi sawah diketahui bahwa :

a. Tidak ada hubungan umur, pendidikan, lamanya berusahatani dan jumlah tanggungan dengan pendapatan petani padi sawah.

(61)

3) Besarnya pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan petani padi sawah yang dihitung dengan menggunakan konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani (NTPRP) adalah 1,637. Termasuk dalam kategori sejahtera artinya bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran mereka.

Saran

(62)

DAFTAR PUSTAKA

www. Compas Community.Com; barita.blog. 2003. Tingkat Pendapatan Petani

Terhadap Komoditas Unggulan Sulawesi Selatan. Jakarta.

BPS Sumatera Utara Dalam Angka 2000

Deptan. 2003. Dilema Kebijakan Sektor Pertanian Indonesia : kesejahteraan

Petani. Jakarta.http/Multiply.Com/journal.item

Depdikbud, 1986. Sistem Ekonomi Tradisional daerah Sumut, Jakarta: http//www knifgraz

Adiratma, E. 2004. Stop Tanam Padi. Penebar Swadaya Jakarta.

Ananta, Aris. dkk. 1990. Ekonomi Sumber Daya Manusia. LDFE UI. Jakarta. Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hutabarat, B. 1995. Pengukuran Dampak Nilai Tukar Terhadap Produksi Dan

Pendapatan Petani, Jurnal Agro Ekonomi, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi

Pertanian, Departemen Pertanian.

Lukman, S. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan

Sosiologis. :Kanisius. Yogyakarta

Pitojo, S. 2006. Budidaya Padi Sawah Tabela. Penebar Swadaya. Jakarta Rahardjo, P. 2001. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar. UI Press. Jakarta Rahardjo. M. D. 1995. Transformasi Pertanian Industrialisasi dan Kesempatan

Kerja, UI Press. Jakarta

Rosyidi, S. 1998. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi

Mikro dan Makro. Radja grafindo. Jakarta

Salim, Emil. 1984. Perencanaan Pembangunan Dan Pemerataan Pendapatan. Inti Dayu Press. Jakarta.

Soekartawi., Soehardjo.A. Dilou.J.L., dan Handaken. B., 1994. Ilmu Usahatani

dan Pendidikan Pengembangan Pertanian Kecil. UI Press . Jakarta.

(63)

Soepomo , 1997. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Suryana.A., 2003. Kapita Selekta evolusi Pemikiran Kebijakan ketahanan Pangan

Edisi03/04. BPFC. Yogyakarta

Tarigan, robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi . Edisi Revisi. Bumi aksara. Jakarta

Tohir, K. A., 1991. Seuntai Pengetahuan Indonesia jilid I. Rineka Cipta. Jakarta. .

(64)
(65)
(66)

Lampiran 3. Total Biaya Penyusutan Usahatani Padi sawah di Desa Lubuk Bayas Tahun 2009 (MT I)

(67)

Traktor Sabit

Penyusutan Unit Harga Rp/unit

(68)

Lampiran 4. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Desa Lubuk

Pengolahan Lahan Pembibitan Penanaman

(69)

lanjutan lampiran 4

Pemupukan Pemeliharaan Panen Total

(70)
(71)
(72)

Lampiran 6. Total Biaya Penyusutan Usahatani Padi sawah di Desa Lubuk Bayas Tahun 2009 (MT II)

(73)
(74)

Lampiran 7 . Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Desa Lubuk Bayas Tahun 2009

Pengolahan Lahan Pembibitan Penanaman

(75)
(76)
(77)
(78)
(79)

Biaya Pajak dan Saprodi Benih

MT I MT II

No Sampel

(80)

Lampiran 11. Total Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah tahun 2009 (MT I)

(81)

Lampiran 12. Total Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah tahun 2009 (MT II)

(82)

Lampiran 13. Total Penerimaan Usahatani Padi Sawah Tahun 2009

Jumlah 20,34 152.960 234.673 84.100 431.458.000

(83)

Lampiran 14. Total Penerimaan Usahatani Padi Sawah

Jumlah 20,34 128.444 192.377 84.050 363.332.500

(84)

Lampiran 15. Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah Tahun 2009 (MT I )

No Luas Lahan

(Ha)

Total Penerimaan (Rp)

Jumlah 20,34 431.458.000 63.842.456 366.058.544

(85)

Lampiran 16. Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah Tahun 2010 (MT II )

No Luas Lahan Total Penerimaan Total Biaya Produksi Pendapatan Padi sawah

Sampel (Ha) (Rp) (Rp) (Rp)

1 0,24 4.500.000 2.632.583 1.867.417

2 0,2 2.884.000 1.603.000 1.281.000

3 1,2 18.000.000 2.749.999 15.250.001

4 4 60.000.000 7.998.105 52.001.895

5 0,2 3.437.500 583.333 2.854.167

6 0,16 1.881.000 700.750 1.180.250

7 0,06 900.000 357.916 542.084

8 1 14.000.000 2.442.100 11.557.900

9 0,32 3.300.000 1.326.000 1.974.000

10 1,2 27.000.000 3.547.500 23.452.500

11 0,6 12.150.000 2.101.833 10.048.167

12 1,6 33.600.000 4.338.333 29.261.667

13 1,2 18.000.000 2.525.833 15.474.167

14 0,24 4.000.000 1.509.666 2.490.334

15 1 18.750.000 5.978.000 12.772.000

16 0,5 7.000.000 2.152.916 4.847.084

17 0,3 5.880.000 1.562.082 4.317.918

18 0,2 3.500.000 1.372.599 2.127.401

19 0,4 9.800.000 1.936.832 7.863.168

20 0,2 3.250.000 816.666 2.433.334

21 0,8 14.400.000 2.350.833 12.049.167

22 0,4 7.500.000 2.960.208 4.539.792

23 0,28 5.600.000 1.624.250 3.975.750

24 0,3 5.750.000 1.744.516 4.005.484

25 0,4 7.000.000 1.850.666 5.149.334

26 0,3 5.250.000 1.905.849 3.344.151

27 0,4 7.500.000 1.949.166 5.550.834

28 0,64 13.500.000 2.773.666 10.726.334

29 1 24.000.000 5.237.333 18.762.667

30 1 21.000.000 4.445.833 16.554.167

Jumlah 20,34 363.332.500 75.078.366 288.254.134

(86)

Lampiran 17. Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah Tahun 2010 di Desa

Jumlah 20,34 366.058.544 288.254.134 654.312.678

(87)

Lampiran 18. Total Biaya Produksi Padi sawah di desa Lubuk Bayas tahun 2010 No

Sampel

Total Biaya Produksi Padi

15 5.280.000 5.978.000 11.258.000

16 1.873.916 2.152.916 4.026.832

Jumlah 63.842.456 75.078.366 138.920.822

Gambar

Tabel  1. Penentuan sampel penelitian di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan.
Tabel 2. Spesifikasi Pengumpulan Data
Tabel 3. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford
Tabel  4.  Distribusi Penggunaan Lahan, tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bukti bahwa Allah sayang kepada manusia diantaranya adalah Allah.. Menciptakan udara

Kebijakan yang digunakan pada program disesuaikan dengan kebutuhan, dan ini merupakan sebuah contoh sederhana terhadap implementasi keamanan yang dibutuhkan pada suatu jaringan

Using this method, we successfully cloned 40 peptides into the expression vector and iden- tified about 20 new AMPs from Brassica napus cDNA libraries that showed

Komunikasi berpengaruh terhadap Kinerja pegawai pada bagian Tata Usaha. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Penelitian yang dilakukan oleh Nurjana (2016) dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kanker Serviks Terhadap Motivasi Wanita Usia Subur Untuk Pemeriksaan Tes Inspeksi

Dari eksperimen sederhana pada tes penentuan posisi pada titik kontrol N0005 dan pengukuran detil planimetrik didapat dua hasil yang agak berbeda dimana pada tes

Semua kegiatan di atas adalah berkembang melalui proses perjuangan, mulai dari pengenalan makna ekonomi Islam, penerapan sebagian dari ekonomi tersebut

Hasil menunjukan bahwa perlakuan media berpengaruh nyata terhadap diameter koloni dan kecepatan pertumbuhan miselium jamur merang (Volvariella volvaceae), dan media alternatif