BAB VI Kesimpulan dan Saran
4.2 Penggunaan Lahan
38
Gambar 4.3 Peta Guna Lahan Gampong Telaga Tujuh
39 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Permukiman 5.1.1 Fisik Alam
Berdasarkan kondisi geografis Gampong Telaga Tujuh merupakan daerah pantai, dilihat dari jenis tanahnya yang merupakan Andosol yaitu berpasir putih.
Berdasarkan topografi kawasan permukiman ini berada diatas permukaan laut dengan ketinggian kurang dari 10 meter. Kondisi hidrologi pada kawasan permukiman ini terdiri dari sistem hidrologi dari alur laut dan muara.
Kawasan permukiman Gampong Telaga Tujuh berada diatas tanah yang bercampur pasir dengan garis pantai yang mengililingi pulau. Kondisi saat ini permukiman tersebut mengalami abrasi pantai akibat dari patahnya bibir pantai sepanjang 12 km, air pasang akan mengenangi sebagian kawasan permukiman sejak pukul 08.00 sampai puncaknya pukul 14.00 wib, dan kondisi ini juga tergantung pada pasang surut air laut dengan waktu yang berbeda-beda.
Permukiman diatas air yang dikelilingi oleh laut sangat rentan terhadap gelombang pasang air laut yang berpengaruh terhadap kondisi keselamatan permukiman penduduk. Untuk mencegah gelombang air laut sebagian permukiman dipasang pemecah tanggul ombak (Gambar 5.1), berdasarkan hasil wawancara dengan kepada desa Gampong Telaga Tujuh tanggul pemecah ombak di buat secara sua tahapan yaitu pada tahun 2011 dan 2019 dengan total panjang sekitar 476, 56 meter guna untuk mencegah abrasi, namun ada kala ketika suatu
40
waktu kondisi gelombang pasang dengan intensitas yang sangat tinggi maka permukiman Gampong Telaga Tujuh akan terendam yang mana air laut akan menggenangi permukiman dan sebagian rumah yang berada di pinggir laut, air akan masuk juga ke rumah-rumah penduduk. Kondisi ini terjadi hanya pada waktu tertentu, biasanya terjadi pada bulan oktober.
Berdasarkan hasil wawancara dari tokoh masyarakat yang mengetahui perkembangan Gampong Telaga Tujuh bahwasanya permukiman dibangun pertama kali berada pada arah selatan permukiman yang mana perkembangan permukiman selanjutnya mengikuti jalan secara alami, aktivitas dan kebutuhan ruang pada masa itu
Gambar 5.1 Tanggul Pemecah Ombak
Kondisi alam yang rentan terhadap abrasi menyebabkan perubahan fisik permukiman, yang mana awal permukaan daratan yang luas dimana terdapat beberapa bangunan yang berada pada kawasan ini mengalami kerusakan akibat terjangan ombak laut, sehingga rumah-rumah disekitar tanggul yang sekarang ini sudah tidak ada lagi, kondisi ini terjadi mulai sejak tahun 2014.
5.1.2 Kondisi Fisik Bangunan
Secara arsitektual, morfologi bangunan permukiman yang berada di kota pesisir terdiri dari bangunan diatas tanah, rumah panggung diatas darat, bangunan panggung diatas air dan bangunan rakit diatas air (Agtha, 2020). Berdasarkan hasil observasi kondisi kawasan permukiman Gampong Telaga Tujuh yang merupakan kawasan pesisir yang di kelilingi oleh laut maka dapat terlihat adanya pembagian zona permukiman, dimana terdapat zona kawasan diatas air laut, zona kawasan trasnsisi pasang surut air laut dan zona kawasan daratan (Gambar 5.2 dan 5.3).
\
darat transisi di atas air
Gambar 5.2 Ilustrasi Zona Permukiman Gampong Telaga Tujuh
42
Dengan melihat aktivitas masyarakat sebagai permukiman nelayan dan kondisi geografisnya maka dapat terlihat kondisi dan suasana pada permukiman Gampong Telaga Tujuh ini, dimana dari ciri khas bangunan huniannya yaitu dengan jenis rumah panggung. Dilihat dari zona kawasannya bangunan yang berada di atas permukaan air berbentuk banguunan panggungnya dengan tiang pondasi lebih tinggi yaitu sekitar 1 sampai 2 meter (Gambar 5.4).
Gambar 5.3 Pembagian Zona Permukiman
Zona trasnsisi merupakan area yang jika pasang air laut akan tergenang dan jika air laut surut maka area tersebut tidak tergenang air. Pada zona kawasan transisi pasang surut air laut terlihat pondasi bangunan panggungnya lebih pendek dibandingkan dengan zona di atas air yaitu dengan tiang pondasinya sekitar 50 cm - 1 meter dikarenaka topografinya yang lebih tinggi (Gambar 5.5).
Gambar 5.4 Rumah Panggung di Atas Air
44
Zona kawasan darat merupakan area dengan topografii yang tertinggi pada permukiman Gampong Telaga Tujuh, dimana terlihat jenis bangunannya juga menggunakan rumah panggung, namun terdapat perbedaan tinggi pondasinya dibandingkan dengan zona pada daerah trasnsisi pasang surut dan bangunan diatas air yaitu dengan panjang pondasi hanya sekitar 30-50 centi meter (Gambar 5.6).
Gambar 5.5 Rumah Panggung Kawasan Trasnsisi Pasang Air Laut
Panjang pondasi bangunan/rumah panggung pada setiap zona berberda dikarenakan perbedaan topografi sehingga masyarakat membangun rumah mereka menyesuaikan ketinggian dan resiko terhadap pasang tertinggi air laut. Ciri lainnya pada bangunan di permukiman Gampong Telaga Tujuh hampir di setiap muka bangunan dilengkapi dengan tangga kecil untuk menjangkau hunian rumah dan sebagian pada muka bangunan rumah langsung terhubung dengan jembatan kayu ke badan jalan.
Gambar 5.6 Rumah Panggung Kawasan Darat
46
Adapun tujuan dari rumah panggung serta tersedianya tangga pada muka bangunan yaitu untuk menghindari terjadinya banjir atau pasang dari air laut sehingga air tidak dapat menjangkau permukaan rumah yang dapat merusak kontruksi bangunan, selain itu rumah panggung juga dapat melindungi dari hewan raptil masuk ke rumah warga. Kontruksi bangunan hunian masyarakat Gampong Telaga Tujuh mayoritas berbahan kayu dan dengan atap seng.
5.1.3 Kondisi Sarana Prasarana Permukiman
Lingkungan hidup sehat adalah lingkungan yang terdiri dari kumpulan rumah sehat yang ditempatkan secara teratur dan dilengkapi dengan prasarana dan peralatan lingkungan yang sesuai (Patandianan dan Zenaide, 2011). Adapun kondisi sarana prasarana di Gampong Telaga Tujuh yaitu :
1. Jaringan Jalan
Gampong Telaga Tujuh merupakan kawasan permukiman yang berada di lepas pantai yang langsung berbatasan dengan selat malaka.
Untuk menuju ke permukiman hanya bisa ditempuh dengan menggunakan trasnportasi laut. Adapun waktu tempuh dari Pelabuhan Kuala Langsa menuju ke permukiman Gampong Telaga Tujuh lebih kurang 30 menit perjalanan menggunakan kapal penumpang (Gambar 5.7).
Kondisi jalan lingkungan pada kawasan permukiman sangat baik. Dari hasil observasi hampir semua jalan lingkungan dengan kontruksi diperkeras, selebihnya yaitu masih permukaan tanah dan jalan/jembatan yang terbuat dari kayu yang menghubungkan antara rumah ke rumah yang lain namun lebar jalan lebih kurang hanya 1-2 meter saja (Gambar 5.8 dan Gambar 5.9).
Gambar 5.7 Transportasi Menuju Permukiman
Gambar 5.8 Jembatan/Jalan Yang Menghubungkan Bangunan Dengan Bangunan Lain
48
2. Kondisi Air Bersih
Untuk kebutuhan air bersih berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan masyarakat dan kepada desa bahwa masyarakat Gampong Telaga Tujuh tidak mempunyai akses perpipaan langsung yang terhubung kerumah. Masyarakat memperoleh air bersih dengan cara membeli perdiregen yang diangkut dari tempat penampungan air ke masing-masing rumah dengan gerobak dorong. Harga perdiregennya hanya Rp.500,- harga yang relatif rendah dari pada harga normal yang biasanya Rp. 5000,-/dirigen dikarenakan adanya subsidi dari dana gampong/desa.
Gambar 5.9 Kondisi Jaringan Jalan
Selain itu, air hujan di tamping oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari mereka (Gambar 5.10).
3. Kondisi Limbah / MCK
Berdasarkan observasi dan wawancara kondisi pembuangan limbah atau MCK masyarakat Gampong Telaga Tujuh sangat tidak layak.
Masih banyak rumah yang tidak tersedia toilet pribadi (90%), sebagian besar masyarakat menggunakan MCK umum untuk keperluan sehari-hari. Dari hasil observasi telah tersedia dua MCK dengan dilengkapi septictank dengan pengolahan limbahnya, namun saat ini salah satu kondisinya rusak dan tidak terawat dan jarang digunakan. Sedangkan MCK umum lainnnya berada jauh di atas permukaan laut yang limbahnya pembuangannya langsung ke laut (Gambar 5.10 dan Gambar 5.11).
Gambar 5.10 Kondisi Air Bersih
50
4. Kondisi Persampahan
Kondisi pengolahan persampahan pada kawasan permukiman Gampong Telaga Tujuh masih sangat buruk, sebagian masyarakat dalam pengolahan sampah dengan cara dibakar, sedangkan sebagian besar masyarakat masih membuang sampah langsung ke laut.
Gambar 5.11 Kondisi MCK Rusak dan Tidak Terawat
Gambar 5.12 Kondisi MCK Tidak Layak yang Buangannya Langsung ke Laut
Dari hasil observasi masih banyak ditemukan beberapa titik pada sudut permukiman adanya tumpukan sampah yang dibiarkan dan tidak ada pengelolaan, sehingga kondisi ini memberi dampak buruk bagi kesehatan masyarakat serta visual permukiman itu sendiri (Gambar 5.13).
5. Kondisi sarana/ fasilitas umum dan sosial
Ketersediaan fasilitas umum dan sosial di Gampong Telaga Tujuh yaitu fasilitas taman kanak-kanan berada di Dusun Sentosa, Sekolah Dasar yang berada di Dusun Rukun dan Sekolah Menengah Pertama yang berada di Dusun Damai, fasilitas peribadatan yaitu mesjid berada di Dusun Rukun. Terdapat juga fasilitas perkantoran yaitu Kantor Geuchik beserta balai pertemuan warga dan pokesdes serta tenaga pembangkit listrik dengan kondisi baik (Gambar 5.14).
Gambar 5.13 Kondisi Sampah di Permukiman
52
Gambar 5.14 Sebaran Fasilitas Umum dan Sosial Poskesdes Pembangkit Listrik/PLN
Kantor Geuchik SMP
SD TK
Mesjid
5.1.4 Kondisi Sosial Budaya Permukiman
Karaktersitik sosial budaya merupakan unsur utama pokok ada dalam masyarakat. Karakteristik sosial budaya yang memiliki pengaruh pada pola permukiman nelayan yaitu kondisi ekonomi dan mata pencaharian, organisasi sosial, dan kepercayaan agama (Poerwati et al., 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, Gampong Telaga Tujuh dihuni oleh masyarakat suku Aceh sebayak 90 %, yang mana kondisi ini akan berpengaruh terhadap aktivitas dan kegiatan adat masyarakat. Sampai sekarang aktivitas budaya adat masyarakat masih dilakukan dan diadakan secara turun temurun setiap tahunnya. Kegiatan budaya yang sampai saat ini masih dilakukan yaitu seperti Keunduri Maulid Nabi dan Keunduri Laot. Kegiatan ini sudah dilaksanakan sejak lama secara turun temurun. Kegiatan ini akan menjadi upacara wajib bagi nelayan sebagai penghormatan bagi leluhur.
Acara Kenduri Laot biasanya akan diadakan 2 (dua) tahun sekali dan biasanya diadakan pada bulan juli. Acara yang dilangsungkan berupa sedakah makanan, santunan anak yatim, dan pemotongan kepala kerbau/lembu yang setelah itu akan dimasukan kedalam kapal nelayan yang dihiasi lengkap dengan bunga tujuh rupa dan air dari tujuh sumber air yang diambil disekitar kawasan.
Adapun tujuan dari acara ini yaitu diharapkan pada musim melaut tiba, para nelayan akan mendapatkan hasil tangkapan yang cukup banyak dan selalu mendapatkan keselamatan pada saat mereka pergi melaut.
Dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat Gampong Telaga Tujuh masih tergolong rendah, dimana masih banyak terdapat masyarakat tidak bersekolah,
54
paling banyak masyarakat berpendidikan yaitu ditingkat sekolah menegah pertama (SMP) yaitu sekitar 28 % dan Sekolah Dasar (SD) sekitar 14 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Tabel 5.1) dan (Gambar 5.15).
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Gampong Telaga Tujuh
No Pendidikan Jumlah
1 TK 43
2 SD 225
3 SMP 453
4 SMA 90
5 Tidak Sekolah 810 Jumlah 1.521 Sumber : Profil Permukiman
5.1.5 Kondisi Ekonomi
Permukiman Gampong Telaga Tujuh merupakan daerah lepas pantai, dimana sumber pendapatan masyarakat yaitu usaha penangkapan ikan dan usaha perikanan laut. Diketahui semua kepala keluarga masyarakat Gampong Telaga Tujuh yaitu sebagai nelayan, oleh karena itu masyarakat permukiman Telaga Tujuh dikenal dengan masyarakat nelayan (Gambar 5.16 dan Gambar 5.17).
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
TK SD SMP SMA Tidak Sekolah
Gambar 5.15 Diagram Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Untuk mengetahui jenis perkerjaan masyarakat Gampong Telaga Tujuh dapat dilihat pada (Tabel 5.2).
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Gampong Telaga Tujuh
No Pekerjaan Jumlah
1 Belum Bekerja 258
2 Bidan, Perawat dan Apoteker 3
3 Buruh Harian Lepas 97
4 Mengurus Rumah Tangga 569
5 Nelayan 602
6 Pedagang 23
7 PRT 9
Jumlah 1561
Sumber : Profil Permukiman
Gambar 5.16 Aktivitas Masyarakat Menangkap Ikan
Gambar 5.17 Kapal Nelayan untuk Mencari Ikan di Laut
56
Ketergantungan perekonomian masyarakat pada perairan sangatlah tinggi dikarenakan mata pencaharian utama mereka yaitu usaha tangkap ikan. Dari sektor industri masyarakat Gampong Telaga Tujuh dikenal sebagai industri pengawetan ikan asin dalam skala rumahan. Dimana hasil tangkap ikan dari nelayan akan dikumpulkan dan dijual, namun sebagian ikan akan di asinkan dan dijemur dalam proses pembuatannya oleh ibu-ibu (Gambar 5.18).
Khusus pengawetan ikan asin ini ada yang berfisat musiman, dimana akan diproduksi setiap ada ikan hasil tangkapan dari nelayan dan masyarakat mengandalkan matahari dalam proses pengeringannya. Namun apabila musim hujan produksi ikan asin dari masyarakat akan berkurang. Dengan adanya usaha pengawetan ikan asin ini dapat menunjang dan menambah penghasilan dan perekonomian masyarakat Gampong Telaga Tujuh.
Berdasarkan peneliti sebelumnya, Johan Silas (2011) menyatakan bahwa permukiman harus mengikuti kriteria permukiman yang baik dengan memenuhi aspek fisik dan non fisik. Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan bahwasanya, karakteristik permukiman Gampong Telaga Tujuh yaitu permukiman pesisir yang dikelilingi oleh laut yang rentan terhadap gelombang
Gambar 5.18 Pengawetan Ikan Asin
pasang air laut dan abrasi, sehingga daerah permukiman terbagi atas tiga zona, yaitu zona kawasan diatas air laut, zona kawasan transisi dan zona kawasan darat.
Kondisi geografis dan fisik alam permukiman tersebut mempengaruhi bentuk dari pada bangunan-bangunan yang ada di permukiman GampongTelaga Tujuh yaitu dengan bangunan atau rumah panggung dengan kontruksi sebagian besar kayu dan atap seng yang dilengkapi dengan tangga kecil pada muka bangunan. Untuk aksesibilitas antara bangunan langsung terhubung ke jalan-jalan lingkungan/ jembatan yang terbuat dari perkerasan maupun kayu yang berakhir dengan dermaga atau tempat berlabuhnya perahu nelayan.
Mayoritas masyarakat Gampong Telaga Tujuh yaitu suku aceh dengantingkat pendidikan yang masih rendah, serta mata pencaharian masyarakat yaitu sebagai nelayan nelayan dan industri rumah tangga yaitu pengawetan ikan asin. Kawasan permukiman juga tersedia sarana dan prasarana yangkurang memadai.