• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.3 Gambaran Usahatani Padi

5.3.2 Penggunaan Sarana Produksi

Petani pemilik penggarap sebagian besar menggunakan benih yang dibeli di pasar dengan harga rata-rata Rp 5.816,67 per kg. Persentase petani pemilik penggarap yang membeli benih dan yang membuat benihnya sendiri masing- masing sebesar 50,00 persen dari total responden petani pemilik penggarap. Rata- rata jumlah benih per hektar yang digunakan oleh petani pemilik penggarap adalah 117,96 kg. Untuk petani penggarap sekitar 53,33 persen yang membeli benih dan petani yang membuat sendiri benihnya sekitar 46,67 persen. Harga rata- rata benihnya Rp 5.666,67 per kg. Rata-rata jumlah benih per hektar yang digunakan oleh petani penggarap adalah 79,52 kg. Sebagian besar petani pemilik penggarap dan petani penggarap menggunakan benih varietas Ciherang. Alasan

para petani menggunakan varietas tersebut karena kualitasnya baik, benih ini lebih unggul daripada varietas yang lain, tahan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi yang dihasilkan lebih enak.

5.3.2.2 Pupuk

Pupuk yang biasa digunakan oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap adalah pupuk urea, pupuk SP-36 dan pupuk KCl. Pupuk organik atau pupuk yang berasal dari kotoran hewan hanya digunakan oleh beberapa petani yang mempunyai hewan ternak. Walaupun sarana produksi pupuk sangat penting bagi kelangsungan usahatani padi tetapi penggunaan pupuk di daerah penelitian tidak merata. Keterbatasan modal seringkali membuat petani pemilik penggarap maupun petani penggarap harus membatasi penggunaan pupuk. Namun diketahui juga banyak petani yang menggunakan pupuk secara berlebihan. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan petani akan dosis pemakaian pupuk yang dianjurkan oleh PPL.

Tabel 11. Rata-rata Penggunaan Pupuk per Hektar untuk Petani Pemilik Penggarap dan Petani Penggarap pada Usahatani Padi di Desa Pasir Gaok Tahun 2009

Jenis Pupuk

Petani Pemilik Penggarap Petani Penggarap

Harga/ satuan (Rp) Volume (Kg) Nilai (Rp) Harga/ satuan (Rp) Volume (Kg) Nilai (Rp) Urea 1.913,33 432,61 823.145,71 1.894,48 321,08 571.773,34 SP-36 2.444,00 165,04 478.938,39 2.403,57 143,22 337.539.56 KCl 2.593,75 66,90 322.268,93 2.500,00 60,38 217.478,00 Total 1.624.353,03 1.126.790,90

Sumber: Data primer diolah (2010)

Rata-rata jumlah pupuk per hektar yang digunakan oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap disajikan pada Tabel 11. Terlihat bahwa jumlah pupuk yang digunakan oleh petani pemilik penggarap lebih banyak dibandingkan jumlah pupuk yang digunakan oleh petani penggarap. Sehingga petani pemilik

penggarap harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk membeli pupuk sebesar Rp 1.624.353,03 dibandingkan petani penggarap sebesar Rp 1.126.790,90. 5.3.2.3 Pestisida

Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu komponen teknologi yang berfungsi untuk mengurangi risiko kegagalan panen. Penggunaan pestisida merupakan salah satu cara yang sering digunakan oleh petani di Desa Pasir Gaok untuk memberantas hama dan penyakit. Penggunaan pestisida di daerah penelitian dilakukan dengan penyemprotan. Penyemprotan biasanya di lakukan pada pagi hari dan sore hari, karena biasanya pada waktu tersebut hama dan penyakit menyerang tanaman padi. Pembasmian hama dan penyakit biasanya dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali tergantung dari banyaknya serangan hama dan penyakit. Pestisida yang biasa dipakai oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap terdiri dari pestisida padat dan pestisida cair. Pestisida padat yang biasa digunakan oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap adalah furadan. Sedangkan pestisida cair yang biasanya digunakan oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap yaitu topcore, matadore, dan

repcore. Rata-rata jumlah pestisida per hektar yang digunakan oleh petani pemilik

penggarap dan petani penggarap disajikan pada Tabel 12. Terlihat bahwa jumlah pestisida padat dan pestisida cair yang digunakan oleh petani pemilik penggarap masing-masing sebanyak 11,10 kg dan 1741,70 ml. Sedangkan untuk petani penggarap, jumlah pestisida padat dan pestisida cair yang digunakannya jauh lebih sedikit

dibandingkan dengan jumlah pestisida yang digunakan oleh petani pemilik penggarap yaitu sebanyak 5,68 kg dan 937,13 ml. Hal ini menyebabkan biaya pestisida yang harus dikeluarkan oleh petani penggarap lebih rendah

dibandingkan biaya pestisida yang harus dikeluarkan oleh petani pemilik penggarap.

Tabel 12. Rata-rata Penggunaan Pestisida per Hektar untuk Petani Pemilik Penggarap dan Petani Penggarap pada Usahatani Padi di Desa Pasir Gaok Tahun 2009

Jenis Pestisida

(satuan)

Petani Pemilik Penggarap Petani Penggarap Harga/ satuan (Rp) Volume Nilai (Rp) Harga/ satuan (Rp) Volume Nilai (Rp) Padat (kg) 13.175,00 11,10 227.800,21 12.184,21 5,68 96.079,55 Cair (ml) 121,39 1741,70 278.775,77 173,96 937,13 193.482,45 Total 506.575,98 289.562,00

Sumber: Data primer diolah (2010)

5.3.2.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap di Desa Pasir Gaok berasal dari tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Tenaga kerja laki-laki digunakan untuk pekerjaan pengolahan lahan, pemupukan, penyemprotan dan pemanenan. Sedangkan tenaga kerja perempuan digunakan untuk pekerjaan penanaman, penyiangan dan pemanenan. Jumlah jam kerja untuk tenaga kerja luar keluarga adalah lima jam yaitu antara pukul 07.00 – 12.00 WIB atau sama dengan satu hari orang kerja (HOK).

Penggunaan rata-rata tenaga kerja per hektar untuk petani pemilik penggarap selama satu musim tanam adalah 159,96 HOK dengan rata-rata upah tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp 17.911,70 per HOK. Sedangkan untuk petani penggarap, rata-rata penggunaan tenaga kerja per hektar adalah 142,52 HOK dengan rata-rata upah tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp 17.100,36 per HOK.

5.3.2.5 Alat Pertanian

Umumnya petani di Desa Pasir Gaok tidak membeli alat pertanian setiap musim tanamnya. Hal ini disebabkan alat-alat tersebut masih dapat digunakan kembali, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan adalah hanya nilai penyusutan dari penggunaan peralatan tersebut. Alat-alat pertanian yang umumnya digunakan oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap di Desa Pasir Gaok yaitu cangkul, sprayer, parang, garpu tala. Cangkul dan garpu tala

biasanya digunakan untuk menggemburkan tanah. Sprayer digunakan pada saat

penyemprotan obat. Sedangkan parang digunakan pada saat panen. Peralatan yang digunakan baik oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap adalah milik sendiri.

Penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan berdasarkan pada harga beli dan umur masing-masing alat. Penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Perhitungan dilakukan dengan cara metode garis lurus menggunakan dasar pikiran bahwa benda yang dipergunakan dalam pembesaran menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya. Dengan rumus sebagai berikut:

Penyusutan = ……… (5.1)

Dari hasil analisis diperoleh rata-rata biaya penyusutan alat pertanian untuk petani pemilik penggarap sebesar Rp 33.396,05 (0,42 persen dari biaya total) dan untuk petani penggarap sebesar Rp 31.889,69 (0,31 persen dari biaya total).

         

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

Dokumen terkait