• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN SORGUM

Dalam dokumen Buku Sorgum Puslitbang Tanaman Pangan (Halaman 41-48)

RAGAM PENGGUNAAN TANAMAN SORGUM

PENGGUNAAN SORGUM

dapat dijumpai di Kabupaten Sidrap dan Konawe Selatan di Sulawesi, dan Kabupaten Lampung Selatan.

RAGAM PENGGUNAAN TANAMAN SORGUM

Sorgum termasuk tanaman multiguna. Biji, tangkai biji, daun, batang dan akar sorgum dapat dimanfaatkan sebagai produk utama (langsung) maupun turunan. Produk utama sorgum adalah biji, daun, dan batang. Biji sorgum memiliki kandungan tepung dan pati yang potensial. Daun sorgum digunakan untuk pakan ternak. Batang sorgum terutama sorgum manis memiliki kandungan nira yang dapat digunakan sebagai bahan baku gula dan bioethanol (Gambar 1).

Kerajinan Pakan Ternak

Biomas

Bioetanol Sirup/gula Nira

Pupuk Pakan Ternak Biogas

PENGGUNAAN SORGUM Tepung Pati Produk Olahan Produk Olahan BIJI DAUN BATANG AKAR

Herbal Biomas Kerajinan (Pupuk/Biogas) Kerajinan (Sapu) Biomas Pakan Ternak Pupuk Biogas TANGKAI BIJI

Beberapa produk turunan yang dapat dihasilkan dari tanaman sorgum antara lain gula, bioetanol, kerajinan tangan, pati, biomas dan lain-lain. Produk lain yang dapat dikembangkan dari keseluruhan bagian tanaman sorgum adalah biomass. Kelobot sorgum yang disebut hermada adalah malai yang telah diambil bijinya digunakan untuk bahan sapu yang diekspor ke Jepang. Batang, daun, dan akar merupakan potensial dikembangkan sebagai biomas.

Pangan

Potensi sorgum sebagai bahan pangan cukup besar, terutama untuk substitusi pangan pokok beras maupun terigu. Biji sorgum memiliki kandungan nutrisi dan kalori cukup tinggi sehingga bila digunakan sebagai bahan makanan diperlukan pengolahan lebih lanjut seperti penyosohan atau perendaman. Widowati et al. (2009) telah mengembangkan teknologi produksi tepung sorgum yang dapat menurunkan kandungan tanin hingga 78% dengan cara disosoh dan direndam dalam larutan Na2CO3. Kandungan nutrisi sorgum lebih tinggi dibanding bahan pangan lain, sehingga sering digunakan sebagai substitusi bahan pangan untuk produk olahan, terutama berbasis beras maupun terigu.

Pemanfaatan sorgum sebagai sumber pangan fungsional belum banyak tersentuh, masih terbatas sebagai sumber karbohidrat dalam diversifikasi pangan (Suarni 2004). Padahal sorgum mengandung serat pangan yang dibutuhkan tubuh (dietary fiber) untuk pencegahan penyakit jantung, obesitas, hipertensi, menjaga kadar gula darah, dan pencegahan kanker usus. Serat pangan berfungsi mengikat asam empedu sehingga menurunkan kadar kolesterol darah. Beberapa senyawa fenolik sorgum diketahui memiliki aktivitas antioksidan, antitumor dan dapat menghambat perkembangan virus sehingga bermanfaat bagi penderita penyakit kanker, jantung, dan HIV (Human Immunodeficiency Virus) (Dicko et al. 2006). Sorgum memiliki kandungan gluten dan indeks glikemik (IG) yang lebih rendah sehingga sesuai untuk diet gizi khusus (Suarni dan Herman 2013).

Beberapa produk olahan makanan dari sorgum antara lain: (1) roti- rotianseperti chapati, bolu, tortila, injera, kisia, dosai, (2) buburtuwu, ugali, bagobe, sankati, ogi, ugi, ambili, edi, (3) camilan berupa pop sorgum, tape, emping, (4) sorgum rebusseperti urap sorgum, som, dan (5) bentuk kukusan misalnya couscous, wowoto, dan juadah sorgum.

Pakan

Penggunaan biji sorgum dalam ransum pakan ternak bersifat suplemen (substitusi), karena memiliki kandungan nutrisi hampir samadengan jagung. Biji sorgum hanya digunakan dalam jumlah terbatas karena berpengaruh

terhadap fungsi asam amino dan protein. Penggunaan biji sorgum untuk ransum pakan harus mempertimbangkan kandungan tanin kurang dari 0,5%. Hasil penelitian Balitnak (2006) menyimpulkan bahwa kandungan tanin di atas 0,5% dapat menekan pertumbuhan ayam dan bila mencapai 2% dapat menyebabkan kematian.

Biji sorgum dengan kandungan tanin kurang 0,5% dapat digunakan sebagai ransum pakan ayam hingga proporsi 30"60% dan tidak mempengaruhi produksi telur dan bobot ayam.

Limbah sorgum (daun dan batang segar) dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak. Potensi daun sorgum manis 14-16% dari bobot segar batang atau sekitar 3 ton daun segar/ ha dari total produksi 20 t/ha. Setiap hektar tanaman sorgum dapat menghasilkan jerami 2,62 ton bahan kering. Konsumsi rata-rata setiap ekor sapi adalah 15 kg daun segar/hari (Edy 2011). Pemberian secara langsung daun sorgum pada ternak harus melalui proses pelayuan terlebih dahulu sekitar 2-3 jam. Nutrisi daun sorgum setara dengan rumput gajah dan pucuk tebu. Kandungan nutrisi limbah sorgum tidak berbeda nyata dengan jerami jagung dan pucuk tebu (Balitnak 2006). Bahan Industri

Biji sorgum memiliki kandungan pati 65-71% yang dapat dihidrolisis menjadi gula atau glukosa cair atau sirup fruktosa. Gula yang diperoleh dari biji sorgum dapatdiproses lebih lanjut melalui fermentasi untuk menghasilkan alkohol.

Secara umum biji sorgum dapat menghasilkan 384 liter alkohol/ton biji. Pembuatan alkohol terutama dari biji sorgum yang berkualitas rendah atau berjamur. Selain biji, alkohol dapat juga dibuat dari nira sorgum yang terdapat dalam batang. Kualitas nira sorgum manis setara dengan nira tebu. Kandungan amilum dan asam akonitat yang relatif tinggi merupakan salah satu masalah dalam proses kristalisasi nira sorgum sehingga gula yang dihasilkan berbentuk cair. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dapat menurunkan kandungan amilum sampai 50% dari kadar awal menggunakan Amylum Separator.

Biji sorgum juga dapat dibuat pati (starch) berwarna putih untuk digunakan dalam berbagai industri, seperti perekat, bahan pengental, dan aditif pada industri tekstil. Limbah pati dapat puladigunakan sebagai pakan ternak. Pati merupakan bahan utama berbagai produk olahan pangan, berperan sebagai penentu struktur, tekstur, konsistensi, dan penampakan produk pangan.

Produk industri penting dari biji sorgum adalah bahan baku bir. Selama dekade terakhir, di Afrika Selatan dan beberapa lainnya, biji sorgum dapat menggantikan barley dalam pembuatan bir (Edy 2011). Sifat kimia penting biji sorgum dalam pembuatan bir adalah aktivitas diastatik, alfa-amino nitrogen, dan total nitrogen yang dapat larut. Namun, konsentrasi amilopektin yang tinggi dalam pati sorgum menyebabkan pati sulit dihidrolisis. Aktivitas diastatik yang tinggi dapat meningkatkan fraksi albumin- globulin protein, sehingga albumin dan alfa-amino protein dapat digunakan untuk rasa, stabilitas busa, dan kepekaan dingin bir.

PENUTUP

Telah terjadi pergeseran wilayah penghasil utama sorgum dari Jawa ke luar Jawa (Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi). Hal ini disebabkan selain terdesak oleh tanaman semusim yang lebih menguntungkan juga karena kesesuaian agroekologi sorgum dan pemanfaatan lahan-lahan marginal di luar Jawa.

Peningkatan luas panen sorgum disebabkan oleh pengembangan penggunaan yang semula berorientasi pangan menjadi pakan ternak dan bahan baku industri. Usahatani sorgum sebaiknya tidak lagi dikelola secara konvensional tetapi lebih mengarah kepada agroindustri.

Tantangan pengembangan sorgum adalah rekayasa dan penguatan kelembagaan yang meliputi sistem produksi, penanganan pascapanen, dan pemasaran hasil. Diperlukan sosialisasi intensif sistem usahatani produksi dan agroindustri berbasis sorgum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2013. PTPN XII perluas pertanaman sorgum. http//www. antaranews. com/berita. Diakses Sabtu, tanggal 9 Februari 2013. Maros.

Anonimus. 2013. Sorgum potensial dikembangkan di daerah-daerah kering di Indonesiahttp//www. peluangusaha. kontan. co. id. Diakses tanggal 3 April 2013. Maros.

Anonimus. 2013. Harga bbm naik, sorgum alternatifnya. http//www. yahoo. id. berita. yahoo. com. Diakses tanggal18 Juni 2013. Maros.

Arifin, S. 2012. Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengembangan gula sorgum. http://www. m. aktual. co. id. Diakses tanggal 8 Desember 2012. Maros.

Balitnak. 2006. Potensi sorgum sebagai sumber pakan ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak. Bogor.

Biro Pusat Statistik. 2002. D. I. Jogjakarta dalam angka 1985-2001. Biro Pusat Statistik. Jogjakarta.

Biro Pusat Statistik. 2003-07. Jawa Timur dalam angka 2006. Biro Pusat Statistik. Surabaya.

Biro Pusat Statistik. 2004. Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, NTB dan NTT periode 1973-1994. Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 2004. Jawa Tengah dalam angka 1994-2003. Biro Pusat Statistik. Semarang.

Biro Pusat Statistik. 2007. Jawa Timur dalam angka 2003-06. Biro Pusat Statistik. Surabaya.

Bisnis Indonesia. 2013. PTPN XII panen sorgum, Fortuna Agrindo Serap 1. 060 ton dengan harga 2200/kg. Bisnis Indonesia Tanggal 13 Juli 2013. Surabaya.

Deptan. 2004. Program pengembangan tanaman sorgum. Makalah Sosialisasi Pengembangan Agribisnis Sorgum dan Hermada. Jakarta, 10-11 Okt.

Dicko, M. H. , H. Gruppen, A. S. Traore, A. G. J. Voragen, and W. J. H. Van Berkel. 2006. Phenolic compounds and related enzymes as determinants of sorgum for food use. Biotechnology and Molecular Biology Review 1(1).

Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2011. Keadaan areal tanam, panen, produktivitas dan produksi padi dan palawija tahun 2010. Diperta Provinsi NTT. Kupang.

Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2012. Keadaan areal tanam, panen, produktivitas dan produksi padi dan palawija tahun 2011. Diperta Provinsi NTT. Kupang.

Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan. 2013. Tanaman sorgum di Indonesia sudah lama dikenal tetapi pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung. http//www. lamongankab. go. id. Diakses tanggal 12 April 2013. Maros.

Direktorat Budidaya Serealia. 2013. Kebijakan direktorat jenderal tanaman pangan dalam pengembangan komoditas jagung, sorgum dan gandum. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementan RI. Jakarta. Dirjen PPHP. 2012 Peluang agribisnis menjadi sumber devisa negara yang

Edy, S. 2011. Aspek budidaya, prospek, kendala dan solusi pengembangan sorgum di Indonesia. http://edysof. wordpress. com. Diakses tanggal 18 April 2013.

Efendi , R. M. Aqil dan M. Pabendon. 2013. Evaluasi genotipe sorgum manis(Sorghum bicolor (L. ) Moench) produksi biomas dan daya ratun tinggi. Jurnal Tanaman Pangan No. 32.

FAO. 2001. Crop water management sorghum. Land and Water Development Division (www. fao. org).

House, L. R. 1985. A guide to sorghum breeding. International Crops Research Institute for Semi-Arid Tropics. Andhra Pradesh, India. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Agroforestry. 2013. ELPAF Jakarta

siap bantu memasarkan hasil panen sorgum warga Timor Tengah NTT. http//www. regional. kompas. com. Diakses tanggal 14 Maret 2013. Maros

Rahmi, Syuryawati, dan Zubachtirodin. 2007. Teknologi budidaya sorgum. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Setyowati, M. , Hadiatmi, dan Sutoro. 2005. Evaluasi pertumbuhan dan hasil plasma nutfah sorgum (Sorghum vulgare (L. ) Moench. )daritanaman induk dan ratun. Buletin Plasma Nutfah 11(2).

Sirappa, M. P. 2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Jurnal Litbang Pertanian 22(4).

Suarni. 2004. Pemanfaatan tepung sorgum untuk produk olahan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 23(4):145-151.

Suarni dan Herman Subagio. 2013. Potensi pengembangan jagung dan sorgum sebagai sumber pangan fungsional. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Dalam proses.

Sumarno dan S. Karsono. 1996. Prospek tanaman sorgum untuk pengembangan agroindustri. Risalah Simposium. Edisi Khusus Balitkabi No. 4. Malang.

Supriyanto. 2010. Pengembangan sorgum di lahan kering untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, energi dan industri. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, SEAMEO – BIOTROP, Bogor.

Soeranto, H. 2002. Prospek dan potensi sorgum sebagai bahan baku bioetanol. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Jakarta.

U. S. Grain Council. 2005. White sorghum, the new food grain. All about white sorghum.

Wasito. 2005. Proses pembuatan etanol. http://www. suaramerdeka. co. id. Diakses tanggal 17 Nopember 2012. Makassar.

Widowati, S. 2011. Sorgum: penanganan dan pengolahan berbagai produk pangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Widowati, S. , B. A. S. Santoso, S. Lubis, H. Herawati, dan R. Nurdjanah. 2009.

Peningkatan mutu penyosohan (80%) dengan kandungan tanin turun hingga 1% dalam tepung sorgum dan pengembangan produk sorgum instan. Laporan Hasil Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Teare, I. D. and M. M. Peet. 1983. Crop water relations: sorghum. John Willey and Sons. Singapore.

Asal Usul dan Taksonomi Tanaman Sorgum

Dalam dokumen Buku Sorgum Puslitbang Tanaman Pangan (Halaman 41-48)