• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Tanaman Obat

Dalam dokumen Saintifikasi Jamu (Halaman 29-34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggunaan Tanaman Obat

Indonesia merupakan pusat kekayaan alam dan sumber biodiversitas dunia. Siregar (2010) mengungkapkan kekayaan alam Indonesia mengandung 10% dari keseluruhan yang ada di dunia serta 40-50% di Asia, sebanyak 2000 tumbuhan telah digunakan di dalam industri dan yang telah terdaftar untuk farmasi sebanyak 283 tumbuhan.

Departemen Kesehatan RI (1981) mendefinisikan tanaman obat adalah setiap tanaman atau tumbuhan yang dapat digunakan untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit atau keluhan sakit (Supardi, 1990). Menurut Agoes (2007) tanaman obat mengandung bahan aktif yang berkhasiat untuk tujuan pengobatan, baik secara langsung atau tidak langsung. Tanaman obat dapat berupa tanaman liar dan tanaman yang ditanam secara industri (kultivasi).

Koran Tempo (27 Februari 2012) mengutip studi Molly Meri Robinson dan Xiaorui Zhang serta CBD menyebutkan 70%-95% penduduk negara berkembang memanfaatkan tanaman obat. Di negara maju 70%-90% penduduknya menjadikan tanaman obat sebagai pengobatan alternatif atau pelengkap. Studi tersebut juga mencatat 25% obat modern dihasilkan dari tanaman obat. Bahkan 42% obat anti kanker berasal dari alam dan 34% semi natural.

Di Indonesia, ada beberapa contoh tanaman obat yang dapat digunakan untuk upaya preventif, promotif, maupun kuratif dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Sebagaimana yang terdapat dalam buku Vademekum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid 1 dan 2, beberapa tanaman obat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Burm.f. Nees) berkhasiat meredakan demam, pengobatan diare akut, dan berfungsi sebagai imunostimulan

2. Kulit batang Pule (Alstonia scholaris (L) R.Br) digunakan untuk pengobatan diabetes melitus, analgesik, dan antipiretik

3. Daun dan herba Seledri berkhasiat untuk diuretik, peluruh batu ginjal, anti asam urat, penurun kolesterol, anti mikroba dan parasit serta anti hipertensi

4. Daun dan herba Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) berkhasiat untuk antihipertensi, antistres, antikoagulan, dan anti keloid

5. Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) berkhasiat untuk hepatoprotektor, antihiperlipidemia, antihiperkolesterolemia, nyeri sendi dan tulang

6. Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) berkhasiat untuk hepatoprotektor

7. Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) berkhasiat sebagai pelangsing sedangkan bijinya untuk gangguan pencernaan

8. Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Thunb.) B.B.S non Bth.) berkhasiat untuk diuretik, peluruh batu ginjal, dan encok

9. Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) berkhasiat untuk diuretik, anti radang, pelindung hati, pereda demam, dan meningkatkan daya tahan tubuh

10. Herba Daun Sendok (Plantago mayor L.) berkhasiat sebagai penyembuh luka, anti diare, diuretik, anti piretik, antiinflamasi, analgesik dan anti oksidan sedangkan bijinya berfungsi sebagai laksatif, antiinflamasi dan karminatif

11. Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) berkhasiat untuk diuretik dan urolitiasis

12. Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers ex Hook. F.& Thoms) berkhasiat untuk anti diabetes

13. Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) berkhasiat untuk pengobatan nyeri sendi, diare, radang mata, dan asam urat

14. Rimpang Teki (Cyperus rotundus L.) berkhasiat untuk alergi, radang, dan nyeri

15. Herba Rumput Bolong (Equisetum debile Roxb. Ex Vauch) berkhasiat untuk demam, nyeri sendi, air seni kurang lancar, luka pada patah tulang 16. Rimpang dan daun alang-alang (Imperata cylindrica (L) raeuschel)

berkhasiat untuk peluruh air seni, hepatoprotektor, dan anti hipertensi 17. Bunga Kamilen (Matricaria chamomilla L.) berkhasiat untuk dispepsia,

antiinflamasi, antiinfeksi, dan anti diabetes

18. Ekinase (Rudbeckia purpurea L.) berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh

19. Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) berkhasiat untuk mengobati mencret, kencing manis, dan astringen

20. Daun dan bunga Timi (Thymus vulgaris L.) berkhasiat untuk obat batuk dan anti jamur

Menurut Agoes (2007) penggunaan tanaman obat di negara berkembang cukup tinggi. Ini disebabkan harganya lebih terjangkau, tersedia dalam jumlah cukup dibandingkan obat hasil sintesis yang harganya kadang melebihi kemampuan dan keterjangkauan masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah. Selain untuk pengobatan, penggunaan tanaman obat juga digunakan untuk menjaga kesehatan dan stamina.

Ada beberapa kelebihan tanaman obat dan obat tradisional dibandingkan obat-obat modern. Menurut Katno (2008) kelebihan penggunaan tanaman obat dan obat tradisional antara lain efek sampingnya relatif kecil jika digunakan secara tepat, komponen dalam satu bahan memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman obat memiliki beberapa efek farmakologi, serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik degeneratif. Kelemahan dalam penggunaannya antara lain efek farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikro organisme.

Sari (2006) menambahkan efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat. Lebih lanjut Sari (2006) mengungkapkan tepat diartikan sebagai :

1. Kebenaran bahan

Tanaman obat sangat beragam dan terdiri dari berbagai spesies termasuk di Indonesia. Masing-masing spesies kadang sulit dibedakan satu sama lain. Ada tanaman obat yang memiliki kesamaan bentuk namun memiliki khasiat yang berbeda. Penentuan bahan yang benar sangat menentukan ketercapaian efek terapi. Seperti pada tanaman lempuyang yang terdiri dari lempuyang emprit (Zingiber amaricans) dan lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) yang berkhasiat sebagai penambah nafsu makan namun ternyata berbeda dengan lempuyang wangi (Zingiber aromaticum) yang berkhasiat sebagai pelangsing.

2. Ketepatan dosis

Penggunaan tanaman obat secara berlebihan dan tidak sesuai takaran malah bisa dapat membahayakan dan menjadikannya racun. Karena sifat tanaman obat memiliki kandungan senyawa aktif yang hampir sama dengan obat kimia. Penggunaan tanaman obat harus mengacu pada ketepatan dosis pemakaian yang diharapkan didukung dari hasil riset sehingga berkhasiat sebagai obat dan tidak berfungsi menjadi racun yang membahayakan.

3. Ketepatan waktu penggunaan

Ketepatan waktu penggunaan sangat menentukan efek terapi dari penggunaan tanaman obat.

4. Ketepatan cara penggunaan

Tanaman obat diketahui memiliki banyak zat aktif yang memiliki khasiat tertentu. Masing-masing zat aktif tersebut membutuhkan perlakuan yang berbeda. Ketidaktepatan penggunaannya dapat menjadikan sebagai racun.

5. Ketepatan telaah informasi

Penggunaan tanaman obat harus didukung oleh hasil riset dan diharapkan dapat di sosialisasikan secara tepat kepada pihak-pihak terkait. Informasi yang salah mengenai khasiat dan penggunaan tanaman obat dapat membahayakan bagi yang memakainya sekaligus menimbulkan efek samping yang berbahaya.

4. Tanpa penyalahgunaan

Penggunaan tanaman obat relatif mudah dilakukan karena tidak harus mensyaratkan resep dokter. Apalagi banyak tanaman obat yang mudah ditemui di sekitar rumah. Pemanfaatannya dalam bentuk jamu relatif mudah, apalagi jamu yang di jual bebas di masyarakat. Penggunaan jamu maupun tanaman obat yang tidak disertai pengetahuan yang cukup dapat mengakibatkan penyalahgunaan yang dapat menimbulkan efek yang membahayakan. Seperti Jamu peluntur untuk terlambat bulan sering disalahgunakan untuk pengguguran kandungan. Resiko yang terjadi adalah bayi lahir cacat, ibu menjadi infertil, terjadi infeksi bahkan mengakibatkan kematian.

5. Ketepatan pemilihan obat untuk indikasi tertentu

Satu jenis tanaman obat memiliki beberapa zat aktif yang berkhasiat mengobati satu atau beberapa penyakit. Tingkat keberhasilan terapi maupun efek samping yang ditimbulkan harus diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman obat, khususnya dalam memperhatikan efektifitas zat aktif dalam pengobatan penyakit.

Menurut Soesilo dalam Agoes dan Jacob (1992) tanaman obat dapat menanggulangi penyakit atau keluhan antara lain untuk :

1. Penyakit yang mungkin diobati secara kausal, seperti cacingan, panu, kudis, malaria, dan gigitan serangga

2. Gejala penyakit yang diobati secara simptomik, seperti batuk, sakit kepala, demam, pegal linu, mual, diare, sembelit, mulas, sariawan, wasir, gatal, luka baru, bisul, perut kembung, luka bakar ringan, mimisan dan sakit gigi

3. Keadaan yang dapat diobati secara suportif, seperti jerawat, ketombe, melancarkan air susu, menghilangkan bau badan, menghitamkan rambut, menyuburkan rambut, kurang nafsu makan, sehabis bersalin, kehamilan, dan lesu darah

4. Penyakit yang sudah didiagnosis dokter, seperti darah tinggi, kencing manis, batu ginjal, penyakit mata, batu empedu, keputihan dan sulit kencing

Dalam dokumen Saintifikasi Jamu (Halaman 29-34)

Dokumen terkait