• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

PENGEMBANGAN (BALITBANG) PROVINSI SUMATERA UTARA Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan urusan

B. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (PPh PASAL 21) 1.DASAR HUKUM 1.DASAR HUKUM

4. PENGHASILAN YANG DIPOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 21

a. Penghasilan yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan Para Pensiunan Yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara/Daerah (APBN/APBD)

1) Penghasilan yang diterima berupa:

a) Gaji dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya tetap dan terkait dengan gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri Sipil dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

b) Gaji kehormatan dan tunjangan-tunjangan lain yang terkait atau imbalan tetap sejenisnya yang diterima Pejabat Negara,

c) Uang pensiun dan tunjangan-tunjangann lain yang sifatnya tetap dan terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan/atau anak-anaknya, yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah (APBN/APBD)

2) Penghsilan berupa honorarium, uang sidang, uang hadir, uang lembur, imbalan prestasi kerja dan imbalan lain dengan nama apapun yang dibebankan keapada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah (APBN/APBD).

Pengecualian apabila penghasilan tersebut dibayarkan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan II-D ke bawah dan anggota Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah.

b. Penghasilan yang diterima oleh penerima penghasilan selain Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan para Pensiunan yang dibebankan kepada Keuangan Negara/Daerah, antara lain berupa:

1) Upah harian, upah mingguan, upah satuan, uang saku harian dan upah borongan.

2) Honorarium, uang saku, hadiah, penghargaan, komisi, beasiswa, serta pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

Diantara penghasilan yang disebut diatas ada penghasilan yang pajaknya ditanggung oleh pemerintah. Pajak penghasilan ditanggung pemerintah adalah pajak yang terutang oleh wajib pajak yang pembayarannya dilakukan oleh pemerintah bukan oleh WajibPajak, sehingga Wajib Pajak tidak perlu membayar pajak (mengeluarkan uang). Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung oleh pemerintah adalah penghasilan yang diterima oleh karyawan asing yang bekerja pada kontraktor, konsultan, dan pemasok utama atas penghasilan yang diterima atau diperoleh karena pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah. 5. PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh Undang-undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak

Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 untuk memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:

a. Pemberi kerja yang terdiri atas orang pribadi dan badan termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT), baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama appun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai dan bukan pegawai.

b. Bendaharawan Pemerintah termasuk Bendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayarkan gaji, uph, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa dan kegiatan.

c. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua (THT) atau Jaminan Hari Tua (JHT).

d. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan, jasa, termasuk jasa tenaga ahli dengan status Wajib Pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

e. Perusahaan, badan, dan Bentuk Usaha Tetap, yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan jasa yang dilakukan oleh orang probadi dengan status wajib pajak luar negeri.

f. Yayasan (termasuk yayasan dibidang kesejhteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan), lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi massa, organisasi sosial politik, dan organisasi lainnya dalam bentuk apapun dalam segala bidng kegiatan sebagai pembayar gaji, upah, honorarium, atau imbalan dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan yang dilkukan oleh orang pribadi.

g. Perusahaan, badan, dan Bentuk Usaha Tetap yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan. h. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk

organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

Penunjukan bendahara sebagai pemungut pajak sesuai ketentuan sebagaimana yang dimaksud dengan Pasal 5 ayat (4) huruf c dan Pasal 18 ayat (2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 Pedoman Pelaksanaan APBN sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 6. PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN

Untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan pasal 21 yang terutang kepada penerima penghasilan tertentu sebagai Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri diberikan pengurangan-pengurangan sebagai berikut.

a. Atas penghasilan yang dibayarkan kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan para Pensiunan.

Untuk menentukan penghasilan neto Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), penghasilan bruto dikurangi:

1) Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang besarnya adalah 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, dengan jumlah maksimun yang diperkenakan sebesar Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun atau Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan;

2) Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau Badan Penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

b. Untuk menentukan penghasilan neto penerima pensiun, penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto berupa uang pensiun setinggi-tingginya Rp. 2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupaih) setahun atau Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan.

c. Penghasilan neto tersebut masih diperkenakan dikurangi lagi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), untuk menentukan besarnya

Penghasilan Kena Pajak (PKP). Besarnya Penghsilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ditentukan dengan pedoman sebagai berikut:

No. Penghasilan Tidak Kena Pajak Setahun Sebulan 1. Untuk Pegawai Negeri Sipil Rp15.840.000 Rp1.320.000 2. Tambahan untuk pegawai Rp1.320.000 Rp110.000

yang kawin

3.

Tambahan untuk setiap

anggota Rp1.320.000 Rp110.000 keluarga sedarah dan semenda

dalam garis keturunan lurus

serta

anak angkat menjadi

tanggungan

sepenuhnya paling banyak tiga

Tabel III.A.1 Tabel Penghasilan Tidak Kena Pajak (Buku Panduan Bagi KPPN Dan Bendahara Pemerintah, 2009:18) Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi Karyawati:

1) Dalam hal karyawati kawin, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dikurangkan hanya untuk dirinya sendiri, dan dalam hal tidak kawin, pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) selain untuk dirimya sendiri juga ditambah dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sejumlah Rp.1.320.000,00 (sejuta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) setahun atau Rp.110.000,00 (seratus sepuluh ribu) sebulan

ditambah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tanggungan keluarga paling banyak 3 (tiga) orang.

d. Pengurangan yang diperbolehkan atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan selain Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan para pensiunan yang dibebankan kepada Keuangan Negara/Daerah (APBN/APBD), berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, uang saku harian adalah penghasilan bruto yang dikurangi Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) sepanjang jumlah yang diterimanya dalam satu bulan takwin tidak lebih dari Rp. 1.320.000,- (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) dan tidak dibayarkan secara bulanan. Apabila penghasilan bruto dalam satu bulan takwim melebihi Rp. 320.000,- (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) atau dibayarkan secara bulanan, maka pengurangannya adalah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebenarnya dari penerima penghasilan tersebut, yaitu:

PTKP Harian = PTKP Sebenarnya 360

Dokumen terkait