• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

5. Penghentian Aktiva Tetap

Penghentian aktiva tetap dapat disebabkan karena;(a) penjualan, (b) Pertukaran dengan aktiva lain, (c) konversi terpaksa.

Selisih penjualan bersih dan nilai buku aktiva yang dijual merupakan laba atau rugi penjualan aktiva. Bila hasil penjualan lebih besar dari pada nilai bukunya, maka selisihnya merupakan laba penjualan aktiva, dan sebaliknya bila lebih kecil merupakan kerugian penjualan aktiva.

Contoh.

Pada tanggal 1 Maret 2008, PT. Handaka menjual peralatan seharga Rp 327.000.000, yang harga perolehannya Rp 627.000.000 dan akumulasi penyusutan pada tanggal 1 Januari 2007 Rp 379.500.000 perusahaan menyusutkan peralatan tersebut dengan menggunakan metode garis lurus dengan tarif 10% per tahun. Kebijakan perusahaan yaitu menyusutkan aktivanya kebulan terdekat. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan ini adalah:

Depreciation Expense- Equipment Rp 10.450.000

Accumulated Depreciation- Equipment Rp 10.450.000 (2/12 x 10% x Rp 627.000.000 = Rp 10.450.000 )

Cash Rp 327.000.000

Accumulated Depreciation- Equipment Rp 389.950.000

Equipment Rp 627.000.000

Gain on Sale of Equipment Rp 89.950.000

Perhitungan;

Harga jual bersih 327.000.000

Harga perolehan 627.000.000

Akumulasi penyusutan = 379.500.000 + 10.450.000 389.950.000

Nilai buku 237.050.000

Laba penjualan peralatan 89.950.000

Kedua ayat jurnal tersebut dapat digabungkan sehingga menjadi sebagai berikut:

Cash Rp 327.000.000

Accumulated Depreciation- Equipment Rp 379.500.000 Depreciation Expense- Equipment Rp 10.450.000

Equipment Rp 627.000.000

Gain on Sale of Equipment Rp 89.950.000

b. Pertukaran dengan aktiva lain

Dalam hal terjadinya pertukaran suatu aktiva dengan aktiva lainnya, yang pertama-tama harus dibedakan adalah apakah pertukaran tersebut berkasus umum atau berkasus khusus.

Pertukaran umum

Salah satu Ciri dalam pertukaran aktiva bersifat kasus umum adalah bahwa aktiva yang dipertukarkan tidak sejenis. Dasar kapitalisasi yang digunakan untuk pencatatan harga perolehan aktiva tetap dalam pertukaran umum adalah :

1. Harga pasar aktiva yang diberikan atau harga pasar aktiva yang diterima tergantung mana yang lebih jelas yang dapat ditetapkan.

2. Apabila terdapat unsur moneter atau uang tunai yang terlibat dalam pertukaran atau tombokan (boot) , maka aktiva yang baru dicatat berdasrkan harga pasar yang wajar dari aktiva yang diberikan ditambah dengan boot yang dibayarkan.

3. Bila terdapat unsure boot tanpa diketahui harga pasar yang wajar dari aktiva yang diberikan melainkan hanya diketahui harga pasar yang wajar atas aktiva yang diterima , maka boot tidak dapat ditambahkan pada harga pasar aktiva yang wajar dari aktiva yang diterima yang merupakan harga

perolehan aktiva yang baru, karena bila hal ini dilakukan akan terjadi over statemen terhadap aktiva yang baru yang berpengaruh kemasa depan dalam pembebanan penyusutan periodik.

Contoh.

Pada tanggal 2 Januari 2009 PT. Handaka memperoleh satu unit kendaraan truck baru yang harga pasarnya Rp 573.000.000. perolehan ini dilakukan dari suatu pertukaran dengan peralatan pabrik yang harga perolehannya Rp 600.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp 180.000.000 dalam pertukaran ini perusahaan harus memberikan uang tunai tambahan (boot) Rp 159.000.000.

Ayat jurnal untuk mencatat perolehan kendaraan adalah sebagai berikut:

Automobile (trucks) Rp 573.000.000

Accumulated depreciation-factory equipment Rp 180.000.000 Loss exchange of factory equpment Rp 6.000.000

Factory equipment Rp 600.000.000

Cash Rp 159.000.000

Trade-inallowance = Rp 573.000.000 - Rp 159.000.000 Rp 414.000.000 Nilai buku = Rp 600.000.000 - Rp 180.000.000 Rp 420.000.000

Loss on exchange of equipment Rp 6.000.000

Pertukaran khusus

Dasar kapitalisasi yang digunakan untuk pencatatan harga perolehan aktiva tetap dalam pertukaran khusus adalah :

1. Apabila harga pasar tidak ada yang diketahui, maka aktiva dicatat berdasarkan nilai buku aktivayang diberikan dan tidak ada laba-rugi pertukaran yang diakui.

2. Apabila harga pasar diketahui dan laba-rugi pertukaran dapat dihitung, maka dasar pencatatnnya adalah: (1) apabila aktiva yang dipertukarkan

merupakan aktiva produktif sejenis dan dalam pertukaran ini laba tidak diakui, sehingga dasar pencatatan adalah nilai buku aktiva yang dipertukarkan. Laba pertukaran ini diakui melaui penyusutan yang lebih yang lebih rendah. (2) apabila pertukaran ini menujukkan kerugian maka harus bersifat konsevatif, yaitu rugi harus segera diakui, sehingga dasar pencatatannya adalah harga pasar.

3. Apabiala terdapat boot dalam pertukaran ini, perlakuannya tetap sama dengan bila tidak ada boot, hanya terlibat dengan unsur boot dampaknya harus dikaitkan dengan penentuan nilai aktiva yang baru bagi pihak yang memberikan boot atau yang menerima boot. Bagi pihak yang memberikan boot, boot akan ditambahkan pada nilai buku aktiva yang diberikan, dan sebaliknya bagi pihak yang menerima boot dikurangkan pada nilai buku diserahkan. Apabila pertukaran ini menunjukkan selisih antara harga pasar dengan nilai buku aktiva yang diberikan, maka pengakuan laba (recognized gain) bagi penerima boot dihitung dengan formula sebagai berikut:

Contoh.

PT. Handaka mempunyai peralatan pabrik yang harga perolehannya Rp 63.000.000 dengan akumulasi penyusutan Rp 42.000.000 dengan harga pasarnya Rp 35.000.000 melakukan pertukaran dengan peralatan sejenis dari PT. Pandu yang harga perolehannya Rp 84.000.000, akumulasi penyusutan Rp 52.500.000

dan harga pasarnya Rp 35.000.000. Perhitungan indikasi keuntungan dari kedua perusaan tersebut tampak seperti dibawah ini:

Tabel 2.13

Perhitungan indikasi keuntungan dari PT.Handaka dan PT. Pandu

PT. Handaka PT. Pandu

Harga Perolehan Rp 63.000.000 Harga Perolehan Rp 84.000.000 Akumulasi

Penyusutan

42.000.000 Akumulasi Penyusutan

52.500.000 Nilai Buku 21.000.000 Nilai Buku 31.500.000 Harga Pasar 35.000.000 Harga Pasar 35.000.000 Indikasi

Keuntungan

14.000.000 Indikasi Keuntungan

3.500.000

Karena dalam pertukaran ini baik PT. Handaka maupun PT. Pandu menunjukan adanya keuntungan (Indicated gain), maka keuntungan ini tidak diakui (ditangguhkan) sehingga dasar pencatatan perolehan aktiva baru adalah nilai buku aktiva yang diberikan. Ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran ini adalah :

PT. Handaka

Factory equipment (new) Rp 21.000.000

Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Rp 42.000.000

Factory equipment (old) Rp 63.000.000

PT. Pandu

Factory equipment (new) Rp 31.500.000

Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Rp 52.500.000

Factory equipment (old) Rp 84.000.000

Tetapi anggaplah apabila harga pasar masing-masing peralatan pabrik tersebut adalah Rp 28.000.000. maka:

Perhitungan indikasi keuntungan dan indikasi kerugian dari PT.Handaka dan PT. Pandu

PT. Handaka PT. Pandu

Harga Perolehan Rp 63.000.000 Harga Perolehan Rp 84.000.000 Akumulasi

Penyusutan

42.000.000 Akumulasi Penyusutan

52.500.000 Nilai Buku 21.000.000 Nilai Buku 31.500.000 Harga Pasar 28.000.000 Harga Pasar 28.000.000 Indikasi

Keuntungan

7.000.000 Indikasi Kerugian 3.500.000

Bagi PT. Handaka dalam pertukaran ini menunjukkan adanya laba Rp 7.000.000, laba ini ditangguhkan sehingga dasar pencatatannya adalah nilai buku aktiva yang diberikan. Bagi PT. Pandu pertukaran ini menunjukkan adanya kerugian Rp 3.500.000, kerugian ini segera diakui sehingga dasar pencatatannya adalah harga pasar aktiva yang diberikan. Ayat jurnal yang dibuat oleh PT. Handaka dan PT. Pandu adalah sebagai berikut:

PT. Handaka

Factory equipment (new) Rp 21.000.000

Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Rp 42.000.000

Factory equipment (old) Rp 63.000.000

PT. Pandu

Factory equipment (new) Rp 28.000.000

Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Rp 52.500.000 Loss on exchange of factory equipment Rp 3.500.000

Factory equipment (old) Rp 84.000.000

Contoh berikut menggambarkan pertukaran yang tidak berakhir dengan proses pembentukkan pendapatan dan terlibat unsure moneter (boot). Contoh: PT. Handaka mempunyai peralatan pabrik yang harga perolehannya Rp 90.000.000, akumulasi penyusutan Rp 54.000.000 dan harga pasarnya Rp

48.000.000 ditukar dengan peralatan pabrik sejenis dari PT. Pandu yang harga perolehannya Rp 72.000.000, akumulasi penyusutan Rp 30.000.000 dan harga pasarnya Rp 51.000.000. dalam pertukaran ini PT. Handaka memberikan tambahan uang tunai (boot) Rp 3.000.000.

Tabel 2.15

Perhitungan indikasi keuntungan dan terlibat unsur moneter (boot) dari PT.Handaka dan PT. Pandu

PT. Handaka PT. Pandu

Harga Perolehan Rp 90.000.000 Harga Perolehan Rp 72.000.000 Akumulasi

Penyusutan

54.000.000 Akumulasi Penyusutan

30.000.000 Nilai Buku 36.000.000 Nilai Buku 42.000.000 Harga Pasar 48.000.000 Harga Pasar 51.000.000 Indikasi

Keuntungan

12.000.000 Indikasi Keuntungan

9.000.000 Dalam pertukaran ini PT. Handaka dan PT. Pandu menunjukan adanya laba pertukaran masing-masing Rp 12.000.000 untuk PT. Handaka dan Rp 9.000.000 untuk PT. Pandu, karena dalam hal ini PT. Handaka memberikan tambahan boot, maka tidak ada pengakuan laba pertukaran, sebaliknya bagi PT. Pandu sebagian dari laba pertukaran ini diakui dengan perhiyunga sebagai berikut:

Jurnal PT. Handaka

Factory equipment (new) Rp 39.000.000

Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Rp 54.000.000

Factory equipment (old) Rp 90.000.000

Cash Rp 3.000.000

Factory equipment (new) Rp 39.529.412 Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Rp 30.000.000

Cash Rp 3.000.000

Factory equipment (old) Rp 72.000.000

Gain on exchange of factory equipment Rp 529.412

c. Konversi terpaksa.

Yang digolongakan sebagai konversi terpaksa yaitu kerusakan aktiva yang diakibatkan bencana alam, kebakaran, atau peristiwa lainnya yang tidak dapat dikendalikan. Bebrapa risiko dari seperti ini dapat diasuransikan, dan akibat dari kejadian tersebut perusahaan menerima ganti rugi dari perusahaan asuransi. Jika ganti rugi lebih besar dari nilai buku aktiva yang rusak, maka selisihnya merupakan keuntungan, dan sebaliknya bila lebih kecil merukan kerugian. Sedangkan apabila kerugian tersebut tidak diasuransikan, maka nilai aktiva buku yang rusak merupakan kerugian.

Contoh. Anggaplah bahwa gempa melanda bangunan pabrik yang harga perolehannya Rp 720.000.000 dan nilai bukunya Rp 210.000.000, dan perusahaan mendapat ganti rugi dari perusahaan asuransi Rp 240.000.000, maka ayat jurnal untuk mencatat peristiwa ini adalah:

Receivable from insurance company Rp 240.000.000 Accumulated depreciation-building Rp 510.000.000

Building Rp 720.000.000

Gain on involuntary convertion Rp 30.000.000

Ada dua pendapat mengenai laba atau rugi konversi terpaksa, yaitu:

1. Pendapat pertama bahwa ganti rugi ini seringkali diinvestasikan kembali kedalam aktiva sejenis, maka laba atau rugi tidaklah diakui;

2. Pendapat lain bahawa ganti rugi dari pembebasan dan investasi dari aktiva yang baru harus dipandang sebagai transaksi yang terpisah.

Jadi keuntungan atau kerugian konversi terpaksa harus diakui, dan aktiva yang baru dicatat sebesar harga perolehannya. Contoh: sebuah perusahaan mempunyai sebidang tanah yang dibebaskan oleh pemerintah yang dijadikan taman-taman rekreasi. Harga perolehan tanah Rp 3.000.000.000, dan nilai ganti rugi disepakati sebesar harga pasarnya Rp 15.600.000.000. ayat jurnal untuk mencatat peristiwa ini adalah:

Cash Rp 15.600.000.000

Land Rp 3.000.000.000

Gain on condemnation Rp 12.600.000.000

Dokumen terkait