Pemeriksaan spesimen. Metode yang digunakan untuk memeriksa kadar
timah hitam dalam rambut yaitu dengan menggunakan metode Spektrofotometrik Serapan Atom.
Alat dan bahan. Alat yang digunakan yaitu:
1. Beaker glass 100 ml 7. Batang pengaduk 8. Tabung reaksi
9. Rak tabung reaksi 10. Kertas saring Whatman 11. Label
12. Gunting rambut 13. Tisu
14. Neraca digital AND HR-200 dengan ketelitian 0,1 mg – 210 gr 15. Hot plate 40oC
16. Lemari asap
17. Atomic Absorbstion Spechtrophotometer Perkin Elmer Aanalyst 100 18. Kooling Module (KMS) atau sistem air pendingin
19. PC Komputer, sebagai alat pembaca dan pengolah data Bahan yang diperlukan yaitu:
1. ICP multi-element standard solution IV 2. HNO3
3. HClO4
4. Aquades
5. Sampel rambut operator SPBU
Prosedur kerja. Prosedur kerja dalam pengukuran sampel rambut ada 3 tahap, yaitu:
1. Persiapan Sampel
a. Potong segmen rambut dengan panjang sekitar 5 – 10 mm dan berat 2 mg.
33
b. Cuci sampel rambut dengan aquades kemudian direbus selama 15 menit.
c. Destruksi sampel rambut dengan campuran 1:5 HClO4 : HNO3 hingga membentuk cairan hampir jenuh.
d. Encerkan sampel dalam labu ukur 50 ml dengan aquades hingga tanda batas.
e. Selanjutnya masukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah diberi label dengan menggunakan kertas saring Whatman agar rambut tidak ikut masuk.
f. Letakkan tabung reaksi yang sudah terisi tersebut pada rak tabung reaksi.
2. Persiapan Kurva Kalibrasi
Pada tahap persiapan kurva kalibrasi meliputi pembuatan larutan standar yaitu:
a. Pembuatan larutan standar Pb 0,5 ppm
Memipet 0,05 ml ICP multi-element standard solution IV ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tertera kemudian dihomogenkan.
b. Pembuatan larutan standar Pb 1 ppm
Memipet 0,1 ml ICP multi-element standard solution IV ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tertera kemudian dihomogenkan.
c. Pembuatan larutan standar Pb 2 ppm
Memipet 0,2 ml ICP multi-element standard solution IV ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tertera kemudian dihomogenkan.
d. Pembuatan larutan standar Pb 4 ppm
Memipet 0,4 ml ICP multi-element standard solution IV ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tertera kemudian dihomogenkan.
3. Penentuan Konsentrasi Logam Timbal (Pb) pada Rambut Operator SPBU Analisa ini menggunakan SSA dengan lampu katoda Pb dan panjang gelombang 217 nm. Set Zero alat dengan menggunakan larutan blanko, kemudian ukur absorban larutan standar Pb dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Sampel yang sudah didestruksi hingga didapatkan larutan jernih diukur juga absorbannya, selanjutnya akan didapatkan kadar logam Pb tiap sampel pada layar komputer.
Pengukuran kuesioner. Tingkat pengetahuan operator SPBU diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti. Pengetahuan diukur menggunakan skala Likert dan Guttman (Sugiyono, 2008). Skala
pengukuran pengetahuan diperoleh berdasarkan jawaban yang didapat responden terhadap seluruh pertanyaan yang berjumlah 10 dengan skor tertinggi 17.
Sistem pemberian skor untuk pertanyaan nomor 4, 7, 8, 9 adalah sebagai berikut:
a. Jika responden memilih jawaban (a) mendapat skor 2 b. Jika responden memilih jawaban (b) mendapat skor 1
35
Sistem pemberian skor untuk pertanyaan nomor 1, 6, 10 adalah sebagai berikut:
a. Jika responden memilih jawaban (a) mendapat skor 1 b. Jika responden memilih jawaban (b) mendapat skor 2 c. Jika responden memilih jawaban (c) mendapat skor 0
Sistem pemberian skor untuk pertanyaan nomor 2, 3, 5 adalah sebagai berikut:
a. Jika responden memilih jawaban (a) mendapat skor 1 b. Jika responden memilih jawaban (b) mendapat skor 0 Nilai yang dikumpulkan kemudian dikategorikan menjadi 3, yaitu:
1. Baik, apabila skor yang diperoleh responden ≥75% atau ≥13 2. Sedang, apabila skor yang diperoleh responden 45-74% atau 8-12 3. Buruk, apabila skor yang diperoleh responden <45% atau <8 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analisis data univariat. Analisis data ini dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi umur, jenis kelamin, masa kerja, lama paparan, kebiasaan merokok, tingkat pengetahuan dan penggunaan APD serta gambaran paparan timbal pada rambut operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa, yaitu data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisa secara deskriptif dan dinarasikan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kadar timbal (Pb) pada rambut diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data dari hasil penelitian yang di dapat melalui uji laboratorium dibandingkan dengan baku mutu yang ada. Hasil pemeriksaan kadar timbal di laboratorium dibandingkan WHO Tahun 1995 tentang Tingkat Kadar Timbal di Tubuh Manusia yaitu apabila kadar timbal (Pb)
pada rambut operator SPBU <10 ppm maka dikatakan memenuhi syarat, namun, apabila kadar timbal (Pb) pada rambut operator SPBU ≥10 ppm maka dikatakan tidak memenuhi syarat.
Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2019 pada beberapa operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dimulai dengan menanyakan pertanyaan mengenai pengetahuan responden yang ada di kuesioner penelitian dan meminta kesediaan responden untuk memberikan sedikit rambutnya. Selanjutnya rambut yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam wadah plastik bersih yang tertutup rapat dan diberi kode sesuai dengan nomor kuesioner, setelah itu sampel disimpan dalam wadah yang lebih besar dan kemudian diantar ke laboratorium untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Deli Serdang. Tanjung Morawa terhubung dengan Medan melalui Tol Belmera.
Wilayah kecamatan Tanjung Morawa memiliki luas wilayah 2.241,68 km2. Adapun batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Beringin.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patumbak, Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kota Medan.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Pagar Merbau.
Gambaran umum SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa. SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa berdiri pada tahun 2012 oleh PT. Ganda Kasih Karunia yang bekerja sama dengan Pertamina. SPBU ini memiliki 8 pulau
pengisian BBM yang terdiri dari 4 pulau untuk kendaraan roda 4 keatas (truk, bus dan lain sebagainya) dengan jalur yang sama yaitu Pertamax-Pertalite dan
Pertalite Premium.
Adapun batas-batas untuk lokasi SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa adalah:
a. Sebelah kiri adalah Gang Benteng b. Sebelah kanan adalah Gang Batu.
c. Bagian depan adalah jalan lintas Tanjung Morawa.
d. Bagian belakang adalah gabungan antara Gang Benteng dan Gang Batu.
Berikut struktur organisasi SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa:
Gambar 5. Struktur organisasi SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Sumber: SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa
39
Karakteristik Responden
Peneliti melakukan wawancara langsung dengan responden melalui lembar kuesioner kepada operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa untuk mengetahui karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin dan masa kerja.
Distribusi responden berdasarkan umur. Umur operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa lebih banyak pada rentang 20-27 tahun yaitu sebanyak 15 orang (68,2%) dan responden yang berumur <20 tahun ada 7 orang (31,8%). Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan umur operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019
Karakteristik Responden n %
Umur (tahun)
<20 tahun 7 31,8
20-27 tahun 15 68,2
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin responden operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa lebih banyak perempuan yaitu sebanyak 13 orang (59,1%) dan sisanya laki-laki ada 9 orang (40,9%). Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan jenis kelamin operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019
Karakteristik Responden n %
Jenis Kelamin
Perempuan 13 59,1
Laki-laki 9 40,9
Distribusi responden berdasarkan masa kerja. Responden operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa paling banyak bekerja <2 tahun yaitu sebanyak 12 orang (54,5%), diikuti dengan responden yang bekerja pada rentang 2-5 tahun ada 8 orang (36,4%), dan responden paling lama bekerja >5 tahun hanya 2 orang (9,1%). Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan masa kerja operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019
Karakteristik Responden n %
Masa Kerja
<2 tahun 12 54,5
2-5 tahun 8 36,4
>5 tahun 2 9,1
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Paparan
Responden operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa lebih banyak berada di kelompok lama paparan <8 jam yaitu sebanyak 19 orang (86,4%) dan responden yang memiliki lama paparan 8 jam ada 3 orang (13,6%).
Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan lama paparan operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Paparan Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019
Karakteristik Responden n %
Lama Paparan
<8 jam 19 86,4
8 jam 3 13,6
41
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Responden operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa lebih banyak menyatakan tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 17 orang (77,3%) dan responden yang menyatakan memiliki kebiasaan merokok ada 5 orang (22,7%). Diantara responden yang memiliki kebiasaan merokok, paling tinggi responden yang menyatakan menghisap 11-20 batang rokok setiap harinya yaitu sebanyak 3 orang (13,62%) dan jumlah responden yang menyatakan
menghisap ≤10 batang rokok setiap harinya ada 2 orang (9,08%). Pernyataan ini dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7
Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019
Karakteristik Responden n %
Kebiasaan Merokok
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Dari 22 responden, 17 orang (77,3%) mengatakan bahwa pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung maupun tidak langsung sehingga udara tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya, 22 orang (100%) mengatakan bahwa di lingkungan SPBU dapat terjadi pencemaran udara, 13 orang (59,1%) mengatakan bahwa tidak pernah mendengar kata ‘timbal’ sebelumnya, 10 orang (45,5%) mengatakan tidak tahu apa defenisi timbal, 14 orang (63,6%) mengatakan bahwa
timbal (Pb) tidak dapat masuk ke dalam tubuh, 10 orang (45,5%) mengatakan jalur masuk timbal (Pb) yang paling sering terjadi pada operator SPBU yaitu pernapasan, 20 orang (90,9%) mengatakan bahwa paparan timbal (Pb) di lingkungan SPBU berasal dari asap kendaraan bermotor dan bensin yang menguap, 12 orang (54,5%) mengatakan bahwa gatal-gatal merupakan gejala akibat keracunan timbal (Pb), 15 orang (68,2%) mengatakan bahwa sesak napas merupakan bahaya dampak timbal (Pb), dan 16 orang (72,7%) sudah mengetahui cara pencegahan agar tidak terpapar oleh timbal yaitu menggunakan alat
pelindung diri (masker). Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan pengetahuan operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019
Pengetahuan Operator Jumlah %
Defenisi pencemaran udara
a. Udara yang terkena debu dan asap kendaraan 5 22,7 b. Dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik
oleh kegiatan manusia secara langsung maupun tidak langsung sehingga udara tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya
17 77,3 c. Tidak tahu
Lingkungan SPBU dapat terjadi pencemaran udara
a. Ya 22 100,0
b. Tidak
Pernah mendengar kata ‘timbal’ sebelumnya
a. Ya 9 40,9
b. Tidak 13 59,1
Defenisi timbal (Pb)
a. Bahan aditif yang ditambahkan dalam bahan bakar 4 18,2 b. Jenis logam berat yang dapat mencemari lingkungan 8 36,4
43
Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019
Pengetahuan Operator Jumlah %
Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh
a. Ya 8 36,4
b. Tidak 14 63,6
Jalur masuk timbal (Pb) yang paling sering terjadi pada operator SPBU
a. Pencernaan 5 22,7
b. Pernapasan 10 45,5
c. Tidak tahu 7 31,8
Asal paparan timbal (Pb) di lingkungan SPBU
a. Asap kendaraan bermotor dan bensin yang menguap 20 90,9 b. Makanan/minuman
c. Tidak tahu 2 9,1
a. Tidak tahu 6 27,3
Gejala akibat keracunan timbal (Pb)
a. Sulit berkonsentrasi 2 9,1
b. Gatal-gatal 12 54,5
c. Tidak tahu 8 36,4
Dampak bahaya timbal (Pb) bagi kesehatan
a. Gangguan sistem saraf 3 13,6
b. Sesak napas 15 68,2
c. Tidak tahu 4 18,2
Pencegahan agar tidak terpapar timbal (Pb) b. Menggunakan sepatu boots
c. Menggunakan alat pelindung diri (masker) 16 72,7
d. Tidak tahu 6 27,3
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan operator SPBU paling banyak berada di kategori sedang yaitu sebesar 81,8% (18 orang) dan diikuti dengan kategori baik yaitu sebesar 18,2% (4 orang). Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan tingkat
pengetahuan operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019
Karakteristik Responden n %
Tingkat Pengetahuan
Baik 4 18,2
Sedang 18 81,8
Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan APD
Responden operator SPBU yang tidak menggunakan APD lengkap sebanyak 22 orang (100,0%). Pernyataan mengenai distribusi responden
berdasarkan penggunaan APD operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10
Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan APD Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019
Karakteristik Responden n %
Penggunaan APD
Lengkap (topi, masker, baju lengan panjang, sepatu boots)
0 0
Tidak Lengkap (tidak menggunakan masker) 22 100,0
Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal pada Rambut
Dari 22 responden operator SPBU yang telah diperiksa, seluruhnya masih memenuhi syarat kesehatan. Semua sampel telah tercemar tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Sampel tersebut berada dibawah batas maksimum cemaran logam timbal pada rambut yakni 10 ppm, dimana 1 ppm = 1 mg/kg. Pernyataan mengenai hasil pemeriksaan kadar timbal pada rambut operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 11.
45
Tabel 11
Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal pada Rambut Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019
Kode Sampel Hasil Analisa MS/TMS Baku Mutu
1 -0,216 MS <10 TMS = Tidak Memenuhi Syarat
Umur. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan telah dianalisis menunjukkan bahwa distribusi umur operator bervariasi dimana responden yang paling banyak berada pada kelompok umur 20-27 tahun yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase 68,2%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa masih tergolong muda dan dalam usia produktif untuk bekerja.
Paru-paru umumnya berkembang sampai usia 20 tahun yang secara
perlahan akan turun kemampuannya menahan udara seiring dengan bertambahnya usia karena terjadi penyempitan pada paru-paru. Bertambahnya usia berarti waktu yang telah dialami responden dalam menghirup udara yang tercemar semakin panjang.
Pada penelitian ini, responden yang berusia paling muda dan paling tua memiliki kadar timbal yang berbeda. Hal ini terjadi disebabkan adanya perbedaan yang melatarbelakangi antar individu seperti jenis kelamin, masa kerja, dan kebiasaan merokok.
Jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian, jenis kelamin operator paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 13 orang (59,1%). Berarti rata-rata operator di SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa didominasi oleh perempuan daripada laki-laki, padahal menurut Kurniawan (2008), perempuan cenderung
47
Pada penelitian ini, responden yang memiliki kadar timbal tertinggi adalah responden laki-laki, hal ini disebabkan dari faktor individu yang melatarbelakangi responden tersebut baik dari segi masa kerja, kebiasaan merokok maupun lama paparan. Jarak antara kadar timbal tertinggi yang dimiliki laki-laki dengan kadar timbal tertinggi perempuan tidak begitu jauh, kadar timbal tertinggi laki-laki sebesar -0,216 mg/kg dan kadar timbal tertinggi perempuan sebesar -0,313 mg/kg.
Hal ini dipengaruhi juga dari faktor shift kerja karena sudah ada ketentuan di SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa bahwa operator perempuan tidak bekerja pada shift ketiga yaitu pada pukul 23.00-07.00. Setiap operator memiliki jam istirahat selama 30 menit, namun responden yang masuk pada shift ketiga memilih tidak istirahat selama jam kerja, arti kata istirahat disini adalah
meninggalkan pompa dan makan di ruang istirahat operator. Oleh sebab itu, besar peluang operator laki-laki untuk memiliki kadar timbal yang tinggi di dalam tubuhnya.
Pada penelitian ini, kadar timbal pada responden perempuan yang menggunakan jilbab dan rambut yang tergerai berbeda. Kadar timbal pada
responden perempuan yang menggunakan jilbab paling tinggi mampu mencapai -0,356 mg/kg sedangkan responden perempuan yang membiarkan rambutnya tergerai paling tinggi mencapai -0,313 mg/kg, adapun yang melatarbelakangi kedua perbedaan ini dikarenakan faktor masa kerja.
Masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja operator paling banyak berada di kelompok yang bekerja <2 tahun dimana
terdapat 12 orang dengan persentase 54,5%. Faktor masa kerja yang telah lama
memungkinkan penumpukan timbal di dalam tubuh ikut meningkat, disebabkan menghirup udara yang telah terkontaminasi oleh emisi gas buang kendaraan dan bensin yang menguap. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin besar kemungkinan akan terpapar oleh timbal dan memengaruhi kadar timbal pada rambut. Dalam hal ini, masa kerja yang paling lama adalah lebih dari 5 tahun dengan jumlah responden ada 2 orang (9,1%).
Pada penelitian ini, responden yang memiliki masa kerja 6 tahun tidak memiliki kadar timbal paling tinggi, melainkan sebaliknya memiliki kadar timbal yang paling rendah yaitu sebesar -0,627 mg/kg, hal ini disebabkan karena
responden bekerja sebagai pengawas dimana responden bertugas untuk menggantikan operator di pompa apabila saat jam istirahat/makan/sholat.
Responden selanjutnya yang memiliki masa kerja 5,5 tahun juga tidak memiliki kadar timbal yang tinggi yaitu -0,605 mg/kg, hal ini disebabkan karena responden bekerja sebagai pengawas dimana tugas responden menggantikan operator di pompa apabila saat jam istirahat/makan/sholat. Namun, untuk responden selanjutnya yang bekerja selama 5 tahun memiliki kadar timbal pada rambut sebesar -0,221 mg/kg, dimana kadar tersebut berada pada urutan kedua dari yang tertinggi. Hal ini disebabkan karena responden tersebut merupakan operator yang bekerja di pompa bukan hanya sebagai pengawas atau leader.
Dilihat dari responden yang memiliki masa kerja 5 tahun, maka hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayaserli (2018) pada operator SPBU Padang, dimana jumlah timbal (Pb) terbanyak ada pada kelompok masa kerja
49
Lama Paparan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lama paparan jam/hari yang paling banyak selama <8 jam sebesar 86,4% sedangkan paling sedikit 8 jam sebesar 13,6%. Semakin banyak jam kerja seseorang dalam sehari, maka semakin besar pula kemungkinan akan terus terpapar oleh timbal dan memengaruhi kadar timbal di dalam tubuh. Lama paparan dilihat dari jam kerja per harinya dikurangi dengan jam istirahat/sholat/makan karena hanya pada saat itu operator berada di area pompa.
Manajemen SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa sudah membuat ketetapan daftar operator yang masuk dan tidak masuk setiap bulannya. Operator SPBU ini memiliki 3 shift, shift pertama dimulai pukul 07.00-15.00, shift kedua dimulai pukul 15.00-23.00, dan shift ketiga dimulai pukul 23.00-07.00. Operator sudah memiliki ketentuan jam istirahat/sholat/makan selama 30 menit, jadi selama operator istirahat, leader atau pengawas yang akan menggantikan kerja operator di pompa.
Pada penelitian ini, responden yang bekerja di area pompa dengan lama paparan 8 jam ada 3 orang, dan ketiganya memiliki kadar timbal tinggi namun masih dalam batasan normal yaitu -0,216 mg/kg, -0,234 mg/kg, dan -0,276 mg/kg.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prasetya & Jusuf (2017) terhadap operator SPBU Gorontalo, dimana terdapat 20 orang yang memiliki kadar timbal tinggi dari 26 responden yang bekerja selama ≥8 jam/hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang bekerja pada shift ketiga, ketiga responden ini tidak beristirahat, arti istirahat disini yaitu
meninggalkan pompa dan makan di ruang istirahat selama 30 menit. Ketiga responden tersebut memilih beristirahat di sekitar area pompa. Oleh karena itu, operator yang bekerja pada shift ketiga berpeluang besar memiliki kadar timbal yang tinggi disebabkan terpapar dalam kurun waktu lama.
Kebiasaan Merokok
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang diteliti terdapat 5 orang yang memiliki kebiasaan merokok. Selanjutnya, dari kelima responden ini, sebagian besar mampu menghisap 11-20 batang rokok per harinya. Kebiasaan merokok memengaruhi adanya kadar timbal di dalam tubuh dikarenakan saluran pernapasan mengalami iritasi sehingga senyawa timbal akan lebih mudah masuk saat bernapas.
Satu batang rokok mengandung lebih 4000 jenis zat berbahaya dimana salah satunya terdapat timbal dengan kandungan timbal sebanyak 2,4μg per batang dan 5% nya terdapat pada asap rokok. Asap rokok bersifat mengiritasi dan menyebabkan kakunya cilia/rambut getar pada saluran pernapasan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu, udara kotor yang telah tercemar timbal dihisap bersamaan dengan asap rokok dapat menjadi pemicu tingginya kadar timbal dalam tubuh.
Pada penelitian ini, responden yang mempunyai kebiasaan merokok ada 5 orang, masing-masing memiliki kadar timbal sebagai berikut -0,216 mg/kg, -0,252 mg/kg, -0,592 mg/kg, -0, 605 mg/kg, dan -0,627 mg/kg. Responden yang memiliki kadar timbal tertinggi dengan kadar timbal -0,216 mg/kg memiliki lama
51
kadar timbal terendah dengan kadar timbal -0,627 mg/kg memiliki lama paparan selama <8 jam dan merupakan pengawas dimana responden bertugas untuk menggantikan operator di pompa apabila saat jam istirahat/makan/sholat.
Pengetahuan Operator
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar operator berpengetahuan di kategori sedang yaitu terdapat 18 orang dengan persentase 81,8%. Notoadmojo (2012) mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga yaitu yang berasal dari pendidikan, pengalaman, dan hubungan sosial. Para operator sudah mengetahui bahwa di lingkungan SPBU dapat terjadi pencemaran udara, namun tidak semua operator tahu dan mengerti tentang timbal. Sebagian besar operator hanya mengerti bahwa pencemaran udara di lingkungan SPBU sebatas asap dan debu. Dikarenakan operator tidak mengetahui timbal, responden berasumsi bahwa gatal-gatal merupakan gejala akibat keracunan timbal dan sesak napas sebagai dampak bahaya yang ditimbulkan bagi kesehatan. Padahal gejala yang ditimbulkan akibat keracunan timbal yaitu sulit berkonsentrasi dan dampak bahaya yang ditimbulkan bagi kesehatan yaitu gangguan sistem saraf.
Pada penelitian ini, responden yang memiliki kadar timbal tertinggi pada
Pada penelitian ini, responden yang memiliki kadar timbal tertinggi pada