• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA RAMBUT OPERATOR SPBU X DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA RAMBUT OPERATOR SPBU X DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2019 SKRIPSI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA RAMBUT OPERATOR SPBU X DI KECAMATAN

TANJUNG MORAWA TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

ENDATARI LIA TAMBARTA TARIGAN NIM: 151000473

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ENDATARI LIA TAMBARTA TARIGAN NIM: 151000473

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(3)
(4)
(5)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal : 31 Mei 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Ir. Indra Chahaya S, M.Si Anggota : 1. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes

2. Ir. Evi Naria, M.Kes

(6)

ABSTRAK

Perkembangan teknologi di sektor transportasi yang berkembang pesat membuat emisi gas buang dari kendaraaan bermotor ikut meningkat juga. Di dalam asap kendaraan bermotor, ada salah satu unsur yang berbahaya yaitu timbal. Timbal (Pb) merupakan campuran bahan bakar bensin untuk meningkatkan kinerja kendaraan bermotor. Operator SPBU merupakan salah satu kelompok yang beresiko terpajan timbal karena menghirup bahan bakar yang menguap ke udara dan asap kendaraan akibat perilaku pengendara yang tidak mematikan mesin saat mengantri. Jenis penelitian ini merupakan survei deskriptif untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada rambut operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 22 orang yang diambil secara purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang kemudian diikuti dengan pemeriksaan laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar timbal (Pb) pada rambut operator SPBU memenuhi syarat kesehatan, seluruh sampel berada dibawah batas maksimum cemaran logam timbal pada rambut yakni <10 ppm. Karakteristik responden yaitu umur 20-29 tahun sebanyak 15 orang (68,2%), jenis kelamin responden perempuan sebanyak 13 orang (59,1%), masa kerja responden <2 tahun yaitu sebanyak 12 orang (54,5%), lama paparan responden <8 jam yaitu sebanyak 19 orang (86,4%), responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 17 orang (77,3%), tingkat pengetahuan responden paling banyak berada di kategori sedang yaitu sebanyak 18 orang (81,8%), dan responden yang tidak menggunakan APD lengkap sebanyak 22 orang (100,0%). Disarankan bagi operator SPBU agar menggunakan alat pelindung diri berupa masker untuk meminimalisir paparan timbal terhadap tubuh. Diharapkan bagi pimpinan SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa agar menerapkan peraturan dapat memakai masker saat bekerja.

Kata Kunci: Timbal, Rambut, Operator SPBU

(7)

ABSTRACT

Technological developments in the transportation sector that are growing rapidly make vehicles’ exhaust emissions increase too. In vehicles fumes, there is one dangerous element, it is lead. Lead (Pb) is a gasoline fuel mixture to improve vehicle performance. Gas station operator is one of the groups that is at risk of exposure lead because inhale fuel that evaporates into the air and vehicle fumes due to the behaviour of drivers who don’t turn off the engine while queuing. The type of this research is descriptive survey to determine lead (Pb) levels on the hair of the gas station operator X in Tanjung Morawa sub-district. Samples that 22 people were taken by purposive sampling. Methods data were collected by using a questionnaire which is the followed by laboratory examination. The results

showed that the lead levels on the hair of the gas station operator meet health requirement, all the samples are below the maximum limit of lead metal

contamination on the hair, that is <10 ppm. Characteristics of respondents are aged 20-29 years as many as 15 people (68,2%), the gender of female

respondents as many as 13 people (59,1%), the working period of respondents <2 years as many as 12 people (54,5%), hours working hours of respondents <8 hours as many as 19 people (86,4%), respondents who don’t have smoking habits as many as 17 people (77,3%), the levels of knowledge of respondents is in the medium category as many as 18 people (81,8%) and respondents who don’t use complete personal protective equipment as many as 22 people (100,0%). It is recommended for the gas station operator to use personal protective equipment such a mask, in order to minimalism the lead exposure to their bodies. It is

expected to the manager of gas station X in Tanjung Morawa sub-district to apply regulations can wear a mask while working.

Keywords: Lead (Pb), Hair, Gas Station Operator

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisa Kadar Timbal (Pb) pada Rambut Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019”. Skripsi ini disusun guna sebagai salah satu syarat untuk menyandang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Selama proses penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari banyak sekali memperoleh bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M., selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ir. Indra Chahaya S., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran serta dengan sabar dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada Penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan masukan dalam

(9)

6. Ir. Evi Naria, M. Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu serta memberikan masukan dan bimbingan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing Penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Kesehatan Lingkungan.

9. Pimpinan dan Manager SPBU PT. Ganda Kasih Karunia yang telah

memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melakukan penelitian di SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa.

10. Kepala Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Medan yang telah bersedia memfasilitasi pemeriksaan sampel yang diperlukan pada penelitian ini.

11. Teristimewa untuk Ibunda Marianta br. Sembiring serta abang Andri Binarta Tarigan dan keluarga besar yang sangat saya kasihi yang selalu memberikan doa, dukungan, nasihat dan semangat kepada Penulis dalam menjalani pendidikan, terkhusus selama Penulis menyelesaikan skripsi ini.

12. Teruntuk sahabat yang sangat saya kasihi Brama Putra Sembiring Brahmana yang sabar menghadapi Penulis dan selalu memberikan dukungan penuh selama pengerjaan skripsi ini.

13. Teman-teman satu peminatan Kesehatan Lingkungan angkatan 2015.

Penulis menyadari penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR ISTILAH xv

RIWAYAT HIDUP xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Tujuan Umum 5

Tujuan Khusus 5

Manfaat Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 7

Timbal 7

Penyebaran dan Sifat Timbal 7

Manfaat Timbal 7

Penggunaan Timbal Pada Bahan Bakar 8

Pencemaran Timbal Pada Lingkungan 9

Metabolisme Timbal Pada Tubuh 11

Absorpsi 11

Distribusi 12

Ekskresi 12

Keracunan Timbal 13

Keracunan Akut 16

Keracunan Kronis 17

Rambut 17

Pengertian Rambut 17

Struktur Rambut 17

Jenis-jenis Rambut 18

Tekstur Rambut 19

Macam-macam Rambut 20

Mekanisme Timbal Terhadap Rambut 21

Rambut Sebagai Bioindikator 22

(12)

METODE PENELITIAN 27

Jenis Penelitian 27

Lokasi dan Waktu Penelitian 27

Objek Penelitian 27

Populasi dan Sampel 28

Definisi Operasional 29

Metode Pengumpulan Data 30

Metode Pengukuran 30

Metode Analisis Data 35

HASIL PENELITIAN 37

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 37

Gambaran Umum SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa 38

Karakteristik Responden 39

Distribusi Responden Berdasarkan Umur 39

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 39 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja 40 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Paparan 40 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok 41 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan 41 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan 43 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan APD 44 Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal Pada Rambut 44

PEMBAHASAN 46

Karakteristik Responden 46

Umur 46

Jenis Kelamin 46

Masa Kerja 47

Lama Paparan 49

Kebiasaan Merokok 50

Pengetahuan Operator 51

Penggunaan APD 52

Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal Pada Rambut 53

KESIMPULAN DAN SARAN 55

Kesimpulan 55

(13)

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN

(14)

1 Kandungan Komponen Pb dalam Asap Kendaraan Bermotor 9 2 Kandungan Timah Hitam di Setiap Jaringan Tubuh Orang yang

Tak Terpajan Timbal 16

3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Operator SPBU X

di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019 39 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Operator

SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019 39 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Operator

SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019 40 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Paparan Operator

SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019 40 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019 41 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Operator

SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019 42 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019 44 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan APD

Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019 44 11 Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal pada Rambut Operator

SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019 45

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Distribusi Timbal dalam Tubuh 12

2 Struktur Rambut 18

3 Teori Simpul 24

4 Kerangka Konsep 26

5 Struktur Organisasi SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa 38

(16)

1 Kuesioner 60

2 Surat Izin Penelitian 63

3 Surat Keterangan Selesai Penelitian di Lokasi Penelitian 64

4 Surat Keterangan Selesai Penelitian di Laboratorium 65

5 Hasil Pengukuran Kadar Timbal (Pb) pada Rambut 66

6 Dokumentasi Penelitian 68

7 Output Uji Statistika Penelitian 75

8 Master Data 80

(17)

DAFTAR ISTILAH

APD Alat Pelindung Diri BBM Bahan Bakar Minyak PPM Part Per Million

SPBU Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum SOP Standar Operasional Prosedur

SSA Spektrofotometri Serapan Atom WHO World Health Organization

(18)
(19)

Pendahuluan

Latar Belakang

Perkembangan teknologi membuat pertambahan sarana di sektor

transportasi ikut berkembang pesat. Berdasarkan data Statistik Transportasi Darat, persentase kenaikan kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun 2016-2017 cukup signifikan dimana sepeda motor naik 7,49%, truk 6,51%, mobil 6,26%, dan bus 0,89%. Tidak hanya manfaat yang dapat dirasakan, namun, juga resikonya, yaitu penurunan kualitas lingkungan.

Salah satu aspek lingkungan yang dapat mengalami penurunan kualitas adalah udara karena emisi gas buang dari kendaraaan bermotor meningkat. Dari total pencemaran udara yang ada, asap kendaraan berbahan bakar merupakan penyumbang tertinggi yaitu 66,34%. Di dalam asap kendaraan bermotor, ada salah satu unsur yang berbahaya yaitu timbal/Plumbum (Pb) (Izainie, 2010).

Tetraetil-Pb atau TEL (Tetra Ethyl Lead) merupakan salah satu bahan tambahan yang dimasukkan ke dalam bahan bakar kendaraan dan jumlahnya paling tinggi yaitu 62%, ini menunjukkan bahwa jumlah senyawa yang paling tinggi dibuang ke udara adalah timbal. Semula timbal digunakan dalam bahan bakar untuk menghemat biaya produksi, anti knocking (anti letup/ketuk),

meningkatkan angka oktan, serta menjadi pelumas dudukan katup mobil. Namun, seiring berjalannya waktu, polusi dan gangguan kesehatan mulai dirasakan akibat pemakaian timbal yang terus-menerus.

Terabsorpsinya senyawa timbal ke dalam tubuh dapat melewati jalur inhalasi, ingesti, dan kontak dengan permukaan kulit. Timbal akan ikut dalam

(20)

sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan didistribusikan ke dalam jaringan lunak dan jaringan keras. Ekskresi timbal umumnya berjalan sangat lambat sehingga kandungan timbal dalam tubuh dapat terus meningkat. Palar (2008)

mengungkapkan bahwa 75–80% timbal diekskresikan lewat urin, 15% lewat feces dan untuk sisanya lewat empedu, keringat, rambut dan juga kuku.

Berdasarkan hasil Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1406/MENKES/SK/XI/2002 tentang Standar Pemeriksaan Kadar Timah Hitam Pada Spesimen Biomarker Manusia, rambut menjadi salah satu spesimen biomarker manusia untuk melihat kadar timbal dalam tubuh. Menurut Sukar dan Suharjo (2015), keuntungan menganalisis timbal pada rambut yaitu memiliki jangka waktu memori cukup panjang bahkan hasil yang permanen. Hidayat (2007) juga menambahkan bahwa semakin lama unsur yang terabsorpsi pada rambut akan semakin tinggi konsentrasinya karena tidak dikeluarkan dari tubuh.

Inilah yang membuat rambut dipilih peneliti sebagai sampel.

Menurut Putra dkk (2015), tingkat kontaminasi timbal pada rambut merujuk pada batasan kadar timbal dalam darah yang dikeluarkan World Health Organization atau WHO Tahun 1995 tentang Tingkat Kadar Timbal di Tubuh Manusia yaitu apabila kadar timbal pada rambut <10 ppm dapat dikatakan normal, namun jika kadar timbal pada rambut ≥10 ppm dikatakan tidak normal. Hal ini disebabkan belum adanya informasi akurat yang menjelaskan batas kadar timbal pada rambut.

Darmono (2001) mengemukakan bahwa orang dewasa sering mengalami

(21)

3

paling dominan terjadi kontaminasi logam berat timbal yaitu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Ketika seseorang berada di lingkungan yang tercemar timbal, maka tubuhnya akan terkontaminasi dengan timbal (Tasya, 2018). Operator SPBU beresiko tinggi terpajan timbal saat mereka bekerja karena mereka menghirup bahan bakar yang menguap ke udara dan asap kendaraan akibat perilaku pengendara yang tidak mematikan mesin saat mengantri.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tasya pada tahun 2018 pada operator SPBU di Palu menegaskan adanya korelasi antara kadar timbal dalam tubuh dengan masa kerja dan kebiasaan merokok. Didapati ada 32 responden (97%) yang sudah bekerja >2 tahun yang memiliki kadar timbal tidak normal di dalam tubuh, hal ini dikarenakan semakin lama interaksi operator SPBU dengan bahan bakar mengakibatkan konsentrasi timbal di dalam tubuh akan semakin tinggi. Selanjutnya, untuk kebiasaan merokok, ada 34 responden (94,4%) perokok yang memiliki kadar timbal tidak normal di dalam tubuh, hal ini dikarenakan saluran pernapasan mengalami iritasi sehingga senyawa timbal akan lebih mudah masuk saat bernapas.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetya pada tahun 2017 pada operator SPBU Gorontalo mengungkapkan bahwa faktor umur ikut ambil bagian dalam mendukung akumulasi timbal pada rambut. Didapati dari 35 orang pada kelompok umur 20-30 tahun, ada 28 orang yang terpapar timbal melebihi baku mutu dan dari 13 orang pada kelompok umur 40-59 tahun, ada 12 orang yang terpapar timbal melebihi baku mutu. Hal ini disebabkan seiring bertambahnya umur, daya tahan organ tertentu atas efek timbal akan menurun

(22)

sehingga akan semakin tinggi konsentrasi timbal yang menumpuk pada jaringan tubuh.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Mayaserli pada operator SPBU di Padang tahun 2018 menunjukkan adanya pengaruh masa kerja dengan tingginya kandungan logam timbal di dalam tubuh, artinya semakin lama bekerja maka kandungan logam timbal juga semakin tinggi. Jumlah timbal terbanyak ada pada kelompok masa kerja yang paling lama yaitu 9 – 12 tahun dengan

kandungan timbal sebesar 0,8175 mg/g.

Keracunan timbal (plumbism) amat riskan untuk manusia dan juga hewan vertebrata sebab meskipun jumlah timbal yang terabsorpsi ke dalam tubuh hanya sedikit, mampu memberi efek racun terhadap jantung, tulang, perut, sistem reproduksi, sistem endokrin, sistem urinaria, dan sistem saraf pusat. Gejala-gejala akibat keracunan timbal antara lain, sakit perut, sakit kepala, insomnia, mual, kehilangan nafsu makan, otot melemah, linglung, sulit berkonsentrasi, anemia, kerusakan ginjal, koma, dan kematian. Namun, gejala-gejala tersebut timbul sesuai dengan kadar racun, karakteristik individu, dan lama pajanan.

Berdasarkan pertimbangan yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti kandungan kadar timbal pada operator SPBU dengan menjadikan rambut sebagai sampel. Kategori SPBU yang dipilih dalam penelitian ini adalah SPBU yang melayani 24 jam dan hampir tidak pernah sepi dilalui kendaraan pribadi maupun umum. Diharapkan penelitian ini agar menjadi sumber yang dapat dipercaya atau valid untuk menganalisa kadar timbal pada rambut operator SPBU

(23)

5

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Perlu diketahuinya kadar timbal pada rambut operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa.”

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui kadar timbal pada rambut operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa.

Tujuan khusus. Berikut tujuan khusus dalam penelitian ini:

1. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa berdasarkan karakteristik yaitu umur, jenis kelamin, masa kerja, lama paparan, dan kebiasaan merokok.

2. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa berdasarkan tingkat pengetahuan dan penggunaan APD.

3. Mengetahui kadar timbal pada rambut operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa.

Manfaat Penelitian

Berikut manfaat penelitian:

1. Sebagai informasi untuk SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kadar timbal pada rambut operator SPBU.

2. Untuk menambah pengetahuan peneliti khususnya dalam bidang kesehatan lingkungan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diterima peneliti selama

(24)

menuntut ilmu di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Menjadi salah satu bahan referensi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis.

(25)

Tinjauan Pustaka

Timbal

Penyebaran dan sifat timbal. Timbal atau yang diketahui dengan sebutan timah hitam merupakan logam berat yang ada di dalam litosfer. Penyebaran logam timbal di bumi tidak banyak, hanya 0,0002% dari jumlah seluruh litosfer. Namun, akibat aktivitas manusia, timbal dapat mencapai 300 kali lebih banyak

dibandingkan timbal alami (Palar, 2008).

Sartono (2001) mengungkapkan bahwa timbal mudah terlarut dalam larutan garam, minyak dan lemak. Berikut sifat-sifat khusus yang dimiliki logam timbal:

1. Lunak dan lentur.

2. Sangat rapuh.

3. Tahan karat.

4. Memiliki titik lebur rendah 327,50C.

5. Memiliki waktu paruh sangat lama (stabil) 6. Sukar larut dalam air.

7. Isolator listrik yang baik.

Manfaat timbal. Kemampuan timbal untuk berikatan dengan unsur kimia lainnya memberi manfaat dalam berbagai bidang. Berikut manfaat timbal dengan persenyawaannya:

1. Digunakan dalam industri baterai yang terbentuk dari kombinasi Pb dengan logam bismut (Pb-Bi).

2. Adanya kandungan 1% stibium (Sb) dalam alloy Pb dimanfaatkan untuk menjadi bahan kabel telepon.

(26)

3. Adanya kandungan 0,15% As, 0,1% Sn dan 0,1% Bi dalam alloy Pb dapat digunakan untuk kabel listrik.

4. Senyawa azida sebagai denator (bahan peledak) yang terbentuk dari ikatan Pb dengan atom N (nitrogen).

5. Digunakan dalam industri cat yang terbentuk dari kombinasi Pb dengan Cr (chromium), Mo (molibdenum) dan Cl (chlor).

6. Senyawa silikat timbal (Pb-silikat) dijadikan salah satu bahan pengkilap keramik dan juga bahan tahan api yang terbentuk dari kombinasi intermediet Pb-asetat (CH3-COO-Pb-OOCH3).

7. Digunakan sebagai insektisida dari persenyawaan yang terbentuk antara Pb dengan arsenat.

8. Komponen aktif dari kombinasi Pb dan Te (telurium) dimanfaatkan menjadi pada pembangkit listrik tenaga panas.

9. Dua jenis persenyawaan yang terbuat dari logam Pb yaitu (CH3)4-Pb (tetrametil-Pb) dan (C2H5)4-Pb (tetraetil-Pb) dijadikan sebagai bahan aditif bahan bakar kendaraan (Palar, 2004).

Penggunaan timbal pada bahan bakar. Timbal digunakan menjadi salah satu zat tambahan dalam bensin seperti premium dan premix. Pemakaian timbal dalam bensin untuk meningkatkan angka oktan, menghemat biaya produksi, anti knocking (anti letup/ketuk), serta menjadi pelumas dudukan katup mobil. Namun, seiring waktu, timbal memberi dampak negatif dan menimbulkan keluhan

kesehatan sehingga kadar Pb mulai dikurangi.

(27)

9

Noviyanti (2012), mengungkapkan bahwa Pb oksikarbonat

(PbCO3.2PbO), Pb oksida (PbO8), dan Pb karbonat (PbCO3) merupakan 3 senyawa yang mempunyai komposisi Pb tertinggi dalam gas buang kendaraan bermotor. Data tersebut dapat diperhatikan pada tabel 1 dimana kolom pertama dan kolom kedua masing-masing menjelaskan komposisi asap kendaraan bermotor segera setelah distarter dan 18 jam setelah distarter.

Tabel 1

Kandungan Komponen Pb dalam Asap Kendaraan Bermotor

Komponen Pb 0 Jam (%) 18 Jam (%)

PbBrCl 32,0 12,0

PbBrCl.2PbO 31,4 1,6

PbCl2 10,7 8,3

Pb(OH)Cl 7,7 7,2

PbBr2 5,5 0,5

PbCl2.2PbO 5,2 5,6

Pb(OH)Br 2,2 0,1

PbOx 2,2 21,2

PbCO3 1,2 13,8

PbBr2.2PbO 1,1 0,1

PbCO3.2PbO 1,0 29,6

Sumber: Palar (2008).

Pencemaran timbal pada lingkungan. Maraknya pemakaian bahan bakar bertimbal menjadi salah satu penyebab tingginya pencemaran timbal di Indonesia.

Berikut pencemaran partikel timbal pada lingkungan:

1. Air

Melalui pengkristalan timbal di udara, timbal dapat masuk ke badan perairan dengan bantuan air hujan. Selain itu, kegiatan manusia seperti membuang limbah industri, dimana industri tersebut memiliki sumber pencemar timbal juga ikut ambil alih dalam mencemari perairan. Menurut Palar (2008), timbal dapat

(28)

mematikan biota laut apabila konsentrasinya dalam air ≥188 mg/L. Nilai ambang batas timbal di perairan menurut PP No. 20 Tahun 1990 adalah 0,1 mg/L.

2. Makanan dan Minuman

Kontaminasi timbal dapat terjadi pada makanan kemasan kaleng karena makanan yang sudah diasamkan dapat melarutkan Pb dari wadahnya. Menurut Widowati, dkk (2008), kadar Pb dalam makanan/minuman yang dikemas kaleng terdeteksi sekitar 637,64 ± 94,25 ppm dimana kadar Pb yang beralih ke dalam makanan/minuman sebesar 0,171 ± 0,02 ppm dengan kecepatan reaksi pelepasan Pb sebesar 5,56 x 10-5 bpj/jam. Selanjutnya, masih ada bahan pangan lain yang diketahui mengandung logam Pb yaitu buah dan sayuran, makanan kaleng, hati dan ginjal ternak, serta ikan dengan masing-masing berkisar 15 – 20 μg/kg, 50 – 100 μg/kg, 150 μg/kg, dan 170 μg/kg. Namun, diantara semua itu, kelompok molusca (kerang-kerangan) dan crustacea (udang-udangan) paling tinggi yaitu

>250 μg/kg (Winarno dan Rahayu, 1994).

3. Udara

Timbal dapat ditemukan di udara yang disebabkan dari asap kendaraan bermotor dan cerobong pabrik yang mengolah senyawa timbal. Palar (2008) mengungkapkan bahwa terabsorpsinya hasil dispersi senyawa timbal dalam keadaan kering ke dalam tubuh melewati proses pernapasan dan kontak kulit.

Nilai ambang batas timbal di udara ambien menurut PP RI No. 41 Tahun 1999 adalah 2,0 μm/Nm3.

4. Tanaman

(29)

11

Asap kendaraan bermotor yang mengandung timbal dapat mencemari lingkungannya. Menurut Widowati, dkk (2008), kandungan logam timbal pada sayuran yang ditanam di tepi jalan raya sebesar 28,78 ppm. Padahal, batas aman yang ditoleransikan Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan untuk bahan pangan sebesar 2 ppm.

Metabolisme timbal pada tubuh. Metabolisme timbal pada tubuh melalui 3 tahap diantaranya yaitu:

Absorpsi. Menurut Kurniawan (2008), timbal terabsorpsi ke dalam tubuh

85% melalui pernapasan, 14% pencernaan, dan 1% kulit. Sebagian besar timbal yang terabsorpsi ke dalam tubuh melalui proses pernapasan nantinya ikut juga ke dalam pembuluh darah dan paru-paru. Sekalipun ukuran partikel debu kecil namun apabila penyerapan volume udara cukup besar, maka akan tinggi pula konsentrasi timbal di dalam tubuh. Ada 3 proses yang terjadi apabila timbal terabsorpsi melalui saluran pernapasan antara lain deposisi (penumpukan), pembersihan mukosiliar dan pembersihan alveolar. Masuknya timbal ke dalam tubuh melewati proses pencernaan dipengaruhi oleh tingkat kelarutan, bentuk dan ukuran partikel, status gizi, serta tipe diet. Sedangkan untuk timbal yang

terabsorpsi melalui penetrasi lapisan kulit biasanya senyawa timbal tetrametil dan timbal tetraetil karena keduanya dapat dilarutkan minyak dan lemak. Di lapisan atmosfer, timbal tetraetil mudah terpecah dan menyatu kembali menjadi timbal trietil, dietil, dan monoetil karena adanya sinar ultraviolet. Semua senyawa tersebut mempunyai ciri khas yaitu memiliki aroma bawang putih, sukar menyatu

(30)

dengan minyak namun mudah menyatu dengan air. Menurut Palar (2008), dengan meningkatnya absorpsi timbal dalam tubuh dapat menyebabkan:

1. Penurunan jumlah eritrosit.

2. Penurunan kadar retikulosit.

3. Mempersingkat umur eritrosit.

4. Kandungan logam Fe dalam plasma darah akan meningkat.

Distribusi. Terabsorpsinya senyawa timbal yang masuk ke dalam tubuh

akan dialokasikan oleh darah ke setiap jaringan tubuh secara menyeluruh. Ertirosit akan mengikat timbal kira-kira 95% dan sisanya diikat oleh plasma darah. Timbal akan ikut dalam sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan disalurkan ke tubulus ginjal dan sel hati, dan nantinya disebar-luaskan menuju tulang, rambut, serta gigi untuk disimpan.

Gambar 1. Distribusi timbal dalam tubuh Sumber: Palar (2008).

Ekskresi. Proses ekskresi logam timbal dapat dilakukan dengan 2 cara

(31)

13

mempengaruhi proses pengeluaran timbal dari dalam tubuh seperti saluran aktif dan pasif kelenjar air liur, pankreas, maupun kelenjar lain yang ada di dinding usus, pembaruan sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedang untuk ginjal dipengaruhi oleh filtrasi glomerulus.

Menurut Palar (2008), sekitar 75 – 80% timbal akan diekskresikan lewat urin, 15% lewat feces dan untuk sisanya lewat empedu, keringat, rambut dan juga kuku. Kandungan timbal dalam tubuh dapat terus meningkat sekalipun intake timbal tiap hari sedikit, hal ini disebabkan proses mengeluarkan timbal dari dalam tubuh sangat lelet. Waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan timbal di dalam darah sekitar ± 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati sekitar 40 hari, dan di tulang sekitar 30 hari (Widowati dkk, 2008).

Keracunan timbal. Keracunan timbal (plumbism) amat riskan bagi manusia dan hewan vertebrata karena meskipun jumlah timbal yang diabsorpsi dalam tubuh hanya sedikit dapat memberi efek racun terhadap jantung, tulang, perut, sistem urinaria, sistem endokrin, sistem reproduksi, dan sistem saraf pusat.

Keracunan Pb dapat terjadi karena mengonsumsi makanan/minuman yang terkontaminasi senyawa timbal atau melalui inhalasi dari udara, kontak lewat kulit, mata, serta parental.

Gejala-gejala akibat keracunan timbal antara lain, sakit perut, sakit kepala, sulit tidur, mual, kehilangan pendengaran, kehilangan nafsu makan, otot melemah, sulit berkonsentrasi, anemia, kerusakan ginjal, koma, dan bahkan kematian.

Namun, gejala-gejala tersebut dapat timbul sesuai dengan kadar racun, karakteristik individu, dan lama pajanan.

(32)

Widowati, dkk (2008) mengungkapkan bahwa timbal memiliki sifat kumulatif. Berikut mekanisme timbal dalam memengaruhi organ tubuh:

1. Sistem pembentukan darah

Timbal mengganggu pembentukan hemoglobin (Hb) dan mempersingkat umur eritrosit sehingga dampaknya kadar sel darah merah akan rendah.

2. Sistem saraf

Timbal dapat mengganggu sistem saraf pusat dengan gejala fatamorgana, linglung, epilepsi, dan merusak cerebrum.

3. Sistem urinaria

Timbal dapat menyebabkan kerusakan pada tubulus proksimalis sehingga menyebabkan aminosiduria.

4. Sistem gastrointestinal

Timbal dapat menyebabkan sembelit.

5. Sistem kardiovaskuler

Timbal dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.

6. Sistem reproduksi

Timbal dapat mengganggu sistem reproduksi laki-laki dan perempuan.

Pada laki-laki, timbal dapat mengakibatkan hipospermia dan teratospermia, sedangkan pada perempuan, timbal sangat mengganggu saat perempuan sedang hamil sebab janin yang belum lahir amat sensitif terhadap timbal. Aborsi spontan dapat terjadi pada ibu hamil yang terkontaminasi timbal, bahkan kematian janin sewaktu akan dilahirkan.

(33)

15

Timbal dapat mengganggu fungsi tiroid dan adrenal.

Menurut Kurniawan (2008), faktor lingkungan dan manusia memengaruhi keracunan timbal. Faktor lingkungan terdiri dari:

1. Dosis dan lama pajanan

Semakin tinggi dosis dan lama pajanan, efek yang ditimbulkan semakin beresiko.

2. Kelangsungan pajanan

Berat atau tidaknya efek logam timbal tergantung pada saat proses pajanan berlangsung, apakah terpapar secara kontinu atau ada jeda waktunya. Apabila secara terus-menerus, efek yang ditimbulkan jauh lebih berbahaya.

3. Lajur paparan

Terabsorpsinya timbal ke dalam tubuh melewati jalur yang tepat mampu memberikan efek negatif pada kesehatan. Seseorang yang hidungnya tersumbat (pilek, flu, alergi, sinusitis) dapat beresiko tinggi karena pernapasan dengan mulut memperbesar peluang partikel debu masuk ke dalam tubuh.

Sedangkan faktor manusia terdiri dari:

1. Umur

Semakin bertambah usia, maka kandungan logam timbal yang menumpuk pada jaringan tubuhnya akan semakin bertambah juga.

2. Status kesehatan

Tinggi atau rendahnya penyerapan timbal ke dalam tubuh dipengaruhi oleh status kesehatan. Apabila seseorang dalam keadaan sakit dapat mempertinggi

(34)

penyerapan timbal ke dalam tubuh. Berikut kandungan timah hitam di setiap jaringan tubuh orang yang tak terpajan timbal:

Tabel 2

Kandungan Timah Hitam di Setiap Jaringan Tubuh Orang yang Tak Terpajan Timbal

Jaringan mg Pb/100gr

Tulang 0,67 – 3.59

Hati 0,04 – 0,28

Paru-paru 0,03 – 0,09

Ginjal 0,05 – 0,16

Limpa 0,01 – 0,07

Jantung 0,04

Otak 0,01 – 0,09

Gigi 0,28 – 31,4

Rambut 0,007 – 1,17

Sumber: Palar (2008).

3. Jenis kelamin

Perempuan cenderung lebih rentan karena faktor ukuran tubuh, keseimbangan hormonal dan metabolisme yang berbeda dengan laki-laki.

4. Jenis jaringan

Kadar timbal dalam tiap jaringan berbeda-beda, artinya kadar timbal pada otak tidak akan serupa dengan kadar timbal yang ada pada rambut.

Keracunan akut. Keracunan akut dapat terjadi jika seseorang

menghirup/menelan/kontak langsung dengan timbal dalam waktu yang singkat namun dengan kadar yang tinggi. Berikut beberapa gejala akibat keracunan akut:

1. Pencernaan akan terganggu, seperti sembelit, mual, muntah-muntah, kram perut.

2. Gangguan saraf, berupa sakit kepala, linglung, epilepsi dan bahkan tidak

(35)

17

3. Gangguan fungsi ginjal, seperti kondisi yang terjadi pada orang dewasa dimana produksi urin sedikit yaitu <400 ml/hari (Widowati dkk, 2008).

Keracunan akut yang disebabkan oleh timbal jarang terjadi. Keracunan akut timbal biasanya terjadi apabila seseorang menghirup timbal oksida (PbOx) dengan jumlah banyak atau jikalau seorang anak kecil yang tidak sengaja menelan cat yang mengandung timbal dalam dosis tinggi.

Keracunan kronis. Keracunan kronis dapat terjadi jika seseorang

menghirup/menelan/kontak langsung dengan timbal dengan kadar yang relatif rendah namun dengan waktu yang relatif lama. Gejala yang ditimbulkan akibat keracunan kronis dapat berupa gangguan pencernaan, mudah lelah, depresi, sakit kepala, penurunan daya ingat, insomnia, penurunan gairah seks, kemandulan pada laki-laki, gangguan mentruasi dan keguguran mendadak pada wanita (Widowati dkk, 2008).

Rambut

Pengertian rambut. Rambut menurut Bariqina (2001) merupakan sesuatu yang tumbuh dan nyaris ada di seluruh permukaan kulit terkecuali di bagian tapak tangan dan kaki serta bibir.

Struktur rambut. Secara umum wujud rambut dapat dilihat secara kasat mata, ada yang lurus, bergelombang, dan keriting. Namun, berikut untuk lebih jelasnya perbedaannya berdasarkan penampang melintang:

1. Bentuk penampangnya bundar dan memanjang untuk rambut lurus.

2. Bentuk penampangnya lonjong dan memanjang untuk rambut berombak.

3. Bentuk penampangnya gepeng dan memanjang untuk rambut keriting.

(36)

Gambar 2. Struktur rambut Sumber: Bariqina (2001).

Jenis-jenis rambut. Keaktifan kelenjar lemak dapat memengaruhi jenis- jenis rambut. Berikut akan dijelaskan lebih rinci beberapa jenis rambut:

1. Rambut normal

Keaktifan kelenjar lemak pada jenis rambut ini normal, artinya hasil minyak untuk melumas rambut dan kulit kepala sudah cukup, sehingga hasilnya rambut terlihat segar.

2. Rambut kering

Keaktifan kelenjar lemak pada jenis rambut ini kurang aktif, artinya hasil minyak untuk melumas rambut dan kulit kepala kurang cukup, sehingga hasilnya rambut terlihat tidak segar, kusam, dan terkadang pertumbuhannya tipis serta ujungnya bercabang.

3. Rambut berminyak

Keaktifan kelenjar lemak pada jenis rambut ini sangat aktif, artinya hasil minyak untuk melumas rambut dan kulit kepala lebih dari cukup atau berlebihan, sehingga hasilnya rambut menjadi lembab dan terlihat mengkilap.

(37)

19

Rambut glassy atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama rambut landak. Ciri-ciri rambut glassy yaitu:

a. rambut sangat kaku, b. sukar basah,

c. proses peresapan obat sangat lama, dan d. sukar disasak.

Tekstur rambut. Tekstur rambut sama halnya dengan ciri-ciri rambut yang dapat dipastikan dengan melihat dan meraba. Berikut tekstur rambut:

1. Kelebatan rambut

Banyak atau tidaknya batang rambut yang tumbuh di kulit kepala

menentukan kelebatan rambut, dengan kisaran normalnya antara 80.000 – 120.000 helai, akan tetapi, hal ini bergantung pada halus kasarnya rambut.

2. Tebal halusnya rambut

Banyak zat tanduk dalam kulit rambut memengaruhi tebal atau halusnya rambut. Rambut yang paling halus dapat ditemukan di bagian pelipis.

3. Kasar atau licinnya permukaan rambut

Kasar atau licinnya permukaan rambut dapat dirasakan oleh indera peraba.

Apabila terdapat sisik selaput rambut yang tidak berdempat maka dapat diklasifikasikan sebagai permukaan rambut yang kasar.

4. Kekuatan rambut

Melihat perbandingan cara meregangkan rambut sampai putus dengan usaha yang diperlukan untuk memutuskan rambut dapat menjelaskan kekuatan rambut.

(38)

5. Porositas rambut

Usaha rambut untuk menghisap cairan disebut dengan porositas rambut.

Porositas dilihat dari keadaan lapisan rambut paling luar. Bagian rambut yang memiliki kemampuan serap terbaik berada di puncak kepala.

6. Elastisitas rambut

Elastisitas/kelenturan rambut dapat dilihat dari kesanggupan rambut untuk memanjang apabila ditarik dan dilepaskan kembali. Normalnya, kelenturan dari panjang asli rambut adalah 20 – 40%. Namun, kelenturan rambut mampu berkisar 40 – 50% lebih panjang dari keadaan awal apabila rambut dalam keadaan basah.

7. Plastisitas rambut

Plastisitas rambut dilihat dari sulit atau tidaknya rambut untuk ditata.

Macam-macam rambut. Berdasarkan ukuran, rambut digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Rambut panjang

Contoh dari rambut panjang yaitu rambut yang tumbuh di kulit kepala, ketiak, daerah kemaluan, dan pada wajah laki-laki (janggut, kumis, jambang).

2. Rambut pendek

Contoh dari rambut pendek yaitu alis, bulu mata, dan bulu hidung.

3. Rambut lanugo/vellus (vellus hair)

Rambut lanugo adalah rambut yang tumbuh amat halus dan pendek- pendek. Rambut lanugo/vellus terlihat jelas pertumbuhannya pada bagian pipi, dahi, tengkuk, dan tangan.

(39)

21

Mekanisme timbal terhadap rambut. Masuknya timbal ke dalam tubuh melewati jalur pernapasan, ingesti, dan kontak dengan permukaan kulit. Saat bernapas, sebagian besar timbal yang terhirup akan masuk ke pembuluh darah dan paru-paru. Ertirosit akan mengikat kira-kira 95% timbal dan sisanya diikat oleh plasma darah. Darah akan mengangkut seluruh senyawa timbal yang telah terabsorpsi di dalam tubuh dan akan mengalokasikan ke setiap jaringan tubuh secara menyeluruh selanjutnya akan disalurkan ke tubulus ginjal dan sel hati, dan nantinya disebar-luaskan menuju jaringan keras seperti tulang, rambut, serta gigi untuk disimpan (Palar, 2008).

Berdasarkan hasil Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1406/MENKES/SK/XI/2002 tentang Standar Pemeriksaan Kadar Timah Hitam Pada Spesimen Biomarker Manusia, rambut dapat dijadikan spesimen.

Menurut Sukar dan Suharjo (2015), keuntungan menganalisis timbal pada rambut yaitu memiliki jangka waktu memori cukup panjang bahkan hasil yang permanen.

Hidayat (2007) juga menambahkan bahwa semakin lama unsur yang terabsorpsi pada rambut akan semakin tinggi konsentrasinya karena tidak dikeluarkan dari tubuh. Putra dkk (2017) mengungkapkan bahwa tingkat kontaminasi timbal pada rambut merujuk pada batasan kadar timbal dalam darah yang dikeluarkan WHO Tahun 1995 tentang Tingkat Kadar Timbal di Tubuh Manusia yaitu apabila kadar timbal pada rambut <10 ppm maka dapat dikatakan normal sedangkan jika kadar timbal pada rambut ≥10 ppm dikatakan tidak normal.

(40)

Rambut sebagai bioindikator. Di dalam tubuh manusia, biasanya logam berat akan menumpuk di beberapa organ tubuh seperti pada jaringan lunak yaitu ginjal dan hati, serta jaringan keras seperti kuku, rambut dan gigi (Palar, 2008)

Logam berat yang berada di dalam darah atau urin tidak bertahan lama dan segera diekskresikan karena terjadi siklus metabolisme di dalam tubuh, sedangkan rambut dapat bertahan lama dan unsur yang terabsorpsi akan semakin tinggi karena tidak dikeluarkan dari tubuh (Hidayat, 2007).

Orang-orang di daerah industri yang memiliki tingkat interaksi tinggi dengan pencemar logam timbal (Pb) memanfaatkan rambut sebagai indikator pencemaran. Rambut di kepala dapat tumbuh dengan kecepatan kira-kira setengah inci (1 inci = 2,56 centimeter) per bulan dan hanya tiga inci dari rambut manusia mampu menceritakan sejarah yang terjadi pada tubuh manusia selama enam bulan. Uniknya, rambut juga dapat digunakan untuk melihat adanya perbedaan pencemaran timbal yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh (Soemirat, 2003).

Menjadikan rambut sebagai bioindikator dapat mengukur kandungan nutrisi, tingkat keracunan oleh logam berat, keseimbangan antara tingkat nutrisi dan logam berat yang beracun, dan tipe metabolisme. Selain itu, obat-obatan, bahan-bahan kimia, radiasi dari logam berat, dan racun biologi yang terdapat di dalam tubuh dapat ditemukan pada serat protein rambut yang tumbuh. Rambut mempunyai keuntungan karena memiliki jangka waktu memori cukup panjang bahkan hasil yang permanen (Sukar dan Suharjo, 2015).

(41)

23

Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum

Pengertian SPBU. Stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) merupakan lokasi penerima, penyimpan serta penyalur bahan bakar minyak (BBM) untuk para pengguna angkutan umum dan pribadi secara eceran (Risdiyanta, 2014).

Berikut 4 distributor BBM yang menjual produknya di Indonesia:

1. Pertamina (Indonesia) 2. Shell (Belanda) 3. Petronas (Malaysia)

4. Total (Prancis) (Risdiyanta, 2014)

Premium bersubsidi (RON 88), Pertamax (RON 92), Pertamax Plus (RON 95), solar, serta solar Pertamina DEX merupakan bahan bakar minyak yang dijual oleh pihak SPBU Pertamina.

Jenis-jenis SPBU. Berikut jenis-jenis operasional SPBU Pertamina di Indonesia:

1. SPBU yang seutuhnya milik PT Pertamina (Persero) atau disebut dengan SPBU COCO (Corporate Owned Corporated Operated)

2. SPBU yang bekerjasama antara Pertamina dengan swasta dalam hal kepunyaan tanah atau pun dalam hal yang lain atau disebut dengan SPBU CODO (Corporate Owned Dealer Operated)

3. SPBU yang seutuhnya punya swasta namun telah membayar lisensi merk Pertamina atau disebut dengan SPBU DODO (Dealer Owned Dealer Operated)

(42)

Landasan Teori

Teori simpul. Achmadi (2009), mengemukakan bahwa dalam

melaksanakan upaya pencegahan sebaiknya mempelajari teori kejadian penyakit atau yang lebih dikenal dengan sebutan teori simpul. Gambar 3 menunjukkan bahwa perjalanan penyakit dimulai dari sumber agen penyakit, media transmisi, perilaku/biomarker dan dampak penyakit.

Gambar 3. Teori simpul Sumber: Achmadi (2009).

Teori simpul terdiri dari 4 simpul, antara lain:

1. Simpul 1: sumber penyakit

Sumber penyakit merupakan penghasil agent penyakit yang dapat

mengganggu kesehatan baik disebabkan karena kontak langsung ataupun dengan perantara. Agent penyakit diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

a) Agent fisika: kelembaban, suhu, kebisingan, dan lain-lain.

(43)

25

c) Agent kimia: logam berat (timbal, arsen, merkuri, dll), pestisida, dan lain- lain.

Dalam penelitian ini, sumber penyakit adalah gas buang kendaraan bermotor dan bensin yang mengandung timah hitam.

2. Simpul 2: komponen lingkungan

Komponen lingkungan merupakan perantara untuk memindahkan agent penyakit seperti udara, air, makanan, vektor, dan manusia. Dalam penelitian ini yang menjadi media transmisi penyakit adalah udara yang tercemar asap kendaraan bermotor.

3. Simpul 3: biomarker

Biomarker (spesimen) dalam tubuh manusia dapat berupa darah, urin, rambut, dahak. Dalam penelitian ini yang menjadi biomarker adalah rambut karena rambut dapat menyerap logam berat yang terabsorpsi ke dalam tubuh.

4. Simpul 4: dampak kesehatan

Dampak kesehatan adalah hasil interaksi sekumpulan manusia dengan komponen lingkungan yang berpotensi menimbulkan penyakit. Dalam penelitian ini, kejadian penyakit dapat berupa kejadian penyakit akut dan kronis tergantung dari banyak atau tidaknya kandungan timbal yang terakumulasi di dalam tubuh manusia.

(44)

Kerangka Konsep

Gambar 4. Kerangka konsep

Karakteristik Operator SPBU:

- Umur - Jenis Kelamin - Masa Kerja - Lama Paparan - Kebiasaan Merokok

Tingkat Pengetahuan

Penggunaan APD

Pemeriksaan Kadar Timbal pada Rambut

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi Syarat

(45)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran kadar timbal (Pb) pada rambut operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2019. Pemeriksaan laboratorium menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) untuk mengetahui kadar timbal (Pb) secara kuantitatif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi. Lokasi penelitian ini dilakukan di SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa. Adapun alasan pemilihan lokasi pengambilan sampel adalah:

1. SPBU tersebut berada di pinggir jalan besar dimana setiap harinya selalu dilewati kendaraan umum (truk kontainer, truk, bus antar kota, angkutan umum, becak motor) dan kendaraan pribadi.

2. SPBU tersebut melayani selama 24 jam.

3. Operator SPBU tersebut setiap harinya terpapar oleh asap kendaraan dan bensin yang menguap.

Setelah itu lokasi pemeriksaan sampel rambut dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan Daerah Medan.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Januari 2019 sampai dengan bulan Mei 2019.

Objek Penelitian

Sebagai objek dalam penelitian ini adalah spesimen rambut operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa.

(46)

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini ada 26 orang dimana terdapat 21 orang sebagai operator, 3 orang sebagai leader, dan 2 orang sebagai pengawas yang bekerja di SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa.

Sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini diukur dengan teknik purposive sampling yang berarti memilih subyek penelitian berdasarkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik ini secara sengaja dilakukan sesuai dengan kriteria sampel yang diperlukan namun tetap mencerminkan populasi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002).

Kriterika inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Sehat jasmani dan rohani 2. Bersedia menjadi responden

3. Memiliki panjang rambut minimal 1 cm b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

(47)

29

2. Tidak bersedia menjadi responden karena alasan tertentu

Menurut survei pendahuluan yang dilakukan peneliti terdapat 22 orang yang memenuhi kriteria seperti diatas.

Definisi Operasional

1. Timbal adalah logam berat berwarna abu-abu kebiruan yang mengkilat.

2. Timbal pada rambut adalah hasil pengukuran kadar timbal pada rambut responden yang diperiksa.

3. Umur adalah usia responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian dilakukan.

4. Jenis kelamin adalah karakteristik biologis responden dari lahir yang bersifat permanen.

5. Masa kerja adalah lama responden bekerja sejak diterima menjadi operator SPBU sampai saat penelitian.

6. Lama paparan adalah lamanya responden berada di lingkungan kerja (pompa SPBU) dalam sehari dengan satuan jam/hari.

7. Kebiasaan merokok yang dimaksud adalah perilaku merokok responden dalam sehari-hari.

8. Tingkat pengetahuan adalah pengetahuan responden mengenai pencemaran udara di lingkungan SPBU yang diukur dengan menggunakan kuesioner.

9. Memenuhi syarat adalah apabila kadar timbal pada rambut <10 ppm.

10. Tidak memenuhi syarat adalah apabila kadar timbal pada rambut ≥10 ppm.

(48)

11. Penggunaan APD adalah penggunaan alat pelindung diri berupa masker, topi, baju lengan panjang, dan sepatu boots selama jam kerja dengan kondisi APD yang masih bagus (tidak sobek).

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini hanya menggunakan data primer yang diperoleh melalui:

1. Hasil wawancara langsung menggunakan alat bantu kuesioner yang berisi pertanyaan tentang nama, umur, jenis kelamin, masa kerja, lama paparan, kebiasaan merokok, serta pengetahuan operator.

2. Pengambilan spesimen rambut responden yang diambil usai operator bekerja (disesuaikan dengan jam kerja operator).

3. Pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada spesimen rambut responden di

laboratorium dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS). Sebelum diperiksa, dilakukan destruksi terlebih dahulu pada sampel rambut.

Metode Pengukuran

Pengukuran kadar timbal pada rambut. Berikut 3 tahap yang dilakukan untuk mengerjakan pengukuran kadar timbal pada rambut:

Pengambilan spesimen. Berikut prosedur pengambilan spesimen rambut:

1. Wadah Spesimen

a. Wadah spesimen rambut harus bersih dan kering.

b. Wadah spesimen merupakan kantong plastik yang dapat tertutup rapat.

2. Cara Pengambilan Spesimen

(49)

31

b. Ikat rambut sebesar batang korek dengan menggunakan benang.

c. Potong rambut pada bagian pangkalnya.

d. Spesimen disimpan dalam kantong plastik tertutup rapat.

3. Identitas Spesimen

Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.

Pengiriman spesimen. Berikut prosedur pengiriman spesimen rambut:

1. Setelah spesimen rambut terkumpul masing-masing dalam kantong plastik tertutup, kemudian dimasukkan dalam wadah/tempat yang lebih besar.

2. Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium.

Pemeriksaan spesimen. Metode yang digunakan untuk memeriksa kadar

timah hitam dalam rambut yaitu dengan menggunakan metode Spektrofotometrik Serapan Atom.

Alat dan bahan. Alat yang digunakan yaitu:

1. Beaker glass 100 ml 2. Erlenmeyer 50 ml 3. Cawan porselen 50 ml 4. Labu ukur 100 ml 5. Pipet takar 5 ml 6. Pipet takar 10 ml 7. Batang pengaduk 8. Tabung reaksi

(50)

9. Rak tabung reaksi 10. Kertas saring Whatman 11. Label

12. Gunting rambut 13. Tisu

14. Neraca digital AND HR-200 dengan ketelitian 0,1 mg – 210 gr 15. Hot plate 40oC

16. Lemari asap

17. Atomic Absorbstion Spechtrophotometer Perkin Elmer Aanalyst 100 18. Kooling Module (KMS) atau sistem air pendingin

19. PC Komputer, sebagai alat pembaca dan pengolah data Bahan yang diperlukan yaitu:

1. ICP multi-element standard solution IV 2. HNO3

3. HClO4

4. Aquades

5. Sampel rambut operator SPBU

Prosedur kerja. Prosedur kerja dalam pengukuran sampel rambut ada 3 tahap, yaitu:

1. Persiapan Sampel

a. Potong segmen rambut dengan panjang sekitar 5 – 10 mm dan berat 2 mg.

(51)

33

b. Cuci sampel rambut dengan aquades kemudian direbus selama 15 menit.

c. Destruksi sampel rambut dengan campuran 1:5 HClO4 : HNO3 hingga membentuk cairan hampir jenuh.

d. Encerkan sampel dalam labu ukur 50 ml dengan aquades hingga tanda batas.

e. Selanjutnya masukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah diberi label dengan menggunakan kertas saring Whatman agar rambut tidak ikut masuk.

f. Letakkan tabung reaksi yang sudah terisi tersebut pada rak tabung reaksi.

2. Persiapan Kurva Kalibrasi

Pada tahap persiapan kurva kalibrasi meliputi pembuatan larutan standar yaitu:

a. Pembuatan larutan standar Pb 0,5 ppm

Memipet 0,05 ml ICP multi-element standard solution IV ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tertera kemudian dihomogenkan.

b. Pembuatan larutan standar Pb 1 ppm

Memipet 0,1 ml ICP multi-element standard solution IV ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tertera kemudian dihomogenkan.

c. Pembuatan larutan standar Pb 2 ppm

(52)

Memipet 0,2 ml ICP multi-element standard solution IV ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tertera kemudian dihomogenkan.

d. Pembuatan larutan standar Pb 4 ppm

Memipet 0,4 ml ICP multi-element standard solution IV ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tertera kemudian dihomogenkan.

3. Penentuan Konsentrasi Logam Timbal (Pb) pada Rambut Operator SPBU Analisa ini menggunakan SSA dengan lampu katoda Pb dan panjang gelombang 217 nm. Set Zero alat dengan menggunakan larutan blanko, kemudian ukur absorban larutan standar Pb dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Sampel yang sudah didestruksi hingga didapatkan larutan jernih diukur juga absorbannya, selanjutnya akan didapatkan kadar logam Pb tiap sampel pada layar komputer.

Pengukuran kuesioner. Tingkat pengetahuan operator SPBU diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti. Pengetahuan diukur menggunakan skala Likert dan Guttman (Sugiyono, 2008). Skala

pengukuran pengetahuan diperoleh berdasarkan jawaban yang didapat responden terhadap seluruh pertanyaan yang berjumlah 10 dengan skor tertinggi 17.

Sistem pemberian skor untuk pertanyaan nomor 4, 7, 8, 9 adalah sebagai berikut:

a. Jika responden memilih jawaban (a) mendapat skor 2 b. Jika responden memilih jawaban (b) mendapat skor 1

(53)

35

Sistem pemberian skor untuk pertanyaan nomor 1, 6, 10 adalah sebagai berikut:

a. Jika responden memilih jawaban (a) mendapat skor 1 b. Jika responden memilih jawaban (b) mendapat skor 2 c. Jika responden memilih jawaban (c) mendapat skor 0

Sistem pemberian skor untuk pertanyaan nomor 2, 3, 5 adalah sebagai berikut:

a. Jika responden memilih jawaban (a) mendapat skor 1 b. Jika responden memilih jawaban (b) mendapat skor 0 Nilai yang dikumpulkan kemudian dikategorikan menjadi 3, yaitu:

1. Baik, apabila skor yang diperoleh responden ≥75% atau ≥13 2. Sedang, apabila skor yang diperoleh responden 45-74% atau 8-12 3. Buruk, apabila skor yang diperoleh responden <45% atau <8 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan yaitu analisis data univariat. Analisis data ini dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi umur, jenis kelamin, masa kerja, lama paparan, kebiasaan merokok, tingkat pengetahuan dan penggunaan APD serta gambaran paparan timbal pada rambut operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa, yaitu data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisa secara deskriptif dan dinarasikan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kadar timbal (Pb) pada rambut diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data dari hasil penelitian yang di dapat melalui uji laboratorium dibandingkan dengan baku mutu yang ada. Hasil pemeriksaan kadar timbal di laboratorium dibandingkan WHO Tahun 1995 tentang Tingkat Kadar Timbal di Tubuh Manusia yaitu apabila kadar timbal (Pb)

(54)

pada rambut operator SPBU <10 ppm maka dikatakan memenuhi syarat, namun, apabila kadar timbal (Pb) pada rambut operator SPBU ≥10 ppm maka dikatakan tidak memenuhi syarat.

(55)

Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2019 pada beberapa operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dimulai dengan menanyakan pertanyaan mengenai pengetahuan responden yang ada di kuesioner penelitian dan meminta kesediaan responden untuk memberikan sedikit rambutnya. Selanjutnya rambut yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam wadah plastik bersih yang tertutup rapat dan diberi kode sesuai dengan nomor kuesioner, setelah itu sampel disimpan dalam wadah yang lebih besar dan kemudian diantar ke laboratorium untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Deli Serdang. Tanjung Morawa terhubung dengan Medan melalui Tol Belmera.

Wilayah kecamatan Tanjung Morawa memiliki luas wilayah 2.241,68 km2. Adapun batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Beringin.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patumbak, Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kota Medan.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Pagar Merbau.

(56)

Gambaran umum SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa. SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa berdiri pada tahun 2012 oleh PT. Ganda Kasih Karunia yang bekerja sama dengan Pertamina. SPBU ini memiliki 8 pulau

pengisian BBM yang terdiri dari 4 pulau untuk kendaraan roda 4 keatas (truk, bus dan lain sebagainya) dengan jalur yang sama yaitu Pertamax-Pertalite dan

Pertalite Premium.

Adapun batas-batas untuk lokasi SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa adalah:

a. Sebelah kiri adalah Gang Benteng b. Sebelah kanan adalah Gang Batu.

c. Bagian depan adalah jalan lintas Tanjung Morawa.

d. Bagian belakang adalah gabungan antara Gang Benteng dan Gang Batu.

Berikut struktur organisasi SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa:

Gambar 5. Struktur organisasi SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Sumber: SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa

(57)

39

Karakteristik Responden

Peneliti melakukan wawancara langsung dengan responden melalui lembar kuesioner kepada operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa untuk mengetahui karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin dan masa kerja.

Distribusi responden berdasarkan umur. Umur operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa lebih banyak pada rentang 20-27 tahun yaitu sebanyak 15 orang (68,2%) dan responden yang berumur <20 tahun ada 7 orang (31,8%). Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan umur operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019

Karakteristik Responden n %

Umur (tahun)

<20 tahun 7 31,8

20-27 tahun 15 68,2

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin responden operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa lebih banyak perempuan yaitu sebanyak 13 orang (59,1%) dan sisanya laki-laki ada 9 orang (40,9%). Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan jenis kelamin operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019

Karakteristik Responden n %

Jenis Kelamin

Perempuan 13 59,1

Laki-laki 9 40,9

(58)

Distribusi responden berdasarkan masa kerja. Responden operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa paling banyak bekerja <2 tahun yaitu sebanyak 12 orang (54,5%), diikuti dengan responden yang bekerja pada rentang 2-5 tahun ada 8 orang (36,4%), dan responden paling lama bekerja >5 tahun hanya 2 orang (9,1%). Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan masa kerja operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019

Karakteristik Responden n %

Masa Kerja

<2 tahun 12 54,5

2-5 tahun 8 36,4

>5 tahun 2 9,1

Distribusi Responden Berdasarkan Lama Paparan

Responden operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa lebih banyak berada di kelompok lama paparan <8 jam yaitu sebanyak 19 orang (86,4%) dan responden yang memiliki lama paparan 8 jam ada 3 orang (13,6%).

Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan lama paparan operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Paparan Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019

Karakteristik Responden n %

Lama Paparan

<8 jam 19 86,4

8 jam 3 13,6

(59)

41

Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Responden operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa lebih banyak menyatakan tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 17 orang (77,3%) dan responden yang menyatakan memiliki kebiasaan merokok ada 5 orang (22,7%). Diantara responden yang memiliki kebiasaan merokok, paling tinggi responden yang menyatakan menghisap 11-20 batang rokok setiap harinya yaitu sebanyak 3 orang (13,62%) dan jumlah responden yang menyatakan

menghisap ≤10 batang rokok setiap harinya ada 2 orang (9,08%). Pernyataan ini dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019

Karakteristik Responden n %

Kebiasaan Merokok

Ya 5 22,7

Tidak 17 77,3

Jumlah Rokok (batang)

≤10 batang 2 9,08

11-20 batang 3 13,62

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Dari 22 responden, 17 orang (77,3%) mengatakan bahwa pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung maupun tidak langsung sehingga udara tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya, 22 orang (100%) mengatakan bahwa di lingkungan SPBU dapat terjadi pencemaran udara, 13 orang (59,1%) mengatakan bahwa tidak pernah mendengar kata ‘timbal’ sebelumnya, 10 orang (45,5%) mengatakan tidak tahu apa defenisi timbal, 14 orang (63,6%) mengatakan bahwa

(60)

timbal (Pb) tidak dapat masuk ke dalam tubuh, 10 orang (45,5%) mengatakan jalur masuk timbal (Pb) yang paling sering terjadi pada operator SPBU yaitu pernapasan, 20 orang (90,9%) mengatakan bahwa paparan timbal (Pb) di lingkungan SPBU berasal dari asap kendaraan bermotor dan bensin yang menguap, 12 orang (54,5%) mengatakan bahwa gatal-gatal merupakan gejala akibat keracunan timbal (Pb), 15 orang (68,2%) mengatakan bahwa sesak napas merupakan bahaya dampak timbal (Pb), dan 16 orang (72,7%) sudah mengetahui cara pencegahan agar tidak terpapar oleh timbal yaitu menggunakan alat

pelindung diri (masker). Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan pengetahuan operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019

Pengetahuan Operator Jumlah %

Defenisi pencemaran udara

a. Udara yang terkena debu dan asap kendaraan 5 22,7 b. Dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik

oleh kegiatan manusia secara langsung maupun tidak langsung sehingga udara tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya

17 77,3 c. Tidak tahu

Lingkungan SPBU dapat terjadi pencemaran udara

a. Ya 22 100,0

b. Tidak

Pernah mendengar kata ‘timbal’ sebelumnya

a. Ya 9 40,9

b. Tidak 13 59,1

Defenisi timbal (Pb)

a. Bahan aditif yang ditambahkan dalam bahan bakar 4 18,2 b. Jenis logam berat yang dapat mencemari lingkungan 8 36,4

(61)

43

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019

Pengetahuan Operator Jumlah %

Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh

a. Ya 8 36,4

b. Tidak 14 63,6

Jalur masuk timbal (Pb) yang paling sering terjadi pada operator SPBU

a. Pencernaan 5 22,7

b. Pernapasan 10 45,5

c. Tidak tahu 7 31,8

Asal paparan timbal (Pb) di lingkungan SPBU

a. Asap kendaraan bermotor dan bensin yang menguap 20 90,9 b. Makanan/minuman

c. Tidak tahu 2 9,1

a. Tidak tahu 6 27,3

Gejala akibat keracunan timbal (Pb)

a. Sulit berkonsentrasi 2 9,1

b. Gatal-gatal 12 54,5

c. Tidak tahu 8 36,4

Dampak bahaya timbal (Pb) bagi kesehatan

a. Gangguan sistem saraf 3 13,6

b. Sesak napas 15 68,2

c. Tidak tahu 4 18,2

Pencegahan agar tidak terpapar timbal (Pb) b. Menggunakan sepatu boots

c. Menggunakan alat pelindung diri (masker) 16 72,7

d. Tidak tahu 6 27,3

Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan operator SPBU paling banyak berada di kategori sedang yaitu sebesar 81,8% (18 orang) dan diikuti dengan kategori baik yaitu sebesar 18,2% (4 orang). Pernyataan mengenai distribusi responden berdasarkan tingkat

pengetahuan operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 9.

(62)

Tabel 9

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019

Karakteristik Responden n %

Tingkat Pengetahuan

Baik 4 18,2

Sedang 18 81,8

Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan APD

Responden operator SPBU yang tidak menggunakan APD lengkap sebanyak 22 orang (100,0%). Pernyataan mengenai distribusi responden

berdasarkan penggunaan APD operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10

Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan APD Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019

Karakteristik Responden n %

Penggunaan APD

Lengkap (topi, masker, baju lengan panjang, sepatu boots)

0 0

Tidak Lengkap (tidak menggunakan masker) 22 100,0

Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal pada Rambut

Dari 22 responden operator SPBU yang telah diperiksa, seluruhnya masih memenuhi syarat kesehatan. Semua sampel telah tercemar tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Sampel tersebut berada dibawah batas maksimum cemaran logam timbal pada rambut yakni 10 ppm, dimana 1 ppm = 1 mg/kg. Pernyataan mengenai hasil pemeriksaan kadar timbal pada rambut operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 11.

(63)

45

Tabel 11

Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal pada Rambut Operator SPBU X di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019

Kode Sampel Hasil Analisa MS/TMS Baku Mutu

1 -0,216 MS <10

2 -0,221 MS <10

3 -0,234 MS <10

4 -0,252 MS <10

5 -0,276 MS <10

6 -0,313 MS <10

7 -0,313 MS <10

8 -0,356 MS <10

9 -0,346 MS <10

10 -0,377 MS <10

11 -0,386 MS <10

12 -0,432 MS <10

13 -0,460 MS <10

14 -0,465 MS <10

15 -0,462 MS <10

16 -0,491 MS <10

17 -0,525 MS <10

18 -0,536 MS <10

19 -0,559 MS <10

20 -0,592 MS <10

21 -0,605 MS <10

22 -0,627 MS <10

Keterangan: MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak Memenuhi Syarat

Gambar

Gambar 1. Distribusi timbal dalam tubuh  Sumber: Palar (2008).
Gambar 2. Struktur rambut  Sumber: Bariqina (2001).
Gambar 3. Teori simpul  Sumber: Achmadi (2009).
Gambar 4. Kerangka konsep
+2

Referensi

Dokumen terkait

Metoda analitis dalam perencanaan tebal overlay mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisis berbagai variasi pembebanan untuk mendapatkan hasil yang

Dari ketiga hal pokok yaitu wewenang pengel- olaan, pembinaan, serta pengawasan inilah yang nantinya peneliti gunakan sebagai alat dalam memberikan gambaran secara

Temuan hasil penelitian menunjukkan (1) harapan mahasiswa berada pada kategori sangat tinggi, (2) pelayanan yang dirasakan mahasiswa berada pada kategori kurang

PERUBAHAN NAMA IKATAN ADHYAKSA DHARMAKARINI DAERAH / CABANG KETUA UMUM IKATAN ADHYAKSA DHARMAKARINIc. Menimbang

Mengingat kebutuhan tanah yang semakin meningkat dan bencana alam terkadang hanya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan nilai tanah sesaat, maka

Sementara itu, Fenger (2003), menyatakan jika isolasi lilitan tidak memiliki ketebalan yang cukup atau mengalami penuaan, maka isolasi akan rusak bila

Respon varietas kepala mentega (V1) terhadap pemberian nutrisi (Hidrogroup dan Greentonik) menunjukkan bahwa pemberian nutrisi menghasilkan jumlah daun, biomassa