• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONDISI FUNDAMENTAL INFLASI DAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KONDISI FUNDAMENTAL INFLASI DAN (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONDISI FUNDAMENTAL, INFLASI, DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERHADAP HARGA SAHAM (Study Kasus pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2010-2013)

Devita Fajar Tri Andarini Dewi Kusuma Wardani*

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

*d3wi_kusuma@yahoo.co.id

ABSTRACK

This research is motivated by the results of researches differences which have been done by other researchers. Moreover, it is also because construction companies in the sector of Real Estate and Property which develops a lots. The developing influences the stock prices in the sector of Real Estate and Property in Indonesia. This study aimed to examine the effect of the fundamental conditions, inflation, and SBI interest rates on the stock prices. This research is done in Pojok Bursa Efek Indonesia. the fundamental factors which are used in this research is Current Ratio, Return on Asset, Debt Equity Ratio, and Total Asset Turn Over. The data which are used are the secondary data which are taken from IDX with 180 populations, and 132 data are treated. The sampling method in this research is purposive sampling. The data technique analysis in this research uses multiple linear regression techniques. The regression test results show that the influence of fundamentals, inflation, and SBI interest rates partially positive effect on stock prices. The third influence of independent variable on the dependent variable is just 10.5%. It is necessar y for the addition of variables in future researches.

Key words: fundamental conditions, inflation, SBI interest rates, and stock prices

PENDAHULUAN

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang mempunyai fungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana

yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,

ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi.

Saham memiliki risiko paling tinggi diantara semua jenis instrumen

investasi. Investor bisa kehilangan semua modalnya apabila emiten

(2)

analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Nirohito, 2009).

Analisis fundamental merupakan analisis yang berdasarkan faktor fundamental perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan. Atas dasar laporan

keuangan para investor dapat melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama dalam hal melakukan investasi. Faktor fundamental yang sering digunakan untuk memprediksi harga saham atau return saham adalah rasio keuangan dan rasio pasar. Rasio keuangan yang berfungsi untuk memprediksi harga saham antara lain: Current Ratio (CR), Return On Assets (ROA), Debt Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turn Over (TATO).

Selain faktor fundmental perusahaan, ada beberapa faktor eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi harga saham, seperti inflasi dan suku bunga SBI. Inflasi

didefinisikan sebagai suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami

kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2001). Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu

saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.

Menurut Sadono (2006), suku bunga adalah persentase pendapatan yang diterima oleh kreditur dari pihak debitur selama interval waktu tertentu. Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan‐ kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan

investor dari suatu investasi akan meningkat (Subalno, 2009).

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan industry real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sektor ini dipilih menjadi obyek penelitian karena sektor ini telah mengalami perkembangan setelah krisis moneter dan mulai menunjukkan kontribusinya pada pertumbuhan perekonomian akhir-akhir ini. Perkembangan sektor property ini dapat dilihat dari menjamurnya real estate di kota-kota besar (Prihatini, 2009).

(3)

berkembang pesat, sehingga harganya yang cenderung selalu naik. Dengan pernyataan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Kondisi Fundamental (CR, DER, ROA, TATO) berpengaruh terhadap harga

saham?

2. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap harga saham?

3. Apakah Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh terhadap harga saham?

TINJAUAN PUSTAKA

Saham

Saham merupakan suatu bentuk penanaman modal pada suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan tujuan untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas perusahaan tersebut (Sunariyah, 2004 dalam Praditasari, 2009). Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan

modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau

perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas

asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (www.idx.co.id).

Kondisi Fundamental

Kondisi fundamental adalah kondisi riil keuangan perusahaan yang

mengeluarkan saham. Kondisi riil ini

dapat diketahui langsung dengan

melihat data-data perusahaan berupa

laporan keuangan yang kemudian

dapat ditarik kesimpulan apakah suatu

perusahaan layak untuk dijual atau

dibeli. Menurut Mulyono (2001), analisis fundamental merupakan nilai suatu saham yang mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai instrinsik suatu saat, bahkan lebih penting adalah harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai ekonomisnya dikemudian hari dan bagaimana perusahaan dapat mengembalikan jumlah investasi dari investor dengan sepenuhnya dalam hal ini adalah return. Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan

efisiensi perusahaan mencapai sasarannya. Untuk menganalisis

(4)

rasio solvabilitas, Return on Assets (ROA) merupakan rasio profabilitas, dan Total Asset Turn Over (TATO) merupakan rasio aktivitas.

Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa meningkatnya harga-harga pada umumnya, atau suatu

keadaan dimana senantiasa turunnya nilai mata uang karena meningkatnya jumlah uang yang beredar tidak diimbangi dengan peningkatan persediaan barang (Efni, 2009). Salah satu indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi adalah Gross National Product (GNP) deflator, indeks ini mencakup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP (Kewal, 2012).

Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga

harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Di samping itu, inflasi yang tinggi juga

bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini akan

merupakan sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil (Tandelilin, 2003).

Suku Bunga SBI

Suku bunga menurut Khalwaty (2000) merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan

atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi. Sertifikat merupakan suatu surat keterangan atau pernyataan tertulis atau tercetak dari orang yang berwenang yang dapat digunakan sebagai bukti suatu kejadian. Sertifikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) dikenal dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Setifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap

penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar ber dasarkan sistem

lelang.

Pengembangan Hipotesis

(5)

H2: Return On Asset berpengaruh positif terhadap harga saham

H3: Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham

H4: Total Asset Turn Over berpengaruh positif terhadap harga saham

H5: Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.

H6: Suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap harga saham

Metodologi Penelitian Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan adalah perusahaan Real Estate dan Property periode 2010-2013. Sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sampel menggunakan kriteria tertentu. Perusahaan yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 33 perusahaan.

Metode Analisis Data Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji statistik lainnya yang dapat digunakan untuk menguji normalitas adalah One sample Kolmogorov-smirnov Test.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian dilakukan dengan uji Spearman’s rho yaitu salah satu dari uji bivariate

asosiatif non parametis. Artinya uji non parametis yang digunakan untuk menguji kesesuaian antara 2 kelompok variabel yang berasal dari subjek berbeda atau disebut juga data bebas dengan skala ordinal.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Metode yang digunakan untuk uji autokorelasi yaitu Cochrane-Ocrutt.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel

(6)

Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata

variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003). Metode analisis berganda dalam penelitian ini secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Y =

Keterangan:

Y = Harga Saham

= Konstata

= Koefisien regresi linier X

X1 = Kondisi Fundamental

X2 = Suku Bunga SBI

= error

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap

variabel dependen/terikat (Ghozali, 2011).

Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas.

Analisis dan Hasil Pembahasan Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan melihat angka signifikan dari

(7)

5%. Sebaliknya, apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) kurang dari 5% maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2009). Hasil pengujian normalitas diperoleh sebagai berikut:

Berdasarkan hasil uji normalitas

pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil output SPSS, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,488 lebih besar daripada 0,05 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 1

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 114

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .44023496

Most Extreme Differences Absolute .078

Positive .078

Negative -.047

Kolmogorov-Smirnov Z .835

Asymp. Sig. (2-tailed) .488

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Uji Heteroskesdastisitas

Uji Heretoskesdastisitas dilakukan dengan uji Spearmans’rho. Hasil dari uji ini terlihat pada tabel di

bawah ini, dimana nilai Sig. (1-tailed)

pada variabel LNX1, LNX2, LNX3, LNX4, LNX5, dan LNX6 > 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskesdastisitas.

Tabel 2

Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations

. Unstandardized Residual

Spearman's rho LN_X1 Correlation Coefficient -.009

Sig. (1-tailed) .463

N 114

LN_X2 Correlation Coefficient -.035

Sig. (1-tailed) .357

N 114

LN_X3 Correlation Coefficient .023

(8)

N 114

LN_X4 Correlation Coefficient -.011

Sig. (1-tailed) .453

N 114

LN_X5 Correlation Coefficient .013

Sig. (1-tailed) .447

N 114

LN_X6 Correlation Coefficient -.007

Sig. (1-tailed) .471

N 114

**.Correlatin is significant at the 0.01 level (1-tailed)

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode

t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem korelasi. Pengujian ini menggunakan Durbin Watson. Ketentuan dari Uji Durbin- Watson (uji DW) yaitu sebagi berikut:

Tabel 3

Durbin Watson d test

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL Tidak ada autokorelasi positif No decision dL ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 - dL < d < 4 Tidak ada autokorealsi nagatif No decision 4 - du ≤ d ≤ 4 - dL Tidak ada autokorelasi positif atau

negative Tidak ditolak du < d < 4 - du

Tabel 4

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .935a .874 .867 .29512 1.842

a. Pedictors: Lag_LNX6, Lag_LNX2, Lag_LNX1, Lag_LNX4, Lag_LNX3, Lag_LNX5

b. Dependent Variable: Lag_LNY Hasil pengujian autokorelasi dengan metode Cochrane Ocrutt

(9)

dibandingkan dengan nilai du dan 4-du yang terdapat pada tabel Durbin Watson. Nilai du diambil dari tabel DW dengan n berjumlah 132 dan k = 6, sehingga diperoleh du sebesar 1,6220. Pengambilan keputusan dilakukan dengan ketentuan du < d ≤ 4 – du atau 1,6220 < 1,842 ≤ 4 – 1,6220. Jika dihitung menjadi 1,6220 < 1,842 ≤ 2,1884. Dapat disimpulkan dari nilai DW di atas bahwa tidak terjadi autokorelasi antara variabel

independen sehingga regresi ini layak digunakan.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas berikut ini menggunakan data yang sudah di Logaritma Natural (LN). Di bawah ini terlihat jelas bahwa nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat

disimpulkan bahwa uji regresi ini tidak terjadi multikolinieritas. Artinya model regresi ini layak untuk digunakan.

Tabel 5

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 1.864 1.701 1.096 .276

LN_X1 .007 .068 .011 .108 .914 .743 1.346

LN_X2 .199 .072 .305 2.766 .007 .653 1.532

LN_X3 .181 .065 .272 2.791 .006 .834 1.199

LN_X4 -.073 .103 -.071 -.705 .483 .769 1.300

LN_X5 -.508 .357 -.187 -1.421 .158 .457 2.186

LN_X6 1.420 1.138 .162 1.248 .215 .473 2.116

a. Dependent Variable: LN_Y

Pengujian Hipotesis Uji Simultan (Uji F)

Uji simultan (F) dilakukan untuk menguji signifikansi model regresi. Tujuan dari uji F ini adalah untuk membuktikan secara statistik bahwa keseluruhan koefisien regresi yang digunakan dalam analisis ini signifikan.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di bawah ini diperoleh nilai F

(10)

Tabel 6

Hasil Uji Simultan (Uji F) ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.940 6 .657 3.209 .006a

Residual 21.900 107 .205

Total 25.841 113

a. Predictors: (Constant), LN_X6, LN_X2, LN_X3, LN_X4, LN_X1, LN_X5 b. Dependent Variable: LN_Y

Uji Parsial (Uji statistik T)

Pengujian secara parsial

bertujuan untuk mengetahui apakah

secara individui (parsial) variabel

independen berpengaruh terhadap

variabel dependen. Nilai signifikansi

yang tidak lebih besar dari 0,05

menunjukkan adanya pengaruh yang

kuat antara kedua variabel. Suatu

variabel dikatakan berpengaruh secara

parsial jika, nilai t hitung > t tabel.

Nilai df = N-k-1 = 132-6-1 = 125,

sehingga diperoleh t tabel sebesar 1,

657. Hasil dari uji parsial setiap

variabel independen dapat dilihat pada

tabel 7.

Berdasarkan tabel 7 dapat dijabarkan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y=

Tabel 7

Hasil Uji Parsial (Uji Statistik T)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1.864 1.701 1.096 .276

LN_X1 .007 .068 .011 .108 .914

LN_X2 .199 .072 .305 2.766 .007

LN_X3 .181 .065 .272 2.791 .006

(11)

a. Hipotesis 1: Current Ratio berpengaruh positif terhadap harga saham.

Berdasarkan tabel 7 di atas,

maka dapat dilihat bahwa nilai signifikansi variabel Current Ratio lebih dari 0,05 (0,914 > 0,05) dan nilai t hitung < t tabel (0,108 < 1,657). Hal ini berarti menerima H0 dan menolak H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa current ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham.

b. Hipotesis 2: Return On Asset berpengaruh positif terhadap harga saham.

Dari tabel 7 dapat dilihat nilai signifikansi variabel return on asset sebesar 0,007, hal ini berarti < 0,05 dan nilai t hitung > t tabel (2,766<1,657). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H2 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa return on asset berpengaruh positif terhadap harga saham.

Nilai koefisien return on asset sebesar 0,199 dan bertanda positif hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel return on asset akan menaikan sebesar 0,199.

Hal itu terjadi apabila nilai variabel independen yang lain dalam persamaan regresi bernilai tetap.

c. Hipotesis 3: Debt Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap harga saham.

Pada tabel 7 di atas terlihat bahwa nilai signifikansi debt equity ratio sebesar 0,006, yang berarti < 0,005 dan nilai t hitung > t tabel (2,791>1,657). Hal ini berarti menolak H0 dan menerima H3, sehingga dapat disimpulkan bahwa debt equity ratio berpengaruh positif terhadap harga saham.

Nilai koefisien debt equity ratio sebesar 0,181 dan bertanda positif hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel debt equity ratio akan menaika sebesar 0,181. Hal itu terjadi apabila nilai variabel independen yang lain dalam

persamaan regresi bernilai tetap.

d. Hipotesis 4: Total Asset Turn Over berpengaruh positif terhadap harga saham.

Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas diketahui bahwa nilai signifikansi total asset turn over sebesar 0,483,

LN_X5 -.508 .357 -.187 -1.421 .158

LN_X6 1.420 1.138 .162 1.248 .215

(12)

yang berarti > 0,05 dan nilai t hitung < t tabel (-0,705 < 1,657). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H4 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa return on asset tidak berpengaruh terhadap harga saham.

e. Hipotesis 5: Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.

Pada tabel 7 diketahui bahwa nilai signifikasi inflasi sebesar 0,158 yang berarti > 0,05 dan nilai t hitung < t tabel (-1,421 < 1,657). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H5 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham.

f. Hipotesis 6: Suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap harga saham.

Dari tabel 7 di atas terlihat bahwa nilai signifikansi suku bunga SBI sebesar 0,215 (0,191 > 0,05) dan nilai t hitung < t tabel (1,248 < 1,657). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan menolak H6, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap harga

saham.

Koefisien Determinasi

Pada output SPPS Model Summary menunjukan besarnya adjusted R Square sebesar 0,105, hal ini berarti besarnya variabel independen mempengaruhi variabel dependen hanya sebesar 10,5%, sedangkan sisanya sebesar 89,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti seperti net profit margin, gross profit margin, return on equity, dan jumlah uang yang beredar.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .390a .152 .105 .45241

a. Predictors: (Constant), LN_X6, LN_X2, LN_X3, LN_X4, LN_X1, LN_X5

Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan diuji mengenai pengaruh kondisi fundamental, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap harga

saham, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut

(13)

2. Return On Asset berpengaruh positif terhadap Harga Saham. 3. Debt Equity Ratio berpengaruh

positif terhadap harga saham. 4. Total Asset Turn Over tidak

berpengaruh terhadap harga saham.

5. Inflasi tidak berpengaruh

terhadap harga saham.

6. Suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. 7. Kondisi fundamental, inflasi,

dan suku bunga SBI secara simultan berpengaruh positif terhadap Harga Saham.

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya:

1. Penelitian selanjutnya hendaknya menambah sampel perusahaan, tidak hanya pada sektor real estate dan property, tetapi juga dari sektor lain agar dapaat mencerminkan reaksi

dari pasar modal secara keseluruhan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Efni, Yulia. 2009. Pengaruh Suku Bunga Deposito, SBI, Kurs, dan Inflasi terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate dan Property di BEI. E-jornal Universitas Riau, Vol. 17, No 01.

Ghozali, Imam. 2011. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Ekonomi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi, Palembang, Vol. 8, No 1, April.

Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan solusinya, Edisi pertama, PT. SUN, Jakarta.

Nanga. 2001. Berbagai Definisi Tentang Inflasi Telah Dikemukakan Oleh Para Ahli. www.scribd.com

Nirohito, Vernande. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham pada Industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Universitas Gunadarma, Jakarta.

Praditasari, Kurnia, Windias. 2009. Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang Go-Public Periode 2004-2008. Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.

Prihartini, Ratna. 2009. Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER dan CR Terhadap Return Saham. Tesis Magister Manajemen, Universitas Diponegoro. Semarang.

Sadono. 2006. Dalam Wijaya Trisnadi. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek. 2009.

Subalno. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Kondisi Ekonomi Terhadap Return Saham. Tesis Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang.

Tandelilin, Eduardus (2010) Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius.

Gambar

Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 6  Hasil Uji Simultan (Uji F)

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan empiris pemanfaatan pakundalang ( Blumea balsamifera ) di beberapa desa di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, menunjukkan bahwa pakundalang telah turun

Dengan adanya e- SPT Masa PPN yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang sebelumnya pengisian SPT Masa secara manual oleh wajib pajak, apakah

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS tidak pernah melakukan pemeriksan IVA, walaupun sudah ada dukungan dari petugas kesehatan karena wanita usia

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel penghargaan finansial, pengakuan profesional, nilai sosial, serta persepsi dan nilai mata kuliah terkait berpengaruh

A STUDY ON THE PROCEDURES OP INVESTIGATION AS SEEN IN JOHN GRISHAM’S NOVELTHE SUMMONS’*. Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengoreksi lema Skripsi

pejabat di lingkungan BKPSDM Kabupaten Subang dengan memberikan apresiasi bagi mereka yang mau berkerja dengan menampilkan atau menghasilkan yang terbaik. Meski

Lestari melakukan analisis jumlah pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan perbankan syariah melalui website dengan hasil skor IFR bank syariah paling banyak jumlahnya pada