• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN FOKUS

Dalam dokumen BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT (Halaman 38-49)

1. Pengkajian data dasar Gastroenteritis a. Pola nutrisi dan metabolik

Gejala :

1) Anoreksia : mual-mual 2) Penurunan barat badan

3) Taktoleran pada diare/sensitif misal : produk susu, makanan berlemak.

Tanda:

1) Penrunan lemak subkutan/masa otot

2) Kelemahan tonus otot buruk dan turgor kulit buruk 3) Membran mukosa pucat

Gejala :

1) Episode diare yang tidak diperkirakan, hilang timbul, sering tidak terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan berlemak (steatorea) : melena

2) Kontipasi hu]ilang timbul

3) Riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urine) c. Aktivitas / istirahat

Gejala :

1) Kelemahan, kelelahan, cepat lelah, pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit

d. Pola persepsi sensori Gejala :

1) Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadrat kanan bawah: nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum)

2) Nyeri tekan menyebar kebagian periumbelikal 3) Titik nyeri berpindah, nyerim tekan (artritis) 4) Nyeri mata fotofobia (iritasi)

Tanda :

1) Nyeri tekan abdomen

e. Pola hubumgan dengan orang lain Gejala :

1) Masalah berhubungan/peran sehubungan dengan kondisi, ketidakmampuan aktif secara sosial

f. Pengkajain fisik

Pengkajian fisik meliputi : 1) Keadaan umum pasien

Keadaan umum pasien : pada pasien gastroenteritis belum ada dehidrasi keadaan umum baik, dehidrasi sedang keadaan umumnya cukup, pada dehidrasi berat keadaan umumnya buruk .

2) Kesadaran

Pada umumnya kesadaran pasien dengan gastroenteritis dibagi menjadi 3 kriteria :

a. Belun ada dehidrasi : sadar atau terjaga, sadar pada diri dan lingkungan. Saat diajak bicara dengan suara normal, pasien meihat pada anda dan berespon sempurna serta sesuai dengan rangsangan.

b. Dehidrasi sedang : tingkat kesadaran klien sadar namun tidak menuntut kemungkinan pasien dengan dehidrasi sedang jatuh pada tingkat kesadaran letergia (ketika diajak bicara dengan suara keras, pasien terlihat mengantuk tetapi membuka matanya dan melihat pada anda, memberikan respon terhadap pertanyaan).

c. Dehidrasi berat : tingkat kesadaran klien obtudansi (ketika diguncangkan dengan perlahan pasien membuka matanya dan melihat pada anda tetapi memberikan respon dengan lambat dan agak sedikit bingung). Dapat juga masuk pada tingkat

a. kesadaran stupor (kesadaran terhadap diri dan lingkungan minimal) dan koma meskipun mendapatkan rangsangan yang menyakitkan secara berulang, pasien tetap tek tersadarkan dengan matanya terpejam.

3) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : mengalami penurunan dibawah normal yaitu kurang dari 120/80 mmHg.

b) Suhu : mengalami peningkatan, biasanya lebih besar dari 37,5°C.

c) Nadi : denyut nadi mengalami penurunan kurang dari 100X/ menit.

d) Pernafasan : pada pernafasan klien gastroenteritis dengan belum adanya dehidrasi masi batas normal yaitu 24X/menit. Namun pada klien gastroenteritis dengan dehidrasi sedang dan dehidrasi berat pernafasannya mengalami penurunan dari ambang normal kurang dari 24X/menit.

4) Keadaan

a) Kepala : rambut, termasuk kuantitas, penyebaran, dan tekstur, kulit kepala, termasuk warna (pucat), tekstur, penyebaran rambut dan lesi.

b) Mata : lapang pandang, jika ada implikasi maka terdapat kelainan quadrantik, seklera dan konjungtiva bisa terjadi interik.Kelopak mata biasa terladi anameris.

c) Daun telanga, lubang telinga dan gendang telinga : biasanya ditemukan kemungkinan penurunan ketajaman pendengaran. d) Hidung : tidak mrendapat keluhan .

e) Mulut dan faring : inspeksi (bibir terjadi sianosis atau pucat). f) Leher : palpasi kelenjar limfe, inspeksi kelenjar hiroid.

g) Toraks dan paru-paru : inspeksi (frekuensi terjadi penurunan kurang dari 24X/menit, iramanya lemah, kedalaman dan upaya bernafas dalam.

h) Jantung : biasanya tidak terdapat keluhan.

i) Abdomen : inspeksi (secara berurutan, inspeksi abdumen dengan evaluasi sulit : warna, jaringan perut, terdapat lesi atau kemerahan), palpasi (timpani diperpusi diatas lambung, pekak diperpusi diatas hati, limpa dan ginjal). Palpasi terdapat adanya area nyeri tekan, masa dan organ pada abdomen.

j) Genitalia, anus dan rektum : biasanya terjadi lesi atau kemerahan pada anus.

k) Ektermitas : biasamya terjadi kelemahan otot ektermitas. g. Tahap-tahap tumbuh kembang anak :

a) Masa pranatal

1) Masa mudigah/embrio : konsepsi – 8 minggu 2) Masa janin/fetus : 9 minggu - lahir

b) Masa bayi : usia 0 – 1 tahun

1) Masa neonatal : usia 0 – 28 hari a) Masa neonatal dini : 0 – 7 hari b) Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari 2) Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun c) Masa pra-sekolah : usia 1 – 6 tahun

d) Masa sekolah : usia 6 – 18/20 tahun 1) Masa pra-remaja : usia 6 – 10 tahun 2) Masa remaja :

a) Masa remaja dini

a.1) Wanit, usia 8 – 13 tahun a.2) Pria, usia 10 – 15 tahun b) Masa remaja lanjut

b.1) Wanita, usia 13 – 18 tahun b.2) pria, usia 15 – 20 tahun

Perkembangan Mental anak balita yang disebut : SKALA YAUMIL – MINI

1. Dari lahir sampai 3 bulan : a. Belajar mengangkat kepala

b. Belajar mengikuti obyek dengan matanya c. Melihat kemuka orang dengan tersenyum

2. Dari 3 sampai 6 bulan :

a. Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopeng tangan.

b. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya.

3. Dari 6 sampai 6 bulan : a. Dapat duduk tanpa dibantu

b. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri

c. Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang 4. Dari 9 sampai 12 bulan :

a. Dapat berdiri sendiri tanpa bantuan b. Dapat berjalan dengan dituntun c. Menirukan suara

5. Dari 12 sampai 18 bulan :

a. Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah b. Menyusun 2 atau 3 kotak

c. Dapat mengatakan 5 – 10 kata 6. Dari 18 sampai 12 bulan :

a. Naik turun tangga b. Menyusun 6 kotak

c. Menunjuk mata dan hidungnya 7. Dari 2 sampai 3 tahun :

b. Membuat jembatan dengan 3 kotak c. Mampu menyusun kalimat

8. Dari 3 sampai 4 bulan :

a. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga b. Berjalan pada jarak kaki

c. Berjalan berpakaian dan membuka pakaian sendiri 9. Dari 4 sampai 5 tahun :

a. Melompat dan menari

b. Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan badan c. Menggambar segi empat dan segi tiga

(Soetjiningsih, 1995)

h. Genogram

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan genogram merupakan alat pengkajian informatif yang digunakan untuk mengetahi keluarga dan riwayat serta sumber-sumber keluarga atau bagan geneologis dan genetika, genogram keluarga memuat informasi tentang tiga generasi keluarga. (keluarga inti dan keluarga asal masing-masing orang tua), setatus sehat atau sakit, kelas social, etnis agama, pekerjaan dan tempat tinggal.

Laki-laki digambarkan dengan kotak wanita dan lingkaran garis horizontal terputus-putus menunjukan terpisah atau bercerai. Anggota

keluarga diidentifikasi dengan melingkari semua anggota rumah tangga dengan garis terputus-putus. Biasanya genogram keluarga dibuat pada saat kunjungan pertama dan direfisi kemudian setelah dapat informasi baru. Memberi tahu keluarga tentang latar belakang informasi diperlukan untuk memahami masalah-masalah spesifik yang dialami oleh keluarga, disertai dengan penjelasan metode pohon keluarga, biasanya mencukupi sebagai penjelasan untuk mendapatkan pertisipasi anggota keluarga.

2. Pengkajian data fokus yang digolongkan menjadi dua yaitu data subyektif dan data obyektif :

a. Data subyektif

Pada pasien yang menderita gastroenteritis data subyektif yang ditemukan adalah :

1) Nyeri atau kram pada abdomen serangan dan lamanya lokasi dan penyebarannya, karakter dan beratnya, faktor penghilang dan pemberatnya.

2) Sering defekasi (BAB) : warna kehijauan , hijau, mungkin mengandung darah.

3) Penurunan nafsu makan : anoreksia (mual), muntah (polifagia). 4) Demam

b. Data obyektif

Pada pasien gastroenteritis data obyektif yang sering ditemukan adalah :

1) Penurunan berat badan atau kegagalan untuk meningkatkan berat badan.

2) Hiperaktif bising usus. 3) Peka rangsang.

4) Dehidrasi mata : cekung, turgor kulit buruk, selaput lendir kering, takada air mata saat menangis.

5) Ketidak seimbangan elektrolit.

(tucker, 1999, toalbot, laura A 1999)

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium/diagnostik

a. Hamtest fases-untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan yang bakterial).

b. Evaluasi fases terhadap volume, warna, konsistensi adanya kus atau pus.

c. Hitung darah lengkap dengan deferensial.

d. Uji antigen imonosasi enzim-untuk memastikan rota firus.

e. Kultur feses (juka anak dihospilitasi, pus dalam feses atau diare yang berkepanjangan) untuk menentukan fatogen.

f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan pfarasit. g. Aspirasi duodenum (jika diduga coli lamblia.

I. PATHWAY

Infeksi (bakteri, virus, parasit)

Masuk ke lambung

Lolos dari asam lambung Masuk ke usus

Mengiritasi mukosa usus

Gastroenteritis

Makanan beracun

Reaksi inflamasi Zat makanan yang tidak dapat diserap Gangguan Keseimbangan Tubuh kehilangan Na & K Gg. Eliminasi : BAB Resiko kerusakan integritas kulit Kontak cairan feses dengan kulit sering Defekasi sering Motilitas usus terganggu Hipermotilitas Sekresi elektrolit - Tubuh kehilangan cairan & elektrolit

>>

Devisit Vol cairan

Waktu absorbsi nutrient ¯ Intake nutrient < Nutrisi kurang dari Hipomotilitas Bakteri tumbuh berlebih Metabolisme KH oleh bakteri Gas toksik Kembung anoreksia, mual, muntah Tekanan osmotik - Pergeseran cairan & elektrolit ke rongga usus Merangsang peningkatan sekresi cairan & elektrolit

ke rongga usus

Isi rongga usus

Abdomen tegang

Nyeri

Lama sembuh

Dalam dokumen BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT (Halaman 38-49)

Dokumen terkait