• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. DESKRIPSI KASUS

1. Pengkajian Keperawatan

Meliputi nama, jenis kelamin, golongan darah, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan.

b. Identifikasi Penanggung Jawab

Nama, umur, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, no telepon, pekerjaan, pendidikan.

c. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien TB Paru adalah terjadinya peningkatan produksi sputum, sesak napas, kesulitan dalam bernapas, adanya nyeri dada, batuk, hemoptisis, wheezing, stridor .

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya saat dilakukan pengkajian pada pasien dengan TB Paru pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada, batuk, tampak

sulit bernapas, klien mengeluh ada darah yang keluar jika batuk, klien mengeluh ada sekret disaluran napasnya.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pasien pernah mempunyai riwayat batuk-batuk lama sejak 4 bulan yang lalu, pasien pernah berobat tetapi tidak 1teratur, pasien memiliki kebiasaan merokok sejak umur 16 tahun, pasien kadang-kadang menghabiskan 5 bungkus rokok sehari.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti pasien, dan penyakit keturunan lainnya seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dll.

d. Riwayat Spiritual Dan Psikososial 1) Pola konsep diri

Ideal diri : Biasanya pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarganya.

Harga diri : Biasanya pasien merasa pasrah dengan penyakit yang dideritanya

Gambaran diri : Biasanya pasien mengatakan penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa

2) Pola koping : Biasanya pasien tampak lemas, gelisah, dan pasrah dengan penyakitnya

3) Pola kognitif : daya fikir dan daya ingat pasien biasanya baik, dan pasien memahami penyakitnya

4) Pola interaksi : selama interaksi biasanya pasien menunjukkan sikap kooperatif dan perilaku bersahabat baik dengan perawat. 5) Ketaatan klien klien beribadah : biasanya pasien mengatakan

sebelum masuk rumah sakit ia rajin beribadah kemesjid, sedangkan setelah di rumah sakit pasien mengatakan ibadah sholatnya sering tertinggal.

e. Aktivitas Sehari-Hari

1) Nutrisi dan Metabolisme

Biasanya pasien dengan TB Paru akan mengalami penurunan nafsu makan, akibat sesak nafas, dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.

2) Pola Aktivitas dan Latihan

Biasanya pada pasien dengan TB Paru saat beraktivitas klien mengeluh sesak napas, dan untuk memenuhi kebutuhan ADLnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarga.

3) Istirahat dan Tidur

Biasanya pasien mengatakan sebelum sakit ia tidur 6-8 jam perhari, kualitas tidur nyenyak. Selama dirumah sakit pasien tidur siang 1-2 jam perhari, dan tidur malam 3-4 jam perhari. Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun dimalam hari karena sesak dan batuk.

f. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : biasanya pasien tampak sesak napas

2. Tingkat kesadaran : composmentis (kesadaran penuh dan kooperatif).

3. TTV

1) RR : Takipnea, Dispnea 2) Nadi : Takikardi

3) Suhu : jika ada infeksi, biasanya terjadi peningkatan suhu 4) TD : bisa hipotensia

4. Kepala : mesochepal

5. Mata : biasanya konjungtiva pucat karena anemia, konjungtiva sianosis karena hipoksemia dan konjungtiva terdapat pethecial karena emboli lemak atau endokarditis.

6. Kulit : sianosis perifer (vasokonstriksi dan menurunnya aliran darah perifer), sianosis secara umum (hipoksemia), penurunan turgor kulit akibat dehidrasi, edema, edema periorbital

7. Jari dan kuku : sianosis, jari tabuh (clubbing finger)

8. Mulut dan bibir : membran mukosa sianosis, bernapas dengan mengerutkan mulut

9. Hidung : pernapasan dengan cuping hidung

10. Leher : adanya distensi atau bendungan vena jugularis (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

11. Dada

1) Inspeksi : terdapat tarikan dinding dada saat inspirasi (bernapas) atau penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas pasien tidak teratur

2) Palpasi : vokal premitus pasien menurun terutama untuk selain itu juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

3) Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak tergantung pada jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka pada pemeriksaam eksrusi diafragma akan didapatkan penurunan kemampuan pengembangan diafragma. 4) Auskultasi

Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang, dan biasanya ada suara nafas tambahan seperti wheezing, ronchi, crackels.

12. Abdomen 1) Inspeksi

Bentuk abdomen pasien simetris, warna kulit normal, perhatikan elastisitas kulit biasanya jelek karena kekurangan cairan, pasien tidak menggunakan tipe pernapasan abdomen.

2) Auskultasi

Bising usus pasien biasanya normal.

3) Pada perkusi abdomen terdengar bunyi yang normal yaitu timpani.

13. Genitalia

Biasanya pada pasien dengan TB Paru tidak ada keluhan pada daerah genitalianya.

14. Ekstremitas atas : tidak ada keluhan pada ekstremitas atas pasien, tetapi pergerakan ekstremitas atas kiri pasien terganggu akibat terpasang infus.

15. Ekstremitas bawah : tidak ada keluhan pada ekstremitas bawah pasien.

g. Pola Pernapasan : Pernapasan pasien cepat (takipnea), Pernapasan > 24 kali/menit.

h. Pemeriksaan penunjang menurut Bararah & Jauhar (2013) :

1) Kultur sputum : positif untuk mycobacterium pada tahap akhir penyakit

2) Ziehl neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat

3) Test kulit : ( PPD, Mantoux, potongan vollmer), reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal.

4) Foto thorax : dapat menunjukkan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan , perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa

5) Biopsi jarum pada jaringan paru positif untuk granula TB, adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis

6) Elektrosit : dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi, misalnya hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB Paru luas.

7) Pemeriksaan fungsi pada paru : penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien TB Paru menurut NANDA Internasional (2015), adalah sebagai berikut:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler.

d. Resiko gangguan identitas pribadi.

e. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, dan perawatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit TB Paru.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan No . Diagnosa Keperawatan NOC NIC 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas. Defenisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. Batasan Karakteristik : Tidak ada batuk, suara napas tambahan, perubahan frekuensi pernapasan, sianosis, dispnea, sputum dalam jumlah brlebihan, batuk yang tidak efektif, otopnea, perubahan irama nafas. NOC: Status pernafasan : kepatenan jalan nafas. Indikator : a) irama pernafasan b) kedalaman pernafasan c) tersedak d) cuping hidung e) dispnea saat istirahat f) penggunaan otot bantu nafas NIC:

Manajemen Jalan Nafas :

a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi b) Auskultasi suara nafas, catat

area yang ventilasinya menurun atau tidak dan adanya suara tambahan

c) Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif d) Buang sekret dengan

memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir

e) Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya.

Terapi Oksigen :

a) Pertahankan kepatenan jalan nafas

b) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan c) Batasi aktivitas merokok

d) Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem humadifier

e) Monitor aliran oksigen

f) Amati tanda-tanda hipoventilasi

g) Monitor kecemasan pasien yang berkaitan dengan kebutuhan mendapatkan terapi oksigen Monitor Pernafasan :

a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan

bernafas

a) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,

penggunanaan otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan interkosta b) Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan seperti ngorok dan mengi

c) Monitor pola nafas (misalnya : bradipneu. Takipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul 2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler. Defenisi : kelebihan atau defisit pada oksigenasi atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar-kapiler Batasan karakteristik : dispnea, sakit kepala pada saat bangun tidur, gangguan

penglihatan, gas darah arteri yang tidak normal, pH arteri yang tidak normal, warna kulit tidak normal, napas NOC: Status pernafasan : Pertukaran Gas. Indikator : a) Tekanan parsial oksigen di darah arteri (PaO2) b) Tekanan parsial karbondioksid a di darah arteri (PaCO2) c) pH arteri d) saturasi oksigen e) keseimbangan ventilasi dan perfusi f) dispnea saat istirahat g) sianosis NIC : Terapi Oksigen :

a) Pertahankan kepatenan jalan nafas

b) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan c) batasi aktivitas merokok

d) siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem humadifier

e) monitor aliran oksigen

f) amati tanda-tanda hipoventilasi g) Monitor kecemasan pasien yang

berkaitan dengan kebutuhan mendapatkan terapi oksigen Monitor Pernafasan :

a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas

b) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,

penggunanaan otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan interkosta c) Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan seperti ngorok dan mengi

d) Monitor pola nafas (misalnya : bradipneu. Takipneu,

cuping hidung, hipoksia, hipoksemia, somnolen, takikardi. hiperventilasi, pernafasan kusmaul

e) Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi seperti SaO2, SvO2, SpO2

3. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan. Defenisi : inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik : penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi, penurunan pertukaran udara permenit, menggunakan otot pernafasan tambahan, dispnea, ortopnea, nafas pendek, pernafasan rata-rata/ minimal. NOC: Status pernapasan. Indikator : a) Frekuensi pernafasan b) Irama pernaafasan c) Kedalaman pernafasan d) Suara auskultasi nafas e) Kepatenan jalan nafas NIC : Terapi Oksigen :

a) pertahankan kepatenan jalan nafas

b) berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan c) batasi aktivitas merokok

d) siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem humadifier

e) monitor aliran oksigen

f) amati tanda-tanda hipoventilasi g) Monitor kecemasan pasien yang

berkaitan dengan kebutuhan mendapatkan terapi oksigen Monitor Pernafasan :

a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas

b) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,

penggunanaan otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan interkosta c) Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan seperti ngorok dan mengi

d) Monitor pola nafas (misalnya : bradipneu. Takipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul 4 Resiko gangguan identitas pribadi berhubungan dengan ketidakmampuan mepertahankan NOC : Identitas Pribadi, Resiko Gangguan. Indikasi : a) Peningkatan NIC : Peningkatan Koping :

a) Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaian pasien terhadap perubahan-perubahan dalam citra tubuh, sesuai dengan

presepsi diri. Defenisi : ketidakmampuan mempertahankan presepsi diri yang

utuh dan komplet. Batasan karakteristik : gangguan citra tubuh, gangguan hubungan, kebingungan tentang ujian, perilaku tidak konsisten. koping b) Konseling c) Terapi keluarga d) Manjemen pengobatan e) Manajemen alam perasaan f) Peningkatan harga diri indikasi

b) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan

c) Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien terhadap proses penyakit

d) Berikan suasana penerimaan Konseling :

a) Bangun hubungan yang teraupeutik yang didasarkan pada rasa saling percaya dan saling menghormati

b) Tunjukkan empati, kehangatan, dan ketulusan

c) Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah atau situasi yang menyebabkan distress

d) Identifikasi adanya perbedaan pandangan antara pandangan pasien terhadap situasi dengan pandangan dari tim tenaga kesehatan

Peningkatan Harga Diri :

a) Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri

b) Berikan pengalaman yang akan meningkatkan otonomi pasien, dengan tepat

c) Sampaikan/ ungkapkan kepercayaaan diri pasien dalam mengatasi situasi

d) Bantu pasien untuk mengatur tujuan yang realisik dalam rangka mencapai harga diri yang lebih tinggi

e) Buat pernyataan positif mengenai pasien 5 Defesiensi pengetahuan NOC: Pengetahuan : NIC:

mengenai kondisi, pengobatan, dan perawatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang TB Paru. Defenisi : ketiadaan atau defesiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Batasan karakterstik : mengungkapkan masalah secara verbal, tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat, perilaku tidak sesuai atau terlelu berlabuhan. proses penyakit. Indikasi : a) Karakter spesifik penyakit b) Prognosis c) Program pengobatan

a) Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik

b) Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi, fisiologi c) Review pengetahuan pasien

mengenai kondisinya

d) Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit

e) Jelaskan mengenai proses penyakit

f) Diskusikan pilihan terapi /

penanganan yang

direkomendasikan

g) Edukasi pasien mengenai tindakan untuk mengontrol/ meminimalkan gejala.

Sumber : NANDA International, 2015, Moorhead, Sue, dkk, 2013, Bulecheck, Gloria M, 2013

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal, intelektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien (Bararah & Jauhar, 2013).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan (Bararah & Jauhar, 2013).

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk meningkatkan oksigenasi tidak berhasil, maka perawat harus segera memodifikasi rencana asuhan keperawatan intervensi yang baru kemudian dikembangkan. Perawat tidak perlu ragu untuk memberitahu doktyer tentang status oksigenasi pasien yang memburuk. Pemberitahuan yang cepat dapat menghindari situasi yang kedaruratan atau bahkan menghindari perlunya resusitasi jantung paru (Potter dan Perry, 2006)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Design penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif yang berbentuk studi kasus. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta fenomena yang diselidiki, dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan menggambarkan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien TB Paru di Ruang VI Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang tahun2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang VI Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang tahun 2017. Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari sampai bulan Juni 2017. Sedangkan waktu pengambilan data pasien dimulai dari tanggal 29 Mei sampai tanggal 4 Juni 2017.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang diteliti (Sugiyono, 2016). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien TB Paru yang mengalami gangguan oksigenasi di Ruang VI Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang. Jumlah populasi pasien TB Paru diruang VI Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang pada saat penelitian adalah sebanyak 2 orang. 2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada (Hidayat, 2013). Sampel penelitian ini adalah dua orang partisipan TB Paru yang mengalami gangguan oksigen di Ruang VI Paru Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang.

Pemilihan partisipan merujuk pada teknik accidental sampling. Accidental sampling merupakan suatu teknik pengambilan sampel dengan cara memilih siapa yang kebetulan ada atau dijumpai pada saat itu (Nursalam, 2013).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah : a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Pasien bersedia diberikan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

2) Pasien menderita TB Paru dengan BTA positif 3) Pasien terganggu pemenuhan kebutuhan oksigenasi 4) Pasien dalam rawatan fase akut (1-7 hari)

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi berbagai sebab (Nursalam, 2013). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah pasien dalam rawatan kurang dari 5 hari atau perbaikan kondisi

D. Alat / Instrument Pengumpulan Data

Alat/ instrument pengumpulan data berupa format pengkajian keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Cara pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung dan studi dokumentasi.

1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari : identitas pasien, identitas penanggung jawab, riwayat kesehatan, keluhan dasar, pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang, dan program pengobatan.

2. Format analisa data terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, data, masalah, dan etiologi.

3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medis, diagnosa keperawatan, tanggal ditemukannya masalah dan paraf, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.

4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan NOC.

5. Format catatan perkembangan keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, hari dan tanggal, jam dan implementasi keperawatan serta paraf yang melakukan implementasi keperawatan.

6. Alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari: APD (alat perlindungan diri), stetoskop, thermometer, spigmomanometer, reflek hammer, pengukur tinggi badan, timbangan berat badan dewasa dan jam tangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) dimana pengumpulan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik triangulasi digunakan peneliti dengan pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.Peneliti dalam pengumpulan data akan menggunakanobservasi, wawancara, dan dokumentasi untuk sumberdata yang sama secara serempak (Sugiyono, 2016).

1. Pemeriksaan Fisik

Dalam melakukan pemeriksaan fisik peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien, seperti keadaan umum pasien, pemeriksaan fisik berupainspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, selain itu juga mengobservasi tindakan apa saja yang telah dilakukan pada pasien. Kelebihan observasi adalah, mudah, murah dan langsung. Kekurangan observasi adalah memerlukan pedoman pengamatan (Rustika, dkk. 2013).

2. Wawancara

Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti dan juga apabila peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2016).

Penelitian ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya, pewawancara diberi kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan responden secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin (Sugiyono, 2016).

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berebntuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumen dari ruang VI Paru Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang seperti data TB Paru, serta data-data yang berkaitan dengan Oksigenasi pada TB Paru untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono, 2016).

4. Pengukuran

Pengukuran merupakan pemantauan kondisi pasien dengan mengukur menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti pengukuran suhu, menghitung frekuensi nafas dan nadi

F. Rencana Analisis

Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan, implementasi sampai mengevaluasi hasil tindakan keperawatan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan gangguan pemenuhan oksigen pada klien dengan TB Paru. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan kessesuaian antara teori yang ada dengan kondisi klien.

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. DESKRIPSI KASUS 1. Pengkajian

Pengkajian dimulai dari tanggal 29 Mei 2017 sampai 4 Juni 2017, pada pengkajian ini peneliti akan menganalisis dan mengemukakan kesenjangan dan kesesuaian yang ditemukan pada pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

Tabel 4.1

Pengkajian Keperawatan Pasien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen pada Pasien TB Paru di Ruang VI Rumah Sakit

Reksodiwiryo Padang Tahun 2017. No Asuhan keperawatan Partisipan I Partisipan II 1 Identitas Pasien Tn. A, No MR: 187609, berusia 65 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan seorang buruh, alamat di Jalan Banuaran Blok F No: 08. Tn. W, No MR: 188001, berusia 26 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan seorang pedagang, alamat di Sikakap Mentawai. 2 Riwayat Kesehatan Keluhan Utama Tn.A dibawa keluarganya ke Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang melalui IGD Pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 05.27 WIB, dengan keluhan batuk yang disertai dengan dahak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, dan kadang-kadang juga disertai dengan

Tn. W dibawa keluarganya ke

Rumah Sakit

Reksodiwiryo Padang melalui IGD pada tanggal 31 Mei pukul 01.45 WIB dengan keluhan muntah darah sejak 1 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit, batuk yang disertai dengan dahak, nyeri dada, sesak

bercak darah, sesak nafas, nyeri dada saat batuk seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 5, badan terasa lemas, mual, dan nafsu makan tidak ada

nafas saat beraktivitas, badan terasa lemas.

3 Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 29 Mei 2017 pukul 11.00

WIB, pasien

mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, kadang terdapat darah dalam sputum saat batuk, pasien mengeluh dahaknya

sulit untuk

dikeluarkan, nyeri dada saat batuk, terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping hidung. TTV: tekanan darah: 130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi: 89x/menit, pernafasan: 26x/menit,. Saat ditanya mengenai penyakit TB Paru pasien tampak bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.

Pengkajian dilakukan pada tanggal 31 Mei 2017 pukul 13.30

WIB, pasien

mengatakan nafasnya kadang terasa sesak, pasien mengatakan batuknya berdahak dan disertai darah pasien mengatakan dibagian dadanya terasa berdebar-debar, pasien mengatakan terasa nyeri saat menarik nafas dalam. TTV: tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,5oC, nadi 78x/menit, pernafasan 24x/menit Saat ditanya mengenai penyakit TB Paru pasien tampak bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan. 4 Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mempunyai riwayat penyakit seperti saat ini, pasien

Dokumen terkait