TUK 3 : Klien dapat
E. Evaluasi keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan tahapan pengkajian yang dilakukan kepada Nn A yang perlu diperhatikan adalah faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan gejala dan mekanisme koping yang digunakan oleh pasien. Faktor predisposisi pada tinjauan teori pada asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi adalah faktor boiologis, psikologis, sosialkultural, perkembangan dan faktor genetic. Sedangkan pada Nn A faktr predisposisinya terjadi karena faktor psikologis karena Nn A tidak memiliki teman sejak kelas 2 SMA. Tidak ada temannya yang ingin bergaul dengan Nn A. kemudian faktor presipitasi secara teoritis pada asuhan keperawatan dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dapat berasal dari faktor biologis, adanya gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku (stuart dan laraia 2005). Sedangkan pada Nn A adalah terjadinya masalah kesenjangan pada faktor adanya pemicu gejala karena semenjak klien sering berbicara sendiri klien merasa semua orang tidak ada yang mau berteman dengannya.
Tanda dan gejala yang muncul pada Na A adalah berbicara sendiri, mulut terlihat komat-kamit, tertawa dan tersenyum sendiri, suara terdengar setiap
63
hari kurang lebih 2-3 menit. Ketika suara itu muncul, klien merasa terganggu dan klien gelisah serta tidak bisa tidur.
Mekanisme koping yang terdapat pada Nn A adalah isolasi social karena klien tidak bisa berbaur dengan orang lain.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dalam perumusan diagnose keperawatan pada Nn A diagnose yang muncul berdasarkan data-data yang penulis dapatkan dari hasil pengkajian sesuai dengan data-data yang terdapat di teori, namun terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus yaitu diagnose yang muncul pada teori dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi terdapat 3 yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi, resiko perilaku kekerasan dan isolasi social. Sedangkan terdapat kesenjangan dengan diagnose kasus yaitu terdapat 6 diagnosa yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi, resiko perilaku kekerasan, harga diri rendah, isolasi social, regimen terapi inefektif, dan koping keluarga tidak efektif.
3. Perencanaan keperawatan
Dalam membuat perencanaan dibuat sesuai rencana tindakan yang ada pada pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Penulis dalam merumuskan perencanaan sesuai denan masalah keperawatan yang prioritas pada pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Dalam melaksanakan perencanaan ini dengan baik makan di perlukan adanya kerja sama atau dukungan dari pasien, dan juga perawat ruangan.
64 4. Pelaksanaan keperawatan
Dalam pelaksanaannya penulis dapat melakukan implementasi pada kasus Nn A hanya untuk diagnose ganggguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dari Sp 1 pasien point 1-8 di lakukan pada hari ke-1 tanggal 08 Mei 2018 jam 10.00 WIB mendiskusikan jenis halusinasi, isi halusinasi, waktu, frekuensi, situasi dan respon klien terhadap halusinasi, melatih pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan menganjurkan pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Pada hari ke 2 tanggal 09 Mei 2018 jam 09.00 WIB penulis melakukan tindakan pada Sp 2 pasien point 1-3 dengan mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, melatih mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap, dan menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. Namun setelah dilakukan Sp 2 klien belum mampu mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain karena pasien tidak bisa berbaur dengan orang yang belum di kenal. Maka dari itu pada tanggal 10 Mei 2018 di lakukan Sp 2 pertemuan ke 2. Mengevaluasi kemampuan klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, melatih mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain dan menganjurkan pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.
5. Evalusai
Setelah memberikan pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada Nn A dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran selama 3 hari. Penulis dapat mengevaluasi pada kasus Nn A dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi berdasarkan hasil observasi penulis dan tingkat keberhasilan yang penulis lakukan adalah klien sudah mengalami perkembangan seperti klien sudah mampu menjelaskan jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon terhadap halusinasi), klien mampu mengontrol halusinasinya dengan 2 cara dari 4 cara yaitu dengan cara menghardik dan bercakap-cakap dengan
65
orang lain. Hal ini dapat terlihat pada diagnose keperawatan pertama sesuai dengan tujuan khusus yang telah tercapai yaitu Sp 1 point 1-8 di lakukan pada hari ke-1 Selasa 08 Mei 2018 mendiskusikan jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon terhadap halusinasi), klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan menganjurkan memasukan kedalam jadwal kegiatan harian. Pada Sp 2 point 1-3 dilakukan pada hari ke 2, Rabu 09 Mei 2018 point 1-3 mengevaluasi kemampuan klien menghardik halusinasi, melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang laindan menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian, tetapi terdapat hambatan karena klien tidak mampu bercakap-cakap dengan orang yang belum di kenal. Maka pada pertemuan ke 3 10 Mei 2018 dilakukan Sp 2 pertemuan ke 2 dengan mengevaluasi kemampuan klien mengontrol halusinasi, melatih klien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, dan menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. Penulis tidak dapat melakukan Sp 3, Sp 4, Sp keluarga, TAK Stimulasi Persepsi Sensori dan diagnose yang lain karena keterbatasan waktu dan pihak keluarga yang belum menjenguk klien sehingga penulis sulit untuk melakukan Sp Keluarga.
B. SARAN
Melalui karya tulis ilmiah ini penulis ingin memberikan saran yang mudah-mudahan dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental dengan gangguan persepsi sensori ; halusinasi dapat lebih optimal antara lain :
1. Pelayanan keperawatan
a. Perlu di ciptakan rasa saling percaya antara pasien dan perawat, perawat ruangan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada pasien agar terjalin hubungan yang harmonis antara perawat dengan pasien, serta dapat melanjutkan rencana tindakan yang belum terlaksana, memotivasi agar pasien mau melakukan
66
kegiatan, membuat jadwal TAK dan kegiatan harian untuk semua pasien secara rutin.
b. Perlunya menginformasikan kepada keluarga untuk selalu memberikan dukungan atau support dari keluarga terutama orang yang terdekat dengan klien agar selalu menjenguk klien dirumah sakit kurang lebih seminggu 2x
c. Perlunya melakukan kerja sama dengan perawat ruangan untuk melanjutkan tindakan SP 3, SP 4, dan SP keluarga.
2. Pasien
Diharapkan klien dapat tetap mengontrol emosinya dengan cara mempertahankan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik serta bercakap-cakap dengan orang lain yang sudah diajarkan oleh perawat. 3. Keluarga
Keluarga merupakan sumber dukungan utama yang terpenting untuk meningkatkan rasa percaya diri klien. Diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan, kesabaran, dan perhatian lebih serta memantau dalam penggunaan obat dengan benar & mengunjungi klien agar dapat memotivasi klien untuk lebih baik dalam proses penyembuhana karena merasa dapat perhatian dan dukungan dari keluarga menjadi bagian terdekat bagi klien.
67