• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI SUSUN OLEH: DIAH AYU RAMADHANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DI SUSUN OLEH: DIAH AYU RAMADHANI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR PSIKOSISOAL DAN KESEHATAN

MENTAL DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI :

HALUSINASI PENDENGARAN PADA Nn.A

DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER

JAKARTA TIMUR

TANGGAL08 MEI – 10 MEI 2018

DI SUSUN OLEH:

DIAH AYU RAMADHANI

20157500

11

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil „alamin, segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan keimanan, keislaman, kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Pemenuhan kebutuhan dasar pada Nn A dengan Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur” pada tanggal 8-10 Mei 2018 sebagai salah satu syarat yang harus dilewati kami sebagai mahasiswa/mahasiswi program studi DIII FIK UMJ untuk menyelesaikan study kami di institusi.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini saya melewati banyak kesulitan, namun karena adanya bimbingan dan semangat dari berbagai pihak akhirnya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, S.KM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.Kep.An selaku ketua program DIII

Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

3. Ibu Ns. Fitrian Rayasari, M.Kep., Sp.KMB selaku ketua bidang program DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Ibu Ns. Nuraenah, M.Kep, selaku wali Akademik Angkatan XXXIII dan penguji I dan dosen pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah. Terima kasih atas pengarahan serta bantuannya dalam membimbing dan memberikan motivasinya kepada penulis.

5. Ibu Ns. Isnaini, S.Kep, M.Kes selaku penguji II Terima kasih atas bimbingan dan saran selama ujian sidang.

(5)

iv

6. Kepada kedua orangtua Terima kasih sudah memberikan support dan selalu mendoakan saya sehingga saya dapat menyelesaikan KTI ini.

7. Para wakil ketua, Pembimbing Akademik, Koordinator Mata Ajar, para dosen dan seluruh Staf Pendidikan Program Studi DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Jakarta, 18 April 2018

(6)

v DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3 1. Tujuan Umum ... 3 2. Tujuan Khusus ... 3 C. Ruang Lingkup ... 4 D. Metode Penulisan ... 4 E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia ... 6

B. Konsep Halusinasi ... 7 C. Psikodinamika ... 7 D. Rentang Respon ... 8 E. Fase-Fase Halusinasi ... 9 F. Jenis-Jenis Halusinasi ... 12 G. Pengkajian Keperawatan ... 13

H. Tanda Dan Gejala ... 15

I. Pohon Masalah ... 15 J. Diagnosa Keperawatan... 16 K. Perencanaan Keperawatan ... 17 L. Pelaksanaan Keperawatan ... 27 M. Mekanisme koping ………. 28 N. Penatalaksanaan Keperawatan ... 29 O. Evaluasi ... 34

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan ... 30 B. Pohon Masalah ... 38 C. Diagnosa Keperawatan... 38 D. Perencanaan Keperawatan ... 39 E. Pelaksanaan Keperawatan ... 49 F. Evaluasi Keperawatan ... 54 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan ... 56 B. Diagnosa Keperawatan... 58 C. Perencanaan Keperawatan ... 59 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 59 E. Evaluasi Keperawatan ... 60

(7)

vi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Kemenkes (2011) masalah kesehatan jiwa adalah masalah yang sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat.Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan dengan orang lain. Sedangkan menurut American Nurses Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa.

Salah satu masalah atau gangguan kesehatan jiwa adalah

skrizofrenia.Skrizofenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi dan perilaku (davison, 2006). Gejala skrizofrenia di bagi dua kategori yaitu gejala positif dan gejala negative.Salah satu yang termasuk skrizofrenia dengan gejala positif yaitu halusinasi, perilaku kekerasan dan delusi.

Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seorang dimana tidak terdapat stimulus (Varcorlis, 2006).

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsang dari luar (Stuart & Laraia, 2005).

Tanda dan gejala halusinasi menurut Stuart dan Laraia (2005) yaitu menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata cepat, respon verbal lamban atau diam, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasikan, terlihat bicara sendiri,

(9)

2

bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu, duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari keruangan lain, disorientasi (waktu, temapt,orang), perubahan kemampuan dan memecahkan masalah, perubahan perilaku danpola komunikasi, gelisah, ketakutan, ansietas, melaporkan adanya halusinasi.

Keyakinan tentang halusinasi adalah sejauh manakah klien itu yakin benar bahwa halusinasinya merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui bahwa hak itu tidak benar, ragu-ragu atau yakin sekali bahwa hal itu benar adanya.(Trimelia 2011).

Diperkirakan lebih 90% klien dengan skrizofrenia mengalami halusinasi.Halusinasi yang dialami klien jenisnya bervariasi, tetapi sebagian besar klien skrizofrenia di rumah sakit jiwa mengalami halusinasi pendengaran.Suara yang didengar klien dapat dikenalnya, suara dapat tunggal atau multiple atau bisa juga semacam bunyi bukan suara mengandung arti.Isi suara dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya tentang perilaku klien sendiri danklien sendiri merasa yakin bahwa suara itu ada (Trimelia 2011).

No Masalah 2016 2017 2018

1 Gangguan persepsi

sensori halusinasi

346 jiwa 639 jiwa 54 jiwa

2 Perilaku kekerasan 170 jiwa 43 jiwa 4 jiwa

3 Menarik diri : isolasi social

18 jiwa 24 jiwa 3 jiwa

4 Harga diri rendah 8 jiwa 2 jiwa 2 jiwa

Dari melihat data statistic diatas masalah keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender menjadi urutan pertama setiap tahunnya. Bila halusinasi tidak diatasi dapat mengakibatkan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan dengan masalah gangguan

(10)

3

persepsi sensori halusinasi agar tidak terjadi akibat lanjut yang muncul dari halusinasi yaitu resiko perilaku kekerasan, resiko mencederai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Sehingga pentingnya perawat untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi dan menganalisa masalah serta menerapkan “pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental dengan masalah gangguan persepsi sensori halusinasi pada Nn Adi Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan

dasar psikososial dan kesehatan mental pada Nn A dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi peengaran

b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pemenuhan

kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada Nn A dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pemenuhan

kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada Nn A dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pemenuhan

kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada Nn A dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pemenuhan

kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada Nn A dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor pendukung penghambat dan mencari alternative pemecahan masalah pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada Nn A dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

(11)

4

C. RUANG LINGKUP

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulisan membahas tentang ruang lingkup masalah pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada nn A dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur yang dilaksanakan pada tanggal 8-10 Mei 2018.

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dan kepustakaan, dimana metode deskriptif yaitu mengumpulkan data, mengolah data, mengambil kesimpulan yang kemudian disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber untuk memperoleh bahan-bahan ilmiah yang berhubungan dengan penulsan karya tulis ilmiah ini.

Adapun teknik yang penulis gunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Teknik ini dilakukan dengan cara melakukanntanya jawab antara pasien dan perawat.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati segala aktifitas klien secara langsung untuk mengetahui perubahan tingkah laku dan perubahan fisik.

3. Studi kepustakaan

Penulisan mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan konsep

halusinasi serta hal-hal yang menyangkut halusinasi dan

keperawatannya.

4. Studi dokumentasi

Merupakan tahap pengumpulan data-data dari status klien yang ada diruangan, mempelajari dan mencatat kejadian yang ada hubungannya dengan kasus yang tercatat dan catatan medic

(12)

5

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu : BAB I Pendahuluan

Latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauanteori

Konsep halusinasi yang terdiri dari pengertian, psikodinamika, rentang respon, tahapan halusinasi, jenis halusinasi , konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi yang terdiri dari pengkajian, tanda dan gejala, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan,

penatalaksanaan seperti TAK, terapi psikofarmakologi dan evaluasi keperawatan.

BAB III Tinjauan kasus

Pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi

keperawatan. BAB IV Pembahasan

Membandingkan dan menganalisa antara teori dengan masalah yang telah ditemukan pada pasien.

BAB V Penutup

Kesimpulan, saran, Daftar Pustaka dan Lampiran.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(13)

6 BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham maslow dalam teori hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan,cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (poter dan perry, 1997).

1. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN DASAR

MANUSIA

Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai factor sebagai berikut :

a. Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebuh besar dari biasanya.

b. Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat

meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain

c. Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan bagi sesorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.

(14)

7

d. Tahap perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia,

manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, social, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh mengalami proses kematangan dengan aktivitas berbeda.

B. KONSEP HALUSINASI

Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seorang dimana tidak terdapat stimulus (Varcorlis, 2006).

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsang dari luar.(Stuart & Laraia, 2005).

Halusinasi adalah suau gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Ade, 2012).

C. PSIKODINAMIKA

Etiologi (Stuart dan Laraia, 2005)

1. Faktor predisposisi, adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.Pada pasien dengan skrizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak

yang abnormal. Skrizofrenia disebabkan oleh adanya

ketidakseimbangan neurotransmitter serta dopamine yang berlebihan sehingga tidak seimbang dengan kadar serotonim.

2. Faktor presipitasi

respon klien terhadap adanya halusinasi yaitu berupa curiga kepada orang lain, memiliki perasaan ketakutan, gelisah, suka berbicara sendiri, dan tidak dapat membedakan nyata dengan tidak nyata.

(15)

8

D. RENTANG RESPON

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologist (Stuart dan Laraia, 2005). Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera ( pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.

Adaptif Maladaptif

Gambar : rentang respon neurobiologist halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005) Respon maladaptive :

 Perubahan proses pikir adalah suatu bentuk kelainan pikiran (adanya ide-ide / keyakinan yang salah).

 Halusinasi adalah persepsi yang salah, meskipun tidak ada stimulus tetapi klien merasakannya.

 Ketidakmampuan untuk mengalami emosi adalah terjadi karena klien

berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu, kalau tidak hal ini akan menimbulkan kecemasan. Gangguan proses pikir Halusinasi Sulit merespon emosi Perilaku disorganisasi Isolasi sosial  Pikiran kadang menyimpang  Reaksi emosi berlebih  Perilaku aneh

atau tidak biasa  Menarik diri  Pikiran logis  Persepsi akurat  Emosi konsisten dengan pengalaman  Perilaku sesuai  Hubungan social harmonis

(16)

9

 Perilaku disorganisasi adalah respon neurobiologist yang mengakibatkan terganggunya fungsi-fungsi utama dari system syaraf pusat, sehingga tidak ada koordinasi anatara isi pikiran, perasaan dan tingkah laku.

 Isolasi social adalah ketidakmampuan untuk menjalin hubungan, kerja sama dan saling tergantung dengan orang lain.

E. FASE-FASE HALUSINASI

Halusinasi yang dialami klien bisa berbeda intensitas dan

keparahannya.Stuart dan Laraia (2005) membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya.Semakin berat fase halusinasinya, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya. Fase-fase lengkap tercantum dalam table dibawah ini .

Tabel fase-fase halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)

Fase halusinasi Karakteristik Perilaku klien

Fase I Comforting Ansietas sedang Halusinasi menyenangkan klien mengalami perasaan yang mendalam seperti

ansietas, kesepian, rasa

bersalah, takut

sehingga mencoba

untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman

sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat ditangani

1. Tersenyum atau

tertawa yang tidak sesuai

2. Menggerakan bibir

tanpa suara

3. Pergerakan mata

yang cepat

4. Respon verbal yang lambat jika sedang asik

5. Diam dan asik

(17)

10 Fase II Condemning Ansietas berat Halusinasi menjadi menjijikan 1. Pengalaman sensori yang menjijikan dan menakutkan 2. Klien mulai lepas

kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan 3. Klien mungkin mengalami di permalukan oleh pengalaman sensori dan

menarik diri dari orang lain 4. Mulai merasa kehilangan control 5. Tingkat kecemasan berat 1. Asik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita 2. Menyalahkan

3. Menarik diri dari orang lain

Fase III Controling Ansietas berat Pengalaman sensori jadi berkuasa 1. Klien berhenti melakukan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut 2. Isi halusinasi menjadi menarik 3. Klien mungkin mengalami 1. Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti 2. Kesukaran berhubungan dengan orang lain 3. Adanya tanda tanda

fisik ansietas berat, berkeringat, tremor

(18)

11 pengalaman

kesepian jika

sensori halusinasi berhenti

dan tidak mampu mematuhi perintah 4. Isi halusinasi menjadi menyenangkan 5. Perintah halusinasi ditaati 6. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, termor dan berkeringat Fase IV Conquering

Panic

Umumnya menjadi

lebih rumit dalam

halusinasinya

1.Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasinya

2.Klien berada dalam

dunia menakutkan

dalam waktu yang singkat atau bisa juga beberapa jam atau beberapa hari 1. Perilaku menyerang 2. Aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri

3. Tidak mampu

merespon perintah yang kompleks dan

lebih dari satu

orang

(19)

12

F. JENIS-JENIS HALUSINASI (Keliat, 2014)

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif

Halusinasi pendengaran

 Bicara atau tertawa sendiri tanpa lawan bicara.  Marah-marah tanpa sebab  Mencondongkan telinga kearah tertentu  Menutup telinga  Mendengar suara-suara atau keguduhan  Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap  Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya Halusinasi penglihatan  Menunjuk-nunjuk kearah tertentu  Ketakutan pada

objek yang tidak jelas

 Melihat bayangan,

sinar, bentuk

geometris, bentuk kartun, dll

Halusinasi penghidu  Menghidu seperti

sedang mencium

bau-bauan tertentu

 Menutup hidung

 Membaui

bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan Halusinasi pengecapan  Sering meludah  Muntah  Merasakan rasa seperti darah,

urine, atau feses

Halusinasi perabaan  Menggaruk garuk

permukaan kulit  Mengatakan ada serangga di permukaan kulit  Merasa seperti tersengat listrik

(20)

13

G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HALUSINASI PENDENGARAN

Standar asuhan keperawatan atau standar praktik keperawatan mengacu pada standar praktik profesional dan standar kinerja profesional. Standar praktik profesional di indonesia telah dijabarkan oleh PPNI (2009). Standar praktik profesional tersebut mengacu pada proses keperawatan yang terdiri dari lima tahap yaitu : 1) pengkajian, 2) diagnosis, 3) perencanaan, 4) implementasi, 5) evaluasi (PPNI, 2009).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama bagi proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi suatu kesehatan pasien.

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor perkembangan terlambat

a) Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan

rasa nyaman

b) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi

c) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan 2) Faktor psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negative.

3) Faktor social budaya

Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.

4) Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik berupa : atropi otak, pembesaran ventrikel, perubahan besar dan bentuk sel kortex dan limbic.

(21)

14 5) Faktor genetic

Adanya pengaruh keturunan berupa anggota kelularga terdahulu yang mengalami skrizofrenia dan kembar monozigot. b. Faktor presipitasi

1) Perillaku

Bibir komat kamit, tertawa sendiri, kepala mengangguk angguk seperti mendengar sesuatu, tiba-tiba menutup telinga, gelisah, bergerak seperti mengambil dan membuang sesuatu, tiba-tiba marah dan menyerang, duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.

2) Fisik

a) Kebiasaan

Berhenti dari minuman keras, obat-obatan, zat halusinogen, tingkah laku merusak diri

b) ADL

Nutrisi tidak adekuat bila Halusinasi memerintahkan untuk tidak makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang

kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu

berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang berlebih, agitasi gerakan atau kegiatan ganjil

3) Riwayat kesehatan

Skrizofrenia berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan obat

4) Fungsi system tubuh

Perubahan berat badan, hipertermi (demam) Neurological oerubahan mood, disorientasi

Ketidakefektifan endokrin oleh peningkatan temperatur 5) Status emosi

Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.

(22)

15

H. TANDA DAN GEJALA

Menurut Stuart dan Laraia (2005) tanda dan gejala klien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

2. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara

3. Gerakan mata cepat

4. Respon verbal lamban atau diam

5. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasikan

6. Terlihat bicara sendiri

7. Menggerakan bola mata dengan cepat

8. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu

9. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari keruangan lain 10.Disorientasi (waktu, temapt,orang)

11.Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah

12.Perubahan perilaku danpola komunikasi 13.Gelisah, ketakutan, ansietas

14.Peka rangsang

15.Melaporkan adanya halusinasi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko perilaku kekerasan ( Affect )

(Core Problem )

Isolasi social (Penyebab) Gangguan persepsi sensori :

(23)

16

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran 2. Isolasi social

3. Resiko perilaku kekerasan

(24)

17

J. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana adalah rencana tindakan keperawatan yang merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan

khusus.Dalam hal ini perencanaan disusun berdasarkan diagnosa yang telah dibuat dan perencanaan yang dibuat sebisa mungkin dilakukan oleh penulis dan perawat ruangan.

No Dx

Dx Keperawatan

Perencanaan : Rasional

Tujuan Kriteria hasil Intervensi

1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran TUM : Klien dapat mengontrol halusinasi yang di dalamnya : Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya 1.1Setelah ... x interaksi klien menunjukan

tanda-tanda percaya kepada perawat :

 Ekspresi wajah

bersahabat

 Menunjukan rasa

senang

 Ada kontak mata

 Mau berjabat

tangan

1.1Bina hubungan saling percaya

dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik :

 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

 Perkenalkan nama, nama

panggilan dan tujuan perawat berkenalan

 Tanyakan nama lengkkap dan

nama panggilan yang disukai klien

 Buat kontrak yang jelas

Hubungan saling percaya

merupakan dasar

kelancaran hubungan

(25)

18 TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya  Mau menyebutkan nama  Mau menjawab salam  Mau duduk berdampingan dengan perawat  Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi 2.1Setelah .... x interaksi klien menyebutkan :  Isi

 Tunjukkan sikap jujur dan

menepati janji setiap kali

interaksi

 Tunjukkan sikap empati dan

menerima apa adanya

 Beri perhatian kepada klien dan

perhatikan kebutuhan dasar

klien

 Tanyakan perasaan klien dan

masalah yang dihadapi klien

 Dengarkan dengan penuh

perhatian ekspresi perasaan

klien

2.1Adakan kontak singkat dan sering secara bertahap.

Observasi tingkah laku klien

 Mengenal perilaku

pada halusinasi yang

timbul memudahkan

perawat dalam

(26)

19

 Waktu

 Frekuensi

 Situasi dan kondisi

yang menimbulkan halusinasi

terkait dengan halusinasinya . jika menemukan klien yang sedang halusinasi :

 Tanyakan apakah klien

mengalami sesuatu (halusinasi dengar / lihat / penghidu / raba / kecap )

 Jika klien menjawab ya,

tanyakan apa yang sedang dialaminya

 Katakan bahwa perawat

percaya klien mengalami hal

tersebut, namun perawat

sendiri tidak mengalaminya

(dengan nada bersahabat

tanpa menuduh atau

menghakimi )

 katakan bahwa ada klien lain

 Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor pencetus timbulnya halusinasi Dengan mengetahui

waktu, isi, frekuensi

(27)

20 2.Setelah ... x interaksi

klien menyatakan

perasaan dan

yang mengalami hal yang sama

 katakan bahwa perawat akan

membantu klien.

jika klien tidak sedang berhalusinasi

klarifikasi tentang adanya

pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien :

 isi, waktu dan rekuensi

terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang)

 situasi dan kondisi yang

menimbulkan atau tidak

menimbulkan halusinasi

2.2diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi

dan beri kesempatan untuk

mempermudah tindakan

keperawatan klien yang akan dilakukan perawat

Untuk mengidentifikasi

(28)

21 responnya saat mengalami halusinasi :  Marah  Takut  Sedih  Senang  Cemas  Jengkel mengungkapkan perasaannya. Diskusikan dengan klien apa yang

dilakukan untuk mengatasi

perasaan tersebut.

Diskusikan tentang dampak yang

akan dialaminya bila klien

menikmai halusinasinya. TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya 3.1 Setelah ... x interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya. 3.2 Setelah ... x interaksi kien menyebutkan

3.1 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll) 3.2 Diskusikan cara yang digunakan

klien,

 jika cara yang digunakan

adaptif beri pujian

 jika cara yang digunakan

Upaya untuk memutuskan siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut

Reinforcement positif

akan meningkatkan harga diri klien

(29)

22

cara baru

mengontrol halusinasi

3.3 Setelah ... x interaksi klien dapat memilih dan memperagakan

cara mengatasi

halusinasi

3.4 Setelah ... x interaksi klien melaksanakan

cara yang tepat

dipilih untuk

mengendalikan halusinasi

3.5 Setelah ..x pertemuan

klien mengiuti terapi

aktivitas kelompok

maladaptif diskusikan

kerugian cara tersebut

3.3 Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi :

 katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (“saya tidak mau dengar/lihat/penghidu/raba/krcap pada saat halusinasi terjadi)

 menemui orang lain

(perawat/teman/anggota

keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya

 membuat dan melaksanakan

jadwal kegiatan sehari-hari yang telah di susun

 meminta

Memberikan pilihan

kepada klien untuk

mengontrol halusinasi

Memotivasi dapat

meningkatkan kegiatan

klien untuk mencoba

memilih salah satu cara mengendalikan halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien

(30)

23

teman/keluarga/perawat

menyapa jika sedang

berhalusinasi

3.4Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya

3.5Beri kesempatan untuk

melakukan cara yang di pilih dan dilatih

3.6 Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasi beri pujian

3.7 Anjuran klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi

TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keuarga 4.1 Setelah ... x pertemuan keluarga menyatakan setuju untuk mengiuti

4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu,tempat, dan topik)

4.2 Diskusikan dengan keluarga

Untuk mendapatkan

bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasi

(31)

24 dalam mengotrol halusinasinya pertemuan dengan perawat 4.2 Setelah ...x interaksi keluarga menyebutkan

pengertian, tanda dan

gejala, proses

terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan

halusinasi

(pada saat pertemuan keluarga / kunjungan rumah)

 pengertian halusinasi  tanda dan gejala halusinasi  proses terjadnya halusinasi

 cara yang dapat dilakukan

klien dan keluarga untu

memutus halusinasi  obat-obatan halusinasi

 cara merawat anggota

keluarga yang halusinasi

dirumah (beri kegiatan,

jangan biarkan makan

sendiiri, nmakan bersama, memantau obat-obatan dan

cara pemberiannya untuk

mengatasi halusinasi)

 beri inormasi waktu kontrol ke

Untuk mengetahui

pengetahuan kelluarga dan meningkatkan

kemampuan pengetahuan tentang halusinasi

(32)

25

rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah

TUK 5 : Klien dapat memanfaatka n obat dengan baik 5.1 Setelah ...x interaksi klien menyebutkan ;  manfaat minum obat  kerugian tidak minum obat  nama, warna, dosis, efek samping obat 5.2Setelah ... x interaksi klien mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar

5.1 Diskusikan dengan klien tentang

manfaat dan kerugian tidak

minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek samping penggunaan obat dan efek terapi.

5.2Pantau klien saat penggunaan obat

5.3Beri pujian jika klien

menggunakan obat dengan benar

5.4Diskusikan akibat berhenti

minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

5.5Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan

Dengan menyebutkan

dosisi frekuensi dan

manfaat obat diharapkan

klien melaksanakan

program pengobatan Menilai kemampuan klien

dalam pengobatannya

sendiri.

Program pengobatan dapat berjalan sesuai rencana

dengan mengetahui

prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat

(33)

26

5.3Setelah ... x

interaksi klien

menyebutkan

akibat berhenti

minum obat tanpa konsultasi dokter

ditingkatkan secara

(34)

27

K. PELAKSANAAN

Tahapan-tahapan dalam komunikasi terapeutik adalah :

Hubungan terapeutik perawat klien berbeda dengan hubungan sosial sehari-hari.Dalam melakukan komunikasi terapeutik perawat mempunyai empat tahapan komunikasi, yang pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus di selesaikan oleh perawat.Empat tahap tersebut yaitu tahap preinteraksi, orientasi, tahap perkenalan, dan terminasi. Adapun tugas-tugas yang harus diselesaikan pada tiap tahap adalah sebagai berikut (Ade,2012)

1. Tahap prenteraksi

Merupakan tahap persiapan sebelum dimana perawat belum bertemu dan berkomunikasi dengan klien.Pada tahap ini perawat harus mengeksplorasi diri terhadap perasaan-perasaan diri seperti ansietas, ketakutan dan keraguan.Sehingga dengan eksplorasi diri diharapkan perawat lebih siap dalam melakukan komunikasi dengan klien.

Tugas perawat dalam tahap ini antara lain :

a. Mengumpulkan informasi tentang klien (alasan masuk, riwayat kesehatan, Dx medis, dan lain sebagainya)

b. Mencaru referensi yang berkaitan dengan masalah klien

c. Mengeksplorasi perasaan

d. Menganalisa

2. Tahap orientasi/perkenalan

Pada tahap ini perawat dan klien pertama kali bertemu.Dalam membina hubungan perawat dengan klien yang menjadi kunci utama adalah terbinanya hubungan salling percaya, adanya komunikasi yang terbuka, memeahami penerimaan dan merumuskan kontrak.

Tugas pada tahap ini adalah ;

a. Membina hubungan saling percaya, penerimaan, pengertian dan komunikasi terbuka

b. Merumuskan kontrak dengan klien yang meliputi saling

(35)

28

pembicaraan, harapan dan tujuan interaksi, kerahasiaan, waktu dan tempat interaksi

3. Tahap kerja

Tahap ini merupakan tahap dimana kerjasama terapeutik perawat-klien paling banyak dilakukan.Tugas perawat pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan pada tahap prainteraksi. Perawat dan klien menggali stessor yang tepat dan

mendukung perkembangan daya titik klien dengan cara

menghubungkan persepsi, pikiran dan tindakan klien.

Perawat menghilangkan atau mengurangi tingkat kecemasan klien, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif.Perubahan perilaku yang adaptif merupakan tanda bahwa tujuan telah tercapai. 4. Fase terminasi

Merupakan tahap perpisahan dimana perawat akan mengakhiri interaksinya dengan klien, tahap ini dapat bersifat sementara maupun menetap. Terminasi sementara adalah terminasi yang dilakukan untuk mengakhiri interaksi dalam waktu sebentar misalnya pergantian jaga atau pergantian sesi. Terjadi pada setiap akhir pertemuan perawat dengan klien dan masih akan bertemu lagi. Sedangkan terminasi menetap adalah perpisahan yang terjadi pada saat klien akan pulang kerumah, sudah tidak dirawat dirumah sakit dan perawat tidak akan bertemu lagi dengan klien.

L. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (stuart dan laraia, 2005) meliputi :

1. Regresi : Menjadi malas beraktivitas sehari-hari

2. Proyeksi : Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda 3. Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan

(36)

29

M. PENATAKLASANAAN

1. PSIKOFARMAKOLOGIS

Obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skrizofrenia adalah obat anti psikosis.

2. TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)

Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulisasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.Hasil diskusi kelompik dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.

TUJUAN

a. Tujuan umum TAK stimulasi persepsi :

Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya

b. Tujuan khusus :

1) Klien dapat mempresepsikan stimulus yang dipaparkan

kepadanya dengan tepat

2) Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbu dari stimulus yang dialami

N. EVALUASI

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk memulai efek dari tindakan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat kepada klien (Keliat 2009).

S : Klien mengatakan sudah tidak mendengar suara-suara. O : Klien tidak berbicara sendiri

A : Masalah teratasi

(37)

30 BAB III TINJAUAN KASUS

Pada kesempatan kali ini penulis akan mengajukan pemenuhan kebutuhan dasar kepada Nn A dengan halusinasi pendengaran diRumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Pemenuhan kebutuhan dasar ini dilakukan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara kompherensif yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnose, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi. Pemenuhan kebutuhan dasar ini dilakukan pada tanggal 8 Mei 2018.

A. Pengkajian keperawatan

1. Data dasar (terlampir)

2. Resume kasus

Pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi adalah Nn A berusia 21 tahun, berasal dari bekasi, beragama Kristen katolik, pendidikan terakhir SMA, tidak bekerja, alamat tempat tinggal Taman Aster Blok F9/20 RT 011/013 Telaga Asih, Cikarang Barat. Nn A adalah anak kedua dari empat bersaudara dan Klien tinggal bersama ibu dan adiknya.

Penampilan fisik dari Nn A tinggi badan 158 cm, berat badan 50 kg, berpenampilan rapih menggunakan baju pendek dan celana panjang. Dan dari pemeriksaan fisik di dapatkan data TD 120/80 Mmhg, nadi 88x/menit, RR 20X/menit, didalam anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.Saat ini klien baru pertama kali dirawat di Rumah Sakit Islam Jiwa Klender, sebelumnya klien menjalani rawat jalan di RSUD Bekasi. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena klien tidak teratur untuk meminum obat. Klien masuk ke Rumah Sakit Islam Jiwa Klender pada tanggal 2 Mei 2018 . Keluarga mengatakan Nn A dibawa ke Rumah sakit dengan alasan masuk klien suka berbicara sendiri, terlihat senyum senyum sendiri, klien suka mendengar suara-suara dan klien marah kepada ibunya karena tidak di izinkan untuk keluar rumah. Klien tidak mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan serta kekerasan dalam keluarga. Sewaktu klien kelas 2 SMA, klien tidak memiliki teman. Tidak ada teman kelasnya yang ingin bermain dengan klien. Klien hanya

(38)

31

menyendiri karena tidak ada teman yang ingin bergaul dengan klien. Selain itu klien merasa sedih karena tidak ada teman yang ingin bergaul dengannya, klien sulit untuk berbaur dengan orang lain. Selain itu Klien merasa malu dan putus asa karena belum bekerja dan klien ingin bekerja. Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya dan klien bersyukur memiliki tubuh seperti ini. Klien menyadari dirinya adalah seorang perempuan. Klien mengatakan ingin cepat pulang dan ingin cepat sembuh supaya bisa bekerja di sebuah PT.

Terapi medis :

 Resperidone 2 mg : 3 x 1

 Heximer 2 mg : 3 x 1  Clozapine 25 mg : 1 x 1

Data subjektif Data objektif

1. Klien mengatakan mendengar

suara-suara

2. Klien mengatakan isi suara

seperti menyuruh, seperti

sedang tertawa dan suka

marah-marah

3. Klien mendengar suara-suara

ketika sedang sendiri

4. Klien mengatakan mendengar

suara lamanya kurang lebih 5 menit

5. Klien mengatakan suara

terdengar setiap klien sedang sendiri dan melamun

6. Klien mengatakan suara yang terdengar begitu jelas

7. Klien mengatakan suara-suara itu terdengar setiap hari dan

1. Klien tampak gelisah

2. Afek labil

3. Klien terlihat seperti ketakutan 4. Klien tampak berbicara sendiri 5. Klien tampak tersenyum sendiri 6. Klien terlihat sedang tertawa sendiri 7. Klien terlihat seperti mendengar

sesuatu.

8. Klien berbicara dengan cepat 9. Klien terlihat kesal

10.Klien tampak menyendiri di kamar dan sering duduk menyendiri di ruang depan serta tidak mau berbaur dengan orang yang tidak di kenal 11.Klien terlihat tidak mampu memulai

pembicaraan sebelum diajak

berbicara

(39)

32 sering muncul

8. Klien mengatakan ketika suara

datang,klien menutup telinga 9. Klien mengatakan suka kesal

setelah mendengar suara-suara

10.Klien mengatakan sebelum

masuk ke rs klien memarahi ibunya karena tidak diizinkan untuk keluar rumah

11.Klien mengatakan tidak

memiliki teman sejak kelas 2 SMA saat disekolah. Teman temannya tidak ingin bergaul dengan klien

12.Klien mengatakan sering

menyendiri karena tidak

memiliki teman

13.Klien mengatakan sulit

berbaur dengan orang yang belum dikenal

14.Klien mengatakan sedih

karena tidak memiliki teman sejak kelas 2 SMA

15.Klien mengatakan malu dan

putus asa karena belum

bekerja dan klien ingin bekerja disebuah PT

16.Klien mengatakan

minumobat tidak teratur

17.Klien mengatakan takut

bahaya jika minum obat terus menerus sehingga klien takut

asa

13.Klien terlihat lesu 14.Klien terllihat murung

15.Klien tampak menundukan kepala

ketika bercerita tentang teman dan pekerjaan

16.Klien terlihat tidak bersemangat untuk minum obat ketika diberikan obat saat jam makan

17.Klien terlihat kurang mendapatkan support dari keluarga

(40)

33 untuk minum obat

18.Klien mengatakan keluarga

juga tidak mengingatkan saya untuk meminum obat secara rutin

3. Analisa data Nama : Nn A Usia: 21 tahun

Dx : Halusinasi pendengaran

Tanggal Data focus Masalah keperawatan

8 mei 2018 Data subjektif :

1.Klien mengatakan

mendengar suara-suara 2.Klien mengatakan isi suara

seperti menyuruh, seperti sedang tertawa dan suka marah-marah

3.Klien mendengar

suara-suara ketika sedang sendiri

4.Klien mengatakan

mendengar suara lamanya kurang lebih 5 menit

5.Klien mengatakan suara

terdengar setiap klien

sedang sendiri dan melamun

6.Klien mengatakan suara

yang terdengar begitu jelas

7.Klien mengatakan

suara-suara itu terdengar setiap

(41)

34 hari

8.Klien mengatakan ketika

suara datang,klien menutup telinga

Data objektif :

1. Klien tampak gelisah

2. Afek labil

3. Klien tampak berbicara

sendiri

4. Klien tampak tersenyum

sendiri

5. Klien terlihat tertawa

sendiri

6. Klien terlihat ketakutan

7. Klien terlihat seperti

mendengar sesuatu.

8 Mei 2018 Data subjektif :

1.Klien mengatakan suka kesal dan ingin marah setelah mendengar suara-suara jika tidak di ikuti.

2.Klien mengatakan sebelum masuk ke rs klien marah dengan ibunya karena tidak diizinkan untuk keluar rumah

Data objektif :

1. Klien berbicara dengan

cepat

2. Klien terlihat kesal

Resiko Perilaku

(42)

35

8 mei 2018 Data subjektif :

1.Klien mengatakan tidak

punya teman sejak kelas 2 SMA. Tidak ada yang ingin bergaul dengan klien.

2.Klien mengatakan sering

menyendiri karena tidak

memiliki teman

3.Klien mengatakan tidak bisa berbaur dengan orang yang belum dikenal

Data objektif:

1. Klien tampak menyendiri

di kamar dan sering duduk

menyendiri di ruang

depan serta sulit berbaur dengan orang yang belum di kenal

2. Klien terlihat tidak

mampu memulai

pembicaraan sebelum

diajak berbicara

Isolasi social

8 Mei 2018 Data Subjektif :

1. Klien mengatakan sedih karena tidak memiliki teman sejak kelas 2 SMA

2. Klien mengatakan malu

dan putus asa karena belum bekerja dan klien ingin bekerja disebuah PT

(43)

36 Data Objektif :

1. Klien terlihat sedih, malu dan putus asa

2. Klien terlihat lesu 3. Klien terllihat murung

4. Klien tampak

menundukan kepala

ketika bercerita tentang teman dan pekerjaan

8 Mei 2018 Data Subjektif :

1. Klien mengatakan minum

obat tidak teratur

2. Klien mengatakan takut

bahaya jika minum obat terus menerus sehingga klien takut untuk minum obat

Data Objektif :

1. Klien terlihat tidak

bersemangat untuk minum obat ketika diberikan obat saat jam makan

Regimen terapi tidak

(44)

37

8 Mei 2018 Data Subjektif :

1. Klien mengatakan keluarga juga tidak mengingatkan saya untuk meminum obat secara rutin

Data Objektif:

1. Klien terlihat kurang

mendapatkan support dari keluarga

Koping keluarga tidak efektif

(45)

38

B. Pohon masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Regimen terapi tidak efektif

Koping keluarga tidak efektif Isolasi sosial

HDR

C. Diagnose keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran 2. Resiko perilaku kekerasan

3. Isolasi social

4. HDR

5. Regimen terapi tidak efektif 6. Koping keluarga tidak efektif

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

(46)

39

D. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana adalah rencana tindakan keperawatan yang merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus.Dalam hal ini perencanaan disusun berdasarkan diagnosa yang telah dibuat dan perencanaan yang dibuat sebisa mungkin dilakukan oleh penulis dan perawat ruangan.

No Dx

Dx Keperawatan

Perencanaan : Rasional

Tujuan Kriteria hasil Intervensi

1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran TUM : Klien dapat mengontrol halusinasi yang di dalamnya : Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling 1.2Setelah ... x interaksi klien menunjukan

tanda-tanda percaya kepada perawat :  Ekspresi wajah bersahabat  Menunjukan rasa senang  Ada kontak mata  Mau berjabat

1.2Bina hubungan saling percaya

dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik :

 Sapa klien dengan ramah baik

verbal maupun non verbal

 Perkenalkan nama, nama

panggilan dan tujuan perawat berkenalan

 Tanyakan nama lengkkap dan

nama panggilan yang disukai klien

 Buat kontrak yang jelas

Hubungan saling percaya

merupakan dasar

kelancaran hubungan

(47)

40 percaya TUK 2 : Klien dapat mengenal tangan  Mau menyebutkan nama  Mau menjawab salam  Mau duduk berdampingan dengan perawat  Bersedia mengungkapka n masalah yang dihadapi 2.2Setelah .... x interaksi

 Tunjukkan sikap jujur dan

menepati janji setiap kali interaksi

 Tunjukkan sikap empati dan

menerima apa adanya

 Beri perhatian kepada klien

dan perhatikan kebutuhan

dasar klien

 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien

 Dengarkan dengan penuh

perhatian ekspresi perasaan klien

2.3Adakan kontak singkat dan sering secara bertahap.

Observasi tingkah laku klien

 mengenal perilaku

pada halusinasi

(48)

41

halusinasinya klien menyebutkan :

 Isi  Waktu  Frekuensi  Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi

terkait dengan halusinasinya . jika menemukan klien yang sedang halusinasi :

 Tanyakan apakah klien

mengalami sesuatu (halusinasi dengar / lihat / penghidu / raba / kecap )

 Jika klien menjawab ya,

tanyakan apa yang sedang dialaminya

 Katakan bahwa perawat

percaya klien mengalami hal

tersebut, namun perawat

sendiri tidak mengalaminya

(dengan nada bersahabat

tanpa menuduh atau

menghakimi )

 katakan bahwa ada klien lain

memudahkan perawat dalam melakukan intervensi  mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor pencetus timbulnya halusinasi

(49)

42 2.2 Setelah ... x interaksi

klien menyatakan

perasaan dan responnya

saat mengalami halusinasi :  Marah  Takut  Sedih  Senang

yang mengalami hal yang sama

 katakan bahwa perawat akan

membantu klien.

jika klien tidak sedang

berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien :

 isi, waktu dan rekuensi

terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang)

 situasi dan kondisi yang

menimbulkan atau tidak

menimbulkan halusinasi

2.4diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi

dan beri kesempatan untuk

Dengan mengetahui

waktu, isi, frekuensi

munculnya halusinasi

mempermudah tindakan

keperawatan klien yang akan dilakukan perawat

Untuk mengidentifikasi

(50)

43

 Cemas

 Jengkel

mengungkapkan perasaannya. Diskusikan dengan klien apa yang

dilakukan untuk mengatasi

perasaan tersebut.

Diskusikan tentang dampak yang

akan dialaminya bila klien

menikmai halusinasinya. TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya 3.1 Setelah ... x interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya. 3.2 Setelah ... x interaksi kien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi

3.1 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll) 3.2 Diskusikan cara yang digunakan

klien,

 jika cara yang digunakan

adaptif beri pujian

 jika cara yang digunakan

maladaptif diskusikan

kerugian cara tersebut

3.3 Diskusikan cara baru untuk

Upaya untuk memutuskan siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut

Reinforcement positif

akan meningkatkan harga diri klien

(51)

44 3.3 Setelah ... x interaksi

klien dapat memilih dan memperagakan

cara mengatasi

halusinasi

3.4 Setelah ... x interaksi klien melaksanakan

cara yang tepat

dipilih untuk mengendalikan halusinasi 3.5 Setelah .. x pertemuan klien mengiuti terapi aktivitas kelompok

mengontrol timbulnya halusinasi :

 katakan pada diri sendiri

bahwa ini tidak nyata (“saya

tidak mau

dengar/lihat/penghidu/raba/kr cap pada saat halusinasi terjadi)

 menemui orang lain

(perawat/teman/anggota keluara) untuk menceritakan tentang halusinasinya

 membuat dan melaksanakan

jadwal kegiatan sehari-hari yang telah di susun

 meminta

teman/keluarga/perawat

menyapa jika sedang

kepada klien untuk

mengontrol halusinasi

Memotivasi dapat

meningkatkan kegiatan

klien untuk mencoba

memilih salah satu cara mengendalikan halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien

(52)

45

berhalusinasi

3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang di pilih dan dilatih

3.6 Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasi beri pujian

3.7 Anjuran klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi

TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keuarga dalam mengotrol 4.1 Setelah ... x pertemuan keluarga menyatakan setuju untuk mengiuti pertemuan dengan perawat

4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu,tempat, dan topik)

4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga / kunjungan rumah)

Untuk mendapatkan

bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasi

(53)

46 halusinasinya 4.2 Setelah ...x interaksi

keluarga menyebutkan

pengertian, tanda dan

gejala, proses

terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan

halusinasi

 pengertian halusinasi  tanda dan gejala halusinasi  proses terjadnya halusinasi

 cara yang dapat dilakukan

klien dan keluarga untu

memutus halusinasi  obat-obatan halusinasi

 cara merawat anggota

keluarga yang halusinasi

dirumah (beri kegiatan,

jangan biarkan makan

sendiiri, nmakan bersama, memantau obat-obatan dan

cara pemberiannya untuk

mengatasi halusinasi)

 beri inormasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika

pengetahuan kelluarga dan meningkatkan

kemampuan pengetahuan tentang halusinasi

(54)

47

halusinasi tidak dapat diatasi di rumah TUK 5 : Klien dapat memanfaatka n obat dengan baik 5.1 Setelah ...x interaksi klien menyebutkan ;  manfaat minum obat  kerugian tidak minum obat  nama, warna, dosis, efek samping obat 5.4Setelah ... x interaksi klien mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar 5.5Setelah ... x interaksi klien

5.1 Diskusikan dengan klien tentang

manfaat dan kerugian tidak

minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek samping penggunaan obat dan efek terapi.

5.6Pantau klien saat penggunaan obat

5.7Beri pujian jika klien

menggunakan obat dengan benar

5.8Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

5.9Anjurkan klien untuk

konsultasi kepada

dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan

Dengan menyebutkan

dosisi frekuensi dan

manfaat obat diharapkan

klien melaksanakan

program pengobatan Menilai kemampuan klien

dalam pengobatannya

sendiri.

Program pengobatan dapat berjalan sesuai rencana

dengan mengetahui

prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat

ditingkatkan secara

(55)

48 menyebutkan

akibat berhenti

minum obat tanpa konsultasi dokter

(56)

49

E. Pelaksanaan keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah permulaan dari perencanaan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Setelah penulis menerapkan rencana keperawatan penulis mengimplementasikan rencana keperawatan sebagai berikut : Nama : Nn A Usia : 21 tahun Dx : Halusinasi pendengaran Hari/tan ggal/jam

No dx Implementasi Evaluasi SOAP

Selasa 8 Mei 2018 Dx 1 Sp 1 pertemuan 1 Point 1-8 Sp 1 1. Mendiskusikan jenis halusinasi

2. Mendiskusikan isi halusinasi

3. Mendiskusikan waktu

halusinasi

4. Mendiskusikan frekuensi

halusinasi

5. Mendiskusikan situasi yang menimbulkan halusinasi 6. Mendiskusikan respon klien

terhadap halusinasi

7. Melatih pasien mengontrol

halusinasi : menghardik

halusinasi

8. Menganjurkan pasien

memasukkan cara

menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

Subjek : 1. Klien mengatakan jenis halusinasinya mendengar suara-suara 2. Klien mengatakan

isi suara seperti menyuruh, seperti sedang tertawa dan suka marah-marah 3. Klien mengatakan mendengar suara lamanya kurang lebih 5 menit 4. Klien mengatakan suara-suara itu terdengar setiap

hari dan sering

(57)

50

5. Klien mendengar

suara-suara ketika sedang sendiri

6. Klien mengatakan

ketika suara itu

datang, menutup telinga 7. Klien mengatakan akan melakukan menghardik halusinasi Objektif : 1. Klien mengetahui tentang halusinasi 2. Klien dapat mengetahui jenis halusinasi, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon

klien terhadap halusinasi Analisa : Klien mampu melakukan SP 1 mengontrol halusinasi :menghardik halusinasi Planning : Lanjutkan SP 2

(58)

51 Rabu 9 Mei 2018 Dx1 Sp 2 Pertemuan ke 1 Sp 2 1. Mengevaluasi kemampuan

pasien dalam mengontrol

halusinasi dengan menghardik 2. Melatih pasien mengendalikan

halusinasi dengan cara

bercakap-cakap dengan orang lain

3. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Subjek : 1.Klien mengatakan dapat mengulangi cara mengontrol halusinasi : menghardik halusinasi ketika datang 2.Klien mengatakan tidak dapat mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap karena klien tidak bisa berbaur dengan orang yang tidak di kenal

Objektif :

1. Klien terlihat bisa

mengulangi cara yang sudah diajarkan pada sp 1 tentang mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi

2. Klien tidak dapat melakukan

mengendalikan

halusinasi :

bercakap-cakap dengan orang lain

(59)

52

Analisa :

Klien belum bisa

mengendalikan

halusinasi dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain Planning : Lanjutkan sp 2 pertemuan ke 2 Kamis 10 Mei 2018 Dx 1 Sp 2 Pertemuan ke 2 Sp 2 : 1. Mengevaluasi kemampuan

pasien dalam mengontrol

halusinasi dengan

menghardik

2. Melatih pasien

mengendalikan halusinasi

dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

3. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Subjek : 1. Klien mengatakan dapat mengulangi cara mengontrol halusinasi : menghardik halusinasi ketika datang 2. Klien mengatakan tidak dapat mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap karena klien tidak

bisa berbaur

dengan orang yang tidak di kenal Objektif :

1. Klien terlihat bisa mengulangi cara

yang sudah

diajarkan pada sp

(60)

53

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi

2. Klien tidak dapat melakukan

mengendalikan

halusinasi :

bercakap-cakap dengan orang lain Analisa :

Klien belum bisa

mengendalikan

halusinasi dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain Planning :

Perawat ruangan dapat melanjutkan SP yang sudah di laksanakan oleh mahasiswa

(61)

54

C. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk memulai efek dari tindakan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat kepada klien(Keliat 2009)

Nama : Nn A Usia : 21 tahun

Dx : halusinasi pendengaran

No dx Hari/tanggal Jam Catatan

perkembangan Paraf 1 Sp 1 Selasa 8 Mei 2018 10.00 Subjek :klien mengatakan

“klien dapat mengontol halusinasi dengan cara menghardik” “klien dapat memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik ke jadwal kegiatan Objek :

Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik setiap halusinasi terdengar Analisa : Masalah teratasi Planning : Pertahankan intervensi dan lanjutkan ke sp 2 Diah

(62)

55 1 Dx1 Sp 2 Pertemuan 1 09.00 Subjek : klien

mengatakan “tidak dapat

mengontrol halusinasi

dengan cara

bercakap-cakap dengan orang

lain” Objek :

Klien terlihat sulit untuk bergaul dengan orang yang tidak dikenal Analisa :

Masalah belum teratasi Palnning : Lanjutkan Sp 2 pertemuan ke 2. Diah 1 Dx1 Sp2 pertemuan 2

10 Mei 2018 11.30 Subjek : klien

mengatakan “tidak dapat

mengontrol halusinasi

dengan cara

bercakap-cakap dengan orang

lain”. Objek :

Klien terlihat sulit untuk bergaul dengan orang yang tidak dikenal. Analisa :

Masalah belum teratasi. Palnning :

Perawat ruangan dapat melanjutkan SP yang sudah di laksanakan oleh mahasiswa.

(63)

56 BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesamaan antara teori yang ada di dalam landasan teori dengan tinjauan kasus, faktor-faktor penghambat dan pendukung serta alternative pemecahan masalah yang ditemukan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar pada Nn A dengan Gangguan Persepsi Sensori Haalusinasi selama 3 hari yaitu mulai dari tanggal 8-10 Mei 2018 di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Sesuai dengan konsep dasar tahap-tahap dalam proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnose, perencanaan dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama proses keperawatan dan merupakan suatu proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan dan masalah klien (Keliat,2006). Didalam pengkajian secara bio,psiko,social, spiritual.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara sudah jelas alasan masuk klien yaitu klien sering mendengar suara-suara, tertawa sendiri, berbicara sendiri.Dirumah klien tidak bisa mengontrol halusinasinya sehingga klien sempat memarahi ibunya.

Pengkajiandilakukan pada tanggal 08 Mei 2018 dengan bertujuan untuk mengumpulkan data agar diketahui permasalahannya yang terjadi pada pasien. Dalam proses ini pengambilan data penulis selalu mengadakan pertemuan dengan pasien untuk mendapatkan data melalui wawancara dan observasi secara langsug dengan pasien, meihat status dan informasi dari perawat ruangan dan keluarga pasien.

(64)

57

Pengkajian disesuaikan dengan format pengkajian yang telah dibahas oleh pihak institusi dan pihak Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur.

Adapun pengkajian pada pemenuhan kebutuhan dasar meliputi faktor predisposisi dan presipitasi.

Faktor predisposisi pada teori yaitu faktor, biologis, psikologis, sosialkultural. Pada kasus Nn A terjadi karena faktor psikologis yaitu berawal karena Nn A tidak memiliki teman sejak kelas 2 SMA. Tidak ada teman kelasnya yang ingin bergaul dengan klien, sejak itu klien merasa sedih lalu kesepian dan klien mulai berbicara sendiri dan tertawa serta senyum-senyum sendiri.yang terjadi pada Nn A yaitu pikiran yang tidak realistis.

Tanda dan gejala klien yang muncul pada teori halusinasi pendengaran yaitu klien terlihat menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata cepat, respon verbal lamban atau diam, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasikan, terlihat bicara sendiri, bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu, duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari keruangan lain, disorientasi (waktu, temapt,orang), perubahan kemampuan dan memecahkan masalah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, gelisah, ketakutan, ansietas, melaporkan adanya halusinasi (Stuart dan Laraia 2005). Perilaku pada Nn A sesuai dengan teori yaitu mendengar suara-suara , berbicara sendiri, gelisah, memandang sesuatu, ketakutan, sehingga penulis menemukan kesamaan antara teori dan kasus

Mekanisme koping yang terdapat pada teori dengan masalah gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu regresi, proyeksi, dan menarik diri (Stuart

Gambar

Gambar : rentang respon neurobiologist halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)  Respon maladaptive :

Referensi

Dokumen terkait

soal yang digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran dan mengetahu tingkat. kemampuan soal yang dinyatakan dalam bentuk indeks kesukaran antara

Speaking about the survey findings, Eric Winandy, Director of Integrated Solutions, Emerson Commercial and Residential Solutions said: While it is encouraging that European

Berdasarkan hasil penelitian analisis data dengan menggunakan uji t untuk variabel likuiditas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,785 > 0,05 sehingga tidak

Bentuk bimbingan individual yang dilakukan shadow teacher pada anak berkebutuhan khusus ketika berada di dalam kelas dengan cara face to face dimana selalu memberikan

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tegal

Jenis masalah yang muncul dari penelitian ini adalah profesionalisme dan dan profesionalisme guru IPS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor Bauran

Pendekatan filsafat, sosiologi dan sejarah dalam gagasan Syari’ati sangat kental, tetapi yang penting dicatat di sini adalah bahwa teori-teori sosial Barat dikuasainya