• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolation of Acalyphin from Leaves of Anting-anting (Acalypha indica) Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolation of Acalyphin from Leaves of Anting-anting (Acalypha indica) Bogor"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI AKALIFIN DARI DAUN ANTING-ANTING

(

Acalypha indica

) DAERAH BOGOR

DINDA AL HAMDIKA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

DINDA AL HAMDIKA. Isolasi Akalifin dari Daun Anting-anting (

Acalypha

indica

) Daerah Bogor. Dibimbing oleh SUMINAR S. ACHMADI

Anting-anting merupakan tumbuhan liar yang dapat digunakan sebagai obat

oleh masyarakat. Tumbuhan tersebut mengandung senyawa glukosida sianogenik,

yaitu akalifin. Daun anting-anting dari daerah Bogor diekstraksi menggunakan

metanol dengan cara maserasi. Setelah itu, ekstrak dipartisi dengan diklorometana

sampai bebas klorofil, menghasilkan ekstrak dengan rendemen 4.02%. Akalifin

diisolasi menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif. Eluen

yang digunakan ialah etilasetat-dietil eter-diklorometana-metanol-air (20:15:6:5:4

v/v).

Kemurnian hasil isolasi diuji dengan KLT dua-dimensi menggunakan dua

sistem eluen. Senyawa ini dicirikan dengan kromatografi cair-spektrometer massa,

spektrofotometer inframerah, dan spektrofotometer UV-tampak. Hasil isolasi

menunjukkan akalifin dengan nilai

R

f

0.39 berada di fraksi 1. Rendemen fraksi

yang kaya akalifin sebesar 1.77%. Isolat tersebut belum murni sehingga perlu

dipisahkan lagi dengan KLT preparatif menggunakan eluen yang lebih polar.

ABSTRACT

DINDA AL HAMDIKA. Isolation of Acalyphin from Leaves of Anting-anting

(

Acalypha indica

) Bogor. Supervised by SUMINAR S. ACHMADI

Acalypha indica

is wild plant which is traditionally used in folk medicine. The

plant contains cyanogenic glucoside compound, so called acalyphin. Fresh leaves

collected from Bogor area were extracted with methanol by maseration method

and further partitioned with dichloromethane to remove chlorophyl. Yield of the

chlorophyl-free extract was 4.02%. Acalyphin was isolated by preparative thin

layer chromatography (TLC) with ethylacetate-diethyl

ether-dichloromethane-methanol-water (20:15:6:5:4 v/v) as a solvent system.

The purity of the isolated

product

was checked by two-dimension TLC with two mobile phases. The

acalyphin was characterized using liquid chromatography-mass spectrometer,

infrared spectrophotometer, and UV-Visible spectrophotometer. The acalyphin

was detected at

R

f

0.39 in the first fraction. Yield of the acalyphin rich fraction

(3)

ISOLASI AKALIFIN DARI DAUN ANTING-ANTING

(

Acalypha indica

) DAERAH BOGOR

DINDA AL HAMDIKA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul : Isolasi Akalifin dari Daun Anting-anting (

Acalypha indica

) Daerah

Bogor

Nama : Dinda Al Hamdika

NIM : G44062403

Disetujui

Pembimbing

Prof. Ir. Suminar S. Achmadi, Ph. D

NIP 19480427 197412 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Kimia,

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS

NIP 19501227 197603 2 002

(5)

PRAKATA

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

dengan judul Isolasi Akalifin dari Daun Anting-anting (

Acalypha indica

) Daerah

Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Ir. Suminar S. Achmadi,

Ph. D selaku pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, ilmu,

dan bimbingannya selama penelitian dan penulisan karya ilmiah. Terima kasih tak

terhingga kepada orang-orang tersayang (Papa, Mama, Sulfia, Aulia, Najmi, Rifi,

Dany, dan Tyas) atas cinta, doa, semangat, dan bantuannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf Laboratorium

Kimia Organik (Pak Sabur, Bu Aah, Bu Yeni, dan Mbak Nia). Tidak lupa pula

ucapan terima kasih kepada Pak Rafi, Mbak Tuti, Pak Novriyandi, Kak Bekti, Ela,

Farid, Arif, Ina, Saki, Risal, Tito, Lia, Zae, Ita, Vei serta teman-teman Kimia 43

atas bantuan, diskusi, saran, dan kebersamaannya selama ini. Semoga tulisan ini

bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca

umumnya.

.

Bogor, Maret 2011

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 14 Januari 1988 sebagai anak

pertama dari empat bersaudara dari Ayah Junaedi dan Ibu Juweriah. Tahun 2006

penulis lulus dari Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis masuk Program Studi S-1 Kimia,

Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan di

Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa sebagai anggota Kementerian

Pendidikan periode 2009/2010. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten

praktikum Kimia Organik Berbasis Kompetensi untuk mahasiswa Kimia pada

tahun ajaran 2008

2010, asisten praktikum Kimia TPB pada tahun ajaran 2009

2011, asisten praktikum Kimia Organik Layanan untuk mahasiswa Ilmu dan

Teknologi Pangan pada tahun ajaran 2009/2010, asisten praktikum Kimia Pangan

untuk mahasiswa D-3 Analisis Kimia pada tahun ajaran 2009

2011, asisten

praktikum Kimia Organik untuk mahasiswa D-3 Analisis Kimia pada tahun ajaran

2009/2010, asisten praktikum Kimia Bahan Alam untuk mahasiswa Kimia pada

tahun ajaran 2010/2011, dan pengajar tutorial Kimia Dasar untuk mahasiswa

Beasiswa Utusan Daerah dan reguler pada tahun ajaran 2010/2011.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ...

vii

DAFTAR LAMPIRAN ...

vii

PENDAHULUAN ... 1

METODE

Ekstraksi ... 1

Isolasi Akalifin dengan KLT Preparatif ... 1

Pencirian Akalifin ... 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstrak Daun Anting-anting...

2

Isolasi Akalifin dengan KLT Preparatif ... ...

2

Pencirin Akalifin ... 3

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 4

Saran ... 4

DAFTAR PUSTAKA ...

4

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

Tumbuhan anting-anting ...

2

2

Hasil isolasi akalifin pada KLTP ...

2

3

Hasil KLT dua-dimensi fraksi ...

2

4

Struktur akalifin ...

3

5

Spektrum IR akalifin ...

3

6

Gugus yang menyebabkan pergeseran batokromik ...

3

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

Diagram alir penelitian ...

6

2

Rendemen ekstrak bebas klorofil ...

7

3

Identifikasi akalifin dari EBK daun anting-anting dengan LC-MS ...

8

4

Rendemen akalifin ...

9

(9)

PENDAHULUAN

Anting-anting (Acalypha indica) adalah tumbuhan liar yang banyak terdapat di pinggir jalan, pekarangan, lahan-lahan kosong, dan lapangan berumput. Walaupun tergolong tumbuhan liar, sebagian masyarakat di Indonesia memanfaatkan tumbuhan tersebut sebagai obat, seperti obat diabetes, asam urat, dan penurun kolesterol. Beberapa penelitian juga memaparkan khasiat tumbuhan ini (Hiremath et al. 1999, Shirwaikar et al. 2004, Govindarajan et al. 2008). Govindarajan et al. (2008) menyebutkan bahwa ekstrak metanol daun anting-anting juga memiliki potensi menghambat pembentukan larva, aktivitas telur, dan pembentukan telur dari Anopheles stephensi. Shirwaikar et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak etanol anting-anting berkhasiat menetralkan bisa ular, sedangkan Hiremath et al. (1999) menyatakan bahwa ekstrak etanol dan petroleum eter daun anting-anting dapat meningkatkan aktivitas estrogen dan berperan sebagai antiimplantasi pada rahim tikus betina.

Bersamaan dengan penelitian di atas, analisis kandungan dalam fraksi alkohol tersebut juga dilakukan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa fraksi alkohol dari anting-anting mengandung senyawa akalifin yang memiliki gugus glukosida sianogenik (Nahrstedt et al. 1982, Govindarajan et al. 2008, Hungeling et al. 2009). Kandungan akalifin tersebut berbeda-beda dalam setiap bagian tumbuhan. Hungeling et al. (2009) menunjukkan kandungan akalifin dari anting-anting asal India tertinggi terdapat pada bagian daun dan bunga, yaitu 0.35%, sedangkan kandungan pada akar dan batang cukup kecil, yaitu berturut-turut 0.055 dan 0.033%.

Sebagian besar sampel anting-anting yang digunakan dalam penelitian-penelitian di atas berasal dari India. Penelitian mengenai isolasi akalifin di Indonesia belum dilakukan, padahal tumbuhan tersebut tumbuh subur di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengisolasi senyawa akalifin dari anting-anting yang diperoleh dari daerah Bogor menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) dan mencirikan fraksi

akalifin dengan kromatografi

cair-spektrometer massa (LC-MS),

spektro-fotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR), spek-trofotometer UV-tampak, dan KLT 2-dimensi.

METODE

Penelitian ini terbagi menjadi 3 tahap, yaitu ekstraksi daun anting-anting, isolasi akalifin dengan KLTP, dan pencirian senyawa akalifin. Anting-anting yang digunakan pada penelitian ini berasal dari daerah Bogor. Isolasi dilakukan dengan menggunakan pelat KLT analitik silika 60 F254, gel silika 60 GF254 untuk KLT preparatif, dan pencirian dengan

menggunakan FTIR Perkin Elmer

Spectrumone di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, kromatografi

cair-spektrometer massa Waters, dan

spektrofotometer UV-tampak Pharmaspec

1700 Shimadzu.

Ekstraksi (Nahrstedt 1982)

Sebanyak ±100 g daun basah dimaserasi dengan metanol selama 24 jam. Selanjutnya ekstrak diuapkan, disuspensikan dalam air,

dan dipartisi dengan CH2Cl2 untuk

menghilangkan klorofil. Ekstrak yang telah bebas klorofil dipekatkan dan dihitung rendemennya. Akalifin dari ekstrak bebas klorofil dideteksi dengan LC-MS.

Isolasi Akalifin dengan KLTP

Ekstrak bebas-klorofil daun difraksionasi dengan KLT preparatif. Ekstrak diteteskan pada pelat KLTP dengan jarak 1 cm dari tepi bawah pelat dengan fase diam gel silika 60 GF254. Pelat dikembangkan dengan sistem pelarut EtOAc-dietil eter-CH2Cl2-MeOH-H2O (20:15:6:5:4 v/v) (Hungeling et al. 2009).

Noda dideteksi di bawah lampu UV 254 nm. Fraksi yang sesuai dengan Rf dari literatur dikerok dan dikumpulkan. Setelah itu, fraksi

dilarutkan dengan metanol, didekantasi

sampai cairan terpisah dengan silika gel. Cairan ditampung dan dipekatkan sehingga didapatkan isolat padat akalifin. Diagram alir penelitian pada Lampiran 1. Isolat akalifin diuji kemurniannya menggunakan KLT 2-dimensi dengan sistem eluen pertama EtOAc-dietil eter-CH2Cl2-MeOH-H2O (20:15:6:5:4

v/v) dan eluen kedua aseton-MeOH-H2O

(5:1:0.5)

Pencirian akalifin

(10)

3

2

1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstrak Daun Anting-anting

Daun yang telah dipisahkan dari tumbuhan anting-anting (Gambar 1) dirajang dan

dimaserasi. Perajangan dilakukan agar

senyawa-senyawa aktif dapat keluar dari kantong sel daun sehingga rendemen ekstrak

yang didapat lebih banyak. Ekstraksi

dilakukan dengan metode maserasi agar senyawa aktif yang terkandung tidak rusak oleh panas. Pelarut yang digunakan adalah

metanol berdasarkan kepolaran akalifin.

[image:10.612.372.503.274.375.2]

Ekstrak yang didapat disuspensikan dalam air karena akalifin bersifat polar dan larut dalam air. Partisi dengan diklorometana ditujukan agar fraksi air terpisah dari klorofil. Rendemen ekstrak kasar bebas-klorofil yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebesar 4.02% berdasarkan bobot basah (Lampiran 2).

Gambar 1 Tumbuhan anting-anting.

Ekstrak kasar diperiksa secara kualitatif menggunakan LC-MS dan terdeteksi 12

senyawa dari m/z 300 sampai 400 yang

memiliki kelimpahan di atas 20% (Lampiran 3). Data tersebut menunjukkan nilai m/z

akalifin dengan bobot molekul 360.2 g/mol

positif ESI-MS pada m/z 360.3 [M]+,

kelimpahan senyawa tersebut sebesar 11%. Hungeling et al. (2009) dalam penelitiannya berhasil mengidentifikasi akalifin positif ESI-MS pada m/z 360.3 [M]+ dan m/z 383.2 [M+Na]+. Selain itu, ada m/z 361.2 [M+1] yang kemungkinan merupakan akalifin juga, berdasarkan kelimpahan dari isotop atom C dan H, dengan kelimpahan 17%. Menurut Pavia et al. (2001) pertambahan akibat isotop biasanya satu atau dua unit dari massa normal.

Isolasi Akalifin dengan KLTP

Hasil noda yang terdeteksi pada lampu UV 254 nm menunjukkan 3 fraksi. Dari ketiga fraksi, yang mengandung akalifin adalah fraksi 1 dengan nilai Rf 0.39 (Gambar 2). Penelitian terdahulu mengisolasi akalifin dengan kromatografi kolom. Metode tersebut

menghasilkan 8 fraksi yang salah satu fraksinya mengandung akalifin (Hungeling et al. 2009). Rendemen akalifin yang didapat sebesar 1.77%, sedangkan pada penelitian sebelumnya (Hungeling et al 2009) sebesar 0.82% (Lampiran 4). Hasil tersebut lebih besar dikarenakan akalifin yang didapat masih belum murni. Pemurnian dapat dilakukan dengan KLTP secara bertahap. Metode KLTP

lebih menguntungkan daripada metode

kromatografi kolom karena menggunakan eluen dengan volume sedikit, tetapi dengan kemampuan sama, yaitu dapat mengisolasi akalifin sebagai komponen mayor pada fraksi 1 yang didukung oleh hasil pencirian dengan menggunakan KLT 2-dimensi, LC-MS, FTIR, dan spektrofotometer UV-tampak.

Gambar 2 Hasil isolasi akalifin pada KLTP

(Rf 0.39; 0.45; 0.82).

[image:10.612.173.267.307.400.2]

Fraksi 1 yang didapat diuji kemurniannya dengan KLT 2-dimensi. Masih terdapat 2 noda dengan nilai Rf pada noda 1 adalah 0.16; 0.25 sedangkan pada noda 2 adalah 0.36; 0.55 (Gambar 3). Akalifin positif ditunjukkan pada noda 2. Arah dimensi pertama menggunakan eluen EtOAc-dietil eter-CH2Cl2-MeOH-H2O (20:15:6:5:4 v/v) yang cenderung bersifat semipolar, sedangkan arah dimensi kedua

menggunakan eluen aseton-MeOH-H2O

(5:1:0.5) yang cenderung bersifat lebih polar dari eluen pertama. Oleh karena itu, pemisahan lebih lanjut dari akalifin pada fraksi 1 adalah dengan melanjutkan KLT preparatif tahap dua dengan eluen yang bersifat lebih polar dari eluen sebelumnya.

Gambar 3 Hasil KLT 2-dimensi fraksi 1.

Arah dimensi kedua

[image:10.612.332.498.600.695.2]
(11)

Pencirian akalifin

Akalifin memiliki nama IUPAC (-)-(5R,6S)-5-siano-5- -D -glukopiranosiloksi-6-hidroksi-4-metoksi-1-metil-2(5,6-dihidro) piridon. Senyawa ini merupakan golongan glukosida sianogenik yang mengandung gugus sianida (Gambar 4).

Gambar 4 Struktur akalifin.

Pencirian akalifin menggunakan LC-MS menunjukkan ESI-MS positif pada m/z 360.4 [M]+ dengan kelimpahan 17%. Informasi m/z

ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa akalifin dengan bobot molekul 360.2 g/mol positif ESI-MS pada m/z

360.3 [M]+ dan m/z 383.2 [M+Na]+

(Hungeling et al. 2009). Puncak yang

terdeteksi sebanyak 9 senyawa dari m/z 300 sampai 400 yang memiliki kelimpahan di atas 20% (Lampiran 5). Hasil LC-MS fraksi 1 tidak semurni yang diharapkan karena masih banyak terdapat senyawa yang terdeteksi dan alat yang kurang bersih.

Hasil pencirian FTIR akalifin (Gambar 5) menunjukkan adanya puncak pada daerah

2075 cm-1, yakni vibrasi ulur –CN (nitril),

namun lemah. Vibrasi lain pada 1638 cm-1 menunjukkan adanya puncak amida tersier. Menurut Nahrstedt (1982), spektrum IR mengindikasikan golongan amida tersier pada serapan 1630 dan 1670 cm-1. Pada puncak 3433 cm-1 terdapat vibrasi ulur O-H. Selain dengan IR, identifikasi senyawa akalifin juga

dilakukan dengan pemayaran panjang

gelombang pada daerah UV-tampak. Fraksi 1 memiliki puncak serapan pada λ 260 nm,

sedangkan menurut Nahrstedt (1982),

spektrum UV akalifin menunjukkan serapan pada 223 nm (log ε 3.80) dan bahu pada 255

nm (log ε 3.39). Serapan fraksi 1 lebih besar

daripada yang tercantum di literatur karena adanya pergeseran batokromik dari gugus

auksokrom, yaitu –CO, –CH3, dan –OH

(Gambar 6).

Gambar 6 Gugus yang dapat menyebabkan pergeseran batokromik.

4 00 0.0 3 00 0 2 00 0 1 50 0 1 00 0 4 50 .0

[image:11.612.139.512.474.690.2]

2 8.0 3 0 3 5 4 0 4 5 5 0 5 5 6 0 6 4.8 cm-1 %T 3433.59 2950.13 2075.66 1638.88 1399.73 1053.91 1031.80 1015.33

(12)

SIMPULAN

Akalifin yang diisolasi dari daun dengan KLT preparatif terdapat pada fraksi 1 dan

rendemennya sebesar 1.77%. Pencirian

akalifin dengan LC-MS menunjukkan hasil positif m/z 360.3 [M]+. Selain itu, pencirian

dengan FTIR menunjukkan puncak –CN

(nitril), puncak amida tersier, dan puncak O-H. Panjang gelombang maksimum yang didapat sebesar 260 nm. Akan tetapi, fraksi yang didapat belum murni karena masih terdapat senyawa lain yang terdeteksi.

SARAN

Isolasi akalifin dari daun anting-anting sebaiknya dilakukan dengan 2 tahap KLT preparatif dengan menambah kepolaran eluen agar didapat isolat yang lebih murni.

DAFTAR PUSTAKA

Govindarajan M, Jebanesan A, Pushpanathan T. 2008. Studies on effect of Acalypha

indica L. (Euphorbiaceae) leaf extracts on the malarial vector, Anopheles stephensi Liston (Diptera: Culicidae). Parasitol Res

103:691-695.

Hiremath SP, Rudresh K, Badami S, Patil SB, Patil SR. 1999. Post-coital antifertility

activity of Acalypha indica L. J

Ethnopharmacol 67:253-258.

Hungeling M, Lechtenberg M, Fronczek FR, Nahrstedt A. 2009. Cyanogenic and non-cyanogenic pyridone glucosides from

Acalypha indica (Euphorbiaceae).

Phytochemistry 70:270-277.

Nahrstedt A, Kant JD, Wray V. 1982. Acalyphin, a cyanogenic glucoside from

Acalypha indica. Phytochemistry 21:101-105.

Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS. 2001.

Introduction to Spectroscopy: A Guide For Student of Organic Chemistry. Ed ke-3. Washington: Thomson Learning.

Shirwaikar A, Rajendran K, Bodla R, Kumar CD. 2004. Neutralization potential of

(13)
(14)

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

100 g Daun anting-anting

Maserasi dengan metanol

Ekstrak dipartisi dengan CH2Cl2 untuk

menghilangkan klorofil

Rendemen dihitung

Ekstrak bebas-klorofil difraksionasi dengan KLTP

Akalifin dengan Rf0.39

LC-MS

Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3

Diperiksa kemurniannya dengan KLT 2-dimensi

(15)

Lampiran 2 Rendemen ekstrak bebas-klorofil

Data penelitian

Bobot daun basah = 100.06 g

Bobot labu kosong = 118.64 g

Bobot labu + isi ekstrak = 122.66 g

Bobot ekstrak = 4.02 g

% Rendemen =

100

06

.

100

02

.

4

(16)

Lampiran 4 Rendemen akalifin

Data penelitian

Bobot ekstrak = 0.5 g (dilarutkan dalam labu takar 10 mL)

Bobot akalifin = 0.1101 g (didapatkan dari 5 mL larutan yang dipisahkan

dengan KLTP)

Bobot ekstrak bebas klorofil = 4.02 g

Bobot daun = 100.06 g

Perhitungan

0.1101 g/ 5 mL × 10 mL × 4.02 g/ 0.5 g = 1.77 g

% Rendemen = 1.77 g/ 100.06 g × 100% = 1.77%

Rendemen Hungeling

et al

. (2009)

Bobot akalifin = 1.34 g

Bobot daun = 163 g

(17)
(18)

Gambar

Gambar 2  Hasil isolasi akalifin pada KLTP (Rf 0.39; 0.45; 0.82).
Gambar 5  Spektrum IR akalifin.

Referensi

Dokumen terkait

Secara genetik teks kisah Nabi Nuh yang terdapat dalam Alkitab, Cerita-Cerita Al-kitab: Perjanjian Lama, Al-Quran dan Tafsir-nya, dan Surat Al-Anbiya merupakan

Melalui informasi dalam tersebut, ada suatu kesan yang bisa diangkat sebagai permasalahan yang menarik untuk dikaji, yakni: mengapa hadir sebuah teks mantra untuk pergi berlayar

Kecepatan pembentukan karies dapat dihentikan dengan meningkatkan produksi saliva, pembersihan plak, modifikasi diet, dan fluoridasi, sehingga tanda panah akan berbalik ke arah

Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan kader; serta mendeskripsikan kompetensi

Penelitian ini bertujuan untuk menjelasakan 3(tiga) rumusan masalah yaitu; bagaimanai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi layanan di perpustakaan Madrasah

lisan dan tulisan. Pola Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dengan Guru Secara Lisan di SDN 36 Gedong Tataan.. Komunikasi lisan yang terjalin antara kepala sekolah

Jika dikaji lebih dalam untuk sektor pariwisata, subsektor angkutan, restoran/rumah makan, dan jasa hiburan dan rekreasi memiliki indeks daya penyebaran yang tinggi, yaitu di

Praktik tersebut dilakukan secara tertulis dan objek dalam sewa menyewa emas tidak digunakan secara langsung, akan tetapi objek yang disewa diinvestasikan untuk membayar