BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Meliputi nama, faktor usia yang menentu terkadang yang menderita fracture juga bisa pada usia remaja, dewasa, dan tua. Usia tua juga dikarenakan osteoporosis, sering terjadi pada laki-laki karena faktor pekerjaan sedangkan pada usia remaja dan dewasa bisa dikarenakan mengalami kecelakaan. Jenis kelamin belum dapat diketahui secara pasti yang mendominasi pasien fraktur karena fraktur itu sendiri dikarenakan mengalami kecelakaan yang tidak di sengaja.
Rendahnya pendidikan berpengaruh juga karena kurangnya
pengetahuan tentang rambu-rambu lalu lintas sehingga pengguna bermotor dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain yang dapat mengakibatkan fraktur, tetapi ini semua dianggap sudah resiko jika menggunakan kendaraan bermotor. Pekerjaan yang keras yang mengakibatkan stress, kurang istirahat, mengonsumsi alkohol, juga mengakibatkan resiko kecelakaan yang tidak sengaja sehingga terjadinya fraktur. Selain hal tersebut diatas juga termasuk di dalam pengkajian identitas ini meliputi : alamat, nomer register tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS) dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri pada daerah luka post op apabila digerakkan. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan yaitu : P = Provoking incident : Karena adanya luka post op.
Q = Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau di gambarkan klien. Apa seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.
R = Region : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
S = Severyty (scale) of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang di rasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
T = Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur yang nantinya membantu dalam rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa di tentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa di ketahui luka kecelakaan yang lain.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditentukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang akan menyambung, dan keluarga pasien bisa mengatakan apa sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kecelakaan seperti sekarang ini dan belum pernah operasi selain itu apa pasien mempunyai penyakit Diabetes dan Hipertensi karena dengan tekanan darah yang tinggi serta gula darah juga tinggi yang mempersulit proses penyembuhan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada pengkajian ini kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut menyambung terkait dengan penyakit keturunan ataupun alergi baik obat-obatan maupun makanan. Selain itu penyakit diabetes mellitus dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.
6. Status Cairan dan Nutrisi
Pada pasien ftaktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari seperti kalsium, zat besi, protein, vit C, dan lainnya untuk membantu proses penzembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia,. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
7. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Seperti tidak mematuhi makanan makanan yang mengandung vitamin K misalnya mineral, susu, kedelai, rendah kalori tinggi protein dan tidak mau mobilisasi. ( Nurarif, 2012).
2.2.1.1 Pemeriksaan Fisik
1. B1 Breathing ( Sistem Pernafasan )
Inspeksi : bentuk dada simetris (apabila tidak simetris karena adanya fraktur) kanan dan kiri pergerakan dada mengikuti pernapasan. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan (apabila ada nyeri tekan berarti adanya fraktur) dan tidak ada benjolan. Perkusi : terdengar bunyi resonan tidak ada suara tambahan, bunyi nafas vesikuler. Pada pemeriksaan sistem pernapasan didapatkan bahwa klien fraktur tidak mengalami kelainan pernapasan.
2. B2 Blood ( Sistem Kardiovaskuler )
Inspeksi : Kulit dan membran mukosa pucat.
Palpasi : Tidak ada peningkatan frekunsi dan irama denyut nadi, tidak ada peningkatan JVP, CRT menurun >3detik pada ekstermitas yang mengalami luka.
Perkusi : Bunyi jantung pekak
Auskultasi : tekanan darah normal atau hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri), bunyi jantung I dan II terdengar lupdup tidak ada suara tambahan seperti mur mur atau gallop.
3. B3 Brain ( Sistem persyarafan )
Inspeksi :Tidak ada kejang, tingkat kesadaran (Composmentis, apatis, samnolen, supor, koma atau gelisah). Palpasi : tidak ada gangguan yaitu normal, simetris dan tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri kepala.
4. B4 Bledder ( Sistem Urinaria )
Inspeksi : Warna orange gelap karena obat.
Memakai kateter.
5. B5 Bowel ( Sistem pencernaan )
Inspeksi : Keadaan mulut bersih, mukosa lembab, keadaan abdomen normal tidak asites.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau massa pada abdomen.
Perkusi : Normal suara tympani
Auskultasi : Bising usus mengalami penurunan karena efek anestesi total.
6. B6 Bone ( Sistem Muskuloskeletal)
Inspeksi : Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan dari sehingga memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan perlu dibantu baik oleh perawat atau keluarga .Pada area luka beresiko tinggi terhadap infeksi, sehingga tampak diperban / dibalut. Tidak ada perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti warna kulit, adanya jaringan parut / lesi, adanya perdarahan, adanya pembengkakan, tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat pada area sekitar luka. Adanya nyeri , kekuatan otot pada area fraktur mengalami perubahan akibat kerusakan rangka neuromuscular, mengalami deformitas pada daerah trauma. ROM menurun yaitu mengkaji dengan skala ROM :
(1)) Skala 0 : Paralisis total.
(2)) Skala 1 : Tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya kontraksi otot.
(3)) Skala 2 : Gerakan otot penuh menantang gravitasi dengan sokongan.
(4)) Skala 3 : Gerakan normal menentang gravitasi
(5)) Skala 4 : Gerakan normal menentang gravitasi dengan sedikit tahanan.
(6)) Skala 5 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan penuh.
Palpasi : Kulit teraba Hangat.
(7) B7 (Penginderaan)
Inspeksi : Pada mata terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan), pergerakan bola mata normal, pupil isokor.
(8) B8 (Endokrin)
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis.