• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI

A. Pengkajian Teori Yang Relevan

1. Pengertian Motivasi

Menurut Uno (2011:3) istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat

diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan

individu tersebut bertindak atau berbuat.

Menurut Winkel (Uno, 2011:3), motif adalah daya penggerak dalam diri

seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.

Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri

seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik

dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Uno (2011:3) dari sudut sumber yang

menimbulkan, motif di bedakan dua macam, yaitu motif intrinsic dan motif

ekstrinsik. Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar

karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan

dengan kebutuhannya sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya

rangsangan dari luar individu.

Kata motif disamakan artinya dengan kata-kata motive, motif, dorongan,

alasan dan driving force. Motif adalah daya pendorong atau tenaga pendorong

manusia yang mendorong manusia bertindak. Sedangkan motivasi sendiri adalah

faktor yang mendorong seseorang bertindak dengan cara tertentu. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental

yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang

mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan, ataupun mengurangi

ketidak seimbangan.

Thomas M. Risk (dalam Mustakim, 2011: 40) memberikan pengertian

motivasi sebagai berikut “Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru

untuk menimbulkan motif-motif para peserta didik yang menunjang kearah

tujuan-tujuan belajar”. Purwanto (2006: 71) mengatakan bahwa motivasi adalah

“Pendorongan” suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku

seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga

mencapai hasil atau tujuan tertentu. Indikator motivasi belajar menurut Uno

(dalam Suprijono, 2009: 163) dapat diklarifikasikan sebagai berikut: (1) Adanya

hasrat dan keinginan berhasil, (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,

(3) Adanya arapan dan cita-cita masa depan, (4) Adanya penghargaan dalam

belajar, (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan

belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.

Nasution (dalam Mustakim, 2011: 40) mengemukakan “motivasi peserta didik

adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan

adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

felling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.

Motivasi dibagi 2 yaitu:

a) Motivasi Intrinsik

Menurut Djamarah (2012: 35) “motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”. Menurut Hamalik

(2011: 162) “motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan

berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Tingkah laku terjadi tanpa

dipengaruhi oleh factor-faktor dari luar. Individu bertingkah laku karena

mendapatkan energi yang tidak dapat lagi dilihat sumbernya dari luar.individu

yang digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan kalau kegiatan yang dilakukan

telah mencapai hasil. Motivasi dilandasi oleh motivasi intrinsik bertahan lebih

lama dibandingkan dengan motivasi yang lain. Oleh karena itu, motivasi intrinsik

inilah yang harus ditanamkan oleh setiap individu. Namun karena motivasi sulit

dipelajari, maka sulit ditanamkan”.

b) Motivasi Ekstrinsik

Menurut Djamarah (2012: 37) “motivasi ekstrinsik yaitu kebalikan dari

motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

Menurut Hamalik (2008: 163) “motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Sardiman (2011: 90)

“motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya

perangsang dari luar”. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan keinginan

yang sebenarnya yang ada dalam diri individu. Kemenangan merupakan

satu-satunya tujuan, sehingga dapat timbul kecenderungan untuk berbuat positif.

Dalam hal ini aspek psikologi berpengaruh untuk berbuat, bertindak dalam

usahanya untuk mencapai tujuan, tetapi motivasi ekstrinsik dapat pula menjadi

penguat dari luar yang dapat membangkitkan motivasi instrinsik seseorang.

2. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Uno (211:23), motivasi belajar merupakan dua halyang saling

mempengaruhi. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang

mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan

secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi

tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Hakikat motivasi belajar yaitu dari

dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator

3. Pengertian Disiplin

Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan

menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau

membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan

kualitas mental dan moral (Sukadji dalam Mu’tadin, 2002).

Disiplin belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa untuk

melakukan aktivitas belajar yang sesuai dengan keputusan-keputusan,

peraturan-peraturan dan norma-norma yang telah ditetapkan bersama, baik persetujuan

tertulis maupun tidak tertulis antara siswa dengan guru di sekolah maupun dengan

orang tua di rumah.

Unsur-unsur Disiplin

1. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.

2. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya

kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan

dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan,paksaan dan

dorongan dari luar dirinya.

3. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina,

dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan

4. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang

berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan

memperbaiki tingkah laku.

5. Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran

perilaku.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar

Menurut Syah (1995), disiplin belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain:

1. Lingkungan

2. Suasana emosional sekolah

3. Sikap terhadap pelajaran

4. Hubungan guru dan murid

4. Pengertian Kemandirian

Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang

memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas

dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain,

maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu

mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh

kepuasan dari usahanya.

Kemandirian merupakan salah satu aspek yang gigih diperjuangkan oleh

(dalam Steinberg, 1993) “one goal of every adolescent is to be accepted as an

autonomous adult”

Kemandirian menurut Bahara (dalam Fatimah, 2006) berarti hal atau keadaan

seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Kata

kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapat awalan ke dan akhiran an

yang kemudian membentuk arti yang mengacu pada suatu keadaan dimana

seseorang dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain (Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi III, 2001).

Menurut Parker (dalam Ali, 2005) kemandirian juga dapat diartikan

sebagai suatu kondisi seseorang yang tidak bergantung kepada otoritas dan tidak

membutuhkan arahan secara penuh. Menurut Setiyawan (dalam Yusuf, 2001),

kemandirian adalah keadaan seseorang yang dapat menentukan diri sendiri dan

dapat dinyatakan dalam tindakan atau perilaku seseorang yang dapat dinilai. Arti

ini memberikan penjelasan bahwa kemandirian menunjuk pada adanya

kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan

tanpa bantuan khusus dari orang lain, keengganan untuk dikontrol orang lain,

dapat melakukan sendiri kegiatan-kegiatan dan menyelesaikan sendiri

masalah-masalah yang dihadapi.

Menurut Lamman (dalam Fatimah, 2006) menyatakan bahwa kemandirian

tergantung kepada orang lain. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Brawer

(dalam Havinghurts, 1993) bahwa kemandirian merupakan perilaku yang terdapat

pada seseorang yang timbul karena dorongan dari dalam dirinya sendiri, bukan

karena pengaruh orang lain. Menurut Steinberg (1993) remaja yang memperoleh

kemandirian adalah remaja yang memiliki kemampuan untuk mengatur diri

sendiri secara bertanggung jawab, meskipun tidak ada pengawasan dari orang tua

ataupun guru. Kondisi demikian menyebabkan remaja memiliki peran baru dan

mengambil tanggung jawab baru, sehingga hal ini akan menempatkan remaja

untuk menjadi tidak tergantung pada orang tua untuk memperoleh kemandirian

secara penuh sehingga masalah kemandirian secara spesifik menuntut suatu

kesiapan individu baik secara fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus,

dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak tergantung

pada orang lain. Menurut Maslow (dalam Ali, 2005) bahwa kemandirian

merupakan salah satu dari tingkat kebutuhan manusia yang disebut sebagai

kebutuhan otonomi. Ia juga menambahkan bahwa seorang yang mencapai

aktualisasi diri memiliki sifat-sifat khusus pengaktualisasi yang salah satunya

yaitu kebutuhan akan privasi dan independensi, dimana orang yang

mengaktualisasikan diri dalam memenuhi kebutuhannya tidak membutuhkan

orang lain. Sehubungan dengan itu menurut Beller (dalam Ali, 2005), orang yang

mencari bantuan, mencari perhatian, mencari pengarahan, dan mencari dukungan

pada orang lain.

5. Pengertian Belajar

Menurut Burton mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu

perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu

dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka dapat

berinteraksi dengan lingkungannya (Hosnan, 2014:3).

Menurut Cronboach belajar bukanlah semata-mata perubahan dan

penemuan, tetapi sudah mencakup kecakapan yang dihasilkan akibat perubahan

dan penemuan tadi. Setelah terjadi perubahan dan menemukan sesuatu yang baru,

maka akan timbul kecakapan yang memberikan manfaat bagi kehidupan. Intinya

belajar adalah outcome (Hosnan, 2014:3).

Menurut Howard L. Kingskey mengatakan learning is the process by

which behavior (in the broader sence) is originated or changed through practice

or training (belajar adalah proses dimana tingkah laku(dalam arti luas)

ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan) (Hosnan, 2014:3).

6. Prestasi Belajar

Prestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang telah

dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima

angka atau huruf sehingga dapat dibandingkan dengan satu kriteria (Prakosa,

1991).

Prestasi belajar kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang

tinggi. Prestasi belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada

seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang

keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa

yang didapat dari proses pembelajaran. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian

maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang

dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan.

Semua pelaku pendidikan (siswa, orang tua dan guru) pasti menginginkan

tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena prestasi belajar yang tinggi

merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar. Namun kenyataannya

tidak semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa

yang mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya prestasi

belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor.

Prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam proses

belajar mengajar sebagai Hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut Sutratinah

Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk symbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode

tertentu.

Menurut Siti Partini (1980 : 49), “Prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajar”. Sejalan dengan pendapat dicapai

oleh seseorang dalam kegiatan belajar”. Sejalan dengan pendapat itu Sunarya

(1983 : 4) menyatakan “Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang

meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang merupakan ukuran

keberhasilan siswa”. Haditomo dkk (1980 : 4), mengatakan “Prestasi belajar

adalah kemampuan seseoran Dewa Ketut Sukardi (1983 : 51), menyatakan

“Untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud

sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau

learning”. Menurut Sumadi Suryabrata (1987 : 324), “Nilai merupakan

perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru menganai kemajuan atau

prestasi belajar siswa selama masa tertentu”. Dengan nilai rapor, kita dapat

mengetahui prestasi belajar siswa. Siswa yang nilai rapornya baik dikatakan

prestasinya tinggi, sedangkan yang nilainya jelek dikatakan prestasi belajarnya

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai sejumlah

mata pelajaran selama periode siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran

selama periode tertentu.

B. KERANGKA BERPIKIR

1. Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa akuntansi.

Motivasi belajar adalah suatu yang menyebabkan seseorang melakukan

perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar itu mempengaruhi

prestasi belajar siswa. Menurut Winkel (1987:93), motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar

demi mencapai tujuan tertentu.

Suatu sekolah telah menentukan cara-cara belajar untuk mengukur para

siswa untuk bermotivasi tinggi. Motivasi belajar seorang siswa sangat berhubungan

dengan prestasi belajar siswa yang dicapainya, karena siswa yang mempunyai

semangat dan mempunyai motivasi tinggi dalam belajar akan menghasilkan suatu

prestasi yang tinggi dan akan mencapai hasilnya berdasarkan tujuan

masing-masing. Sebaliknya orang atau siswa yang pandai dan mempunyai bakat tetapi tidak

mempunyai motivasi untuk belajar akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi.

Dengan demikian siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi akan menghasilkan

2. Pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar siswa akuntansi.

Belajar merupakan kegiatan wajib seorang siswa. Kegiatan belajar ini tidak

lepas dari sikap siswa itu sendiri, khususnya kemandirian. Kemandirian

(kematangan pribadi) dapat didefinisikan sebagai keadaan kesempurnaan dan

keutuhan, kedua unsure tersebut dalam kesatuan pribadi. Seorang manusia harus

tahu apa yang dilakukannya, dan sadar apa yang akan dituju menjadi pribadi yang

utuh dan tidak berantakan.

Kemandirian dalam belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan

berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung

jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati, 1998:51). Pengertian kemandirian menurut

Samana, (dalam Susmeini, 1998, 37), adalah: sikap seseorang dalam kemandirian

belajar dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar

pertimbangan keputusan dan tanggung jawabnya sendiri. Kemandirian dalam

belajar merupakan bekal untuk siswa dalam meraih prestasi yang baik.

Kemandirian belajar siswa terlihat dalam usaha-usaha siswa didalam

memenuhi/mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam proses belajar. Siswa

yang kurang/tidak mandiri akan menjadikan prestasi belajarnya juga akan rendah.

Jadi kesimpulannya kemandirian belajar dalam diri siswa sangat diperlukan dalam

3. Pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa akuntansi.

Siswa dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar membutuhkan seorang

pengajar yaitu guru. Tugas dari siswa adalah mendengarkan dan memahami guru

dalam memberikan pengetahuan tentang pelajaran dengan sebaik-baiknya. Apabila

siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru tidak dimaksud atau

dimengerti maka siswa harus bertanya dan memahami sendiri serta belajar sendiri

yang membutuhkan waktu lama sehingga menghambat prestasi belajar. Begitu

halnya dengan semangat siswa, bila tidak belajar dengan niat akan menghasilkan

hasil yang kurang baik. Dengan demikian siswa yang memiliki sikap disiplin yang

tinggi akan menghasilkan prestasi yang tinggi pula.

C. PERUMUSAN HIPOTESIS

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan

masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan

perumusan jawaban atas dugaan sementara terhadap pernyataan yang diajukan

dalam Rumusan Masalah, sehingga hipotesis ini harus di uji atau dibuktikan

kebenarannya berdasarkan kerangka berpikir diatas melalui pengumpulan data

1. Hipotesis I

Ha1 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar siswa

terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.

H01 : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar

siswa terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.

2. Hipotesis II

Ha2 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan kemandirian belajar siswa

terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.

H02 : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan kemandirian belajar

siswa terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.

3. Hipotesis III

Ha3 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan disiplin belajar terhadap

prestasi belajar akuntansi siswa.

H03 : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan disiplin belajar

terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.

4. Hipotesis IV

Ha4 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar,

kemandirian belajar dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar akuntansi

H04 : Tidak ada yang positif dan signifikan antara motivasi belajar,

kemandirian belajar dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar akuntansi

BAB III

Dokumen terkait