• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

4. Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan TB berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Menurut ATS (Price, 2005), tiga prinsip dalam pengobatan TB yang berdasarkan pada: (a) Regimen harus termasuk obat-obat multipel yang sensitif terhadap mikroorganisme. (b) Obat-obatan harus diminum secara teratur; dan (c) Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu

Mycobacterium tuberculosis

yang cukup untuk menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman dalam waktu yang paling singkat. Dan faktor penting untuk keberhasilan pengobatan adalah ketaatan penderita dalam meminum regimen obat.

Menurut Connolly et al. (2007), penggunaan obat dengan jangka waktu yang lama ini didasarkan pada sifat bakteri, dimana Mycobacterium Tuberculosis memiliki: antibiotic indifference, biofilms, dormancy, latency, persisters, dan phenotypic antibiotic resistance. Masing-masing sifat ini dijelaskan dibawah ini:

a. Antibiotic indifference adalah sub tipe resistensi bersifat fenotip terhadap antibiotik, yang dikarenakan terjadi penurunan atau tidak adanya pertumbuhan bakteri pada koloni bakteri. Umumnya merupakan respon terhadap kondisi lingkungan yang merugikan, seperti adanya reaksi pertahanan host terhadap antibiotik.

b. Biofilms adalah pembungkus bakteri yang berbentuk multiseluler yang bertujuan untuk mencegah antibiotik merusak gen bakteri.

c. Dormancy adalah kata lain dari saat tidak bereplikasi (nonreplicating). Tujuannya untuk bisa menetap di dalam host, sehingga tidak dapat dikenali baik oleh sistem imun maupun antibiotik. Karena pada saat tidak bereplikasi antibiotik tidak akan bereaksi, dengan kata lain antibiotik dapat berfungsi ketika ada replikasi atau pergerakan dari bakteri.

d. Latency adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis tanpa adanya gejala secara klinis.

e. Persisters adalah kejadian dimana bakteri dapat meningkat dalam jumlah banyak dan menurun atau bahkan tidak berkembang.

f. Phenotypic antibiotic resistance merupakan istilah umum untuk fenomena dimana bakteri memiliki gen yang homogen dengan antibiotik sehingga antibiotik tidak sensitif terhadap bakteri.

Pada dasarnya standar yang digunakan untuk pengobatan TB aktif membutuhkan waktu selama 6 atau 9 bulan (CDC, 2012; Gough, 2011; WHO, 2013) dengan beberapa macam farmakoterapi. Berikut 4 obat yang umum digunakan untuk pengobatan TB beserta dosisnya, sebagaimana tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2: Farmakoterapi yang umum digunakan pada pasien TB

Obat Kategori Dosis

Rifampicin Bakterisid < 50 kg = 450 mg/hari > 50 kg 600 mg/hari

Isoniazid Bakterisid 300 mg/hari

Pyrazinamid Bakterisid < 50 kg = 1,5 g/hari > 50 kg = 2 g/hari Etambutol Bakteriostatik 15 g/kgBB

Selama pengobatan, terdapat 2 fase pengobatan; pertama yaitu pengobatan dengan menggunakan isoniazid, rifampicin, pyrazinamid dan etambutol selama 2 bulan. Kedua ialah pengobatan hanya menggunakan isoniazid dan rifampicin selama 4 bulan (British National Formulary dalam McLafferty, 2013). Hal ini dilakukan secara kontinu diharapkan baik bakteri yang aktif maupun yang dorman dapat musnah (McLafferty, 2013). Secara terperinci berdasarkan berat badan, pengobatan tuberkulosis dijelaskan pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3: Panduan 1 OAT Kategori 1

Berat Badan Terapi Intensif Terapi Lanjutan

30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

*keterangan:

RHZE = Rifamphicin, Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol RH = Rifamphicin, Isoniazid

KDT = Kombinasi Dosis Tetap

Penggunaan dosis obat selain berdasarkan pada berat badan, juga didasarkan pada lama pengobatan yang terbagi menjadi 2 tahap, sebagaimana tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4: Panduan 2 OAT Kategori 1

Pengobatan Dosis per hari/kali

Jumlah obat Tahap Lama isoniazid

@300 mgr rifampisin @450 mgr pirazinamid @500 mgr etambutol @250 mgr Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56 Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48

a. Tahapan Pengobatan Tuberkulosis (Depkes RI, 2006) 1. Tahap Awal (Intensif)

Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

2. Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama yaitu 4 bulan. Tahap

lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

b. Panduan OAT yang digunakan di Indonesia (Depkes RI, 2006)

1. Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:

a. Kategori 1 = 2(HRZE)/4(HR)3.

b. Kategori 2 = 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

c. Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

d. Kategori Anak: 2HRZ/4HR

2. Panduan OAT kategori -1 dan kategori -2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) atau fix dose combination (FDC). Penderita hanya mengkonsumsi satu tablet obat anti TB dalam satu hari ditambah dengan pemberian vitamin B6 10 mg. Baik tahap intensif maupun lanjutan tetap memiliki jangka waktu sama masing-masing 2 bulan, yakni 24 kali pengobatan dan 4 bulan, yakni 44 kali pengobatan (Depkes RI, 2007).

Gambar 2.1: Paket OAT KDT/FDC

3. Paket Kombipak: Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan penderita yang mengalami efek samping OAT KDT.

c. Panduan OAT dan Peruntukannya (Depkes RI, 2006) 1. Kategori -1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk penderita baru: a. Penderita baru TB paru BTA positif

b. Penderita TB paru BTA negatif foto toraks positif c. Penderita TB ekstra paru

2. Kategori -2 (2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3)

Panduan OAT ini diberikan untuk penderita BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

 Penderita kambuh  Penderita gagal

 Penderita dengan pengobatan setelah putus berobat (default) 3. OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari). Panduan OAT Sisipan Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada penderita baru tanpa

indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama. Disamping itu, dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua.

d. Pemantauan dan Hasil Pengobatan TB (Depkes RI, 2006) 1. Pemantauan Kemajuan Pengobatan TB

Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik untuk TB. LED hanya melihat tingkat inflamasi dan sebagai screening test adanya inflamasi dalam tubuh, sehingga tidak bisa menentukan jenis infeksi. LED biasanya meningkat pada infeksi TB (Ukpe, I S. dan L. Southern, 2006). Untuk menentukan diagnosa dan memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan spesimen sebanyak dua kali (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif.

2. Hasil Pengobatan Penderita TB

a. Sembuh: Penderita telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya

negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya

b. Pengobatan Lengkap: Adalah penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.

c. Meninggal: Adalah penderita yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.

d. Pindah: Adalah penderita yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.

e. Default (Putus Berobat): Adalah penderita yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

f. Gagal: Penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

B. Keluarga

Dokumen terkait