• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semua variabel yang dinilai dicatat dalam formulir penelitian. Program statistik yang digunakan untuk mengolah data adalah SPSS for Window Versi 13.0. Analisa data untuk karakteristik sampel dan melihat perbedaan konsistensi tinja digunakan uji kai kuadrat. Untuk melihat perbedaan lamanya, frekuensi diare, volume tinja pada kelompok populasi digunakan uji t independent. Uji dinyatakan bermakna bila P< 0,05

BAB 4. HASIL

Selama periode penelitian terdapat 116 anak yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yaitu 58 anak untuk kelompok sinbiotik dan 58 anak untuk kelompok plasebo. Setelah pemberian terapi, seluruhnya menyelesaikan penelitian sampai hari ke 5 pemantauan (Gambar 4.1.).

Gambar 4.1. Profil penelitian

Distribusi dan karakteristik subyek penelitian mirip pada kedua kelompok dan tidak ada perbedaan bermakna pada umur, jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan status gizi (Tabel 4.1.).

Dianalisis lengkap (n=58) Plasebo (n=58) Dianalisis lengkap (n=58) Sinbiotik (n=58) Subyek masuk ke dalam penelitian (n=116)

Tabel 4.1. Karakteristik subyek penelitian Karakteristik Kelompok Sinbiotik Plasebo n=58 n=58 P 38(47,5%) 42(52,5%) Umur < 12 bulan ≥ 12 bulan 20(55,6%) 16(44,4%) 0,547 40 (55,6%) 32 (44,4%) Jenis kelamin 18 (40,9%) 26(59,1%) 0,180 1(16,7%) 5(83,3%) 31(56,4%) 24(43,6%) 18(48,6%) 19(51,4%) Status gizi : Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi sedang 8(44,4%) 10(55,6%) 0,283 Pendidikan ibu (n:%): Tidak tamat SD 6(83,3%) 1(16,7%) SD 7(63,6%) 4(36,4%) SMP 3(23,1%) 10(76,9%) SMA 41(49,4%) 42(50,6%) Perguruan tinggi 1(50,0%) 1(50,0%) 0,142

Setelah 5 hari pemantauan, dengan menggunakan uji t independent dari 58 anak yang mendapat sinbiotik didapatkan rata-rata lama diare 1,81 (SB 0,77) hari sedangkan plasebo 2,22 (SB 0,80) hari. Terdapat perbedaan bermakna (p=0,004) pada kelompok yang mendapat sinbiotik dibandingkan dengan kelompok plasebo.

Hasil pemantauan konsistensi tinja pada hari kedua dan ketiga dengan menggunakan uji kai kuadrat pada kelompok sinbiotik dan plasebo terdapat perbedaan bermakna pada kedua kelompok (P<0,05) dimana pada hari kedua dan ketiga kelompok sinbiotik lebih cepat terjadi perubahan konsistensi dari cair menjadi lunak dan padat. (Tabel 4.2)

Tabel 4.2. Pemantauan konsistensi tinja hari I - V Pemantauan Konsistensi Tinja Sinbiotik n=58 Plasebo n=58 Jumlah P Cair 58(50,0%) 58(50%) 116(100,0%) - Hari I Lunak 0 0 0 Cair 17(29,8%) 40(70,2%) 57(100,0%) 0,0001 Hari II Lunak 41(69,5%) 18(30,5%) 59(100,0%) Cair 1(11,1) 8(88,9) 9(100,0) 0,0001 Lunak 16(32,7) 33(67,3) 49(100,0) Hari III Padat 41(70,7) 17(29,3) 58(100,0) Lunak 2(18,2) 9(81,8) 11(100,0) 0,480 Hari IV Padat 15(31,9) 32(68,1) 47(100,0) Lunak 0(0,0) 5(100,0) 5(100,0) 0,455 Hari V Padat 2(33,3) 4(66,7) 6(100,0)

Frekuensi diare pada pemantauan dengan menggunakan uji t independent tidak dijumpai perbedaan bermakna pada kedua kelompok (P>0,05). Namun pada kelompok sinbiotik frekuensi diare pada hari keempat berkurang lebih banyak pada kelompok sinbiotik (20) dibanding kelompok plasebo (38) (Tabel 4.3). Hal ini dapat juga terlihat pada gambar 4.2.

Tabel 4.3. Pemantauan frekuensi diare hari I – V

Sinbiotik Plasebo Pemantauan n Rerata SB n Rerata SB P Hari I 58 8,74 3,32 58 7,33 2,96 0,017 Hari II 58 3,60 1,94 58 3,40 1,21 0,492 Hari III 58 1,86 0,91 58 2,02 0,95 0,369 Hari IV 20 1,70 1,26 38 1,74 0,69 0,904 Hari V 3 1,33 0,58 9 1,89 0,60 0,192

0 2 4 6 8 10

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Hari pem antauan

F reku en si d iar e Sinbiotik Plasebo

Gambar 4.2. Rata-rata frekuensi diare

Hasil pemantauan volume tinja dengan menggunakan uji t pada kelompok sinbiotik dan plasebo pada hari ketiga dijumpai perbedaan bermakna pada kedua kelompok (P<0,05) dimana pada kelompok sinbiotik volume tinja cenderung menurun dan jumlah subyek jauh lebih banyak mengalami penurunan volume tinja pada hari kedua dan ketiga. (Tabel 4.4) Hal ini dapat juga terlihat pada gambar 4.3.

Tabel 4.4. Pemantauan volume (cc) tinja hari I – V

Sinbiotik Plasebo Pemantauan n Rerata SB n Rerata SB P Hari I 58 65,86 24,19 58 61,98 27,40 0,421 Hari II 17 47,94 15,92 40 51,00 20,85 0,591 Hari III 1 30,00 8 47,50 2,67 0,0001 Hari IV 0 1 45,00 Hari V

0 10 20 30 40 50 60 70

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Hari pemantauan Jum lah vol u m e t inj a ( cc) Sinbiotik Plasebo Grafik 4.3. Rata-rata volume tinja

BAB 5. PEMBAHASAN

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak–anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%.2 Pada penelitian ini jumlah anak laki-laki (72anak) yang menderita diare lebih banyak dari perempuan (44 anak).

Sinbiotik adalah gabungan antara probiotik dan prebiotik, yang memberi pengaruh menguntungkan bagi hospes, dengan cara memperbaiki survival dan implantasi suplemen mikroba hidup dalam saluran cerna, oleh stimulasi pertumbuhan secara selektif, dan dengan aktivasi metabolisme dari satu atau sejumlah terbatas bakteri yang mempunyai efek promotif bagi kesehatan, sehingga dengan demikian meningkatkan kesehatan hospes.8,11 Namun penelitian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) terhadap diare akut secara invivo masih sangat sedikit.

Guarino meneliti terhadap 100 anak dengan diare yang menerima rehidrasi oral atau yang ditambahkan Lactobacillus GG, didapatkan bahwa lamanya diare berkurang dari 6 hari menjadi 3 hari pada anak yang mendapat Lactobacillus GG dibanding kontrol.42 Van Niel dan kawan-kawan dalam hasil meta analisanya menyimpulkan Lactobacillus formula yang ditambahkan dengan Bifidobacterium bifidum aman dan efektip dalam pengobatan anak dengan infeksi diare akut.43

Isolauri dkk mendapatkan rehidrasi oral bersamaan dengan pemberian strain L.casei mempercepat penyembuhan diare akut pada anak. Diare pada umumnya disebabkan oleh infeksi rotavirus.44

Guandalini meneliti terhadap anak usia 1 bulan hingga 3 tahun dengan diare akut, dimana kelompok A (144 anak) yang diberikan rehidrasi oral dan plasebo sedangkan kelompok B (147 anak) diberikan rehidrasi oral ditambah Lactobacillus GG (sedikitnya 1010 CFU/250ml) selama 4-6 jam. Didapatkan bahwa lamanya diare (>7 hari) dan masa rawat inap pada kelompok A lebih lama dibandingkan kelompok B.28

Sekurangnya 6 metaanalisis ditujukan untuk menentukan efek probiotik terhadap tatalaksana infeksi diare akut. Berdasarkan hasil meta analisis ini, efek yang menguntungkan probiotik terhadap diare akut pada anak menjadi:43,45-49

1. berkurangnya lama diare antara 17-30 jam

2. tergantung strain, dengan Lactobacillus GG dan S. boulardi lebih efektif

3. tergantung dosis (lebih banyak pada dosis > 1010CFU)

4. bermakna pada diare dan viral gastroenteritis (Lactobacillus GG), tapi tidak untuk invasive bakterial diare

5. lebih terbukti pada terapi dengan probiotik yang diberikan awal terjadinya penyakit

Pada penelitian ini pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) didapatkan rata-rata lama diare 1,81 (SB 0,77) hari sedangkan plasebo 2,22 (SB 0,80) hari. Terdapat perbedaan bermakna (p=0,004) pada subyek yang mendapat sinbiotik, lama diare lebih singkat dibandingkan dengan kelompok plasebo.

Critenden berpendapat bahwa pemberian prebiotik untuk

meningkatkan jumlah bakteri yang menguntungkan dalam kolon lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian probiotik. Bakteri probiotik yang dikonsumsi harus tetap hidup selama masa transitnya dalam lambung dan kemudian harus beradaptasi secara cepat terhadap lingkungan yang baru sehingga kemampuan hidup dan kemampuan membentuk koloni menjadi suatu masalah. Sebaliknya pemberian prebiotik menawarkan tidak hanya potensinya untuk menambah jumlah bakteri yang menguntungkan tetapi juga meningkatkan aktivitas metaboliknya. Peningkatan aktivitas metabolisme bakteri probiotik merupakan mekanisme yang paling mendasarkan yang diusulkan saat ini dalam meningkatkan kesehatan.50

Pada penelitian ini dengan memberikan penggabungan probiotik dan prebiotik (sinbiotik) pada anak penderita diare akut dengan harapan tubuh mendapatkan manfaat yang lebih sempurna dari kombinasi ini.

Tidak ada standar kadar prebiotik yang dibutuhkan untuk memberikan manfaat dalam hal kesehatan. Dosis harus cukup menstimulasi mikroflora

usus dan menyebabkan perkembangan bakteri baik. Lebih jauh lagi dosis bergantung pada tipe prebiotik yang digunakan.51

Prosedur penanganan mikroflora yang lain adalah penggunaan

sinbiotik, yaitu probiotik dan prebiotik digunakan secara kombinasi. Morelli dkk dalam penelitiannya yang menilai memeriksa feses setelah pemberian suplemen sinbiotik pada orang sehat mendapati bahwa strain L.Paracasei yang diberikan dengan suplemen sinbiotik mampu bertahan dalam saluran cerna dan bertahan setidaknya dalam beberapa hari. Juga ditunjukkan bahwa preparat sinbiotik memiliki efikasi dalam mempengaruhi mikroflora pada subjek penelitian yang sehat.31

Subijanto MS, dkk melakukan penelitian pada 25 anak grup sinbiotik dan 25 grup kontrol dijumpai pada grup sinbiotik lebih mengalami perbaikan angka remisi yang signifikan dibandingkan grup kontrol (p=0,002). Hasil serupa dijumpai dalam analisa feses dan frekuensi signifikan menurun pada grup sinbiotik.52

Hasil dari penelitian ini menunjukkan pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) terdapat perbedaan bermakna lama diare, konsistensi berkurang bermakna pada hari ke 2 dan ke 3 pada subyek sinbiotik, terhadap volume diare terdapat perbedaan bermakna pada hari ke 3 (P<0,05) pada kelompok yang mendapat sinbiotik dibandingkan dengan kelompok plasebo.

Dokumen terkait