EFEKTIVITAS PEMBERIAN SINBIOTIK DIBANDINGKAN
DENGAN PLASEBO PADA ANAK PENDERITA
DIARE AKUT
TESIS
NATASHA NAULITA PARDAMEAN MANURUNG 047103014/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
EFEKTIVITAS PEMBERIAN SINBIOTIK DIBANDINGKAN
DENGAN PLASEBO PADA ANAK PENDERITA
DIARE AKUT
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) Dalam Program Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi Kesehatan Anak
Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
NATASHA NAULITA PARDAMEAN MANURUNG 047103014/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : Efektifitas Pemberian Sinbiotik Dibanding- kan Dengan Plasebo Pada Anak Penderita Diare Akut
Nama Mahasiswa : Natasha Naulita Pardamean Manurung Nomor Induk Mahasiswa : 047103014
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing :
( Prof. Dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K) ) Ketua
( Dr. Tina Christina L.Tobing, SpA ) Anggota
Ketua Program Studi, Ketua TKP PPDS,
Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) Dr. Zainuddin Amir, SpP(K)
PERNYATAAN
EFEKTIVITAS PEMBERIAN SINBIOTIK DIBANDINGKAN
DENGAN PLASEBO PADA ANAK PENDERITA
DIARE AKUT
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2008
Telah diuji pada
Tanggal : 18 September 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
UCAPAN TERIMA KASIH
Salam sejahtera.
Puji syukur kita panjatkan pada Tuhan yang Maha kuasa karena atas berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk penelitian selanjutnya.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP Haji Adam Malik Medan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan tesis ini masih dijumpai banyak kekurangan. Oleh karena itu diharapkan dengan segala bentuk masukan yang bersifat membangun dapat menyempurnakan tesis ini tanpa mengurangi makna yang terkandung didalamnya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yang terhormat pembimbing utama Prof. Dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K) dan pembimbing lainnya Dr. Tina Christina L.Tobing, SpA yang telah meluangkan waktu membimbing, memberikan petunjuk serta saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penulisan tesis ini. 2. Yang terhormat Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) dan Prof Dr. Hj.
Bidasari Lubis, SpA(K) sebagai Ketua dan Sekretaris PPDS BIKA Fakultas Kedokteran USU periode 2004 – 2007 serta Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) dan Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) sebagai Ketua dan Sekretaris PPDS BIKA Fakultas Kedokteran USU periode 2007 sampai sekarang beserta anggota lainnya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Yang terhormat Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) Kepala BIKA Fakultas Kedokteran USU/RSUP H.Adam Malik periode 2003-2006 serta Dr. H. Ridwan M Daulay, SpA(K) Kepala BIKA Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik periode 2006 sampai sekarang yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Yang terhormat Prof. Dr. H. Iskandar Z Lubis, SpA(K) yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam pengolahan data hasil penelitian ini.
5. Dr. Supriatmo, SpA(K) yang telah membimbing dan memberi dorongan dalam melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini.
6. Yang terhormat seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H.Adam Malik, yang telah memberi sumbangan pikiran dalam melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini.
memberikan kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Fakultas Kedokteran USU.
8. Yang terhormat Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan Direktur RSUD Pirngadi Medan beserta stafnya yang telah memberi izin fasilitas dan sarana untuk pelaksanaan penelitian ini.
9. Yang terhormat Direktur/Pimpinan PharmaServe (Combiphar) yang telah membantu dalam pengadaan sinbiotik dan plasebo, sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
10. Rekan-rekan satu angkatan pendidikan Rina, Dina, Nora, Beby, Mirda Zulkarnain dan Leon beserta rekan-rekan PPDS Ilmu Kesehatan Anak lainnya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
Teristimewa untuk suamiku tercinta Ir. Inansius Panggabean, MT terimakasih karena dengan keiklasan, kesabarannya dan penuh pengertian telah mengizinkan penulis untuk mengikuti program pendidikan ini. Tanpa doa, dukungan dan pengorbanan serta kesabarannya mustahil program ini dapat terlaksana.
Kepada yang tersayang anak-anakku Irma Tania Daniella Panggabean dan Michael William Mangara Tua Panggabean yang dengan kesabaran dan pengertian dan doa mereka sehingga penulis dapat menyelesaikan program pendidikan ini.
Kepada yang tersayang Papa Prof. Dr. Sahat M. Manoeroeng, DPH, SpA(K) dan Mama Marlena Siregar, terimakasih telah memberikan doa dan dorongan serta bantuan dan pengorbanan selama penulis mengikuti pendidikan ini. Juga kepada Papa mertua J Panggabean, mama mertua B. br. Hutauruk (+)/ br. Hutabarat yang telah memberikan doa, dan pengertian kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan ini.
Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penulis mengharapkan, semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Syalom !
Medan, September 2008
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan Tesis iii
Halaman Pernyataan iv
Halaman Penetapan Panitia Penguji v
Ucapan Terima Kasih vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar Xi
Daftar Singkatan dan Lambang Abstrak
1.4.Tujuan Penelitian 2
BAB 3. METODOLOGI
3.1. Desain Penelitian 19
3.2 Tempat dan Waktu 19
3,3, Populasi Penelitian 19
3.4. Besar Sampel 20
3.5. Kriteria Penelitian 20
3.6. Persetujuan/Informed consent 21
3.7. Etika Penelitian 21
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 21
3.9. Identifikasi Variabel 23
3.10 .Definisi Operasional 23
3.11. Pengolahan dan Analisis Data 24
BAB 4. HASIL
25
BAB 5. PEMBAHASAN 30
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 34
6.2. Saran 34
RINGKASAN 35
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Kesediaan 43
2. Pemantauan Penderita 44
3. Lembar Penjelasan Kepada Orangtua Subyek 46
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Menilai derajat dehidrasi penderita diare 3
Tabel 2.2. Probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang dapat dikonsumsi 17
Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian 26
Tabel 4.2. Pemantauan fkonsistensi tinja pada hari I – V 27
Tabel 4.3. Pemantauan frekuensi diare pada hari I – V 27
Tabel 4.4. Pemantauan volume tinja hari I – V 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka konseptual Penelitian 18
Gambar 3.1. Alur penelitian 22
Gambar 4.1. Profil penelitian 25
Gambar 4.2. Rata-rata frekuensi diare 28
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
ASI : Air Susu Ibu
BB/U : Berat badan/ Umur
CDC : Center for Disease Control and Prevention CFU : Colony-forming units
dkk : dan kawan-kawan
g : gram
kg : kilogram
NCHS : National Center for Health Statistics ORS : Oral Rehidration Solution
Pl : Plasebo
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SB : Simpangan Baku
SPSS : Statistical Package for Social Science
ABSTRAK
Latar belakang. Diare akut masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di berbagai negara yang sedang berkembang. Kematian penderita diare akut oleh karena dehidrasi dengan segala akibatnya. Karena itu langkah yang penting dalam penanganan diare adalah rehidrasi, pencegahan dehidrasi dan terapi dietetik. Terapi diare pada dekade ini mengalami kemajuan pesat, namun masih sedikit penelitian difokuskan pada terapi tambahan dengan sinbiotik (probiotik dan prebiotik) terhadap penyembuhan diare (lama diare, perubahan konsistensi / volume dan frekuensinya.)
Tujuan. Menilai pengaruh pemberian sinbiotik, dibandingkan dengan plasebo pada anak penderita diare akut yang dihubungkan dengan lama diare, konsistensi, volume dan frekuensi diare
Metode. Suatu penelitian uji klinik acak tersamar ganda yang dilakukan bulan November 2006-Oktober 2007 di RSUP H.Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini dilakukan terhadap 116 orang anak yang menderita diare akut. Pemberian sinbiotik dan plasebo dilakukan secara acak dengan dosis satu sachet satu kali sehari selama 5 hari.
Hasil. Setelah 5 hari pemantauan, dari 58 anak yang mendapat sinbiotik didapatkan rata-rata lama diare 1,81 (SB 0,77) hari sedangkan plasebo 2,22(SB 0,80). Terdapat perbedaan bermakna lama diare, konsistensi, volume diare (P<0,05) pada kelompok yang mendapat sinbiotik dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Kesimpulan. Didapatkan bahwa pemberian sinbiotik berpengaruh terhadap lama, konsistensi, dan volume diare pada anak dibandingkan dengan yang mendapat plasebo.
ABSTRACT
Background. Acute diarrhea is one of main cause of morbidity and mortality at developing country. Mortality of acute diarrhea patient is caused by dehydration with all of its consequences. The most important thing to manage the diarrhea is rehydration, prevent dehydration and dietetic therapy. The treatment of diarrhoea at this decade has quickly improvement but that is a little study focused on added therapy with synbiotic for diarrhea (duration, volume, consistency and frequency of diarrhoea.)
Objective. To compare effect of synbiotic with placebo at children with acute diarrhoea which associated with duration, volume, consistency, and frequency of diarrhoea.
Methods. This randomized double blind clinical trial was undertaken from November 2006-October 2007 at H. Adam Malik hospital and Pringadi hospital Medan. This study was done on 116 children which suffered from acute diarrhoea. Synbiotic and placebo was given randomizedly with doses one sachet daily for 5 days.
Results. After 5 days follow up, 58 children with synbiotic had 1,81 ( SB 0,77) days duration of diarrhoea, in other hand, 58 children with placebo had 2,22 (SB 0,80) days. There was significant differences diarrhoea duration and volume and stool consistency between sinbiotic and placebo group.
Conclusion. There is an effect of synbiotic on duration, volume, and consistency of diarrhoea compared with placebo.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak - anak di negara-negara yang sedang berkembang dan penyebab dari
malnutrisi. Tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak usia di bawah lima tahun
meninggal karena diare. Delapan dari 10 kematian terjadi pada usia di bawah
dua tahun. Umumnya, anak usia < 3tahun mengalami 3 episode diare tiap
tahun di negara berkembang.1
Berdasarkan data hasil survei rumah tangga di Indonesia, kematian
karena diare diperkirakan menurun dari 40% pada tahun 1972 hingga 24,9%
pada tahun 1980, 16% tahun 1986 hingga 7,4% tahun 1996 dari semua
kasus kematian. Walaupun angka kematian karena diare telah menurun,
angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun
negara berkembang.2
Diare akut sebagian penyebabnya infeksi bakteri, virus, parasit patogen
atau agen lain yang dapat menyebabkan kerusakan mikroflora usus atau
gangguan fungsi barier mukosa usus. Langkah yang penting dalam
penanganan diare adalah selain rehidrasi, pencegahan dehidrasi dan terapi
dietetik adalah memperbaiki mikroflora usus.3,4 Terapi diare pada dekade ini
mengalami kemajuan pesat, namun masih sedikit penelitian difokuskan pada
1.2 . Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka diperlukan
penelitian untuk mengetahui apakah pemberian sinbiotik (probiotik dan
prebiotik) efektif pada anak dengan diare akut sehingga dapat mengurangi
frekuensi, volume, lama diare dan konsistensi tinja.
1.3 . Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik)
pada anak penderita diare akut memberikan pengaruh terhadap frekuensi,
volume, lama diare dan konsisitensi tinja.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik)
pada anak penderita diare akut yang dihubungkan dengan frekuensi, volume,
lama diare dan konsistensi tinja
.
1.5 . Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan terapi tambahan lain yang
efektif dalam hal mengurangi frekuensi, volume, lama diare dan konsistensi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare dan Derajat Dehidrasi
Diare adalah bila frekuensi defekasi ≥ 3x/hari disertai perubahan konsistensi
tinja (lembek atau cair)1 dengan atau tanpa darah/lender dalam tinja, disertai
atau tanpa muntah.5 Diare cair akut adalah diare dengan pengeluaran tinja
cair yang berlangsung kurang dari 14 hari.6 Diare tanpa dehidrasi, bila tidak
cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan sedang
atau tanpa dehidrasi berat. Dehidrasi ringan sedang dan berat bila dijumpai
tanda-tanda seperti tabel 1.1 Diare dikatakan sembuh bila frekuensi defekasi
< 3 x sehari dan tidak dijumpai tinja cair.7
Tabel 2.1. Menilai derajat dehidrasi penderita diare1
PENILAIAN A B C
1.Lihat:
- Keadaan umuma Baik, sadar Gelisah,rewel Lesu,lunglai atau tidak
sadar
- Turgor kulitc Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
kelompok B.
Catatan :
a
: Letargi dan mengantuk tidak sama. Anak yang letargi tidak berarti tidur,
status mental anak tersebut datar dan anak tersebut tidak dapat sepe-
nuhnya dibangunkan; anak dapat jatuh kedalam keadaan tidak sadar.
b
: Beberapa balita dan anak-anak pada mata bisa tampak cekung. Jadi
tanyakan pada ibunya apakah mata anak normal atau cekung dari
biasa, anak normal atau lebih cekung dari biasanya
c
: Mencubit kulit kurang bermanfaat pada anak dengan marasmus atau
kwasiokor atau anak gemuk.
2.2. Usus Besar sebagai Ekosistem Mikrobiota
Usus besar mempunyai fungsi biologik yang penting, yaitu untuk absorpsi
dan sekresi beberapa elektrolit tertentu dan air, serta pengumpulan dan
ekskresi bahan-bahan sisa pencernaan. Namun dalam dasawarsa terakhir,
perhatian banyak ditujukan pada fungsi-fungsi usus besar (kolon) yang
mempengaruhi kesehatan dan nutrisi, utamanya dalam hubungan dengan
mikrobiota yang hidup di dalamnya.8,9
Kolon merupakan suatu ekosistem yang sangat sarat dengan
kolonisasi mikrobiota (sampai 1012 bakteri/ gram isi kolon), sehingga aktivitas
terpadu dari mikrobiota yang hidup didalamnya, menjadikan usus besar
semua sel hidup dalam tubuh manusia adalah bakteri usus besar.10 Kolon
mempunyai ekosistem mikrobiota yang sangat kompleks, didiami
sekurang-kurangnya 50 genera bakteri, yang terdiri atas lebih 400 spesies bakteri yang
berbeda.8
Umumnya berbagai komponen mikrobiota kolon dibagi dalam 2 jenis,
yaitu komponen penyebab efek patogenik dan komponen dengan potensi
efek promotif bagi kesehatan. Saluran cerna merupakan sasaran berbagai
infeksi akut oleh virus, parasit, dan bakteri.9
Bakteri-bakteri umumnya dibagi dalam kelompok yang mempunyai
pengaruh toksik atau merusak terhadap kesehatan, kelompok yang
mempunyai efek yang menguntungkan, dan kelompok yang bersifat
campuran yang mempunyai segi menguntungkan tapi juga segi merugikan
kesehatan.9
2.3. Karakteristik Fermentasi dalam Kolon
Substrat utama bagi fermentasi oleh bakteri dalam kolon adalah
karbohidrat yang lolos melewati saluran cerna bagian proksimal, yang
terutama terdiri atas resistant starch, disusul non-starch polysaccharide, dan
nondigestible oligosaccharide. Selain daripada itu juga protein yang lolos baik
eksogen maupun endogen (seperti enzim-enzim pencernaan).9
Sehubungan dengan banyaknya jenis spesies yang hidup bersama
proses fermentasi dalam kolon sangat rumit. Produk akhir metabolisme satu
spesies dapat menjadi substrat bagi spesies lainnya. Bacteroides, genus
terbanyak, adalah pengguna polisakarida, di samping bakteri sakarolitik
lainnya seperti Bifidobacterium, Ruminococcus, Eubacterium, Lactobacillus
dan Clostridium. Proses metabolisme dalam kolon bergantung pada
kerjasama berbagai enzim dari bermacam-macam spesies bakteri yang
saling bergantung sama lain dalam rantai proses fermentasi.8
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komposisi dan aktivitas
metabolik mikrobiota kolon maka suplai substrat eksogen mempunyai
peranan penting. Oleh karena itu modulasi diit untuk menciptakan
keseimbangan yang menguntungkan bagi berkembangnya dan
terpeliharanya bakteri yang potensial bagi promosi kesehatan, akan sangat
berguna untuk menurunkan resiko penyakit-penyakit usus akut maupun
kronik.9,11
Dalam hal ini probiotik dan prebiotik merupakan 2 mekanisme dengan
mana kesehatan hospes dapat diperbaiki melalui fortifikasi bakteri yang
promotif bagi kesehatan secara selektif.9
2.4. Probiotik
Banyak faktor yang mempengaruhi komposisi mikrobiota dalam usus
besar, faktor tersebut antara lain usia, kerentanan terhadap infeksi,
interaksi komponen flora usus dan adanya bahan-bahan dalam usus yang
dapat mengalami fermentasi.12
Para peneliti dunia membuktikan pentingnya peranan mikroflora atau
bakteri saluran pencernaan bagi kesehatan, antara lain adalah bakteri asam
laktat yang berperan positif menjaga keseimbangan mikroflora usus serta
membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang dikenal sebagai efek
probiotik.13
Diet merupakan faktor utama penentu komposisi bakteri usus,
disamping faktor didalam saluran pencernaan itu sendiri. Berbagai jenis
bakteri usus tidak bisa dihindari keberadaannya, sebab tempat hidup kita
tidak steril. Masalah baru timbul apabila bakteri "jahat" yaitu patogen
(penyebab penyakit) jumlahnya berlebihan. Terjadinya diare misalnya, akibat
bakteri enteropatogen E coli, Vibrio cholerae atau Salmonella typhii yang
tumbuh pesat. Pemberian antibiotik juga bisa menganggu keseimbangan
mikroflora usus yang berakibat diare.13
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai
suplemen makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada host14
dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus.15 Terdapat
banyak macam definisi probiotik yang yang dibuat, tetapi yang banyak
dipakai, berlaku secara saintifik dikemukakan oleh Fuller dan Gibson yaitu
pengaruh menguntungkan pada kesehatan baik pada manusia dan binatang,
dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal.8,16,17
Mikroflora yang digolongkan sebagai probiotik adalah yang
memproduksi Lactic acid terutama misalnya Lactobacilli dan Bifidobacteria
walaupun jenis yang lain juga ada.15
Probiotik yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria:16
1) Memberikan efek yang menguntungkan pada host,
2) Tidak patogenik dan tidak toksik,
3) Mengandung sejumlah besar sel hidup,
4) Mampu bertahan dan melakukan kegiatan metabolisme dalam usus,
5) Tetap hidup selama dalam penyimpanan dan waktu digunakan,
6) Mempunyai sifat sensori yang baik,
7) Diisolasi dari host.
Probiotik baik untuk pemeliharaan mikroflora normal usus dalam
mempertahankan kesehatan. Probiotik dapat diberikan untuk pengobatan
diare anak, traveller's diarrhea, C difficile diare, dan diare akibat antibiotik.18
Efek kesehatan yang menguntungkan dari probiotik adalah:19-22
1) Memperbaiki keluhan malabsorsi laktosa,
2) Meningkatkan ketahanan alami terhadap infeksi di usus,
3) Supresi kanker,
4) Mengurangi kadar kholesterol darah,
6) Stimulasi imunitas gastrointestinal.23
a) 2.4.1. Mekanisme Kerja Probiotik
Terdapat beberapa mekanisme kerja probiotik dalam melindungi host dari
gangguan saluran pencernaan. Secara keseluruhan, proses yang terjadi
adalah terganggunya pertumbuhan bakteri oleh kolonisasi probiotik. Tetapi
masih diperlukan penelitan lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja
probiotik terhadap patogen tertentu. Sebagai tambahan, probiotik yang sama
dapat menganggu patogen yang berbeda melalui mekanisme yang berbeda
pula.
Berikut ini adalah mekanisme dimana probiotik dapat melindungi host
terhadap penyakit yang berasal dari saluran cerna:24
- Menghasilkan zat penghambat.
Bakteri probiotik menghasilkan berbagai zat yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri gram positip maupun gram negatip. Zat penghambat ini
antara lain adalah asam organik, hidrogen peroksida dan bakteriosin. Zat
yang dihasilkan ini adalah dapat mengurangi tidak hanya sel yang hidup
tetapi juga dapat mempengaruhi metabolisme bakteri ataupun produksi toksin
oleh bakteri
- Menghambat tempat perlekatan
Inhibisi secara kompetitif terhadap permukaan epitel saluran cerna
strain probiotik memiliki kemampuan untuk menempel pada sel epitel saluran
cerna.
- Kompetisi nutrisi
Kompetisi dalam nutrisi juga diusulkan sebagai salah satu mekanisme
kerja probiotik. Probiotik menggunakan nutrien sehingga tidak dapat
dikonsumsi oleh mikroorganisme patogen. Tetapi, bukti hal ini secara invivo
sangat kurang.
- Degradasi reseptor toksin
Castagiodo dkk dan Poihoulates dkk mempostulasikan mekanisme
proteksi S.boulardii terhadap infeksi C.difficile adalah melalui degradasi
reseptor toksin dipermukaan mukosa saluran cerna.28,29
- Stimulasi imunitas
Bukti terbaru memperlihatkan bahwa stimulasi imunitas spesifik dari
non spesifik merupakan mekanisme proteksi probiotik terhadap penyakit
saluran cerna.30,31 Sebagai contoh : Kaila dkk, 1992 memperlihatkan bahwa
pemberian Lactobacillus GG peroral pada diare yang disebabkan oleh
rotavirus dapat meningkatkan respon imunologi terhadap rotavirus.31 Hal ini
mungkin sebagai penyebab makin memendeknya lama diare pada pasien
yang diberi probiotik. Mekanisme secara jelas terjadinya stimulasi imunologi
ini belum diketahui secara jelas tetapi diketahui bahwa komponen tertentu
dari dinding sel atau lapisan sel dapat bekerja sebagai adjuvan dan
- Terganggunya metabolisme mikroba yang terdapat dari saluran cerna31
Pemberian probiotik dapat meningkatkan enzim seperti galactosidase
yang akan menurunkan maldigesti lactosa pada orang yang mengalami
intoleransi laktosa. Selain itu pemberian suplementasi ini juga dapat
menurunkan aktivitas enzim seperti glukuronidase, glukosidase,
nitroreductase, azoreductase, dan steroid 7 dehidroxylase yang diketahui
mempunyai efek karsinogenik.
Terdapat juga banyak kendala dalam penggunaan probiotik, termasuk
kemampuan survival, kolonisasi, kompetisi nutrien untuk masuk ke dalam satu lingkungan ekosistem yang sudah mengandung beberapa ratus jenis
spesies bakteri lainnya. Data Bouhnik dkk (1992) menunjukkan bahwa
bilamana bahan yang mengandung probiotik tidak lagi dimakan, maka bakteri
yang ditambahkan itu dengan cepat akan mengalami wash-out. Dalam hal
demikian, maka pendekatan lain yang dapat mengatasi keterbatasan
pemakaian probiotik adalah dengan penggunaan prebiotik.9
2.5. Prebiotik 2.5.1. Konsep Prebiotik
Karena survival bakteri probiotik dalam bahan makanan dan selama
transit melalui saluran cerna dapat bervariasi, maka konsep prebiotik sebagai
Konsep prebiotik menganggap bahwa banyak mikroorganisme yang potensial
mempunyai efek promotif bagi kesehatan seperti Bifidobacterium dan
Lactobacillus telah ada bermukim dalam usus. Dalam hal ini pertumbuhan
bakteri yang asli hidup, yang sudah berkembang dalam usus, itulah yang
dimodifikasi. Untuk itu perlu diidentifikasi bahan-bahan atau
molekul-molekul yang secara eksklusif digunakan oleh bakteri yang promotif bagi
kesehatan tersebut.9
Prebiotik, adalah nondigestible food ingredient yang mempunyai
pengaruh baik terhadap host dengan memicu aktivitas, pertumbuhan yang
selektif, atau keduanya terhadap satu jenis atau lebih bakteri penghuni
kolon.17,32,33 Prebiotik pada umumnya adalah karbohidrat yang tidak dicerna
dan tidak diserap biasanya dalam bentuk oligosaccharide (oligofructose) dan
dietary fiber (inulin).34,35
Bahan makanan apapun yang masuk keusus besar merupakan
kandidat prebiotik. Yang penting adalah selektivitas terhadap fermentasi oleh
mikroflora usus. Saat ini, penelitian prebiotik lebih banyak diarahkan pada
mikroorganisme yang menghasilkan asam laktat. Hal ini disebabkan oleh
kemampuannya untuk meningkatkan kesehatan. Tetapi yang tidak kalah
penting sebenarnya adalah penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk
mengetahui efek prebiotik terhadap mikroflora patogen.12
Gibson dan Roberfoid yang memperkenalkan konsep prebiotik,
bahan makanan yang secara umum masuk ke usus besar, yang menjadi
substrat untuk bakteri endogen yang terdapat pada usus besar, sehingga
dapat dikatakan secara tidak langsung menyediakan energi, substrat
metabolik dan mikronutrien essensial bagi host.36 Tetapi hubungan antara
perubahan jumlah spesies bakterial ataupun strainnya per gram feses dan
dosis substrat / prebiotik masih belum jelas.31
2.5.2. Jenis Prebiotik
FOS (Fructooligosaccharides), Inulin, GOS (Galactooligosaccharides),
Lactulose, Lactitol.12,23 Bahan bahan tersebut paling sering dipakai sebagai
prebiotik, disamping itu terdapat pula bahan lain yang memenuhi kriteria
prebiotik misalnya, xylose, soya, dan mannose.37
2.5.3. Syarat Prebiotik
Bahan yang dipakai sebagai prebiotik harus memenuhi syarat sebagai
berikut,12,23,33,38
1) Tidak dihidrolisa dan tidak diserap dibagian atas traktus gastrointestinal,
2) Substrat yang selektif untuk satu atau sejumlah mikroflora komensal
yang menguntungkan dalam kolon, jadi memicu pertumbuhan bakteri
yang aktif melakukan metabolisme,
3) Mampu merubah mikroflora kolon menjadi komposisi yang me-
Saat ini prebiotik yang diproduksi adalah karbohidrat. Prebiotik
tersebut bervariasi mulai dari gula sederhana sampai polisakarida. Dengan
variasi struktur kimia yang beragam diharapkan akan memberikan efek yang
beragam pula bagi mikroflora yang terdapat dalam kolon.31 Lactosa
digunakan sejak 40 tahun yang lalu sebagai prebiotik dalam susu bayi yang
bertujuan untuk meningkatkan jumlah Lactobacillus dalam usus bayi. Tetapi
spesifisitas substrat ini dalam meningkatkan jumlah mikroorganisme dari segi
biomolekuler masih belum jelas.12
2.5.4. Aplikasi Prebiotik
Bayi yang masih mengkonsumsi ASI akan mempunyai kesehatan yang lebih
baik dari bayi yang tidak mengkonsumsi ASI, karena ASI mengandung pre-
dan probiotik sehingga mikroflora usus akan didominasi oleh bakteri probiotik
yang dapat tumbuh subur karena ada faktor pertumbuhan (growth factor)
yang terdapat pada ASI yaitu prebiotik. Setelah bayi disapih, secara
perlahan-lahan jumlah bakteri probiotik dalam usus menurun sehingga
mikroekosistem mikrobiota tidak lagi didominasi oleh bakteri probiotik tetapi
oleh bakteri lain.13
Pemberian bahan prebiotik tentunya tidak lagi memberi manfaat
seperti yang diharapkan. Bila diharapkan mikroekosistem mikroflora dalam
usus tetap didominasi oleh bakteri probiotik maka perlu dipertimbangkan
telah disapih sehingga manfaat pro dan prebiotik yang menguntungkan
kesehatan tetap dapat dipertahankan sampai masa anak-anak.13
2.6. Sinbiotik
Kemungkinan yang lain untuk manajemen mikroflora adalah menggunakan
sinbiotik yaitu kombinasi probiotik dan prebiotik.12,14,37,39 Penambahan
mikroorganisme hidup (probiotik) dan substrat (prebiotik) untuk pertumbuhan
bakteri misalnya Fructooligosaccharide (FOS) dengan Bifidobacterium atau
lactitol dengan Lactobacillus. Keuntungan dari kombinasi ini adalah
meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik oleh karena substrat yang
spesifik telah tersedia untuk fermentasi sehingga tubuh mendapat manfaat
yang lebih sempurna dari kombinasi ini.12,31
Istilah sinbiotik berasal dari kata sinergis. Efek ini terlihat dengan
meningkatnya jumlah total bakteri anaerob, aerob, Lactobacillus dan
Bifidobacteria yang disertai dengan penurunan Clostridium,
Enterobacteraceae dan E.Coli. Sebagai contoh produk yang mengandung
Oligofruktosa dan probiotik Bifidobacteria memenuhi kriteria sinbiotik.
Berbagai jenis produk sinbiotik terdapat dipasaran baik dalam bentuk bio
yugurt yang mengandung prebiotik maupun sachet berisi serpihan prebiotik
dan butiran bakteri probiotik . Butiran kuning merupakan bakteri probiotik
Bifidobacteria yang dilapisi dua senyawa pelindung agar dapat mencapai
Prebiotik dan probiotik berpotensi mencegah dan mengobati kelainan
pada populasi anak. Walaupun yang terkini adalah yang lebih menjadi
perhatian efikasi probiotik terhadap terapi infeksi diare dan pencegahan diare
dalam hubungannya dengan antibiotik. Banyak keuntungan probiotik dan
prebiotik tidak terbukti, namun masih dalam perkembangan secara bukti
ilmiah untuk mendukung keuntungan ini. Diperlukan protokol untuk
menentukan agen mana yang diperlukan, waktu pemberian, dosis dan cara
pemberian. Masih sedikitnya bukti, dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap
prebiotik dan probiotik secara klinis.39 Probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang
TABEL 2.2
Examples of common probiotics, prebiotics, and synbiotics Probiotics
Streptococcus salivarius subsp. thermophilus Enterococcus faecium
Some still under evaluation. FOS, fructooligosaccharides; GOS,
2.7. KERANGKA KONSEPTUAL
- Infeksi virus - Infeksi bakteri
- Infeksi parasit patogen - Infeksi agen lain
`
DIARE
Kerusakan mikroflora usus
- Frekuensi diare
- Volume
- Lama diare - Konsistensi tinja Akut
Penanganan Diare
Kronis
Pencegahan dehidrasi
Antibiotika Terapi Tambahan Rehidrasi
Gambar 2.1. Kerangka konseptual penelitian
BAB 3. METODOLOGI
3.1. Desain
Penelitian ini adalah uji klinik acak tersamar ganda untuk mengetahui
pengaruh pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) dibanding plasebo
pada anak penderita diare akut yang dihubungkan dengan frekuensi, volume,
lama diare dan konsistensi tinja.
3.2. Tempat dan Waktu
Tempat penelitian dilakukan di Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik dan
Bangsal Anak RSUP H Adam Malik dan RSUD Dr Pirngadi Medan yang
dilakukan pada bulan November 2006 – Oktober 2007
3.3. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah bayi/anak yang berusia 4-24 bulan yang berobat
ke instalasi gawat darurat, poliklinik dan bangsal anak RSUP H Adam Malik
dan RSUD Dr Pirngadi Medan yang menderita diare akut dengan dehidrasi
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus :40
2
n1 = jumlah subjek yang masuk dalam kelompok plasebo
n2 = jumlah subjek yang masuk dalam kelompok sinbiotik
P1 = proporsi sembuh untuk kelompok plasebo 50 %
P2 = proporsi sembuh untuk kelompok yang diberi obat 79%
P = proporsi = ½ (P1+P2) = ½ (0,49+0,76) = 0,625
P1-P2= perbedaan proporsi sembuh antar kelompok plasebo dan
kelompok sinbiotik yang diinginkan = 0,25
Q = 1-P = 1-0,625 = 0.375
Sehingga diperoleh besar sampel 58 untuk masing-masing kelompok
3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1.Kriteria inklusi
2. Penderita diare akut tanpa penyakit penyerta yang berat
misalnya bronkopneumoni, ensefalitis dan sebagainya.
3. Bersedia mengikuti penelitian.
3.5.2.Kriteria eksklusi
1. Bila terjadi komplikasi selama penelitian, misalnya
bronkopneumoni, ensefalitis dan sebagainya.
2. Bila anak dengan gizi buruk berdasarkan standar CDC-NCHS
2000 dimana BB/U< median -3SD (standar deviasi )41
3.6. Persetujuan/Informed Consent
Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orangtua/wali dengan
menandatangani informed concent yang diajukan oleh peneliti setelah
mendapat penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara seperti yang
terlampir pada tesis ini.
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitan
Sinbiotik dan plasebo dalam kemasan sachet dengan bentuk dan
kelompok A dan B (untuk sinbiotik dan plasebo). Dilakukan random
sampai didapat urutan obat sampai mencapai 116. Penderita yang
termasuk dalam kriteria inklusi semuanya dilakukan anamnese
penyakit, pencatatan umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan
dan suhu tubuh dan diberikan obat berurutan mulai nomor 1 dan
seterusnya. Obat diberikan langsung kepada orang tua penderita yang
dapat dilarutkan dalam air. Pada penderita tanpa dehidrasi langsung
diberikan obat sebanyak 5 sachet, dosis 1 x 1 sachet sehari.
Sedangkan pada penderita dengan dehidrasi ringan sedang terlebih
dahulu dilakukan rehidrasi sesuai protokol WHO, kemudian dilakukan
penimbangan berat badan dan suhu tubuh kembali dan dilakukan
3.9. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas yang dinilai pada penelitian ini adalah pemberian
obat dengan skala nominal
2. Variabel tergantung yang dinilai pada penelitian ini adalah
frekuensi, volume, lama diare dengan skala numerik sedangkan
konsistensi tinja dengan skala nominal.
3.10. Definisi Operasional
1. Diare, bila frekuensi defekasi ≥ 3x / hari disertai perubahan
konsistensi tinja ( lembek atau cair ) dengan atau tanpa muntah.1,5
2. Diare akut, bila berlangsung kurang dari 14 hari.6
3. Diare tanpa dehidrasi, bila tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan sedang atau tanpa dehidrasi
berat (Tabel1).1
4. Dehidrasi ringan sedang bila dijumpai tanda-tanda seperti tabel1. 1
5. Dehidrasi berat, bila dijumpai tanda-tanda seperti tabel 1. 1
6. Konsistensi buang air besar : cair (air >ampas), lunak (air<ampas),
padat
7. Volume tinja diukur dengan 1 gelas ± 200cc,½ gelas ± 100 cc.¼ gelas
± 50 cc, 1 sendok makan ± 15cc, 1 sendok teh ± 5 cc.
8. Diare dikatakan sembuh bila frekuensi defekasi < 3 x sehari dan tidak
9. Sinbiotik ( probiotik dan prebiotik ) merupakan sachet berisi granul
halus berwarna putih kekuningan mengandung Lactobacillus,
Streptococcus, Bifidobacterium dan Fructo oligosaccharide tiap sachet.
10. Plasebo merupakan sachet berisi granul halus berwarna putih
kekuningan.
3.11. Pengolahan dan Analisis Data
Semua variabel yang dinilai dicatat dalam formulir penelitian. Program
statistik yang digunakan untuk mengolah data adalah SPSS for Window
Versi 13.0. Analisa data untuk karakteristik sampel dan melihat perbedaan
konsistensi tinja digunakan uji kai kuadrat. Untuk melihat perbedaan
lamanya, frekuensi diare, volume tinja pada kelompok populasi digunakan uji
BAB 4. HASIL
Selama periode penelitian terdapat 116 anak yang dibagi menjadi dua
kelompok perlakuan yaitu 58 anak untuk kelompok sinbiotik dan 58 anak
untuk kelompok plasebo. Setelah pemberian terapi, seluruhnya
menyelesaikan penelitian sampai hari ke 5 pemantauan (Gambar 4.1.).
Gambar 4.1. Profil penelitian
Distribusi dan karakteristik subyek penelitian mirip pada kedua
kelompok dan tidak ada perbedaan bermakna pada umur, jenis kelamin,
pendidikan orang tua, dan status gizi (Tabel 4.1.).
Dianalisis lengkap (n=58)
Plasebo (n=58)
Dianalisis lengkap (n=58) Sinbiotik (n=58)
Subyek masuk ke
Tabel 4.1. Karakteristik subyek penelitian
Setelah 5 hari pemantauan, dengan menggunakan uji t independent dari
58 anak yang mendapat sinbiotik didapatkan rata-rata lama diare 1,81 (SB
0,77) hari sedangkan plasebo 2,22 (SB 0,80) hari. Terdapat perbedaan
bermakna (p=0,004) pada kelompok yang mendapat sinbiotik dibandingkan
dengan kelompok plasebo.
Hasil pemantauan konsistensi tinja pada hari kedua dan ketiga dengan
menggunakan uji kai kuadrat pada kelompok sinbiotik dan plasebo terdapat
perbedaan bermakna pada kedua kelompok (P<0,05) dimana pada hari
kedua dan ketiga kelompok sinbiotik lebih cepat terjadi perubahan konsistensi
Tabel 4.2. Pemantauan konsistensi tinja hari I - V
Frekuensi diare pada pemantauan dengan menggunakan uji t
independent tidak dijumpai perbedaan bermakna pada kedua kelompok
(P>0,05). Namun pada kelompok sinbiotik frekuensi diare pada hari keempat
berkurang lebih banyak pada kelompok sinbiotik (20) dibanding kelompok
plasebo (38) (Tabel 4.3). Hal ini dapat juga terlihat pada gambar 4.2.
0
Hasil pemantauan volume tinja dengan menggunakan uji t pada
kelompok sinbiotik dan plasebo pada hari ketiga dijumpai perbedaan
bermakna pada kedua kelompok (P<0,05) dimana pada kelompok sinbiotik
volume tinja cenderung menurun dan jumlah subyek jauh lebih banyak
mengalami penurunan volume tinja pada hari kedua dan ketiga. (Tabel 4.4)
Hal ini dapat juga terlihat pada gambar 4.3.
0 10 20 30 40 50 60 70
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Hari pemantauan
Jum
lah
vol
u
m
e
t
inj
a (
cc)
Sinbiotik Plasebo
BAB 5. PEMBAHASAN
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003,
prevalensi diare pada anak–anak dengan usia kurang dari 5 tahun di
Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%.2 Pada penelitian ini
jumlah anak laki-laki (72anak) yang menderita diare lebih banyak dari
perempuan (44 anak).
Sinbiotik adalah gabungan antara probiotik dan prebiotik, yang memberi pengaruh menguntungkan bagi hospes, dengan cara memperbaiki
survival dan implantasi suplemen mikroba hidup dalam saluran cerna, oleh
stimulasi pertumbuhan secara selektif, dan dengan aktivasi metabolisme dari
satu atau sejumlah terbatas bakteri yang mempunyai efek promotif bagi
kesehatan, sehingga dengan demikian meningkatkan kesehatan hospes.8,11
Namun penelitian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) terhadap diare akut
secara invivo masih sangat sedikit.
Guarino meneliti terhadap 100 anak dengan diare yang menerima
rehidrasi oral atau yang ditambahkan Lactobacillus GG, didapatkan bahwa
lamanya diare berkurang dari 6 hari menjadi 3 hari pada anak yang mendapat
Lactobacillus GG dibanding kontrol.42 Van Niel dan kawan-kawan dalam hasil
meta analisanya menyimpulkan Lactobacillus formula yang ditambahkan
dengan Bifidobacterium bifidum aman dan efektip dalam pengobatan anak
Isolauri dkk mendapatkan rehidrasi oral bersamaan dengan pemberian
strain L.casei mempercepat penyembuhan diare akut pada anak. Diare pada
umumnya disebabkan oleh infeksi rotavirus.44
Guandalini meneliti terhadap anak usia 1 bulan hingga 3 tahun dengan
diare akut, dimana kelompok A (144 anak) yang diberikan rehidrasi oral dan
plasebo sedangkan kelompok B (147 anak) diberikan rehidrasi oral ditambah
Lactobacillus GG (sedikitnya 1010 CFU/250ml) selama 4-6 jam. Didapatkan
bahwa lamanya diare (>7 hari) dan masa rawat inap pada kelompok A lebih
lama dibandingkan kelompok B.28
Sekurangnya 6 metaanalisis ditujukan untuk menentukan efek
probiotik terhadap tatalaksana infeksi diare akut. Berdasarkan hasil meta
analisis ini, efek yang menguntungkan probiotik terhadap diare akut pada
anak menjadi:43,45-49
1. berkurangnya lama diare antara 17-30 jam
2. tergantung strain, dengan Lactobacillus GG dan S. boulardi lebih
efektif
3. tergantung dosis (lebih banyak pada dosis > 1010CFU)
4. bermakna pada diare dan viral gastroenteritis (Lactobacillus GG), tapi
tidak untuk invasive bakterial diare
5. lebih terbukti pada terapi dengan probiotik yang diberikan awal
terjadinya penyakit
Pada penelitian ini pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik)
didapatkan rata-rata lama diare 1,81 (SB 0,77) hari sedangkan plasebo 2,22
(SB 0,80) hari. Terdapat perbedaan bermakna (p=0,004) pada subyek yang
mendapat sinbiotik, lama diare lebih singkat dibandingkan dengan kelompok
plasebo.
Critenden berpendapat bahwa pemberian prebiotik untuk
meningkatkan jumlah bakteri yang menguntungkan dalam kolon lebih baik
bila dibandingkan dengan pemberian probiotik. Bakteri probiotik yang
dikonsumsi harus tetap hidup selama masa transitnya dalam lambung dan
kemudian harus beradaptasi secara cepat terhadap lingkungan yang baru
sehingga kemampuan hidup dan kemampuan membentuk koloni menjadi
suatu masalah. Sebaliknya pemberian prebiotik menawarkan tidak hanya
potensinya untuk menambah jumlah bakteri yang menguntungkan tetapi juga
meningkatkan aktivitas metaboliknya. Peningkatan aktivitas metabolisme
bakteri probiotik merupakan mekanisme yang paling mendasarkan yang
diusulkan saat ini dalam meningkatkan kesehatan.50
Pada penelitian ini dengan memberikan penggabungan probiotik dan
prebiotik (sinbiotik) pada anak penderita diare akut dengan harapan tubuh
mendapatkan manfaat yang lebih sempurna dari kombinasi ini.
Tidak ada standar kadar prebiotik yang dibutuhkan untuk memberikan
usus dan menyebabkan perkembangan bakteri baik. Lebih jauh lagi dosis
bergantung pada tipe prebiotik yang digunakan.51
Prosedur penanganan mikroflora yang lain adalah penggunaan
sinbiotik, yaitu probiotik dan prebiotik digunakan secara kombinasi. Morelli
dkk dalam penelitiannya yang menilai memeriksa feses setelah pemberian
suplemen sinbiotik pada orang sehat mendapati bahwa strain L.Paracasei
yang diberikan dengan suplemen sinbiotik mampu bertahan dalam saluran
cerna dan bertahan setidaknya dalam beberapa hari. Juga ditunjukkan bahwa
preparat sinbiotik memiliki efikasi dalam mempengaruhi mikroflora pada
subjek penelitian yang sehat.31
Subijanto MS, dkk melakukan penelitian pada 25 anak grup sinbiotik
dan 25 grup kontrol dijumpai pada grup sinbiotik lebih mengalami perbaikan
angka remisi yang signifikan dibandingkan grup kontrol (p=0,002). Hasil
serupa dijumpai dalam analisa feses dan frekuensi signifikan menurun pada
grup sinbiotik.52
Hasil dari penelitian ini menunjukkan pemberian sinbiotik (probiotik dan
prebiotik) terdapat perbedaan bermakna lama diare, konsistensi berkurang
bermakna pada hari ke 2 dan ke 3 pada subyek sinbiotik, terhadap volume
diare terdapat perbedaan bermakna pada hari ke 3 (P<0,05) pada kelompok
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pemberian
sinbiotik (probiotik dan prebiotik) dapat digunakan sebagai terapi tambahan
untuk pengobatan diare akut pada anak.
5.2. Saran
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih
besar untuk melihat pengaruh pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik)
sebagai terapi tambahan terhadap diare akut serta protokol untuk
menentukan agen mana yang diperlukan, waktu pemberian, dosis dan cara
RINGKASAN
Pada diare akut sering menyebabkan kerusakan mikroflora usus.
Langkah penting dalam penanganan diare adalah rehidrasi, pencegahan
dehidrasi dan terapi dietetik dalam memperbaiki mikroflora usus. Probiotik
merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai suplemen
makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada host dengan
memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus. Sedangkan prebiotik
adalah bahan yang merangsang pertumbuhan mikroorganisme usus yang
menguntungkan. Saat ini masih dilakukan penelitian-penelitian mengenai
manfaat sinbiotik yang merupakan kombinasi prebiotik dengan probiotik.
Keuntungan dari kombinasi ini meningkatkan daya tahan hidup bakteri
probiotik karena substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi
sehingga tubuh mendapat manfaat yang lebih sempurna.
Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda yang dilakukan
RSUP H Adam Malik dan RSUD Dr Pirngadi Medan pada periode bulan
November 2006 – Oktober 2007 pada anak-anak yang berusia 4-24 bulan
yang datang berobat dengan diare akut tanpa dehidrasi atau dehidrasi
ringan sedang sesuai dengan kriteria WHO. Yang termasuk kriteria inklusi
dilakukan randomisasi.
Anak dimasukkan ke dalam satu dari dua kelompok perlakuan yaitu
mendapatkan 1X1 sachet sehari selama 5 hari. Plasebo mempunyai bentuk
dan rasa yang sama dengan sinbiotik.
Seratus enam belas anak dibagi menjadi dua kelompok yaitu 58 anak
untuk kelompok sinbiotik dan 58 anak untuk kelompok plasebo. Setelah 5
hari terdapat perbedaan bermakna pada kelompok sinbiotik dalam hal lama
diare, volume dan konsistensi tinja sedangkan terhadap frekuensi pada
kelompok sinbiotik terdapat jumlah anak lebih banyak berkurang frekuensi
diarenya dibanding plasebo walaupun secara statistik tidak bermakna.
Dapat disimpulkan bahwa pemberian sinbiotik menunjukkan
berkurangnya lama diare, volume dan konsistensi tinja secara bermakna.
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh pemberian
sinbiotik (probiotik dan prebiotik) dengan menggunakan subyek yang lebih
SUMMARY
Acute diarrhea often result in intestinal microfloral damage. The
important steps of diarrhea treatment are rehidration, prevention of
dehydration and diethetic thrapy for improving intestinal microfloral. Probiotic
is life microorganism given as food suplement wich have beneficial effect for
host by improving intestinal microfloral balance. While prebiotic is substance
that stimulate beneficial intestinal microorganism. Recently, research of
sinbiotic effect, wich is combination of prebiotic and probiotic is still ongoing.
The advantage of this combination is increasing the survival of probiotic
bacteria because of the availability of specific substrate for fermentation,
therefore the body get more perfect beneficial.
This sudy is double blind randomized controlled trial was conducted on
H. Adam Malik Hospital and Pringadi Medan Hospital, on November
2006-October 2007. Popultion of this study is 4-24 months of age children admitted
with acute diarrhea without dehydration or with some dehydration. Sample
was determined by randomization. Children was devided into sinbiotic
(probiotic and prebiotic) group or placebo. Sinbiotic was given every day in 1
gram sachet, one sachet daily for 5 days. Placebo was given one sachet daily
for 5 days.
During study periode, there was 116 children divided in to two groups,
there was significant different on diarrhea duration, volume and stool
consistency in sinbiotic group compared with placebo group. While on
frecquency of diarrhea, there was decreased of frequency in sinbiotic group
compared with placebo group but it was not statistically significant.
We conclude that sinbiotic showed significant effect on decreasing
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. The treatment of diarrhea: a manual for physicians and other senior health workers. WHO document prod.serv. 4th rev. 2005:1-50
2. Soenarto Y, Jufrie M. Tatalaksana diare pada anak. Disampaikan pada lokakarya tatalaksana diare, Medan, 7-10 Juni 2007.
3. Bhuta ZA. Acute gastroenteritis in children. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders, 2007. h.1605-17
4. Subijanto MS. Manfaat penggunaan smectite pada penderita anak dengan gastroenteritis akut. Disampaikan pada Seminar nasional pengembangan penelitian penyakit gastrointestinal dan penyakit hepar pada anak. Surabaya, 1994.
5. Sinuhaji AB. Patofisiologi dan tatalaksana diare akut pada neonatus dan bayi. Dalam: Pasaribu S, Lubis M, Lubis B, penyunting. Penatalaksanaan diare pada bayi dan neonatus. Naskah lengkap pendidikan dokter berkelanjutan. Ilmu Kesehatan Anak FK-USU Medan, 1999. h 1-8
6. Cohen MB. Evaluation and treatment of the child with acute diarrhea. Dalam: Rudolph CD, Rudolph AM, Hostetter MK, Lister G, Siegel NJ, penyunting. Rudolph´s pediatrics. Ed-21. McGrawHill Companies, 2002. h. 656-60
7. Strand TA, Chandyo RK, Bahl R, Sharma PR, Adhikari RK, Bhandari N,et al Effectiveness and efficacy of zinc for treatment of acute diarrhea in young children. Pediatrics.2002;109:898-903
8. Gibson GR, Roberfroid MB. Dietary modulation of the human colonic microbiota: introducing the concept of prebiotics. J Nutr. 1995; 125:1401-12
9. Lisal JS. Konsep probiotik prebiotik untuk modulasi mikrobiota usus halus. J Med Nus. 2005; 26:256-62
10. Gibson GR. Probiotics and prebiotics : gut microflora management for improved health. Med Prog. 2000; 27:34-6
11. Bird AR. Probiotics : a role for dietary fibre and resistant starch? Asia Pacific J Clin Nutr. 1999; 8:S32-6
12. Collins MD, Gibson GR. Probiotic, prebiotics and synbiotics approaches for modulating the microbial ecology of the gut. Am J Clin Nutr.1999; 69:105s-7s
14. Branski D, Wilschanski M. Probiotics in gastrointestinal disorders. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders, 2007. h.1618-20
15. Schrezenmeir J, Heller K, Mccue M, Lliamas C, Lam W, Burow H, et al. Benefit of oral supplementation with and without synbiotics in young children with acute bacterial infections. Clin Pediatr. 2004; 43:239-49 16. Van Niel C, Feudtner C, Garrison M, Cristakis D. Lactobacillus therapy
for acute infection diarrhea in children : A meta analysis. Pediatrics. 2002 ; 109:678-84
17. Gibson GR, Fuller R. Aspect of invitro and invivo researches directed toward identifying probiotics and prebiotics for human use. J Nutr. 2000; 130(2Suppl):391S-395S.
18. Lung E. Acute diarrheal diseases Dalam: Friedman SL, Mc Quaid KR, Grendell JH, penyunting. Current Diagnosis & treatment in Gastroenterology. Edisi ke-2. International edition, 2003. h.131-150
19. Fuller R. A review: probiotics in man and animals. J Appl bacteriol. 1989; 66:365-78
20. Gonzales SN, Cardozo R, Apella MC, Oliver G. Biotherapeutic role of fermented milk. Bioth. 1995; 8:126-43
21. Saavedra JM. Microbes to fight microbes: a not so novel approach for controlling diarrheal disease. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 1995; 21:125-9
22. Pearce JL, Hamilton JR. Controlled trial of orally administered lactobacilli in acute infantile diarrhoea. J pediatr. 1974; 84:261-2
23. Mcfarlane GT, Cummings JH. Probiotics and prebiotics : can regulating the activities of intestinal bacteria benefit health? BMJ. 318:999-1003. 24. Rolfe RD. The role of probiotic culture in the control of gastrointrestinal
health. J Nutr. 2000; 130:396 - 402
25. Conway PL, Gorbach SL, Goldin BR. Survival of lactic acid bacteria in the human stomach and adhession to intestinal cells. J Dairy Sci. 1987; 70:1-12.
26. Goldin BR, Gorbach SL, Saxelin M, Barakat S, Gualtieri L, Salminen S. Survival of Lactobacillus species (strain GG) in human gastrointestinal tract. Dig Dis Sci. 1992; 37:121-8
27. Kleeman EG, Klaenhammer TR. Adherence of Lactobacillus species to human fetal intestinal cells. J.Dairy Sci. 1982; 65:2063-9
28. Castagliuolo I, LaMont JT, Nikulasson ST, Pothoulakis C.
Saccharomyces boulardi protease inhibits Clostridium difficile toxin a effects in the rat ileum. Infect Immun. 1996; 64:5525-32
30. Fukushima Y, Kawata Y, Hara H, Terada A, Mitsuoka T. Effect of a probiotic formula on inyestinal immunoglobulin A production in healthy children. Int J Food microbiol. 1998; 42:39-44
31. Suskovic J. Role of lactic acid bacteria and Bifidobacteria in synbiotic effect. Food technol biotechnol. 2001; 39(3):227-235
32. Salminen S, Bouly C, Boutron-Ruault MC, Cumming JH, Frank A, Gibson GR, et al. Functional food science gastrointestinal physiology and function. Br J Nutr. 1998; Suppl 1:S147-71.
33. Roberfroid MB. Prebiotics and probiotics: are they functional foods? Am J Clin Nutr. 2000; 71(6 Suppl):1682S-7S.
34. Grizard D, Barthomeuf C. Non-digestible oligosaccharides used as prebiotic agents : mode of production and benefecial effects on animal and human health. Reprod Nutr Dev. 1999; 39:563-88.
35. Reddy BS. Possible mechanism by which pro- and prebiotics influence colon carcinogenesis and tumor growth. J Nutr. 1999; 129 (7 Suppl):1478S-82S.
36. Gibson GR, Roberfroid MR. Dietary modulation of the human colonic microbiota: introduction the concept of prebiotics. J Nutr. 1995; 125: 1401-12
37. Schrezenmeir J, Vrese M. Probiotic, prebiotic, and synbiotics approaching a definition. Am J Clin Nutr. 2001; 73:361s-4s
38. Sudarmo SM, Ranuh RG, Soeparto P, Djupri LS. Kontribusi prebiotik pada formula untuk pemeliharaan ekosistem mikrobiota normal pada usus. Diunduh dari www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-bqspcr-ilmiah_popular.doc
39. Szajewska H. Probiotic and prebiotic in pediatrics: where are we now? Turk Jour Ped. 2007; 49:231-44
40. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto S. Perkiraan besar sampel. Dalam : Sastroasmoro S,Ismaels, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitianm klinis. Edisi ke-2 Sagung seto. Jakarta 2002.h.259-86
41. Kuczmarski RJ, Ogden CL, Straun LG. CDC Growth Charts United
States Advance Data-NCHS 2000;314;1-28
42. Guarino A, Canani RB, Spagnuolo MI, Albano F, Benedetto L. Oral bacterial therapy reduces the duration of symptoms and off viral excretion in children with mild diarrhea. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 1997; 25:516-9
43. Van Niel C, Feudtner C, Garrison MM, Cristakis DA. Lactobacillus therapy for acute infection diarrhea in children : A meta analysis. Pediatrics. 2002; 109:678-84
45. Szajewska H, Mrukowicz J. Probiotic in the treatment and prevention of acute infectious diarrhea in infants and children: a systematic review of pblished randomized, double-blind, placebo controlled trials. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2001; 33:S17-S25
46. Huang JS, Bousvaros A, Lee JW, Diaz A, Emily J. Davidson. Efficacy of probiotic use in acute diarrhea in children: a meta-anlysis. Dig Dis Sci. 2002; 47:2625-34
47. Allen SJ, Okoko B, Martinez E, Gregorio G, Dans LF. Probiotic for treating infectious diarrhoea. The Cochrane database of systematic Rev. 2003, Issue 4
48. Szajewska H, Skorka A, Dylag M. Meta-analysis: Saccharomyces
boulardii fo treating acute diarrhoea in children. Aliment Pharmacol Ther. 2007; 25:257-64
49. Szajewska H, Skorka A, Ruszczak , Bialek D. Meta-analysis:
Lactobacillus GG for treating acute diarrhoea in children. Aliment Pharmacol Ther. 2007; 25:871-81
50. Crittenden RG. Prebiotics in : Probiotics a critical review. G. W. Tannock (Ed.), Horizon Scientific Press Wymondham (1999) pp.141-56
51. Morelli. Assessment of new synbiotic preparation in healththy volunteers: survival, persistence of probiotic strains and its effect on the indigenous flora. Nutr Jour. 2003;11:1-6
52. Subijanto MS, Cahyono HA, Soeparto P, Djupri L, Ranuh R.
Lampiran 1.
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya orang tua dari :
Nama : ...
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Umur : ...tahun ...bulan
Alamat : ...
Desa Kecamatan
Setelah mempelajari dan mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya
mengenai penelitian dengan judul :¨ Efektifitas pemberian Sinbiotik pada anak
penderita diare akut.¨ Dan setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya
resiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya, menyatakan bahwa saya
mengizinkan dengan sukarela anak saya menjadi subjek peneltian tersebut
dengan catatan sewaktu-waktu bisa mengundurkan diri apabila merasa tidak
mampu mengikuti penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya perbuat
dengan sebenarnya, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari
siapapun juga.
Medan, 2007
Yang Menyatakan Pimpinan penelitian
Lampiran 2.
PEMANTAUAN PASIEN
No. Obat :
MR :
Nama : ……….
Alamat/Telp. : ………
Umur : ………
Jenis Kelamin : ………
BB/PB masuk : ………
Temperatur : ………
Anamnese :
………
………...
...
...
Obat yang sudah diberi : ………...
BB Post rehidrasi :………...
Diagnosa : ………
ASI : ………..
H A R I
I II III IV V
BB
Temperatur
Frekuensi
Konsistensi Feses
Obat yg diberikan
Volume
Lab : Hb :...
Ht :...
Leukosit : ...
Trombosit :...
Feses :...
Nama orang tua : ...
Umur : ...
Pekerjaan : ...
Penghasilan / bln : ...
Alamat : ...
Lampiran 3
LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA SUBYEK
Penjelasan kepada orang tua subyek diberikan secara lisan pada saat anak datang
ke RS dan dilakukan anamnese/wawancara dengan keterangan sebagai berikut :
“Bapak/Ibu saat ini bayi/anak bapak/ibu sedang mencret apabila mencret semakin
sering dan bila kita biarkan anak akan kekurangan cairan hal ini bisa kita lihat dari
matanya mulai cekung, rasa haus dan sianak akan kelihatan lemah. Karena itu
yang penting kita lakukan adalah menggantikan cairan didalam tubuhnya dengan
minuman oralit atau diberi cairan infus.Disini anak ibu/bapak akan kita beri cairan
infus karena sudah kekurangan cairan selain itu saat ini ada terapi yang dapat
memperbaiki saluran pencernaan yang terganggu akibat diare yaitu sinbiotik.
Sinbiotik saat ini juga sudah banyak dicampur kesusu formula fungsinya untuk
menjaga saluran pencernaan. Jadi aman untuk diberikan. Penelitian selama ini efek
samping belum ada dilaporkan karena bila tidak diperlukan dia akan dibuang melalui
feses, namun bila ada kelainan mohon hubungi saya dr Natasha N P Manurung
nomor handphone 081396788058 atau hubungi saya ke jalan Sei Besitang No.3
Medan. Dengan persetujuan/ kesediaan Bapak/Ibu, maka bayi/anak Bapak/Ibu akan
saya berikan obat sinbiotik sebanyak 5 sachet diberikan 1x1 sachet tiap hari.
Sinbiotik ini dapat dicampur dengan minuman ataupun makanan. Saya akan
memantau data perkembangan bayi/anak Bapak/Ibu selama 5 hari terhadap
frekuensinya, volume/konsisensinya dan lamanya diare berlangsung.
Demikian penjelasan yang dapat saya sampaikan kepada orang tua pasien agar
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : dr.Natasha N.P.Manurung
Tanggal Lahir : 27 Agustus 1969
Tempat lahir : Medan
Alamat : Jl.Sei Besitang No.3
Medan (20119)
Nama suami : Ir.Inansius Panggabean, MT
Nama anak : - Irma Tania Daniella Panggabean
- Michael William MT Panggabean
Pendidikan :
SD Methodist 8, Medan, Tamat tahun 1982
SMP Methodist 8, Medan, Tamat tahun 1985
SMU Immanuel, Medan, Tamat tahun 1988
Fakultas Kedokteran USU, Medan, Tamat 1995
Pendidikan Spesialis :
1. Adaptasi diBIKA FK-USU : 01-06-2004 s/d 30-06-2004
2. Pendidikan Tahap I : 01-07-2004 s/d 30-06-2005
3. Pendidkan Tahap II : 01-07-2005 s/d 30-06-2006
4. Pendidikan Tahap III : 01-07-2006 s/d 30-06-2007
5. Pendidikan Tahap IV : 01-07-2007s/d 30-06-2008
6. Penelitian : November 2006-Oktober 2007