• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA YANG MEMANFAATKAN LITERASI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: ROPITA DEWI SARTIKA 141314007. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA YANG MEMANFAATKAN LITERASI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: ROPITA DEWI SARTIKA 141314007. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018. i.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT., skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orangtuaku “Bapak Rosikin dan Ibu Sartini” serta adikku “Rolista Susilo. Rahayu”. yang. senantiasa. mendoakanku,. mendukungku,. menyemangatiku, menyayangiku, dan mencintaiku dengan sepenuh dan setulus hati. 2. Keluarga besarku yang selalu menyemangati dan mendukungku dalam setiap langkah dan perjuanganku. 3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M. Pd dan bapak Hendra Kurniawan, M. Pd. Selaku dosen. pembimbing. yang. dengan. sabar. dan. ikhlas. membimbing,. menyemangati, memotivasi, dan mengarahkan penulis. 4. Sahabat dan teman seperjuanganku dalam menyelesaikan skripsi ini ”Catharina Ginong Pratidhina” yang selalu ada, mendukung, menyemangati, dan memotivasiku. 5. Keluarga besar “KOS UNO” yang selalu mendukung dan menyemangatiku terkhusus ibu kos tercinta “drg. Pratiwi Setyowati,Sp. Ort. 6. Semua pihak yang selalu mendukung dan membantu kelancaran penulisan skripsi ini.. iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Man Jadda Wa Jada” Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil (Pepatah Arab). v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA YANG MEMANFAATKAN LITERASI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK Ropita Dewi Sartika 141314007 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai: (1) perencanaan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, (2) pelaksanaan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, (3) hasil pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Guru dan peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik menjadi informan dalam penelitian ini yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, kuesioner, wawancara, dokumen dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengandung unsur-unsur literasi dengan baik, (2) pelaksanaan pembelajaran telah dilakukan oleh guru dengan baik sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru. (3) hasil pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi pada aspek kognitif menunjukkan sebanyak 26 orang peserta didik sudah mencapai KKM 75 dengan rata-rata 84,64 (92,86%). Pada aspek afektif minat belajar sejarah peserta didik dengan pembelajaran literasi menunjukkan kategori tinggi (82,14%). Pada aspek psikomotorik menunjukkan hasil keterampilan peserta didik melalui penugasan teks naratif sudah mencapai KKM dengan rata-rata 81,25. Kata Kunci: literasi, pembelajaran, Sejarah Indonesia. viii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT HISTORY OF INDONESIA LEARNING USING LITERACY AT SMA NEGERI 1 NGANGLIK Ropita Dewi Sartika 141314007 This research aims to describe: (1) the learning plan of History of Indonesia using literacy, (2) the implementation of History of Indonesia learning using literacy, and (3) the results of History of Indonesia learning using literacy. This research uses qualitative approach with case study method. The teacher and the students of X IPS 1 class of SMA Negeri 1 Ngaglik become the subjects of this research who are chosen by using purposive sampling technique. The data gathering methods used in this research are observation, questionnaire, interview, document and documentation. The data analysis technique of this research uses Miles and Huberman’s interactive model which covers data gathering, reduction, presentation, and conclusion drawing. Based on the analysis, the results show that: (1) the planning conducted by the teacher is arranging the lesson plan which contains literacy elements, (2) the learning implementation has been conducted based on the lesson plan, that is made by the teacher, (3) the result of History of Indonesia learning that make use of literacy on cognitive aspect shows that 26 students can achieve the Minimum Criteria of Mastery Learning value 75 with the mean 84, 64 or 92, 86%. On affective aspect, students’ interest on History learning to literacy learning shows high category with the percentage of 82.14%. On psychometric aspect, it shows that the result of students’ proficiency has achieved the Minimum Criteria of Mastery Learning with the mean 81.25.. Keywords: Literacy, Learning, History of Indonesia. ix.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmat-Nya yang senantiasa dilimpahkan, sehingga penulis dapat ,menyelesaikan skipsi yang berjudul “ Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik “. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun, semua itu dapat penulis hadapi dan lalui berkat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si. , selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S. Pd., M. Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan sekaligus menjadi Dosen Pembimbing I yang dengan sabar dan ikhlas membimbing, menyemangati, memotivasi, dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 4. Bapak Hendra Kurniawan, M. Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan sekaligus menjadi Dosen Pembimbing II yang dengan sabar dan ikhlas membimbing, menyemangati, memotivasi, dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 5. Bapak Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M. M. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan motivasi, semangat, dan bimbingan pada penulis dengan sabar dan ikhlas. x.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xi.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. Hlm HALAMAN JUDUL ………………………………………………........... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………... ii. HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii. HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. iv. HALAMAN MOTTO ……………………………………………………. v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. vi. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …………………….. vii. ABSTRAK ………………………………………………………………... viii. ABSTRACT ………………………………………………………………. ix. KATA PENGANTAR ……………………………………………………. x. DAFTAR ISI …………………………………………………………….... xii. DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiv. DAFTAR GAMBAR ………………………………………………........... xv. DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………........... xvi. BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………... 1. A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1. B. Rumusan Masalah …………………………………………………. 8. C. Tujuan Penelitian …………………………………………….......... 8. D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….... 9. BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………….. 11. A. Kajian Teori ………………………………………………….......... 11. 1. Gerakan Literasi Sekolah …………………………………….... 11. xii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Pembelajaran Sejarah ………………………………………….. 29. 3. Konstruktivisme ……………………………………………….. 37. 4. Kurikulum 2013 ……………………………………………….. 39. B. Penelitian yang Relevan……………………………………………. 42. C. Kerangka Pikir……………………………………………………... 44. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………. 47. A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………........... 47. B. Pendekatan Penelitian ………………………………………........... 47. C. Sumber Data ……………………………………………………….. 49. D. Metode Pengumpulan Data …………………………………........... 49. E. Instrumen Pengumpulan Data ………………………………........... 52. F. Teknik Sampling ……………………………………………........... 55. G. Validitas Data …………………………………………………….... 56. H. Analisis Data ………………………………………………………. 59. I. Sistematika Penulisan ……………………………………………... 62. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….......... 63. A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………………….......... 63. B. Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………………. 70. C. Pembahasan …………………………………………………........... 94. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 113. A. Kesimpulan ……………………………………………………….... 113. B. Saran ……………………………………………………………….. 115. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 117. LAMPIRAN ………………………………………………………………. 120. xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Hlm Tabel 1. Pelaksanaan Komponen Literasi …………………………………. 14. Tabel 2. Ekosistem Sekolah yang Literat ………………………………….. 23. Tabel 3. Fokus Kegiatan dan Tahapan Literasi Sekolah ……………........... 27. Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………………………………….... 47. Tabel 5. Kisi-Kisi Kuesioner ………………………………………………. 53. Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penelitian ……………………….. 54. Tabel 7. Data Hasil Penilaian Kognitif ……………………………………. 86. Tabel 8. Data Minat Belajar Peserta Didik Melalui Pembelajaran Literasi…………………………………………….. 88. Tabel 9. Kriteria Penilaian Keterampilan Peserta Didik ……………........... 89. Tabel 10. Data nilai Aspek Psikomotorik …………………………………. 90. xiv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Hlm Gambar I. Kerangka Pikir …………………………………………………. 46. Gambar II. Model Interaktif Miles dan Huberman …………………........... 60. Gambar III. Papan Slogan Visi dan Misi SMA Negeri 1 Ngaglik ……….... 66. Gambar IV. Papan Kebijakan Mutu Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik …….. 68. Gambar V. Wawancara Guru Sejarah Indonesia ……………………........... 69. Gambar VI. Kegiatan Diskusi dan Mengumpulkan Informasi untuk Membuat Teks Naratif……………………............................... 80. Gambar VII. Kegiatan Wawancara Peserta Didik ……………………......... 83. Gambar VIII. Kegiatan Wawancara Peserta Didik …………………........... 85. Gambar IX. Diagram Hasil Minat Belajar Sejarah ……………………....... 88. Gambar X. Kegiatan Diskusi Kelompok ……………………....................... 98. Gambar XI. Penampilan Hasil Produk Literasi Kelompok ………………... 99. Gambar XII. Produk Literasi ……………………......................................... 110. xv.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Hlm Lampiran 1. Instrumen Observasi…………………………………….......... 121. Lampiran 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Peserta Didik………….......... 123. Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara Peserta Didik……………….... 124. Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru…………………………. 125. Lampiran 5. Daftar Narasumber……………………………………………. 126. Lampiran 6. Catatan Lapangan 1…………………………………………... 127. Lampiran 7. Catatan Lapangan 2…………………………………………... 129. Lampiran 8. Catatan Lapangan 3…………………………………………... 132. Lampiran 9. Catatan Lapangan 4…………………………………………... 134. Lampiran 10. Catatan Lapangan 5……………………………………......... 136. Lampiran 11. Catatan Lapangan 6……………………………………......... 138. Lampiran 12. Catatan Lapangan 7……………………………………......... 140. Lampiran 13. Catatan Lapangan 8……………………………………......... 142. Lampiran 14. Catatan Lapangan 9……………………………………......... 144. Lampiran 15. Catatan Lapangan 10………………………………………... 146. Lampiran 16. Catatan Lapangan 11………………………………………... 148. Lampiran 17. Silabus Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X…………. 150. Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)…………………. 157. Lampiran 19. Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif…………………………………. 187. Lampiran 20. Soal Tes Kognitif……………………………………………. 190. Lampiran 21. Data Nilai Kognitif Peserta Didik Kelas X IPS 1………….... 195. Lampiran 22. Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner…………………………….... 196. Lampiran 23. Lembar Kuesioner…………………………………………... 197. Lampiran 24. Data Minat Belajar Sejarah Peserta Didik…………………... 200. Lampiran 25. Instrumen Penilaian Keterampilan………………………….. 202. xvi.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 26. Daftar Nilai Psikomotorik Peserta Didik……………………. xvii. 203.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kehidupannya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara.1 Sementara pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2 Selama proses pendidikan peserta didik memperoleh bekal penguasaan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan keterampilan. Hal ini dikemas berdasarkan pada kurikulum terbaru yang diharapkan dapat menghasilkan generasi muda bangsa yang bukan hanya unggul dan berkarakter dalam tataran dalam negeri melainkan mampu memainkan peran pentingnya dalam konteks internasional.3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional, Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional. 1. Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2015, hlm.2. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 3 Yunus Abidin, Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas Tantangan Pendidikan Abad ke-21 dalam Konteks Keindonesiaan, Bandung: PT.Refika Aditama, 2015, hlm. 13. 2. 1.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan manusia, dan berdaya saing dalam kehidupan global.4 Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia sejak tahun 1920an telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada umumnya merupakan suatu daya dan upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect), dan jasmani anak-anak yang sesuai dengan kondisi alam dan masyarakatnya. Demikian juga dengan pendapat Driyarkara yang mendefinisikan. pendidikan. sebagai suatu upaya untuk memanusiakan. manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan, khususnya bagi kaum muda untuk membenahi diri supaya lebih berkarakter dan berbudaya. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia seputar dunia pendidikan. Banyak pula solusi yang diberikan oleh pemerintah untuk menghadapi. permasalahan-permasalahan. pendidikan. tersebut.. Salah. satu. permasalahan yang jelas terlihat dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini adalah rendahnya minat baca peserta didik. Rendahnya minat baca peserta didik juga terjadi di kota Yogyakarta yang merupakan kota pelajar. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016, Daerah Istimewa Yogyakarta hanya menempati peringkat ke-empat dalam minat bacanya.5 Padahal pada tahun 2014 Yogyakarta memiliki indeks baca. 4. Suryosubroto, op.cit.,hlm. 294. https://jogja.antaranews.com/berita/342002/minat-baca-pelajar-diy-cukup-tinggi (di akses pada tanggal 8 Februari 2018, pukul 16.25) 5.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. tertinggi di Indonesia.6 Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa minat baca peserta didik di Yogyakarta mengalami penurunan. Melihat permasalahan tersebut, pemerintah kemudian menciptakan sebuah strategi yang khusus ditujukan untuk meningkatkan minat baca peserta didik. Strategi pemerintah tersebut diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang salah satu tujuannya adalah untuk menumbuhkan budi pekerti pada diri peserta didik. Pembudayaan Budi Pekerti (PBP) adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), SMP, dan SMA/SMK. Dasar pelaksanaan Pembudayaan Budi Pekerti atau yang selanjutnya disingkat dengan PBP adalah pada pertimbangan bahwa masih terabaikannya implementasi dasar-dasar kemanusiaan yang berakar dari Pancasila yang masih terbatas pada pemahaman nilai dalam tataran konseptual, belum sampai mewujud menjadi nilai aktual dengan cara yang menyenangkan di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pelaksanaan PBP didasarkan pada nilai-nilai dasar kebangsaan dan kemanusiaan. Salah satunya adalah dengan penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan, yaitu mendorong peserta didik gemar membaca dan mengembangkan minat baca sesuai dengan potensi dan bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan di dalam mengembangkan dirinya sendiri.7. 6. http://jogja.tribunnews.com/2014/12/21/minat-baca-warga-diy-masih-rendah (di akses pada tanggal 8 Februari 2018, pukul 17.15) 7 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, hlm. 4..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015, penumbuhan budi pekerti menjadi pokok yang utama dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini sebagai salah satu penguatnya. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini merupakan sebuah gerakan sosial yang mendapat dukungan kolaboratif dari berbagai elemen. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/ wali, dan masyarakat) sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini bertujuan untuk membiasakan dan memotivasi peserta didik supaya gemar membaca dan menulis untuk menumbuhkan budi pekerti dalam diri peserta didik itu sendiri. Untuk mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), upaya yang ditempuh adalah dengan memberikan pembiasaan membaca pada peserta didik. Tahap pembiasaan ini dilakukan dengan membaca buku non-pelajaran (novel,komik,dll) dengan alokasi waktu 15 menit setelah bel tanda masuk berbunyi dan sebelum pelajaran dimulai. Setelah pada tahap pembiasaan membaca ini sudah terbentuk, selanjutnya akan diarahkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran. Hal ini karena pada Gerakan Literasi Sekolah (GLS) terdapat tiga tahap didalamnya yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Khusus untuk tahap pembelajaran. harus disertai tagihan yang berdasarkan pada kurikulum. 2013. Dengan terbentuknya tahap pembiasaan membaca pada peserta didik, hal ini tentunya akan membuat peserta didik untuk semakin banyak mengetahui tentang semua mata pelajaran termasuk pelajaran sejarah..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Pembelajaran sejarah dalam praktiknya masih banyak mengalami hambatan di antaranya, pelajaran sejarah terkesan menjadi pelajaran yang kering dan membosankan padahal sebenarnya pelajaran sejarah ini sangat kaya akan sumber. Kebanyakan guru mata pelajaran sejarah hanya terfokus pada buku mata pelajaran dan dalam mengajar terlalu banyak memberi ceramah. Melihat hambatan-hambatan yang terjadi dalam pembelajaran sejarah, maka akan semakin lebih baik jika gaya mengajar maupun pendekatan pembelajaran sejarah yang demikian haruslah diubah dengan prinsip-prinsip yang berdasarkan pada literasi. Pembelajaran sejarah membutuhkan media yang menarik untuk dapat mengembangkan rasa kepedulian dan ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sejarah. Guru dapat memanfaatkan Gerakan Literasi sekolah (GLS) dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan Literasi ini berkaitan dengan tahapan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yaitu pada tahap ketiga tentang pembelajaran. Semua kegiatan dalam tahap pembelajaran ini dilakukan untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 yang mengharapkan peserta didik memiliki semangat dan minat baca yang tinggi. Di samping itu, pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi juga dapat meningkatkan kemampuan pada diri peserta didik untuk lebih mampu memaknai peristiwaperistiwa sejarah dalam kehidupan peserta didik. Dalam tahap pembelajaran ini salah satu yang dapat dilakukan adalah menggunakan lingkungan fisik, sosial dan afektif, serta akademik disertai dengan beragam bacaan (cetak, visual, auditori,.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. dan digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.8 Beberapa sekolah di Indonesia sudah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Di Yogyakarta, beberapa sekolah juga sudah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) salah satunya di SMA Negeri 1 Ngaglik. SMA Negeri 1 Ngaglik merupakan salah satu SMA Negeri yang ada di Yogykarta. SMA Negeri 1 Ngaglik terletak di Jalan Kayunan, desa/kelurahan Donoharjo, kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun berada cukup jauh dari pusat kota, namun SMA Negeri 1 Ngaglik tidak kalah prestasi dengan sekolah-sekolah lain yang ada di Yogyakarta khususnya di Kabupaten Sleman. SMA Negeri 1 Ngaglik memiliki banyak prestasi yang dapat dilihat dan dibuktikan melaui piala-piala yang berjajar rapi di Loby SMA Negeri 1 Ngaglik. Prestasi-prestasi yang berhasil diraih oleh SMA Negeri 1 Ngaglik sangat beragam baik dari akademik maupun non akademik. Di SMA Negeri 1 Ngaglik telah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang sudah mulai diterapkan pada Tahun ajaran baru 2017. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dijalankan di SMA Negeri 1 Ngaglik sudah berjalan dengan baik dalam pelaksanaannya. Dilihat dari manfaatnya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sangat banyak manfaatnya terutama dalam mendukung proses pembelajaran. gerakan literasi sekolah juga dapat membantu untuk menumbuhkan minat baca peserta didik.. 8. Dirjendikdamen, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, Jakarta:. Kemendikbud, 2016, hlm. 22..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. SMA Negeri 1 Ngaglik telah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tahap pertama yaitu tahap pembiasaan. Pada tahap pembiasaan telah dilaksanakan secara rutin setiap hari selama 15 menit sebelum proses pembelajaran dimulai. Kegiatan yang dilakukan adalah membaca buku non teks pelajaran, dan khusus setiap hari kamis diadakan literasi agama yaitu membaca kitab suci sesuai agama masing-masing. Selanjutnya pada tahap pengembangan, yang dilakukan adalah dengan membuat buku kemajuan literasi yang di dalamnuya berisi mengenai rangkuman singkat dari buku yang dibaca oleh masing-masing peserta didik. Buku kemajuan literasi kemudian diletakkan di setiap kelas. Pada tahap pengembangan ini juga masih terus mengalami perkembangan salah satu contohnya adalah dengan disediakannya lemari buku di setiap kelas yang nantinya akan digunakan sebagai pojok bacaan.Pada tahap ketiga yaitu tahap pembelajaran, guru mata pelajaran sejarah Indonesia sudah membawa kegiatan literasi ini dalam proses pembelajaran. Contohnya adalah guru meminta peserta didik untuk membaca materi pelajaran kemudian pada pertemuan selanjutnya peserta didik diminta untuk menjelaskannya di depan kelas. Untuk itu peneliti memilih SMA Negeri 1 Ngaglik sebagai tempat penelitian seperti pemaparan dalam latar belakang di atas. Peneliti ingin mengetahui penerapan Gerakan Literasi Sekolah pada tahap ke tiga yaitu tahap pembelajaran dalam proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri Ngaglik. Peneliti mengambil judul Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana. perencanaan. pembelajaran. Sejarah. Indonesia. dengan. Indonesia. dengan. memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik ? 2. Bagaimana. pelaksanaan. pembelajaran. Sejarah. memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik ? 3. Bagaimana hasil pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik ?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan tentang : 1. Perencanaan pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik 2. Pelaksanaan pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik. 3. Hasil pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi universitas, penulis, sekolah, dan guru yang diuraikan sebagai berikut : 1. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Universitas Sanata Dharma dalam hal kajian pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran yang memanfaatkan literasi. 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pegangan ketika kelak telah menjadi seorang pengajar dan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sehingga dapat menjadi suatu media baru bagi peneliti saat mengajar. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan peneliti untuk menjadi guru yang professional. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi sekolah untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). 4. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru khususnya guru mata pelajaran sejarah untuk memanfaatkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dalam pembelajaran supaya pembelajaran menjadi lebih bermakna..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. 5. Bagi Peserta didik Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar, menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan peserta didik. Melalui pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah ini, diharapkan dapat menumbuhkan budi pekerti dalam diri peserta didik dan juga dapat meningkatkan rasa nasionalisme serta patriotisme pada peserta didik..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori 1. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) a. Literasi Secara umum, literasi adalah kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis. Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Pengertian literasi selanjutnya menjadi lebih berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Sementara menurut KBBI, literasi memiliki arti kemempuan membaca dan menulis.9 Jadi dapat disimpulkan bahwa literasi adalah kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki individu dalam hal ini adalah peserta didik yang dalam perkembangannya juga juga melatih keterampilan menyimak dan berbicara. Deklarasi di Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya. Deklarasi UNESCO juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait. pula. dengan. kemampuan. untuk. mengidentifikasi,. menentukan,. menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai. 9. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.. 11.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. persoalan. Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki oleh tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.10 b. Komponen Literasi Literasi tidak hanya. sekedar membaca dan menulis. yang akan. dikembangkan. Dalam literasi juga harus mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk media cetak, visual, digital, dan auditori. Pada abad ke-21 ini, kemampuan-kemampuan yang demikian disebut sebagai literasi informasi. Clay dan Ferguson menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut11: (1) Literasi Dini (Early Literacy), merupakan kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan. Kemampuan-kemapuan ini dibentuk oleh pengalamannya selama berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dirumah. (2) Literasi Dasar (Basic literacy), adalah kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (Counting). Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (Calculating), mempersepsikan. 10 11. informasi. (Perceiving),. mengomunikasikan,. serta. Dirjendikdasmen, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta: Kemendikbud, 2016,hlm. 7. Ibid., hlm. 54..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. menggambarkan. informasi. (Drawing). berdasarkan. pemahaman. dan. pengambilan kesimpulan secara pribadi. (3) Literasi Perpustakaan (Library Literacy), tujuannya antara lain adalah untuk memberikan pemahaman tentang cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodical. Selain itu literasi perpustakaan juga membantu untuk memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan. yang. memudahkan. dalam. menggunakan. perpustakaan,. memahami penggunaan katalog dan pengindeksan. (4) Literasi Media (Media Literacy), merupakan kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet). Selain untuk mengetahui berbagai bentuk media, literasi media juga berfungsi untuk memahami tujuan penggunaannya. (5) Literasi Teknologi (Technology Literacy), merupakan kemampuan dalam memahami kelengkapan teknologi seperti piranti keras (Hardware), piranti lunak (Software), serta etika dalam memanfaatkan teknologi. Selanjutnya kemampuan dalam memahami teknologi akan membantu untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dengan semakin luasnya informasi saat ini, maka pemahaman dalam penggunaan teknologi sangat diperlukan dalam pengelolaan informasi tersebut. (6) Literasi Visual (Visual Literacy), merupakan pemahaman tingkat lanjut antara literasi. media. dan. literasi. teknologi.. Literasi. visual. inilah. yang.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Dalam pelaksanaan komponen literasi ini tentunya ada pihak-pihak yang memiliki peran aktif di dalamnya. Dengan adanya pihak-pihak tersebut maka pelaksanaan komponen literasi ini akan menjadi lebih baik dan menjadi lebih terarah lagi. Adapun pihak yang berperan aktif dalam pelaksanaan komponen literasi dipaparkan pada tabel berikut ini12: Tabel 1. Pelaksanaan Komponen Literasi NO. Komponen Literasi. Pihak Yang Berperan Aktif. 1.. Literasi usia dini. 2.. Literasi dasar. Orang tua dan keluarga, pamong/pengasuh Pendidikan formal. 3.. Literasi perpustakaan. Pendidikan formal. 4.. Literasi teknologi. Pendidikan formal dan keluarga. 5.. Literasi Media. 6.. Literasi Visual. Pendidikan formal, lingkungan sosial Pendidikan formal, lingkungan sosial. guru/PAUD,. keluarga,. dan. keluarga,. dan. Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini nantinya akan menjadikan seseorang untuk berkontribusi kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai warga Negara global (global citizen). Peran aktif para pemangku kepentingan yaitu kepala sekolah, guru sebagai pendidik, tenaga kependidikan, dan pustakawan dalam pendidikan formal, tentunya sangat berpengaruh untuk memfasilitasi pengembangan komponen literasi peserta didik. Agar lingkungan literasi tercipta, diperlukan perubahan paradigma semua pemangku kepentingan 12. Ibid., hlm. 10..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. demi kelancaran dan kemajuan literasi di sekolah. Dalam pelaksanaanya diperlukan juga pendekatan cara belajar-mengajar yang dapat mendukung komponen-komponen literasi ini.13 c. Prinsip-Prinsip Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Praktik-praktik yang baik dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) haruslah menekankan pada prinsip-prinsip yang ada. Adanya prinsip-prinsip ini tentunya untuk mendukung dan mengarahkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) agar dapat terlaksana dengan baik. Ada enam prinsip dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diantaranya adalah sebagai berikut14: 1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi Perkembangan literasi haruslah berjalan sesuai dengan tahap perkembangan yang ada. Tahap pengembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling berkaitan dengan tahap perkembangan. Dengan memahami setiap tahap perkembangan literasi pada peserta didik, maka selanjutnya dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik. 2) Program literasi yang baik bersifat berimbang Program literasi yang dilaksanakan di sekolah sifatnya haruslah seimbang. Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang harus menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh sebab itu, strategi. 13 14. Ibid., hlm. 10. Ibid., hlm. 11-12..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan kebutuhan dari peserta didik yang berbeda-beda tersebut. 3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum Pembiasaan dan pembelajaran literasi disekolah menjadi tanggung jawab bagi semua guru di semua mata pelajaran. Hal ini karena pembelajaran dalam mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan professionalitas guru dalam literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran termasuk guru mata pelajaran sejarah Indonesia. 4) Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun Dalam pelaksanaannya, kegiatan membaca dan menulis dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Misalnya dalam „menulis surat kepada presiden‟ atau „membaca untuk ibu‟ merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna. Contoh kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja bila memang ada kesempatan. 5) Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan Literasi yang kuat diharapkan dapat memunculkan berbagai kegiatan lisan misalnya berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran dikelas. Kegiatan diskusi ini dapat membuka kemungkinan untuk terjadi perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan. perasaan. dan. pendapatnya,. saling. mendengarkan,. dan. menghormati perbedaan pandangan. Dalam kegiatan inilah peserta didik dapat belajar tentang hal itu..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. 6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman Tentunya dalam lingkungan sekolah terdapat keberagaman baik dalam segi agama, suku, maupun budaya. Warga sekolah dapat belajar menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar mereka dapat memahami dan memaknai pengalaman multicultural yang selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. d. Landasan Filosofis dan Landasan Hukum Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Berdasarkan buku panduan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, terkait kebijakan ini, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) memiliki15: 1) Landasan Filosofi Sumpah Pemuda butir ketiga (3) menyatakan, “Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia” yang memiliki makna pengakuan terhadap keberadaan ratusan bahasa daerah yang memiliki hak hidup dan peluang penggunaan bahasa asing sesuai dengan keperluannya. a) Butir ini menegaskan pentingnya pembelajaran berbahasa dalam pendidikan nasional.. 15. Ibid., hlm. 4..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. b) Konvensi PBB tentang Hak Anak pada tahun 1989 tentang pentingnya penggunaan bahasa ibu. Indonesia yang memiliki beragam suku bangsa, khususnya mikrokultur-mikrokultur tertentu perlu difasilitasi dengan bahasa ibu saat mereka memasuki pendidikan dasar kelas rendah (kelas I, II, III). c) Konvensi PBB di Praha tahun 2003 tentang kecakapan literasi dasar dan kecakapan perpustakaan yang efektif merupakan kunci bagi masyarakat yang literat dalam menghadapi derasnya arus informasi teknologi. Lima komponen yang esensial dari literasi informasi itu adalah basic literacy, library literacy, media literacy, technology literacy, dan visual literacy. 2) Landasan Hukum Selain landasan filosfis, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga memiliki landasan hukum yang menjadi dasarnya. Landasan hukum dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah sebagai berikut16: a) Undang-Undang Dasar 1945, pasal 31, Ayat 3: “Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang.” b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. f) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.. 16. Ibid., hlm. 4-5..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. g) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman bagi Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah. h) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA). i) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. j) Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019. e. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Dalam tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini terdapat tujuan umum dan tujuan khusus yang akan di paparkan sebagai berikut: a) Tujuan Umum Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) agar mereka menjadi pembelajaran sepanjang hayat.17 b) Tujuan Khusus Tujuan khusus Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah18: 1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah. 2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat. 3) Menjadikan sekolah sebagai tempat belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan. 4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. f. Ruang Lingkup Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Ruang Lingkup dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS), meliputi19: a) Lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi). 17. Ibid., hlm. 5. Ibid., hlm. 5. 19 Ibid., hlm. 3. 18.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. b) Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi. c) Lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah). g. Sasaran Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Sasaran Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah seluruh ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atas.20 Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngaglik adalah seluruh ekosistem di SMA Negeri 1 Ngaglik. Harapannya adalah melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS), seluruh ekosistem yang ada di SMA Negeri 1 Ngaglik dapat menjadi warga sekolah yang literat. h. Target Pencapaian Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dipersiapkan untuk menyongsong pendidikan abad ke-21. Oleh karena itu, pembelajaran perlu memperhatikan secara khusus terhadap upaya penguatan karakter, pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Tinking Skill/ HOTS), pemanfaatan literasi, dan pengembangan 4C yang meliputi creativity, critical thinking, communication, dan. 20. collaboration.. Ibid., hlm. 3.. Selanjutnya,. untuk. mengetahui. dan. memastikan.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. keterlaksanaannya dalam pembelajaran maka berbagai aspek ini harus tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.21 Terkait dengan aspek literasi, secara khusus Gerakan Literasi Sekolah (GLS) digagas untuk mendukung kegiatan tersebut.22 Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diharapkan dapat menciptakan ekosistem Sekolah Menengah Atas yang literat, yang dapat menumbuhkan budi pekerti peserta didik. Ciri-ciri ekosistem sekolah yang literat adalah sebagai berikut23: a) Menyenangkan dan ramah anak, sehingga dapat menumbuhkan semangat warganya dalam belajar; b) Semua warganya mampu menunjukkan sikap empati, peduli, dan menghargai sesama; c) Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan pada warganya; d) Memampukan warganya untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya; e) Mengakomodasikan partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal SMA. i. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah Menurut Beers, agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi, hendaknya perlu menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah. Strategi ini akan mendukung budaya literasi dapat terlaksana dengan baik, sehingga nantinya akan memberikan dampak positif bagi seluruh warga sekolah. Beberapa strategi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut24: 1) Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi. 21. Hendra Kurniawan, 2018, “Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah”, Historia Vitae, Vol 32, No. 1, Universitas Sanata Dharma, hlm. 2. 22 Ibid., hlm. 2. 23 Dirjendikdasmen, op.cit., hlm. 34. 24 Ibid., hlm. 12..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya peserta didik di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor kepala sekolah dan guru. Karya-karya peserta didik ini kemudian diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di sudut baca di semua kelas, kantor, dan area lain di sekolah. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literasi. 2) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat Lingkungan sekolah dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik, tetapi juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Literasi juga diharapkan dapat mewarnai semua perayaan penting di sepanjang tahun pelajaran. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. sekolah selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain dengan membangun budaya kolaboratif antarguru dan tenaga kependidikan. Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kemampuannya masingmasing. Peran orang tua dalam gerakan literasi juga akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi. 3) Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademik. Ini dapat diketahui berdasarkan perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pembelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya. Tabel di bawah ini mencantumkan beberapa parameter yang dapat digunakan sekolah untuk membangun budaya literasi sekolah yang baik. Tabel 2. Ekosistem Sekolah yang Literat a. Lingkungan Fisik 1). 2) 3) 4). Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling). Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbang kepada semua peseta didik. Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas. Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. tua/ pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas. 5) Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak. 6) Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah. b. Lingkungan Sosial dan Afektif 1). 2) 3) 4) 5). 6) c. 1) 2). 3) 4) 5). 6) 7). 8). Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik) diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari senin merupakan salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan. Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi. Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya. Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-masing. Terdapat wakyu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalam menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya. Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan program literasi. Lingkungan Akademik Terdapat TLS yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal. Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading), membaca buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation). Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain. Disepakati waktu berkala untuk TLS membahas pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan. Ada beberapa buku yang wajib dibaca oleh warga sekolah. Ada kesempatan pengembangan professional tentang literasi yang diberikan untuk staf, melalui kerja sama dengan institusi terkait (perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi pengalaman dengan sekolah lain). Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. j. Tahapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana dan prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah sebagai berikut25: 1) Tahap. pertama. adalah. tahap. Pembiasaan. kegiatan. membaca. yang. menyenangkan di ekosistem sekolah. Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi peserta didik. Pada pembelajaran sejarah, kegiatan pembiasaan yang diberikan oleh guru biasanya adalah dengan membaca materi-materi sejarah yang akan dipelajari. Peserta didik diminta untuk membaca buku pelajaran dan juga diminta untuk mencari sumber lain. Kegiatan ini dilakukan ketika akan memasuki materi baru atau ketika akan ulangan. 2) Tahap kedua adalah tahap Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan. literasi.. Kegiatan. literasi. pada. tahap. ini. bertujuan. mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan 25. Ibid., hlm 28-30..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan. Dalam pembelajaran sejarah kegiatan pada tahap pengembangan yang dilakukan adalah dengan dengan membuat rangkuman dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata yang dapat dijadikan contoh. 3) Tahap ketiga adalah tahap Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran. Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran yang dapat berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas. Dalam pembelajaran sejarah literasi dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang mampu menumbuhkan empat keterampilan dalam diri peserta didik yaitu membaca, menyimak, menulis, dan berbicara..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. Pada tabel berikut ini akan dipaparkan tahap dan kegiatan literasi sekolah. Tabel 3. Fokus Kegiatan dan Tahapan Literasi Sekolah TAHAPAN PEMBIASAAN (belum ada tagihan). KEGIATAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membaca buku dengan nyaring (read aloud) atau seluruh warga sekolah membaca dalam hati (sustained silent reading). Di SMA Negeri 1 Ngaglik telah rutin dilaksanakan setiap hari selama 15 menit sebelum proses pembelajaran dimulai. Khusus untuk hari kamis diadakan literasi agama yaitu membaca kitab suci sesuai dengan agama masing-masing. 2. Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya literasi, antara lain: (1) menyediakan perpustakaan sekolah; (2) pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun sekolah); dan (3) penyediaan koleksi teks cetak, visual, digital, maupun multimodal yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah; (4) pembuatan bahan kaya teks (print-rich materials). Di SMA Negeri 1 Ngaglik sudah memadai dan sedang dalam tahap untuk melengkapinya. PENGEMBANGAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum (ada tagihan jam pelajaran melalui kegiatan membaca buku sederhana untuk dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca penilaian nonbersama, dan/atau membaca terpadu diikuti akademik) kegiatan lain dengan tagihan non-akademik, contoh: membuat peta cerita (story map), menggunakan graphic organizers, bincang buku. 2. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif sekolah yang menghargai keterbukaan dan kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai kegiatan, antara lain: (a) memberikan penghargaan kepada capaian perilaku positif, kepedulian sosial, dan semangat belajar peserta didik; penghargaan ini dapat dilakukan pada setiap upacara bendera hari Senin dan/atau peringatan lain; (b) kegiatankegiatan akademik lain yang mendukung terciptanya budaya literasi di sekolah (belajar di kebun sekolah, belajar di lingkungan luar sekolah, wisata perpustakaan kota/daerah dan taman bacaan masyarakat, dll.).

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. 3. Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di perpustakaan sekolah/ perpustakaan kota/daerah atau taman bacaan masyarakat atau sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan, antara lain: (a) membaca buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading), menonton film pendek, dan/atau membaca teks visual/digital (materi dari internet); (b) peserta didik merespon teks (cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi, melalui beberapa kegiatan sederhana seperti menggambar, membuat peta konsep, berdiskusi, dan berbincang tentang buku. Secara keseluruhan kehiatan dalam tahap pengembangan ini sudah mulai terlaksana ditandai dengan telah disediakannya buku kemajuan literasi di setiap kelas. PEMBELAJARAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum (ada tagihan jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku akademik) dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti dengan kegiatan lain dengan tagihan non-akademik dan akademik. 2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran, disesuaikan dengan tagihan akademik di kurikulum 2013. 3. Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran (misalnya, dengan menggunakan graphic organizers). 4. Menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran. Dalam mata pelajaran sejarah Indonesia sudah diterapkan. Dalam tahap pembelajaran, semua mata pelajaran sebaiknya menggunakan ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam buku-buku pengayaan atau informasi lain di luar buku pelajaran. Guru diharapkan bersikap kreatif dan proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan.26 Khusus pada tahap ketiga. 26. Ibid., hlm. 30..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. yaitu tahap pembelajaran, pemanfaatan literasi dalam proses pembelajaran dirancang untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 yang harapannya dapat menjawab tantangan pendidikan pada abad ke 21.27. 2. Pembelajaran Sejarah a) Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut kemudian mendapatkan imbuhan awalan “pe” dan akhiran “an” yang kemudian menjadi Pembelajaran. Pembelajaran memiliki arti sebagai sebuah proses, cara, dan perbuatan mengajar pada peserta didik yang dilakukan oleh pendidik supaya peserta didik mau belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembelajaran adalah sebuah proses, cara, serta perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.28 Sementara pembelajaran menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.29 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 juga menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya. 27. Hendra Kurniawan, op. cit., hlm. 1. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 29 www.dosenpendidikan.com/22-pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli-terlengkap, diakses pada Rabu, 11 Maret 2018, pukul 15.22 WIB. 28.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.30 Pembelajaran ini menjadi sangat penting karena dalam kegiatan ini terdapat proses interaksi antara guru sebagai sebagai pembawa informasi dan peserta didik sebagai penerima informasi. Arti penting pembelajaran ini memberikan penjelasan bahwa pembelajaran merupakan proses yang tidak bisa dianggap remeh dalam proses kemajuan suatu bangsa.31 Dalam proses pembelajaran informasi menjadi bagian yang sangat penting untuk diperoleh. Peserta didik perlu melakukan pengolahan terhadap informasiinformasi yang didapatnya. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana peserta didik mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima peserta didik.32 Dalam teori pengolahan informasi terdapat komponen belajar yang meliputi: (1) perhatian ditujukan pada stimulus, (2) pengodean stimulus, (3) penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas dasar komponen belajar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yang dapat dilakukan adalah33: 1) Membimbing Peserta Didik dalam Penerimaan Stimulus Sistem memori manusia dapat melakukan seleksi atas stimulus-stimulus yang dapat diperhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan 30. Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme: Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter, 2013, Bandung: Alfabeta. hlm. 90. 31 Ibid., hlm. 56. 32 Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan pembelajaran: Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017, hlm. 150. 33 Ibid., hlm. 153-156..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. berkaitan membimbing perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain: (a) memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih, (b) mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Hal penting agar kegiatan menyajikan fokus adalah memudahkan peserta didik menerima informasi yang cermat dan lengkap. 2) Memperlancar Mengode Selama belajar, fungsi pengodean adalah untuk menyiapkan informasi baru untuk disimpan ke dalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki transformasi informasi menjadi kode ringkasan untuk memudahkan mengingat kembali diwaktu kemudian. Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengodean, yaitu dengan memberikan pengisyarat, elaborasi, dan cara titian ingatan (mneomonik) sebagai pembantu untuk menyusun sandi, pandangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran. 3) Memperlancar Penyimpanan dan Retrival Siasat pengodean penting karena dapat meningkatkan kemampuan mengingat kembali kelak. Elaborasi berbasis pembelajaran dan elaborasi basis peserta kedua memberikan sumbangan dalam mengingat kembali.. Proses. pemnculan kembali apa yang telah disimpan dalam ingatan (retrival process) dianalogikan dengan mekanisme menelusuran (search mechanism). Asumsi yang dipakai dalam penelusuran informasi dalam ingatan adalah: bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusurannya bergerak secara hierarkis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah proses yang di dalamnya terjadi interaksi antara peserta didik, pendidik, dan sumber belajar. Tujuan dari pembelajaran ini adalah membuat peserta didik memperoleh ilmu dan pengetahuan, pembentukan sikap, dan kepercayaan diri dalam dirinya. Pembelajaran menjadi jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan.34 b) Sejarah Sejarah berasal dari kata Syajaratun (bahasa Arab) yang berarti pohon. Sejarah dalam bahasa Inggris adalah history (Bahasa Latin dan yunani Historio).35 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sejarah mengandung tiga makna yaitu36: (1) kesusasteraan lama (silsilah, asal-usul), (2) kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu, dan (3) ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, atau juga disebut riwayat. Sejarah dalam pandangan R. Mohammad Ali adalah (1) jumlah perubahanperubahan, kejadian-kejadian, dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita, (2) cerita tentang perubahan-perubahan itu dan lain sebagainya, dan (3) ilmu yang bertugas menyelidiki tentang perubahan dan sebagainya. Definisi sejarah Ali. 34. Heri Susanto, Seputar pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2014, hlm. 43. 35 Kunto Wijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 1. 36 Abd. Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2011. hlm. 4..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. menunjuk pada tiga hal pokok yakni: peristiwa dan perubahan, cerita, dan ilmu yang mempelajari tentang peristiwa dan perubahan.37 Sejarah dimaksudkan sebagai rekonstruksi masa lalu dan yang di rekonstruksi sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami manusia. Pada umumnya orang memakai istilah sejarah untuk menunjuk cerita sejarah, pengetahuan sejarah, gambaran sejarah, yang semuanya itu sebenarnya adalah sejarah dalam arti subjektif. Sejarah dalam arti subjektif ini merupakan suatu konstruk, yang merupakan bangunan yang disusun oleh penulis sebagai satu uraian atau cerita. Sejarah dalam arti objektif menunjuk pada kejadian atau peristiwa itu sendiri, yaitu peristiwa sejarah dalam kenyataannya. Kejadian itu sekali terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi. 38 Mengajar sejarah berarti membantu peserta didik untuk mempelajari sejarah sehingga kita perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah sebelum menelaah strategi dan teknik yang dapat digunakan guru untuk membantu peserta didik dalam belajar.39 Sampai saat ini sebagian besar pembelajaran sejarah di sekolah menengah masih menitikberatkan pada kegiatan menghafal fakta-fakta sejarah. Untuk itu sebagai sorang calon guru, sebaiknya kebiasaan yang demikian haruslah diubah. Dalam pembelajaran sejarah sebaiknya jangan hanya menerapkan sistem menghafal yang dapat membuat bosan peserta. 37. Ibid., hlm. 7. Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hlm. 13-15. 39 Brian Garvei dan Mary Krug, Model-model Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015, hlm. 1. 38.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. didik, tetapi juga harus mencari dan menerapkan inovasi-inovasi baru dengan menggunakan strategi, model, dan metode yang tepat dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah, peran penting pembelajaran terlihat jelas bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi juga proses pendewasaan pada diri peserta didik untuk memahami identitas, jati diri, dan kepribadian bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Dengan demikian pembelajaran sejarah hendaknya memperhatikan beberapa prinsip40: 1) Pembelajaran yang dilakukan haruslah adaptif terhadap perkembangan peserta didik dan perkembangan zaman. Kendatipun sejarah bercerita tentang kehidupan masa lalu, bukan berarti sejarah tidak bisa diajarkan secara kontekstual. Banyak nilai dan fakta sejarah yang bila disampaikan dengan benar dan sesuai dengan alam pikiran peserta didik akan mampu membangkitkan pemahaman dan kesadaran peserta didikterhadap nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, dan persatuan. 2) Pembelajaran sejarah. hendaklah berorientasi. pada pendekatan. nilai.. Menyampaikan fakta memang sangat penting dalam pembelajaran sejarah, akan tetapi juga tidak kalah penting adalah bagaimana mengupas fakta-fakta tersebut dan mengambil intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman nilai tersebut.. 40. Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah:isu, gagasan, dan strategi pembelajaran, Yogyakarta: Aswaja Pressido, 2014. hlm. 56-57..

Gambar

Tabel 1. Pelaksanaan Komponen Literasi
Tabel  di  bawah  ini  mencantumkan  beberapa  parameter  yang  dapat  digunakan sekolah untuk membangun budaya literasi sekolah yang baik
Tabel 3. Fokus Kegiatan dan Tahapan Literasi Sekolah
Gambar I. Kerangka Pikir  MENULIS AFEKTIF  PSIKOMOTORIK LITERASI PEMBELAJARAN SEJARAH S GURU PESERTA DIDIK HASIL  BELAJAR MEMBACA MENYIMAK BERBICARA KOGNITIF
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan kajian dijalankan adalah untuk mengenalpasti kemahiran serta ilmu pengetahuan khusus yang diperlukan oleh pensyarah dalam menjayakan Program Pendidikan Khas untuk pelajar

Bibit yang dilakukan dengan p€nggunaan ruas sulur tua pada umur 3 minggu' trarryak bibir yang tidak tumbuh dengan baik dengan indikasi batang kering' Bibit yang

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berada pada tahap growth dan stagnant lebih cenderung melakukan manajemen laba akrual, sedangkan pada tahap

Pada saat ini peneliti atau pengguna arsip belum mudah menemukan, memperoleh informasi mengenai aktivitas lembaga pemerintah di DIY dengan hanya mengandalkan arsip yang tersimpan

Meskipun terdapat perbedaan representasi yang diberikan kepada perempuan PRT masa lalu dan masa kini, namun kesemuanya memperlihatkan bahwa PRT masih dikategorikan sebagai pihak

Hartnan dalam penelitian Rinda (2014) juga mempertegas bahwa seseorang yang memiliki workplace spirituality (Spiritualitas di Tempat Kerja) yang tinggi akan menghasilkan

Kegiatan umum bertujuan untuk mendapatkan pengalaman beke j a bagi mahasiswa baik di studio/kantor maupun di lapangan, terutama di Bidang Arsitektur Lanskap

ketidakberhasilan dalam proses pembangunan. Dalam rangka realisasi kebijakan penanggulangan kemiskinan Pemerintah Kabupaten Sragen melalui Unit Pelayanan Terpadu