• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Perencanaan Proses Pembelajaran Sejarah yang Memanfaatkan Literasi Literasi merupakan kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis. Dalam literasi sebenarnya tidak hanya keterampilan membaca atau menulis saja yang dikembangkan tetapi juga melatih keterampilan menyimak dan berbicara. Hal ini karena dalam literasi yang menjadi fokusnya adalah pengembangan empat keterampilan dalam diri individu dalam hal ini adalah peserta didik yaitu keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan sebuah terobosan baru yang gunanya adalah untuk mengatasi masalah rendahnya minat baca peserta didik yaitu Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dikeluarkan berdasarkan pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) terdapat tiga tahapan yaitu tahap pembiasan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Khusus pada tahap ketiga yaitu tahap pembelajaran, pemanfaatan literasi dalam proses pembelajaran dirancang untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 yang harapannya dapat menjawab tantangan pendidikan pada abad ke 21.110

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dipersiapkan untuk menyongsong pendidikan abad ke-21. Oleh karena itu, pembelajaran perlu memperhatikan secara khusus terhadap upaya penguatan karakter, pengembangan kemampuan

berpikir tingkat tinggi (Higher Order Tinking Skill/ HOTS), pemanfaatan literasi, dan pengembangan 4C yang meliputi creativity, critical thinking, communication, dan collaboration.111 Tentunya hal ini juga harus dikembangkan dalam pembelajaran sejarah Indonesia.

Pembelajaran literasi dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran termasuk untuk mata pelajaran sejarah Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa mata pelajaran sejarah Indonesia memiliki begitu banyak sumber sehingga sangat cocok bila pembelajajaran literasi diterapkan di dalamnya. Penerapan literasi dalam pembelajaran sejarah indonesia ini sesuai dengan tahapan dalam Gerakan Literasi Sekolah yaitu tahap ketiga. Dengan diterapkannya literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia maka akan membuat peserta didik dapat berpikir tingkat tinggi (Higher Order Tinking Skill/ HOTS). Hal ini karena peserta didik harus mengelola sendiri informasi yang didapatnya. Selain HOTS, melalui pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia juga akan memunculkan dan mengembangkan 4C dalam diri peserta didik.

Dalam tahap ketiga atau tahap pembelajaran ini, seluruh kegiatan yang dilakukan sebagai upaya tindak lanjut dari tahap kedua atau tahap pembiasaan. Dalam tahap ketiga atau tahap pembelajaran ini seluruh kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik akan dinilai secara akademik. Ini sesuai dengan tagihan yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang sifatnya akademis. Dalam tahap ketiga ini peserta didik diharapkan mampu mengolah dan mengelola kemampuannya dalam

berkomunikasi secara kreatif. Hal-hal ini dapat diperoleh oleh peserta didik melalui kegiatan literasi baik menggunakan buku maupun menggunakan media lainnya.

Sebelum melaksanakan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi tentunya guru harus sudah mempunyai perencanaan yang matang. Yang pertama-tama disiapkan oleh guru adalah Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam penelitian ini RPP yang dibuat oleh guru adalah berdasarkan pada KD 3.8 dan 4.8. Dari KD 3.8 dan 4.8 kemudian guru mengembangkannya menjadi indikator pelaksanaan kompetensi. Dalam penelitian ini hanya diamati 2 kali pertemuan saja untuk indikator pelaksanaan kompetensi sebagai berikut112:

3.8.1. Menganalisis sumber-sumber sejarah dari kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara.

3.8.2. Mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara.

3.8.3. Menunjukkan letak dari kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara.

4.8.2. Menyajikan informasi pendukung mengenai perkembangan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara dalam bentuk teks naratif. Dalam RPP dengan KD 3.8 dan 4.8 guru menggunakan pendekatan Student Center Learning. Untuk model pembelajaran, guru menggunakan model

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Sementara untuk metode pembelajarannya, guru menggunakan metode pembelajaran berupa ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan.

Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan suatu bentuk pembelajaran kooperatif dimana peserta didik belajar secara

berkelompok dan berdiskusi guna menemukan dan memahami konsep-konsep dalam pembelajaran.113 Dengan demikian, secara umum penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dalam proses pembelajaran khususnya pebelajaran sejarah Indonesia dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri peserta didik. Selain itu peserta didik juga menjadi lebih aktif dalam memahami materi dan diskusi kelompok. Jika dihubungkan dengan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia, model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) sangatlah efektif untuk membantu

peserta didik dalam mengembangkan empat keterampilan yang akan dimunculkan literasi yaitu keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.

Dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi dengan menggunakan model Student Teams Achievement Division (STAD), peserta didik kemudian diminta untuk membentuk kelompok dengan dipandu oleh guru. Kelompok yang dibuat harus bersifat heterogen, baik dari segi agama, suku, gender, dan juga prestasi. Semua ini dimaksudkan untuk memupuk rasa kerja sama dalam kelompok, menyelesaikan tugas dengan baik, dan menghindarkan dari rasa iri pada diri peserta didik.114

Setelah pembentukan kelompok, selanjutnya guru memberikan tugas pada peserta didik untuk membuat sebuah karya berupa teks naratif. Untuk membantu kelompok mengerjakan tugas tersebut, guru menayangkan sebuah video yang berkaitan dengan materi yang diajarkan atau dibahas ketika itu. Penayangan video ini tujuannya adalah untuk memudahkan setiap kelompok dalam memperoleh

113 Yunus Abidin, 2014, op. cit., hlm. 248.

114

informasi yang nantinya akan membantu dalam pembuatan teks naratif. Peserta didik dalam kelompok juga diminta untuk mencari sumber-sumber lain baik dari buku maupun internet untuk memperdalam materi yang didapat. Dalam hal ini, teks naratif yang dibuat peserta didik merupakan produk yang dihasilkan dalam pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi. Berikut ini adalah kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan oleh peserta didik:

Gambar X. Kegiatan Diskusi dan Mengumpulkan Informasi dari Sumber Lain oleh Kelompok.

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Dengan berperannya peserta didik dalam mengumpulkan informasi, itu akan membantu peserta didik untuk lebih aktif dan mandiri lagi dalam mencari maupun memahami materi. Selanjutnya, teks naratif yang dihasilkan oleh setiap kelompok kemudian ditampilkan di kelas dihadapan guru dan kelompok lainnya. Ketika

penampilan tersebut, maka akan terjadi proses transfer pengetahuan antara kelompok yang mendapat giliran tampil kepada kelompok lainnya dan begitu seterusnya. Dengan begitu maka keterampilan berbicara peserta didik juga akan muncul ketika menjelaskan narasi yang dibuat oleh kelompoknya.

Gambar XI. Penampilan Hasil Produk literasi Kelompok di Depan Kelas.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Dari kegiatan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi ini, keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara pada diri peserta didik akan muncul dengan baik. Peserta didik juga akan menjadi lebih aktif dan lebih mandiri dalam mempelajari materi yang sedang ditempuh. Selain itu, karakter dalam diri peserta didik juga akan muncul dalam diri peserta didik melalui proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi. Hal ini karena melalui pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi maka akan muncul pembiasaan-pembiasaan positif dalam diri peserta didik yang juga akan mempengaruhi karakter dan perilaku peserta didik.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi

Terkait dengan aspek literasi, secara khusus Gerakan Literasi Sekolah (GLS) digagas untuk mendukung kegiatan tersebut.115 Sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang dikeluarkan pemerintah tentang penumbuhan budi pekerti, maka Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dikeluarkan untuk menjadi penguat dalam usaha tersebut. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dapat menjadi solusi baru dalam pengembangan pembelajaran literasi. Dalam pelaksanaannya, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) mempunyai tiga tahapan yaitu tahap pertama adalah tahap pembiasaan, tahap kedua adalah tahap pengembangan, dan tahap ketiga adalah tahap pembelajaran.

Semenjak tahun 2017 Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sudah mulai terlaksana dengan baik di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia termasuk di Yogyakarta salah satunya di SMA Negeri 1 Ngaglik. Berdasarkan informasi yang diberikan guru, pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 Ngaglik sudah terlaksana dengan baik pada tahap pembiasaan dan sedang dilanjutkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran. dalam pembelajaran sejarah Indonesia guru sudah menerapkan literasi ke dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, peserta didik mendapatkan tugas sebagai produk dari literasi berupa teks naratif. Sebagian besar peserta didik mengatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi

justru membuat pembelajaran sejarah Indonesia menjadi lebih menarik. Peserta didik dapat menjadi lebih mandiri dan kreatif dalam mencari dan mengembangkan materi pembelajaran.

Pada dasarnya, pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia memiliki tujuan yang penting. Tujuan dari dimanfaatkannya literasi ke dalam pembelajaran sejarah Indonesia adalah sebagai berikut116:

1. Meningkatkan dan memperdalam minat, khususnya minat membaca, dan memotivasi peserta didik untuk belajar.

2. Mengembangkan kemandirian peserta didik sebagai pembelajar sejarah yang mampu menelusuri berbagai sumber sejarah terpercaya secara kritis, kreatif, dan inovatif sehingga selanjutnya produktif menghasilkan karya literasi sejarah.

3. Mendukung upaya pendidikan karakter dan menguatkan kesadaran sejarah terutama dalam internalisasi nilai-nilai kebangsaan, kebhinekatunggalikaan, dan patriotisme.

4. Membentuk peserta didik menjadi peminat sejarah, pembaca sejarah, penulis sejarah, dan komunikator strategis dengan kesadaran sejarah yang tinggi. 5. Meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikir

pada peserta didik yang menempatkan sejarah sebagai salah satu pijakan pikir atau perspektif atas suatu permasalahan aktual.

Tentunya, sebelum melaksanakan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi guru harus memiliki persiapan-persiapan yang matang. Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh guru adalah seperti alat atau bahan-bahan ajar yang dapat menunjang proses pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi ini. Semua ini dipersiapkan guru tentunya untuk mempermudah peserta didik dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi.

Pada awalnya peserta didik mengira bahwa literasi selalu berkaitan dan berhubungan dengan membaca buku. Kebanyakan dari mereka juga mengira bahwa pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi akan membosankan. Namun, setelah mengikuti proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi, peserta didik justru mengatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi justru mengasyikkan dan menyenangkan. Tak banyak yang mengetahui bahwa literasi tidak hanya terkait dengan membaca buku. Kegiatan literasi bisa dilakukan baik dengan literasi media misalnya dengan menonton televisi, literasi teknologi misalnya mempelajari perangkat-perangkat komputer, maupun literasi visual misalnya belajar melalui video.

Dalam kegiatan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi dapat pula dimanfaatkan video sebagai sarana pendukung penyampaian materi. Ada peserta didik yang mengatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi lebih mudah dipahami materinya. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi juga dimanfaatkan media lain seperti video sehingga materi pelajaran lebih mudah untuk dicerna dan dipahami. Ada pula peserta didik yang mengatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi lebih menrik dan mengasyikkan karena lebih banyak variasinya.

Dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, memang peserta didik dituntut untuk lebih kreatif dan mandiri. Mandiri dalam hal ini adalah peserta didik harus mencari materi tambahan dari berbagai sumber

dalam proses pembelajaran. sementara kreatif peserta didik harus bisa merancang sebuah karya yang menarik mengenai materi pembelajaran yang kemudian akan disampaikan di depan kelas. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan yang didefinisikan UU Nomor 20 Tahun 2013 sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.117

Melalui proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi, ada peserta didik yang merasa bahwa mereka menjadi lebih rajin membaca, pemahaman terhadap kosa kata dan istilah-istilah baru juga semakin meningkat. Ini membuktikan bahwa melalui pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi, wawasan peserta didik semakin bertambah. Fokus dan konsentrasi peserta didik juga semakin meningkat. Namun, dalam pelaksanaannya peserta didik juga ada yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi. Sebagian dari peserta didik mengatakan bahwa kesulitan yang dihadapi adalah ketika menemui kosa kata atau istilah-istilah baru mereka kesulitan untuk memahami.

Peserta didik yang mengalami kesulitan tersebut nyatanya sudah memiliki solusi untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Berdasarkan penelitian, peserta didik yang mengalami kesulitan tersebut akan searching di internet, bertanya pada teman yang lebih tahu, atau bertanya pada guru atau orang

yang lebih paham. Ini menandakan bahwa kemandirian pada diri peserta didik sebenarnya sudah terbentuk secara pribadi.

Meskipun ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, namun ada peserta didik yang menyukainya. Alasannya karena peserta didik tersebut memang memiliki hobby dalam membaca atau literasi. Peserta didik tersebut juga mengatakan bahwa jika pembelajaran literasi dikombinasikan dengan media lain seperti media lain maka tentunya akan membuat materi yang disampaikan akan menjadi lebih mudah untuk dipahami. Dari situ dapat terlihat bahwa pemanfaatan-pemanfaatan media lain dapat menunjang keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan penelitian, melalui proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi peserta didik mengatakan bahwa pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran sejarah Indonesia semakin meningkat. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang dibuat guru dalam pembelajaran literasi ini sangat berhasil untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya terhadap materi pelajaran sejarah Indonesia.

Selain mengembangkan pengetahuan, dari penayangan video refleksi yang dilakukan oleh guru peserta didk menjadi lebih mengerti tentang keharmonisan yang harus dijaga. Dari video yang ditayangkan peserta didik dapat belajar saling toleransi terhadap sesama manusia. Tentunya hal itu sangat positif dalam membangun suasana keharmonisan terutama di lingkngan sekolah yang penuh keberagaman.

3. Hasil Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi Pembelajaran berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan seperti yang dikehendaki Kurikulum 2013 akan berdampak bagi guru dalam hal memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat.118 Literasi dapat menjadi solusi yang baik untuk mengembangkan hal tersebut. Dengan dimanfaatkannya literasi ke dalam proses pembelajaran sejarah, maka hal tersebut akan membantu peserta didik dalam mengembangkan empat keterampilan seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara pada diri peserta didik. Tentunya hal tersebut sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dan sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015.

Selain empat keterampilan yang akan muncul dalam diri peserta didik, akan dilihat pula aspek-aspek yang ada pada diri peserta didik. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan, pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi terbukti dapat mampu memunculkan ketiga aspek tersebut.

Pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi terbukti dapat mengembangkan aspek kognitif dalam diri peserta didik. Hal yang dilihat dalam aspek kognitif dalam diri peserta didik ini adalah kemampuan peserta didik dalam memahami dan mengingat kembali materi yang telah disampaikan. Cara untuk melihat perekambangan kognitif peserta didik ini adalah melalui tes. Dari tes yang diberkan maka akan dapat diketahui seberapa jauh tingkat pemahaman dan daya

ingat peserta didik terhadap materi pelajaran sejarah Indonesia yang disampaikan dengan memanfaatkan literasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa dengan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, peserta didik menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran. Pembelajaran ini dapat membantu peserta didik dalam mengelola dan memanagemen pengetahuan yang didapat sehingga tidak hilang begitu saja. Hasilnya adapat diketahui melalui tes yang diberikan oleh guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai peserta didik dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi menunjukkan hasil yang sangat baik. Sebagian besar peserta didik memperoleh nilai yang sudah mencapai bahkan melebihi KKM.

Dari penjelasan tersebut dapat terlihat bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi mempengaruhi daya ingat serta mampu menumbuhkan rasa ingin tahu dan cinta pengetahuan pada peserta didik. Hal ini karena dalam proses pembelajaran ini, peserta didik dilibatkan secara aktif sehingga apapun materi yang didapat peserta didik akan mudah diingat. Selain itu penyampaian dengan gaya-gaya baru juga akan mempengaruhi ingatan peserta didik. Seperti dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi ini dimana dalam pembelajaran ini peserta didik menghasilkan sebuah produk berupa teks naratif dan kemudian akan ditampilkan di sepan kelas untuk menyampaikannya pada peserta didik lainnya. Dalam hal ini akan terjadi pertukaran dan penambahan informasi baru dalam diri peserta didik sehingga pengetahuan peserta didik semakin luas.

Tentunya hal ini juga akan mempengaruhi pemahaman peserta didik. Akan banyak materi yang terekam dan diingat peserta didik jika peserta didik tersebut benar-benar merasa nyaman dengan proses pembelajaran tersebut. Jika demikian makan bukan hal yang mustahil jika peserta didik memperoleh hasil yang memuaskan dalam tes. Dalam penilaian untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik hendaknya benar-benar diorientasikan untuk membangun kompetensi peserta didik. 119

Selain aspek kognitif, aspek afektif dalam diri peserta didik juga mengalami perkembangan dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi. Dalam aspek afektif ini, yang dilihat adalah sikap dan nilai dalam diri peserta didik. Cakupan dalam aspek afektif ini meliputi watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Melalui pembelajaran literasi ini, empati, kepedulian,dan sikap saling menghargai akan muncul dalam diri peserta didik seiring dengan berjalannya waktu selama proses pembelajaran berlangsung.

Perkembangan afektif peserta didik ini dapat pula dilihat dari partisipasi aktif peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi. Tentunya akan terlihat bagaimana sikap, perasaan, minat, emosi, dan nilai peserta didik terhadap proses pembelajaran. Untuk melihat aspek afektif yang berkembang dalam diri peserta didik, maka dalam hal ini peneliti menggunakan kuesioner untuk mengetahuinya. Dari kuesioner ini dapat terlihat bagaimana respon peserta didik terhadap proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi.

Dalam penelitian ini, diketahui bahwa perasaan peserta didik terhadap proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi adalah sangat senang. Peserta didik mengatakan bahwa mereka lebih mudah menerima materi pelajaran karena kegiatan pembelajaran lebih mengasyikkan. Tentunya perasaan ini sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh peserta didik. Dari perasaan senang yang muncul dalam diri peserta didik, maka kemudian nantinya akan menumbuhkan semangat minat peserta didik terhadap pembelajaran sejarah Indonesia.

Kebanyakan peserta didik menganggap bahwa pelajaran sejarah Indonesia merupakan pelajaran yang membosankan. Namun setelah pelajaran sejarah Indonesia memanfaatkan literasi dalam prosesnya, justru peserta didik beranggapan sebaliknya. Ada peserta didik yang mengatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi menjadi lebih menyenangkan dan mereka lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan. Hal ini karena dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi juga memanfaatkan media-media lain sehingga dapat menjadi penyegaran bagi peserta didik dalam belajar. Peserta didik justru lebih berminat untuk belajar sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi.

Di samping aspek afektif, aspek lain yang berkembang dalam diri peserta didik adalah aspek psikomotorik. Aspek pasikomotorik ini selalu berhubungan dengan keterampilan motorik dalam diri peserta didik. Dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi keterampilan dalam diri peserta didik akan dimunculkan diantaraya keterampilan menulis pada diri peserta didik.

Keterampilan menulis ini akan muncul ketika peserta didik mengerjakan sebuah produk berupa teks naratif.

Dari penugasan yang diberikan oleh guru tersebut, keterampilan menulis dalam diri peserta didik sudah terlihat muncul dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil kerja peserta didik dalam menghasilkan teks naratif bersama kelompoknya. Peserta didik sangat kreatif dalam membuat teks naratif yang ditugaskan oleh guru. Dari cara penyajian juga demikian, peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda dalam menampilkan teks naratif mereka. Dengan penampilan-penampilan tersebut maka keterampilan berbicara pada diri peserta didik juga akan muncul. Selain itu kemampuan peserta didik dalam menyimak materi yang disampaikan oleh teman mereka juga akan muncul. Berikut ini adalah gambar hasil karya teks naratif yang di buat kelompok:

Gambar XII. Poduk Literasi Kelompok Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Malaka, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan

Mataram Islam, Kerajaan Gowa-Tallo, dan Kerajaan Ternate-Tidore. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi sangatlah baik untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan yang ada pada dirinya. Dengan pembelajaran ini perkembangan dalam diri peserta didik juga akan terlihat baik dari segi

Dokumen terkait