• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2 Metode Kerja

3.2.2. Pengolahan dan Analisis data

Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah : a. Metode Deskriptif untuk menjelaskan data yang dikumpulkan mengenai

informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku dan volume penjualan produk, pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang pengolahan Aloe vera ini. Data tersebut memberikan suatu gambaran mengenai keadaan prospek, kelayakan dan pengembangan usaha yang dilakukan oleh PT Libe Bumi Abadi.

b. Metode Analisis untuk menganalisa data yang telah disusun bagi penyusunan strategi pengembangan usaha dengan teknik Matriks SWOT, Perbandingan Berpasangan (Paired Comparasion) danmatriks

Internal-Ekternal (matriks I-E), serta informasi keuangan dengan metode kelayakan finansial.

Menurut Kadariah, dkk. (1999), secara umum aspek yang dikaji dalam studi kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi, keuangan dan pemasaran.

a. Aspek teknis meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produksi, proses pengolahan dan pengemasannya.

1) Fasilitas Produksi dan Peralatan

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berbagai peralatan yang digunakan untuk menunjang kelancaran aktivitas produksi seperti alat pengupasan Aloe vera, perlengkapannya mesin penghancur (blender), mesin pemanas yang dapat diatur, mesin penyaringan kasar, mesin penyaringan halus, mesin pembotolan, mesin pasteurisasi dan alat pengemas.

2) Cara Pengadaan dan Mutu Bahan

Untuk mengetahui ketersediaan bahan baku dan penolong yang dibutuhkan, yaitu daun lidah buaya segar apakah berasal dari kebun inti (kebun milik pabrik) atau dari kebun plasma (kebun kerjasama dengan petani), atau dari pemasok. Hal ini penting mengingat dasar filosofis pemilihan bahan untuk memebuat produk makanan adalah Garbage In Garbage Out (GIGO), dimana jika bahan dasarnya buruk, maka produk yang dihasilkan juga buruk, sementara, stándar mutu pelepah Aloe vera ditentukan oleh 4 unsur : (a) daun cacat dan busuk harus 0%, (b) berat daun segar (0,7 – 1) kg per daun, (c) warna daun hijau tua dalam keadaan segar dan (d) panjang daun > 50 cm (Yohanes, 2005).

3) Proses Pengolahan

Hal ini memberikan gambaran tentang proses pengolahan masing-masing produk sampai dengan pengemasan.

4) Sanitasi, Kapasitas produksi dan Mutu Produk.

Untuk mengetahui sanitasi, kapasitas produksi dan mutu produk, perlu diamati kebersihan dan higenisnya, yaitu apakah sesuai standar pedoman good manufacturing practice (GMP) pada usaha pengolahan Aloe vera, serta sejauhmana kapasitas produksi sudah dapat memenuhi permintaan pasar dan bagaimana menentukan kriteria mutu produksi.

5) Tenaga Kerja

Hal ini untuk mengetahui jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat pendidikan yang diperlukan dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dimaksud.

b. Aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga, persaingan dan peluang pasar, serta proyeksi permintaan pasar berikut : 1) Permintaan

Memberikan gambaran tentang permintaan produk Aloe veraliquid untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri.

2) Penawaran.

Memberikan gambaran tentang penghasil produk Aloe vera (pesaing) dan faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran

3) Harga.

Memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual minuman Aloe vera, yaitu ini adalah hubungan antara harga jual dengan permintaan dan penawaran oleh pihak pembeli, serta faktor yang mempengaruhi harga jual minuman Aloe vera.

4) Persaingan dan Peluang Pasar.

Memberikan gambaran tentang produsen dan distributor minuman Aloe vera.

5) Pemasaran Produk.

Untuk mengetahui pasar yang dituju, terutama distributor dan jaringan multi level marketring (MLM).

c. Aspek Keuangan untuk mengetahui kelayakan usaha dari segi keuangan. Komponen biaya mencakup pengadaan sarana dan prasarana, biaya operasi dan biaya lain-lain. Biaya pengadaan prasarana adalah meliputi biaya investasi, yaitu biaya perijinan, bangunan dan pembelian peralatan untuk proses produksi.

1) Biaya operasi meliputi biaya pembelian daun lidah buaya segar, biaya bahan pembantu, biaya pengemasan, upah pekerja, biaya peralatan/kendaraan dan biaya overhead.

2) Pendapatan yang merupakan total hasil penjualan minuman Aloe vera kepada para pelanggan, yang didasarkan pada diproyeksikan selama lima tahun.

3) Kebutuhan Modal dan Kredit.

Dalam menunjang pengembangan perusahaan diperlukan modal kerja dan modal untuk keperluan investasi.

i. Modal kerja untuk pengembangan usaha 100 % akan dipenuhi dari kredit perbankan.

ii. Modal untuk investasi untuk pengembangan usaha 100% dipenuhi dari modal sendiri.

4) Analisis Cash Flow.

Berdasarkan analisis proyeksi cash flow selama lima tahun akan diketahui bila mendapatkan kredit, apakah perusahaan dapat memenuhi kewajiban membayar bunga maupun angsuran kepada bank dengan baik (surplus/defisit kas).

5) Analisis Profitabilitas.

Analisis profitabilitas ini diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dilihat dari kriteria seperti lazimnya yang digunakan untuk mengevaluasi suatu proyek, yaitu :

i. PBP dihitung dengan rumus : Total investasi

PBP = --- x 1 tahun Laba Setelah Pajak + Penyusutan

ii. NPV dihitung dengan rumus berikut : NPV=

∑( )

= + n t t k At 1 1 Keterangan:

n = periode/tahun terakhir aliran kas/ cash flow. At = aliran kas pada periode t

k = tingkat keuntungan yang diharapkan atau discount rate yang digunakan

iii. IRR dihitung dengan rumus berikut :

NPV1

IRR = il + --- (i2-i1) (NPV 1 - NPV2)

Keterangan.

lRR = Nilai Internal Rate of Return. NPV1 = Net Present Value pertama. NPV2 = Net Present Value kedua.

i 1 =Tkt suku bunga/discount rate pertama. i 2 = Tkt suku bunga/discount rate kedua.

iv. BEP atau titik impas dihitung dengan rumus :

Total Biaya Tetap

BEP = --- Harga jual satuan - Biaya Variable/satuan v. Perhitungan BCR dengan rumus berikut :

PV benefi

BCR = --- PV cost

Keterangan :

PV benefit = PV dari total benefit selama periode analisa dimana benefit adalah laba setelah pajak ditambah penyusutan.

PV cost = Present value of capital (biaya pertama atau modal diluar biaya untuk operasi dan produksi).

Dalam merumuskan strategi pengembangan usaha dilakukan tahap pengumpulan data dari luar lingkungan perusahaan (faktor strategi eksternal) mínimum masing-masing 5 faktor peluang dan faktor ancaman seperti analisis pasar, pesaing, pemasok, pemerintah, komunitas tertentu, sumber pendanaan dari perbankan serta dari internal operasional PT Libe Bumi Abadi (faktor strategi internal) masing-masing 5 faktor kekuatan dan faktor kelemahan seperti laporan keuangan, SDM, kegiatan pemasaran dan operasional. Faktor-faktor tersebut dievaluasi pengaruhinya terhadap perkembangan usaha pengolahan Aloe vera

dengan menggunakan Matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE).

Evaluasi terhadap faktor eksternal menggunakan Matriks EFE (Tabel 1), Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengevaluasi berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi PT. Libe Bumi Abadi. Langkah-Iangkah tersebut adalah :

a. Menuliskan daflar peluang dan ancaman pada kolom pertama

b. Memberikan bobot dengan selang 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting) pada kolom kedua. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu. Pembobotan dapat dilakukan dengan Matriks perbandingan berpasangan dari hasil kuesioner.

c. Memberikan rating atau peringkat 1-4 pada kolom ketiga. Untuk Matriks EFE, rating mengindikasikan seberapa efektif PT. Libe Bumi Abadi merespon peluang dan ancaman yang bersangkutan. Rating 4 = respon yang sangat superior, 3 = respon di atas rataan, 2 = respon rataan, I = respon di bawah rataan. Rating 1-4 ditentukan dengan membandingkan fakta dengan kinerja ideal, namun demikian upaya ini merupakan nilai subyektif.

d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot.

e. Skor yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan total skor terbobot

Total skor terbobot antara 1-4, nilai 1 pada Matriks EFE menunjukkan bahwa situasi PT. Libe Bumi Abadi mampu memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman. Nilai 4 mengindikasikan bahwa PT. Libe Bumi Abadi saat ini telah sangat baik dalam memanfaatkan peluang untuk menghadapi ancaman-ancaman yang ada. Nilai 2,5 menunjukkan kondisi PT. Libe Bumi Abadi mampu merespon situasi ekternal secara rataan untuk Matriks EFE (Rangkuti, 2005 ).

Tabel 1. Matriks EFE

Faktor eksternal Bobot (a) Peringkat (b) Skor terbobot (c = axb) Peluang 1. 2. Ancaman 1. 2. Jumlah 1,0 Sumber : Rangkuti, 2005

Evaluasi terhadap faktor internal menggunakan Matriks IFE (Tabel 2). Dalam hal ini terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengevaluasi berbagai faktor internal yang mempengaruhi PT. Libe Bumi Abadi. Langkah-langkah tersebut adalah :

a. Menuliskan daftar kekuatan dan kelemahan pada kolom pertarna.

b. Memberikan bobot dengan selang 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Kolom ke 2.Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1.

Pembobotan dapat dilakukan dengan Matriks perbandingan berpasangan dari hasil kuesioner

c. Memberikan rating atau peringkat 1-4 pada kolom ketiga. Untuk Matriks IFE, rating rnengindikasikan seberapa efektif PT. Libe Bumi Abadi memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang bersangkutan. Rating 4 = kekuatan besar, 3 = kekuatan kecil, 2 = kelemahan kecil, I = kelemahan besar. Rating 1-4 ditentukan dengan membandingkan fakta dengan kinerja ideal yang diharapkan.

d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot.

e. Skor yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan total skor terbobot. Total skor terbobot antara 1-4, nilai 1 pada Matriks IFE menunjukkan bahwa situasi PT. Libe Bumi Abadi sangat buruk. Nilai 4 mengindikasikan bahwa PT. Libe Bumi Abadi saat ini berada pada kondisi sangat baik. Nilai 2,5 pada Matriks IFE menunjukkan bahwa situasi internal PT.Libe Bumi Abadi pada tingkat rataan (Rangkuti, 2005 ).

Tabel 2. Matriks IFE

Faktor Internal Bobot (a) Peringkat (b) Skor Terbobot (c = axb) Kekuatan 1. 2. Kelemahan 1. 2. Jumlah 1,0 Sumber : Rangkuti, 2005

Pembobotan dengan Matriks berpasangan dilakukan dengan penilaian dilakukan dengan pemberian bobot numerik dan membandingkan antara satu unsur dengan unsur lainnya. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2 dan 3.

Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal

Indikator horizontal dan indikator vertikal adalah peubah–peubah kekuatan dan kelemahan pada faktor strategi internal serta peubah peluang dan ancaman pada faktor strategi eksternal. Metode ini membandingkan secara berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap usaha pengolahan Aloe vera.

Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil penilaian tadi untuk menentukan elemen mana yang memiliki prioritas tertinggi dan terendah (Saaty, 1988). Perbandingan berpasangan merupakan kualifikasi hal-hal yang bersifat kualitatif sehingga tidak semata-mata dengan pemberian bobot terhadap semua parameter secara simultan, tetapi dengan persepsi pembandingan atau perbandingan yang diskalakan secara perpasangan. Dengan pengalamannya, seseorang dapat dengan mudah, logis dan akurat memberikan persepsi perbandingan dua hal (Priatmono, 2000).

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan menggunakan rumus (Kinnear, 1991)

X i a i = --- n ∑ X i i = 1 Keterangan : a i = Bobot peubah ke – i Xi = Nilai peubah ke – i I = 1, 2, 3, ...., n N = Jumlah peubah

Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan dengan metode Matriks Banding Berpasangan

Faktor Strategi Internal F1 F2 F3 .... Bobot F1 F2 F3 ... Total

Sumber : Kinnear dan Taylor, 1991.

Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan dengan Metode Matriks Banding Berpasangan

Faktor Strategi Eksternal F1 F2 F3 .... Bobot F1 F2 F3 ... Total

Sumber : Kinnear dan Taylor, 1991.

Selanjutnya adalah tahap analisis dengan menggunakan semua informasi yang ada dalam model kuantitatif ke dalam perumusan strategi dengan menggunakan matriks SWOT dan I-E. Matriks SWOT memberikan rumusan strategi yang menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya. Dari Matriks akan diperoleh empat set alternatif strategi, yaitu SO, ST, WO dan WT (Tabel 5). Matriks I-E memberikan rumusan strategi bisnis di tingkat perusahaan yang lebih detail dalam 9 sel dengan 3 alternatif

strategi meliputi strategi growth (sel 1,2,5,7, 9), strateg stability (sel 4,5)

dan strategi retrenchment (sel 3,6,7). Tahap berikutnya adalah

Tabel 5. Matriks SWOT FSI FSE Strategi (S) Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal Strategi (S-O) Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi (W-O) Ciptakan strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Strategi (S-T) Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi (W-T) Ciptakan strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Sumber : Rangkuti, 2005.

Dokumen terkait