• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Prospek dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Aloe vera pada PT Libe Bumi Abadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Prospek dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Aloe vera pada PT Libe Bumi Abadi"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PROSPEK DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN

ALOE VERA

PADA PT. LIBE BUMI ABADI

I NYOMAN SUISNAYA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

I NYOMAN SUISNAYA. Study of Prospect and Development Strategy of Aloe vera Processing at PT. Libe Bumi Abadi. Supervised by H. Musa Hubeis as committee chairman and Budi Purwanto as member.

Aloe vera has a compete nutrition which has function as natural antioxidant. The objectives of this study are (1) to know the business prospect in market aspect and raw material supply, (2) to evaluate financial feasibility, (3) to evaluate business management in the management aspect and production technology, (4) to average business development strategy of PT. Libe Bumi Abadi.

The method of analysis used were (1) descriptive method which was used in collecting data of raw material, market prospect, financial statement, selling volume, income and cost, and strategic competitor; (2) feasibility investment method; (3) analysis of strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) and Internal-External (IE) matrix.

The result of the study showed that the business processing of Aloe vera needed investment cost Rp. 687.750.000 and average of operational cost Rp. 1.997.400.000 per year. It was a proper business because it resulted Net Present Value (NPV) Rp. 383.606.492, Internal Rate Return (IRR) 34.39%, Pay Back Period (PBP) during 3.6 years, Benefit Cost Ratio (BCR) 1.558 (> 1) and Break Event Point (BEP) 30,385.41 or 42.20% from used production capacities. The sensitivity analysis showed that the investment was susceptible with the decreasing of selling price 5% but it was still defend in the increasing of raw material 5%.

Based on the SWOT analysis, some alternative strategies that are SO, ST, WO and WT. The strategy which recommended to PT. Libe Bumi Abadi is WO strategy; they are (1) minimal benefit and production which result, (2) finding the new partnership as a the fund resource. The result of the analysis IE matrix showed PT. Libe Bumi Abadi in quadrant V, which is growth. It showed that it passed through horizontal integration or consolidation by defending of selling level and profit.

(3)

I NYOMAN SUISNAYA. Kajian Prospek dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Aloe vera pada PT. Libe Bumi Abadi. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai ketua dan Budi Purwanto sebagai anggota.

Lidah buaya atau Aloe vera L. tumbuh di daerah beriklim panas dan mempunyai kandungan zat gizi cukup lengkap berfungsi sebagai antioksidan alami. Pemanfaatan Aloe vera telah mendorong munculnya industri pengolahan pangan dan obat-obatan. PT. Libe Bumi Abadi, di Jakarta Timur berkapasitas pengolahan Aloe vera 10 ton per hari setara dengan 1.200 l jus, menyerap tenaga kerja 17 orang, menghasilkan Jus Aloe vera, Tiga Tea dan Aloe veraNata.

Bisnis harus didasarkan atas evaluasi kelayakan dan operasinya yang didasarkan atas strategi untuk memenangkan persaingan. PT. Libe Bumi Abadi perusahaan baru, menarik untuk dijadikan objek kajian. Untuk itu, perumusan masalah dalam kajian ini : (1) bagaimana prospek usaha pengolahan Aloe vera dilihat dari sisi pasar dan ketersediaan bahan baku ? (2) bentuk penilaian kelayakan usaha apakah yang diperlukan oleh PT. Libe Bumi Abadi ? (3) bagaimana mengevaluasi manajemen usaha PT. Libe Bumi Abadi ditinjau dari aspek manajemen dan teknologi produksi ? serta (4) bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang sesuai untuk PT.Libe Bumi Abadi ?. Tujuan kajian adalah (1) untuk melihat prospek usaha pengolahan Aloe vera dilihat dari sisi pasar dan ketersediaan bahan baku; (2) melakukan penilaian kelayakan usaha pengolahan Aloe vera oleh PT. Libe Bumi Abadi; (3) mengevaluasi manajemen usaha PT. Libe Bumi Abadi ditinjau dari aspek manajemen dan teknologi produksi, serta (4) menyusun strategi pengembangan usaha untuk PT. Libe Bumi Abadi.

Metode analisis yang digunakan : (1) metode deskriptif untuk menjelaskan secara kualitatif informasi potensi bahan baku, prospek pasar, laporan keuangan, volume penjualan, pendapatan dan biaya, serta pesaing strategis; (2) metode kelayakan investasi menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Break Event Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR), Pay Back Periode (PBP) dan analisis sensitivitas; (3) metode analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) dan matriks Internal-External (I-E) untuk analisis strategi pengembangan usaha.

Secara teknis produksi tersedia (1) bangunan 200 m2 sebagai tempat produksi, (2) pisau 12 buah untuk mengupas dan memotong Aloe vera, (3) mesin penghancur volume 0,8 m3 (4) mesin pemanas untuk meningkatkan suhu gel mencapai 40 C saat fermentasi, (5) mesin penyaringan bubur menjadi Aloe vera liquid, (6) mesin ultra violet, mematikan mikro organisme, (7) mesin pembotolan untuk botol volume 500 ml dan (8) mesin pasteurisasi sebelum packaging seal.

Kapasitas mesin 288.000 l/tahun, dimanfaatkan hanya 25%. Untuk 1 (satu) hari dibutuhkan 2.500 kg daun lidah buaya setara dengan 300 l jus, enzim 30 l, penstabil 120 gr dan air treatment. Kebutuhan Aloe vera per tahun 600 ton dipenuhi dari Sukabumi dan Pontianak. Dalam produksi telah diterapkan Good Manufacturing Practices standar Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM) dengan nilai Baik.

(4)

yaitu pada tahun 2000 hanya 73,5 ton dan pada tahun 2004 mencapai 1.298,2 ton.

Dari sisi penawaran berdasarkan data produksi di Kalimantan Barat selama 6 tahun (1996-2001) rataan peningkatan luas tanam 43,08%, sedangkan yang dapat dipasarkan relatif masih sedikit (6,59%). Harga jual daun di Pontianak berkisar Rp 750;- - Rp.1.500,- per kg pada tingkat petani dan harga jual jus berkisar Rp. 30.000,- - Rp 50.000,- per liter.

Para pemain di bisnis jus Aloe vera adalah: PT. Kavera Biotech (Kavera), PT Niramas (Inaco) dan PT. Keong Nusantara Abadi (Wong Coco). Analisis kompetitif terhadap PT. Libe Bumi Abadi dengan kompetitornya menunjukkan bahwa pangsa pasar relatif sama , kemampuan sales force di bawah ketiga kompetitor , harga jual lebih mahal dan trend pertumbuhan di bawah kompetitor. Mutu produk dan teknologi secara keseluruhan setara dengan Kavera, namun lebih rendah dari Wong Coco dan Inaco. Kelengkapan jenis produk, tenaga kerja dan sarana produksi relatif sama dengan pesaing. Manajemen usaha dan cash flow lebih lemah dari kompetitor.

Untuk analisis aspek keuangan digunakan beberapa asumsi, yaitu periode produksi per hari 6 jam, jumlah hari kerja 1 bulan 20 hari, jumlah bahan baku per produksi 2.500 kg setara 300 l jus dan sumber permodalan untuk biaya operasional dari kredit dengan bunga bank 16%.

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan Aloe vera dengan kebutuhan biaya investasi Rp. 687.750.000.- dan rataan biaya operasional Rp. 1.997.400.000; per tahun layak diusahakan karena menghasilkan NPV Rp. 383.606.492, IRR 34,39%, PBP selama 3,6 tahun, BCR 1,558 (> 1) dan BEP 30,385,41 l atau 42,20 % dari kapasitas produksi terpakai serta analisis sensitivitas menunjukkan, investasi ini rentan dengan penurunan harga jual 5% tetapi masih bertahan pada kenaikan bahan baku 5%.

Berdasarkan analisis lingkungan faktor eksternal dan fakor internal dapat dirumuskan peubah priritas untuk perumusan strategi sebagai berikut : Peluang terdiri atas (1) permintaan pasar dalam dan luar negeri cukup besar, (2) ketersediaan bahan baku berlimpah, (3) belum banyak pesaing. Ancaman terdiri atas (1) sulitnya sumber pembiayaan, (2) produk merupakan kebutuhan sekunder, (3) dukungan pemerintah lemah. Kekuatan terdiri atas (1) usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik usaha, (2) teknologi proses cukup andal, (3) produk mempunyai spesifikasi standar internasional dan bermutu tinggi dan . Kelemahan terdiri atas (1) kekurangan modal untuk pengembangan usaha, (2) sistem manajemen organisasi belum mendukung dan (3) strategi pemasaran belum optimal

(5)

PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN

ALOE VERA

PADA PT. LIBE BUMI ABADI

I NYOMAN SUISNAYA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Pengolahan Aloe vera pada PT. Libe Bumi Abadi Nama Mahasiswa : I Nyoman Suisnaya

NRP : F052050015

Disetujui Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Ketua

Ir. Budi Purwanto, ME Anggota

Diketahui,

Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah

Dr. Ir. Nora Panjaitan, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr. Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a.

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b.

Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan mernperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(8)

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wase, karena atas berkatNYA tesis dengan judul Kajian Prospek dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Aloe vera pada PT. Libe Bumi Abadi

akhirnya dapat dirampungkan.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa mulai dari mengikuti perkuliahan sampai dengan penyelesaian tesis , yaitu :

1 Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA selaku Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah dan Ketua Komisi Pembimbing yang dengan sabar membimbing, mengoreksi naskah dan memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan tesis ini.

2 Ir.Budi Purwanto, ME selaku Anggota Komisi Pembimbing yang secara cermat mengoreksi dan memberikan saran penyempurnaan tesis ini.

3 Prof.Dr. Amin Azis, Ir. Sugiarto Sumas MT dan Ir.Paulus Rantetoding MM selaku kolega yang telah memberikan referensi dan ijinnya.

4 Ir. Suherman Wijaya, pemilik dan Direktur PT. Libe Bumi Abadi yang telah memberi ijin melakukan kajian di perusahaannya

5 Dewa Ayu Kade Putri Adnyani, isteri saya yang dengan rajin dan sabar mendukung merampungkan tesis ini. Anak-anaku Nila Mahadika Putri dan Nila Novy SW yang menjadi inspirasi untuk melanjutkan sekolah ini. Keponakan Dewi dan Oni yang membantu menyelesaikan tugas-tugas selama perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

6 Teman-teman angkatan 6, Vera dan Haer di Program Studi IKM, teman-teman Subdit LEP. Dit. Pengembangan Usaha, Depnakertrans, terutama ibu Cahyani yang mengetik tugas-tugas saya selama kuliah. Juga untuk Pak Yadi yang membantu melakukan analisis kuantitatif dan mengetik tesis ini.

Depok, Mei 2008

(9)

Penulis dilahirkan di Tabanan, Bali pada tanggal 28 Desember 1957 dari ayah I Nyoman Radjeg dan ibu Ni Nyoman Puspa. Penulis merupakan putra ketiga dari tujuh bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali di Denpasar, lulus tahun 1984.

Penulis masuk Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Industri Kecil Menengah pada bulan Desember tahun 2005 (Angkatan 6).

(10)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “ Kajian Prospek dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Aloe vera pada PT. Libe Bumi Abadi ” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Depok, Mei 2008

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ii

RINGKASAN iii

PRAKATA x

DAFTAR TABEL………. xiv

DAFTAR GAMBAR ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvi

I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Perumusan Masalah ..……….. 3

1.3. Tujuan ..……….. 3

II LANDASAN TEORI 5 2.1 Lidah Buaya………... 5

2.2 Kelayakan Investasi……….. 10

2.3 Strategi Pengembangan Usaha………. 13

III METODE KAJIAN 16 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian... 16

3.2 Metode Kerja... 16

3.2.1. Pengumpulan Data... 16

3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data... 16

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 26

4.1.1. Profil Usaha... 26

(12)

4.2. Penilaian Kelayakan Investasi ... 28

4.2.1. Aspek Teknis Produksi... 28

4.2.2. Aspek Pemasaran... 35

4.2.3. Aspek Keuangan... 38

4.3 Strategi Pengembangan Usaha ... 45

4.3.1 Kajian Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 45

4.3.2 Alternatif Strategi Pengembangan Usaha... 48

KESIMPULAN DAN SARAN 1.Kesimpulan... 52

2.Saran... 53 DAFTAR PUSTAKA

54

(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Matriks EFE... 21

2. Matriks IFE... 22

3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan dengan metode Matriks Banding Berpasangan ... 24

4 Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan dengan metode Matriks Banding Berpasangan ... 24

5. Matriks SWOT …... 25

6. Jenis pekerjaan dan jumlah pekerja PT. LBA ... 33

7 Data perkembangan ekspor Lidah buaya pada periode September 2000-Januari 2004 ... 35

8 Data produksi Lidah buaya ... 36

9 Persaingan usaha jus Aloe vera ... 37

10 Asumsi yang digunakan dalam kajian aspek keuangan... 39

11 Kebutuhan biaya investasi pengolahan Aloe vera.... 40

12 Kebutuhan biaya modal kerja pengolahan Aloe vera... 41

13 Hasil penjualan produk Aloe vera per tahun... 42

14. Rencana kebutuhan modal dan kredit………... 43

15 Analisis sensitivitas... 45

16 EFE PT. Libe Bumi Abadi... 46

17. IFE PT. Libe Bumi Abadi ……… 47

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Tanaman Aloe vera ………. 6

2 Pohon Industri Aloe vera ………... 8

3 Teh Aloe vera ……….. 9

4 Kripik Aloe vera ……….. 9

5 Dodol Aloe vera ……….. 9

6 Minuman serbuk Aloe vera ……….. 9

7 Kosmetik bahan baku Aloe vera ………. 9

8 Jenis produksi PT. Libe Bumi Abadi ………... 27

9 Mesin penghancur daun Lidah buaya... 29

10 Alat pemanas ……… 30

11 Mesin pembotolan ………. 31

12 Mesin pasteurisasi ………. 31

13 Bahan baku Lidah buaya... 32

14 Skema proses produksi Aloe vera liquid ……….. 34

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner ……….. 56

2. Kebutuhan biaya produksi/operasi………... 65

3. Perhitungan rugi/laba selama 5 tahun………..……….. 68

4. Aliran kas... 71

5. Jadwal angsuran kredit operasional... 74

6 Perhitungan NPV... 77

7 Perhitungan IRR ... 78

8 Perhitungan PBP ... 79

9 Perhitungan BCR ... 80

10 Perhitungan BEP ... 81

(16)

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan lidah buaya semakin lama semakin berkembang. Daun lidah

buaya dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman, berupa

sejenis jeli, minuman segar sejenis jus, nata de aloe, dawet, dodol, selai, dan lain-lain. Makanan dan minuman hasil olahan lidah buaya sangat berpotensi sebagai

makanan/minuman kesehatan, karena adanya kombinasi kandungan zat gizi dan

non gizi yang memiliki khasiat untuk mendongkrak kesehatan.

Besarnya potensi komoditi lidah buaya telah mendorong munculnya industri

pengolahan lidah buaya sebagai produk pangan dan obat-obatan, mulai dari

usaha besar sampai dengan usaha kecil. Perusahan-perusahan tersebut

menghasilkan produk dalam bentuk bahan baku setengah jadi sampai dengan

bentuk produk akhir. Salah satu perusahaan yang termasuk industri kecil

menengah (IKM) di Jakarta telah mengembangkan produk Aloe vera adalah PT. Libe Bumi Abadi, berlokasi di Jakarta Timur.

Untuk keberhasilan usaha yang akan dijalankan, sebuah perusahaan perlu

melakukan evaluasi secara cermat tentang kelayakan usaha yang akan dilakukan.

Dalam mengevaluasi kelayakan usaha tersebut sangat perlu diperhatikan

lingkungan usahanya. Dalam hal ini beberapa hal pokok yang perlu

dipertimbangkan, antara lain aspek teknis produksi, aspek pemasaran, aspek

keuangan, ketersediaan bahan baku, tingkat persaingan dan prospek jangka

panjang dari industri yang digeluti.

Dalam upaya menjaga dan mengembangkan kegiatan usahanya setiap

perusahaan perlu menyusun dan memilih strategi tertentu yang sesuai dengan

jenis produk, karakteristik pasar dan lingkungan usahanya. Sebagai ilustrasi, (1)

pengembangan strategi diferensiasi produk, yaitu merancang perbedaan yang

sangat berarti untuk menawarkan produk perusahaan dari produk pesaing

misalnya menyangkut kemasan, daya tahan atau kombinasi rasa dalam hal produk

makanan, dan (2) strategi penentuan posisi yang didasarkan atas atribut, manfaat,

pemakai, penggunaan dan pesaing, misalnya produk diarahkan untuk bagi yang

mementingkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Perkembangan dunia usaha

semakin kompetitif dan begitu cepat perubahannya, telah mengharuskan perusahaan senantiasa peka terhadap setiap perubahan lingkungan usahanya.

(17)

ancaman yang serius bagi perusahaan, yaitu membuatnya gulung tikar.

Secara garis besar berbagai aspek yang sering mempengaruhi

perkembangan kegiatan bisnis adalah aspek lingkungan eksternal dan internal.

Dalam menentukan strategi masa depan yang sesuai dengan visi dan misi

perusahaan, lingkungan eksternal merupakan hal yang sangat sulit dikontrol akibat

cukup tingginya tingkat ketidakpastian dan kompleksnya permasalahan yang

dihadapi (Hax and Majluf,1984). Untuk menyederhanakan permasalahan tersebut

dan memudahkan penyesuaian terhadap apa yang terjadi dikemudian hari,

terutama dalam melakukan evaluasi terhadap faktor eksternal, perlu dibuat asumsi

argumentatif untuk membuat skenario kondisi lingkungan bisnis masa depan.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis lingkungan eksternal

adalah faktor-faktor yang berada diluar perusahaan yang dapat mewujudkan

peluang atau ancaman. Faktor tersebut menyangkut faktor lingkungan makro

(Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Teknologi) dan lingkungan mikro (pelanggan,

pesaing, pemasok dan publik).

Analisis lingkungan internal bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan perusahaan. Untuk keperluan analisis tersebut digunakan pendekatan

fungsional dengan cara mengevaluasi posisi pasar, kondisi keuangan, produksi,

sumber daya manusia (SDM), struktur organisasi dan manajemen. Berdasarkan

hasil evaluasi terhadap lingkungan eksternal dan internal perusahaan dapat

diambil langkah-langkah strategik untuk diimplementasikan ke dalam kegiatan

operasional perusahaan.

Saat ini, PT. Libe Bumi Abadi menyerap tenaga kerja 17 orang yang terdiri

dari pekerja tetap 5 orang dan pekerja tidak tetap 12 orang, dengan hari kerja

sebanyak 5 hari seminggu, mulai dari jam 8.00-17.00 (PT. Libe Bumi Abadi, 2006).

Ada indikasi bahwa proses produksi dari usaha pengolahan Aloe vera yang dilakukan oleh PT. Libe Bumi Abadi tidak lancar atau tidak optimal. Hal ini

disebabkan kurangnya biaya operasional perusahaan, mengingat pembiayaan dari

usaha ini masih sepenuhnya didukung oleh para pendiri perusahaan dan sedang

diupayakan untuk memperoleh kredit perbankan.

Dilihat dari aspek pemasaran, PT. Libe Bumi Abadi melakukannya dengan

2 (dua) cara, yaitu pemasaran konvensional melalui distributor ke agen dan ke

(18)

PT. Libe Bumi Abadi menghasilkan produk minuman (PT Libe Bumi Abadi,

2006) sebagai berikut (1) Aloe vera Juice merk libe, yaitu minuman murni 100% dari sari lidah buaya selanjutnya disebut Aloe vera liquid, (2)Tiga Tea Merk Libe, yaitu teh celup perpaduan dari teh hijau mutu terbaik dengan buah mahkota dewa

dan ekstrak Aloe vera, serta (3) Fresh Aloe vera Nata Merk Libe, yaitu minuman nata dari gel Aloe vera dalam kemasan gelas plastik dengan kandungan Aloe vera dalam bentuk kotak-kotak dan dalam bentuk yang sudah dihancurkan. Selama

ini produk unggulan dari PT. Libe Bumi Abadi adalah Aloe vera liquid, sebagai produk ekspor yang bekerja sama dengan pihak ke 3 (tiga). Bahan baku utama

dari usaha ini adalah daun lidah buaya yang diperoleh dari daerah Jawa Barat, bila

memerlukan jumlah yang banyak diperoleh dari Pontianak, Kalimantan Barat.

Pertimbangan mengambil obyek penelitian pada industri pengolahan Aloe

vera adalah :

1. PT. Libe Bumi Abadi merupakan perusahaan industri kecil menengah (IKM)

yang baru didirikan, sehingga sangat menarik untuk dikaji khususnya dari

aspek kelayakan usaha, pembiayaan dan pemasaran.

2. Para pendiri merupakan orang-orang baru dalam menekuni bisnis IKM,

walaupun telah berkecimpung sebagai karyawan dalam budidaya dan industri

pengolahan lidah buaya. Dalam hal ini, semangat kewirausahaan yang

ditunjukkan oleh pendiri akan sangat memberi manfaat dalam mendorong

pihak-pihak yang ingin berwirausaha. Sebaliknya berbagai kesalahan yang

dilakukan akan dapat menjadi pelajaran bagi pihak lain.

3. Potensi bahan baku maupun peluang pasar lidah buaya, baik sebagai bahan

pangan maupun bahan baku obat-obatan masih cukup besar.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana prospek usaha pengolahan Aloe vera dilihat dari sisi pasar dan ketersediaan bahan baku ?

2. Bentuk kajian kelayakan usaha apakah yang diperlukan oleh PT Libe Bumi

Abadi ?

3. Bagaimana mengevaluasi manajemen usaha PT Libe Bumi Abadi ditinjau

dari aspek manajemen dan teknologi produksi ?

4. Bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang sesuai untuk PT Libe

(19)

1.3 Tujuan

1. Untuk melihat prospek usaha pengolahan Aloe vera dilihat dari sisi pasar

dan ketersediaan bahan baku.

2. Melakukan pengakajian kembali kelayakan usaha pengolahan Aloe vera

oleh PT. Libe Bumi Abadi.

3. Mengevaluasi manajemen usaha PT. Libe Bumi Abadi ditinjau dari aspek

manajemen dan teknologi produksi.

4. Menyusun strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk PT. Libe

Bumi Abadi dalam usaha pengolahan Aloe vera.

1.4 Manfaat Kajian

1. Memberikan pengetahuan kepada penulis tentang tata cara berpikir yang

sistematis dalam menghadapi suatu masalah dan mencari solusinya

dengan penerapan berbagai disiplin ilmu yang telah dipelajari sekaligus

memberikan proses pembelajaran suatu obyek bisnis secara

komprehensif.

2. Memberikan informasi tentang potensi dan kelayakan usaha pengolahan

Aloe vera bagi pemilik, calon investor, mitra penyertaan modal dan perbankan. Pemilik berkepentingan dengan hasil kajian ini, dalam rangka

untuk meyakinkan pihak yang berminat untuk berinvestasi dalam usaha

yang dikembangkannya, sedangkan calon investor, mitra usaha dan

perbankan berkepentingan untuk mengetahui tingkat pengembalian

modal, lama pengembalian modal, aliran kas, proyeksi rugi laba dan risiko

yang akan dihadapi.

3. Memberikan rujukan bagi pemerintah berkaitan dengan pembinaan dan perijinan, bermanfaat bagi manajemen perusahaan berkaitan dengan

rencana pengembangan bisnis, serta bagi masyarakat berkaitan dengan

keterbukaan informasi dampak terhadap lingkungan dari usaha

(20)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Lidah Buaya (Aloe vera)

Aloe atau lidah buaya berasal dari Afrika, Aloe berarti “senyawa pahit yang bersinar”. Nama aloe berasal dari bahasa Arab alloeh yang berarti pahit, karena cairan yang terdapat dalam daunnya terasa pahit. Tanaman ini mengandung 96%

air, selebihnya adalah bahan aktif, termasuk minyak essensial, asam amino,

mineral, vitamin, enzim dan glikoprotein. Lidah buaya telah lama dijuluki sebagai medical plant (tanaman obat) atau master healing plant (tanaman penyembuh utama). Tumbuhan ini menyerupai kaktus. Daunnya meruncing berbentuk taji,

bagian dalamnya bening, bersifat getas dengan tepi bergerigi. Lidah buaya yang

nama Latinnya Aloe vera L. tergolong ke dalam suku Liliaceae. Lidah buaya dapat tumbuh subur hampir di semua benua, terutama di daerah beriklim panas, seperti

Indonesia. Ada lebih dari 500 jenis lidah buaya yang tersebar di berbagai daerah di

seluruh dunia (Wahyu, dkk, 1988).

Lidah buaya mempunyai kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh dengan

cukup lengkap, yaitu vitamin A, B1, B2, B3, B12, C, E, choline, inositol dan asam folat. Kandungan mineralnya berupa: kalsium (Ca), magnesium (Mg), potasium

(K), sodium (Na), besi (Fe), zinc (Zn), dan kromium (Cr). Beberapa unsur vitamin

dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami,

seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, magnesium dan zinc. Antioksidan ini berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung dan berbagai penyakit

degeneratif. Di dalam daging Aloe vera terdapat 200 kandungan berbeda yang sangat berguna bagi manusia. Aloe mengandung sedikitnya tiga jenis asam lemak anti-radang (anti-inflammatory fatty acids) yang bermanfaat bagi perut, usus besar dan usus kecil. Sebagian mempunyai efek laksatif yang kuat dan ada pula yang

bereaksi terhadap alergi (Yohanes, 2005).

Pada awalnya, lidah buaya tumbuh liar di tempat berudara panas. Karena

bentuknya yang unik, kemudian juga ditanam di pot dan pekarangan rumah

sebagai tanaman hias. Beberapa tahun terakhir lidah buaya dibudidayakan untuk

tujuan industri, baik industri pangan maupun non pangan. Cara menanamnya

mudah, dengan hanya memisahkan tunas dari batang daun induknya.

Bagian-bagian dari tanaman lidah buaya yang umum dimanfaatkan adalah (a) daun, yang

dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun dalam bentuk ekstrak,

(21)

secara tradisional digunakan langsung untuk pemeliharaan rambut, penyembuhan

luka, dan sebagainya, (c) gel (bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat

bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan), bersifat mendinginkan dan

mudah rusak karena oksidasi, sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut

agar diperoleh gel yang stabil dan tahan lama.

Budidaya komersial dan perluasan penggunaan untuk bahan baku produk

minuman dimulai pada tahun 1900-an, ditandai dengan dibukanya lahan lidah

buaya di Kalimantan Barat tepatnya di kota Pontianak, seperti terlihat pada

Gambar 1. Dewasa ini tanaman lidah buaya menjadi salah satu komoditas

pertanian yang punya peluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia

sebagal usaha agribisnis. Beberapa daerah terutama di Pulau Jawa dan

Kalimantan telah membuktikan keberhasilan produksi lidah buaya. Budidaya lidah

buaya di Pontianak (Kalimantan Barat) mampu menghasilkan produksi 8.000 kg/ha

dengan berat pelepah mencapai 1,5 kg dan panjang 70 cm (Yohanes, 2005).

Gambar 1. Tanaman Lidah buaya (Sumber : Koleksi pribadi)

Pemanfaatan lidah buaya semakin lama semakin berkembang, daun lidah

buaya juga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman, berupa

sejenis jeli, minuman segar sejenis jus, nata de aloe, dawet, dodol, selai, dan lain-lain. Makanan dan minuman hasil olahan lidah buaya sangat berpotensi sebagai

makanan/minuman kesehatan karena adanya kombinasi kandungan zat gizi dan

non gizi yang memiliki khasiat untuk mendongkrak kesehatan. Lebih dari 17 jenis

(22)

namun saat ini ada tiga jenis yang diusahakan komersial, yaitu Aloe barbandensis dari Amerika, Aloe ferox dari Afrika dan Aloe sinensis dari Asia (Cina). Aloe barbandensis adalah yang terbaik, karena lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta ukurannya jauh lebih besar dibanding jenis lainnya

(Wahid, 2000).

Tanaman ini telah digunakan sebagai tanaman obat di 23 negara dan

tercantum dalam daftar prioritas Word Health Organization (WHO), karena mengandung senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Djubaedah,

2003). Salah satu negara pengguna lidah buaya adalah Jepang, dengan

kebutuhan aloe segar mencapai 20 kontainer (300 ton/bulan) yang dipasok dari

Brazil dan Thailand. Negara pengguna lainya adalah Amerika Serikat yang

mengimport aloe segar pada tahun 1996 sebanyak 200.000 lembar atau setara dengan 100 ton/tahun. Harga gel kering beku tahun 1994 sebesar US $ 300 per

kg naik menjadi US $ 450 per kg pada tahun 1996 (Wahid, 2000)

Daun lidah buaya dapat digunakan sebagai dasar kosmetika karena lidah

buaya mengandung Zn, K, Fe, Vitamin A, asam folat dan kholin. Gel/lendir lidah

buaya mengandung vitamin B1, B2, B6, B12, C, E inositol dan asam folat. Kandungan mineral lidah buaya sendiri dari Calsium, potasium, sodium dan chromium, sedangkan enzim yang terkandung adalah amylase, catalase, cellulose, carboxypeptidase, carboxyhelolase dan lain-lain (Djubaedah, 2003).

Perkembangan terakhir yang memacu peningkatan kebutuhan dan

permintaan lidah buaya adalah minuman. Di beberapa daerah di Jawa, tanaman

ini acapkali dibuat minuman. Jadi jangan kaget apabila bertemu dengan penjual

minuman dawet ilat boyo alias cendol lidah buaya. Cendolnya bukan dari tepung

beras atau tepung hunkue seperti lazimnya, tetapi dari gel daun lidah buaya. Gel

lidah buaya dibuat dari kulit daun lidah buaya kemudian di kupas, lalu bagian

dalamnya yang berbentuk seperti cincau atau puding agar-agar di potong-potong

berbentuk dadu kecil. Bagian tersebut disajikan bersama santan dan sirup gula

merah (juruh/kinca), atau bisa juga disajikan es serut dan sirup. Minuman dari gel

lidah buaya berdasarkan hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan gairah

seks (afrodisiak). Bahkan, sari lidah buaya telah pula diproduksi secara besar-besaran sebagai makanan kesehatan (Taryono dan Rosman, 2003).

Sebagai obat penghangat hubungan intim, gel lidah buaya sebaiknya dibuat

jus, agar lebih mujarab. Jus lidah buaya cukup diminum sehari sekali. Sebaiknya

(23)

melon dan sebagainya, sekedar sebagai penambah rasa. Khasiat afrodisiak gel

lidah buaya ini diakui oleh Dr. Robert Picker, kepala bagian pada Berkeley Holistic

Clinic, Berkeley California, Amerika Serikat (Taryono dan Rosman, 2003).

Jus lidah buaya dapat mengobati salah gizi (malnutrisi) karena mengandung

18 asam amino penting, antara lain lisin, histidin, arginin, hidroksiprolin, asam

asparat. Selain dibuat jus, lidah buaya juga dapat dibuat koktail, teh, minuman

berkalori rendah, selai, jelly, dodol, rendang, risoles, sop, cake, puding, saus ikan,

pasta dan lain-lain. Sedangkan untuk kosmetika/kecantikan dibuat dalam bentuk

lotion, creme, lipstik, shampoo, hair conditioner dan lain-lain (Aloe vera Center, dalam Suhendar 2006). Secara garis besarnya Aloe vera dapat dijadikan produk seperti terlihat pada pohon industri (Gambar 2).

Gel (pulp) Kulit Ekstrak Juice Konsentrat Makanan Minuman Pupuk Organik

Teh Lidah Buaya

Powder Senyawa Aktif Minuman Kesehatan Kosmetik Farmasi Industri Kimia

Spray dried Powder

Freece dried Powder

Mediasi Purposes Farmasi Kosmetik Farmasi Agro Industri Kosmetik Farmasi Minuman Kesehatan Lidah Buaya (Aloe vera)

Gambar 2. Pohon industri Aloe vera (Sumber : Suhendar, 2006).

Dalam prakteknya telah banyak barang diproduksi dengan bahan baku

yang berasal dari lidah buaya, baik oleh perusahan di luar negeri maupun

dalam negeri, serta banyak yang sedang diuji coba oleh Pusat Pengkajian dan

Pengembangan Lidah Buaya Nasional (Aloe vera Center) di Pontianak, Kalimantan Barat, seperti dalam bentuk teh (Gambar 3), kripik (Gambar 4),

dodol (Gambar 5), minuman dalam bentuk serbuk (Gambar 6) serta kosmetik

(24)

Gambar 3. Teh Aloe vera Gambar 4. Kripik Aloe vera

Gambar 5. Dodol Aloe vera Gambar 6. Minuman serbuk Aloe vera

(25)

2.2 Kelayakan Investasi

Studi kelayakan dilakukan untuk menilai kelayakan investasi. Secara

umum, tujuan penyusunan studi kelayakan adalah mencari jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Apakah produk yang akan ditawarkan dapat dipasarkan (marketable) ? 2. Apakah secara teknis dapat dilakukan dan berkelanjutan (sustainable) ? 3. Apakah bisnis tersebut efektif dan efisien ?

4. Apakah termasuk usaha yang legal atau ilegal ?

5. Apakah bisnis tersebut profitable atau tidak ?

Jika jawabannya adalah marketable, sustainable, efektif dan efisien, legal dan profitable, maka bisnis tersebut layak untuk dibiayai (Subagyo,2007). Studi kelayakan dibuat untuk menyediakan gambaran ringkas tentang persoalan pokok

yang berhubungan dengan gagasan bisnis. Tujuannya mengidentifikasi apakah

suatu gagasan bisnis "Iayak atau tidak" masuk dalam marketplace. Analisis studi kelayakan menyediakan informasi penting untuk membuat rencana bisnis. Studi

tersebut mengindikasikan bahwa gagasan bisnis masih berupa pernyataan

(statement), dan selanjutnya membuat rencana bisnis (business plan). Rencana bisnis melanjutkan analisis yang lebih mendalam dan kompleks, serta membangun

berdasarkan fondasi yang telah diciptakan studi kelayakan. Rencana bisnis

memberi kesempatan untuk menemukan kelemahan dan ancaman masalah yang

tersembunyi di masa mendatang.

Realitasnya bisnis tidak hanya ditunjang oleh aspek finansial, tetapi

juga aspek-aspek lain; bahkan saling ketergantungan antara aspek-aspek

bisnis tersebut akan membentuk sistem bisnis. Karena itu, untuk menganalisis

kelayakan investasi diperlukan penilaian terhadap semua aspek bisnis.

Menurut Kadariah, dkk (1999), yang paling utama dalam kajian kelayakan

investasi adalah aspek teknis produksi, aspek pasar dan aspek finasial.

Investasi membutuhkan permodalan, besar-kecilnya modal bergantung

pada skala dan luas proyek yang akan dikerjakan. Modal sebagai salah satu

fungsi investasi dapat diperoleh dari pinjaman (debt) atau modal sendiri (equity). Investasi yang memberikan return tinggi dan jangka waktu pengembalian (payback period) yang relatif pendek menjadi harapan setiap investor. Sebaliknya, apabila return rendah, apalagi jika lebih rendah dibandingkan tingkat bunga yang berlaku, investor akan kehilangan

(26)

Jika investor menggunakan modal pinjaman dengan return yang lebih rendah daripada suku bunga bank, berarti investor akan mengalami

kerugian akibat membayar selisih kekurangannya. Kejadian yang lebih parah

lagi adalah jika ternyata proyek yang dijalankan mengalami kegagalan atau

berhenti di tengah jalan, berarti kerugian yang terjadi akan lebih besar lagi.

Investasi selalu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Oleh karena itu,

sebelum melakukan investasi, sudah selayaknya dilakukan studi kelayakan

secara mendalam.

Kerugian atau kegagalan suatu usaha dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, yang juga merupakan aspek-aspek studi kelayakan itu

sendiri, antara lain :

1. Produk yang ditawarkan ternyata tidak diminati konsumen.

2. Produk tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

3. Produk yang ditawarkan laku, tetapi pangsa pasarnya sangat kecil dan volume

penjualannya rendah, sehingga tidak dapat menutup biaya yang dikeluarkan.

4. Permintaan terhadap produk perusahaan tinggi, tetapi skala produksi yang

rendah akibat kapasitas mesin rendah telah membuat opportunnity cost yang tinggi.

5. Lokasi perusahaan terlalu jauh dari pasar (konsumen), maka biaya transportasi

bertambah, sehingga profit margin menjadi rendah. Padahal, untuk memindahkan lokasi pabrik dibutuhkan biaya yang tinggi. Dengan demikian,

profit margin yang rendah dapat terjadi akibat kesalahan dalam menentukan lokasi pabrik, sehingga menyebabkan cost of capital tinggi dan akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan.

6. Waktu produksi terlalu lama diakibatkan proses produksi yang dipilih tidak

tepat, sehingga terjadi keterlambatan pengiriman kepada pelanggan dan

kehilangan pasar.

7. Organisasi perusahaan mengalami permasalahan yang rumit akibat terjadinya

salah manajemen, sehingga roda perusahaan tidak berjalan harmonis dan

sehat.

8. Keterlambatan persediaan material yang terjadi secara berulang-ulang.

Keterlambatan ini dapat mengganggu proses produksi, sehingga perusahaan

(27)

9. Terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap peraturan perusahaan

oleh karyawan (moral hazard) akibat sistem pengendalian internal yang lemah. Produk gagal (rusak) yang terlalu besar akibat human error akibat rendahnya keterampilan dan pengetahuan karyawan

Untuk mengetahui kelayakan investasi suatu usaha dari aspek finansial,

lazim digunakan metode penilaian seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Break Event Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Pay Back Period (PBP)dan analisis sensitivitas

NPV, menurut Subagyo (2007), adalah metode analisis keuangan yang memperhatikan adanya perubahan nilai uang karena faktor waktu; proyeksi arus

kas dapat dinilai sekarang (periode awal investasi) melalui pemotongan dengan

faktor pengurang yang dikaitkan dengan biaya modal (persentase bunga).

Caranya dengan menghitung nilai sekarang (present value atau PV) dari proceeds (laba setelah pajak + penyusutan) yang diharapkan atas dasar discount rate tertentu. Apabila jumlah PV dari keseluruhan proceeds yang diharapkan Iebih besar dari investasinya atau menghasilkan NPV positif, maka usul

investasi tersebut dapat diterima, demikian pula sebaliknya.

IRR rnerupakan metode penilaian dengan menggunakan perluasan metode

NPV, dimana tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari

proceeds yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays) atau pada i posisi NPV sama dengan nol akan diperoleh tingkat (rate) persentase tertentu. IRR ini dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam

suatu proyek, serta setiap keuntungan bersih dlltanamkan kembali dalam tahun

berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama yang diberi bunga

selama sisa umur proyek (Soeharto, 1995).

BEP atau titik impas adalah suatu keadaan jumlah unit dimana besarnya

pendapatan sama dengan besarnya biaya/pengeluaran yang dilakukan oleh

proyek atau titik, dimana proyek tidak mengalami laba atupun rugi, hanya

menutupi biaya tetapnya (Walsh, 2002).

(28)

kecil dari satu (Soeharto, 1995).

PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali

pengeluaran investasi dapat dilakukan dengan menggunakan proceeds atau aliran kas neto. Dengan demikian, PBP dari suatu investasi menggambarkan

panjangnya waktu yang diperlukan, agar dana yang tertanam pada suatu

investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya (Kuswandi, 2005).

2.3 Strategi Pengembangan Usaha

Strategi adalah sebuah rencana dasar yang luas dari suatu tindakan

organisasi untuk mencapai tujuannya. Kata “strategi” sendiri berasal dari kata

Yunani “strategia” yang berhubungan dengan kemiliteran, berarti langkah untuk mencapai sasaran yaitu memenangkan peperangan (Stanton,1996) Definisi lain

mengenai strategi diberikan oleh Robbins dan Coultre (1999):

Strategy can be defined as the determination of the basic long term goals and objectives of an enterprise, and the adoption of courses of action and allocation of resourses necessary for carrying out these goals.

Jain dalam Keegan (1996)menyatakan :

Strategy in a firm is the pattern of major objectives, purposes, or goals and essential policies and plans for achieving those goals, stated in such a way as to define what business the company is in or is to be in and the kind of company it is or is to be

Keegan (1996) mendefinisikan :

Strategi sebagai respon yang dipertimbangkan sebuah perusahaan pada kenyataan dari perusahaan pihak yang bersangkutan dan kenyataan dari lingkungan usaha.

Hax dan Majluf (1984) merumuskan strategi lebih komprehensif, yaitu :

(1) Suatu pola keputusan keputusan yang konsisten, (2) menyatu dan integral, (3) menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam pengertian sasaran jangka panjang, program bertindak dan prioritas alokasi sumber daya, (4) menyeleksi bidang yang akan dilakukan, (5) mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama dan (6) melibatkan semua hirarki dari organisasi.

Strategi diperlukan oleh sebuah perusahaan akibat keterbatasan sumber

daya, ketidakpastian arena persaingan, serta untuk memudahkan koordinasi dan

pengontrolan. Pada akhirnya, penilaian terhadap keberhasilan strategi bisnis

(29)

penjualan, selain memperlihatkan perolehan laba juga menunjukkan kinerja

perusahaan sebagai hasil dari strategi bisnis yang dijalankan.

Dalam merumuskan strategi pengembangan usaha didekati dengan metoda

análisis Strengths, Oppotunities, Weaknesses dan Threats (SWOT). Analisis SWOT ini didasarkan pada pemikiran memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Oppotunities), secara bersamaan rneminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT menurut Rangkuti (2005) adalah analisis terhadap faktor-faktor dari lingkungan internal (strengths dan weaknesses) dan lingkungan eksternal (opportunities dan threats) yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT atau analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman merupakan cara sistematik dalam mengidentifikasi berbagai faktor

internal dan eksternal yang dimiliki dan dihadapi oleh perusahaan. Analisis ini

dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi oleh perusahaan yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimilikinya, sehingga dapat dirumuskan berbagai alternatif

strategi yang sesuai.

Selanjutnya, data yang diperoleh diklasifikasikan secara kualitatif menurut

analisis lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, serta

analisis Iingkungan eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang

dihadapi PT. Libe Bumi Abadi. Daftar peluang dan ancaman serta kekuatan dan

kelemahan tersebut harus dievaluasi. Untuk mengevaluasi peluang dan ancaman

akan digunakan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal atau External Factor Evaluation (EFE) dan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan menggunakan Matriks

Evaluasi Faktor Internal atau Internal Factor Evaluation (IFE).

Penentuan bobot setiap peubah pada Matriks EFE dan IFE diperoleh

berdasarkan hasil pengolahan hasil kuesioner pada bagian Matriks berpasangan

dan rating diperoleh dari hasil kuesioner bagian pengisian rating. Matriks berpasangan merupakan pengisian kuesioner berupa skala keputusan terhadap

pertanyaan-pertanyaan yang ada. Penentuan bobot setiap peubah dilakukan

dengan cara menunjukkan identifikasi faktor strategi internal dan eksternal

kepada pihak menajemen perusahaan dengan menggunakan metode Paired Comparasion (Kinnear dan Taylor, 1991).

Dari hasil pengolahan data Matriks EFE dan IFE, serta Matriks

perbandingan berpasangan disusun strategi pengembangan usaha dari PT. Libe

(30)

dan faktor eksternal pada 9 sel atau kotak. Setiap sel menggambarkan strategi

yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu strategi pertumbuhan

(31)

I I I . M E T O D E K A J I A N

3.1 Lokasi dan Waktu Kajian

Objek kajian tugas akhir ini adalah PT Libe Bumi Abadi dengan lokasi di Jl.

Langgar Raya No. 7 RT 12 RW 05 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren

Sawit Jakarta Timur. Pengamatan dilakukan pmulai pada bulan

September-Nopember 2007.

3.2 Metode Kerja

3.2.1. Pengumpulan data

a. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan, wawancara

dengan pemilik perusahaan, pengelola/karyawan, instansi bidang terkait

melalui alat bantu kuesioner. Untuk survai lapangan disamping ke pabrik

PT. Libe Bumi Abadi dilakukan juga kunjungan ke kebun petani lidah

buaya, Aloe vera Center dan Pabrik Pengolahan Lidah buaya PT. Inaco di wilayah Pontianak, Kalimantan Barat. Wawancara dilakukan kepada

direktur perusahaan PT Libe Bumi Abadi dan Staf Peneliti di Aloe vera

Center .Kuesioner untuk wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1.

b. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan

laporan instansi terkait.

3.2.2.Pengolahan dan Analisis data

Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah :

a. Metode Deskriptif untuk menjelaskan data yang dikumpulkan mengenai

informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang

berkaitan dengan pasokan bahan baku dan volume penjualan produk,

pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain

yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan pesaing strategis secara

makro di bidang pengolahan Aloe vera ini. Data tersebut memberikan suatu gambaran mengenai keadaan prospek, kelayakan dan

pengembangan usaha yang dilakukan oleh PT Libe Bumi Abadi.

b. Metode Analisis untuk menganalisa data yang telah disusun bagi

penyusunan strategi pengembangan usaha dengan teknik Matriks

(32)

Internal-Ekternal (matriks I-E), serta informasi keuangan dengan metode

kelayakan finansial.

Menurut Kadariah, dkk. (1999), secara umum aspek yang dikaji dalam studi

kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi, keuangan dan

pemasaran.

a. Aspek teknis meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produksi, proses

pengolahan dan pengemasannya.

1) Fasilitas Produksi dan Peralatan

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berbagai peralatan yang digunakan

untuk menunjang kelancaran aktivitas produksi seperti alat pengupasan

Aloe vera, perlengkapannya mesin penghancur (blender), mesin pemanas yang dapat diatur, mesin penyaringan kasar, mesin penyaringan halus,

mesin pembotolan, mesin pasteurisasi dan alat pengemas.

2) Cara Pengadaan dan Mutu Bahan

Untuk mengetahui ketersediaan bahan baku dan penolong yang

dibutuhkan, yaitu daun lidah buaya segar apakah berasal dari kebun inti

(kebun milik pabrik) atau dari kebun plasma (kebun kerjasama dengan

petani), atau dari pemasok. Hal ini penting mengingat dasar filosofis

pemilihan bahan untuk memebuat produk makanan adalah Garbage In Garbage Out (GIGO), dimana jika bahan dasarnya buruk, maka produk yang dihasilkan juga buruk, sementara, stándar mutu pelepah Aloe vera ditentukan oleh 4 unsur : (a) daun cacat dan busuk harus 0%, (b) berat

daun segar (0,7 – 1) kg per daun, (c) warna daun hijau tua dalam

keadaan segar dan (d) panjang daun > 50 cm (Yohanes, 2005).

3) Proses Pengolahan

Hal ini memberikan gambaran tentang proses pengolahan masing-masing

produk sampai dengan pengemasan.

4) Sanitasi, Kapasitas produksi dan Mutu Produk.

Untuk mengetahui sanitasi, kapasitas produksi dan mutu produk, perlu

diamati kebersihan dan higenisnya, yaitu apakah sesuai standar pedoman

good manufacturing practice (GMP) pada usaha pengolahan Aloe vera, serta sejauhmana kapasitas produksi sudah dapat memenuhi permintaan

(33)

5) Tenaga Kerja

Hal ini untuk mengetahui jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan,

tingkat pendidikan yang diperlukan dan bagaimana cara memenuhi

kebutuhan tenaga kerja yang dimaksud.

b. Aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga,

persaingan dan peluang pasar, serta proyeksi permintaan pasar berikut :

1) Permintaan

Memberikan gambaran tentang permintaan produk Aloe veraliquid untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri.

2) Penawaran.

Memberikan gambaran tentang penghasil produk Aloe vera (pesaing) dan faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran

3) Harga.

Memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual

minuman Aloe vera, yaitu ini adalah hubungan antara harga jual dengan permintaan dan penawaran oleh pihak pembeli, serta faktor yang

mempengaruhi harga jual minuman Aloe vera. 4) Persaingan dan Peluang Pasar.

Memberikan gambaran tentang produsen dan distributor minuman Aloe vera.

5) Pemasaran Produk.

Untuk mengetahui pasar yang dituju, terutama distributor dan jaringan

multi level marketring (MLM).

c. Aspek Keuangan untuk mengetahui kelayakan usaha dari segi keuangan.

Komponen biaya mencakup pengadaan sarana dan prasarana, biaya

operasi dan biaya lain-lain. Biaya pengadaan prasarana adalah meliputi

biaya investasi, yaitu biaya perijinan, bangunan dan pembelian peralatan

untuk proses produksi.

1) Biaya operasi meliputi biaya pembelian daun lidah buaya segar, biaya bahan pembantu, biaya pengemasan, upah pekerja, biaya

peralatan/kendaraan dan biaya overhead.

2) Pendapatan yang merupakan total hasil penjualan minuman Aloe vera kepada para pelanggan, yang didasarkan pada diproyeksikan selama

(34)

3) Kebutuhan Modal dan Kredit.

Dalam menunjang pengembangan perusahaan diperlukan modal

kerja dan modal untuk keperluan investasi.

i. Modal kerja untuk pengembangan usaha 100 % akan dipenuhi dari

kredit perbankan.

ii. Modal untuk investasi untuk pengembangan usaha 100% dipenuhi

dari modal sendiri.

4) Analisis Cash Flow.

Berdasarkan analisis proyeksi cash flow selama lima tahun akan diketahui bila mendapatkan kredit, apakah perusahaan dapat memenuhi

kewajiban membayar bunga maupun angsuran kepada bank dengan

baik (surplus/defisit kas).

5) Analisis Profitabilitas.

Analisis profitabilitas ini diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha

dilihat dari kriteria seperti lazimnya yang digunakan untuk mengevaluasi

suatu proyek, yaitu :

i. PBP dihitung dengan rumus :

Total investasi

PBP = --- x 1 tahun

Laba Setelah Pajak + Penyusutan

ii. NPV dihitung dengan rumus berikut :

NPV=

(

)

= +

n t

t k At

1 1

Keterangan:

n = periode/tahun terakhir aliran kas/ cash flow. At = aliran kas pada periode t

k = tingkat keuntungan yang diharapkan atau discount rate yang digunakan

iii. IRR dihitung dengan rumus berikut :

NPV1

IRR = il + --- (i2-i1)

(35)

Keterangan.

lRR = Nilai Internal Rate of Return. NPV1 = Net Present Value pertama. NPV2 = Net Present Value kedua.

i 1 =Tkt suku bunga/discount rate pertama. i 2 = Tkt suku bunga/discount rate kedua.

iv. BEP atau titik impas dihitung dengan rumus :

Total Biaya Tetap

BEP = --- Harga jual satuan - Biaya Variable/satuan

v. Perhitungan BCR dengan rumus berikut :

PV benefi

BCR = --- PV cost

Keterangan :

PV benefit = PV dari total benefit selama periode analisa dimana benefit adalah laba setelah pajak ditambah penyusutan.

PV cost = Present value of capital (biaya pertama atau modal diluar biaya untuk operasi dan

produksi).

Dalam merumuskan strategi pengembangan usaha dilakukan tahap

pengumpulan data dari luar lingkungan perusahaan (faktor strategi eksternal)

mínimum masing-masing 5 faktor peluang dan faktor ancaman seperti analisis

pasar, pesaing, pemasok, pemerintah, komunitas tertentu, sumber pendanaan dari

perbankan serta dari internal operasional PT Libe Bumi Abadi (faktor strategi

internal) masing-masing 5 faktor kekuatan dan faktor kelemahan seperti laporan

keuangan, SDM, kegiatan pemasaran dan operasional. Faktor-faktor tersebut

(36)

dengan menggunakan Matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE).

Evaluasi terhadap faktor eksternal menggunakan Matriks EFE (Tabel 1), Dalam

hal ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengevaluasi berbagai faktor

eksternal yang mempengaruhi PT. Libe Bumi Abadi. Langkah-Iangkah tersebut adalah :

a. Menuliskan daflar peluang dan ancaman pada kolom pertama

b. Memberikan bobot dengan selang 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting)

pada kolom kedua. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu. Pembobotan

dapat dilakukan dengan Matriks perbandingan berpasangan dari hasil kuesioner.

c. Memberikan rating atau peringkat 1-4 pada kolom ketiga. Untuk Matriks EFE, rating mengindikasikan seberapa efektif PT. Libe Bumi Abadi merespon peluang dan

ancaman yang bersangkutan. Rating 4 = respon yang sangat superior, 3 = respon di atas rataan, 2 = respon rataan, I = respon di bawah rataan. Rating 1-4 ditentukan dengan membandingkan fakta dengan kinerja ideal, namun demikian upaya ini

merupakan nilai subyektif.

d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot.

e. Skor yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan total skor terbobot

Total skor terbobot antara 1-4, nilai 1 pada Matriks EFE menunjukkan bahwa

situasi PT. Libe Bumi Abadi mampu memanfaatkan peluang untuk

menghindari ancaman. Nilai 4 mengindikasikan bahwa PT. Libe Bumi Abadi

saat ini telah sangat baik dalam memanfaatkan peluang untuk menghadapi

ancaman-ancaman yang ada. Nilai 2,5 menunjukkan kondisi PT. Libe Bumi

Abadi mampu merespon situasi ekternal secara rataan untuk Matriks EFE

[image:36.612.134.472.560.693.2]

(Rangkuti, 2005 ).

Tabel 1. Matriks EFE

Faktor eksternal Bobot (a)

Peringkat (b)

Skor terbobot (c = axb)

Peluang 1. 2. Ancaman 1.

2.

Jumlah 1,0

(37)

Evaluasi terhadap faktor internal menggunakan Matriks IFE (Tabel 2).

Dalam hal ini terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk

mengevaluasi berbagai faktor internal yang mempengaruhi PT. Libe Bumi Abadi.

Langkah-langkah tersebut adalah :

a. Menuliskan daftar kekuatan dan kelemahan pada kolom pertarna.

b. Memberikan bobot dengan selang 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat

penting). Kolom ke 2.Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1.

Pembobotan dapat dilakukan dengan Matriks perbandingan berpasangan dari

hasil kuesioner

c. Memberikan rating atau peringkat 1-4 pada kolom ketiga. Untuk Matriks IFE, rating rnengindikasikan seberapa efektif PT. Libe Bumi Abadi memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang bersangkutan. Rating 4 = kekuatan besar, 3 = kekuatan kecil, 2 = kelemahan kecil, I = kelemahan besar. Rating 1-4 ditentukan dengan membandingkan fakta dengan kinerja ideal yang

diharapkan.

d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot.

e. Skor yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan total skor terbobot. Total skor terbobot antara 1-4, nilai 1 pada Matriks IFE menunjukkan bahwa

situasi PT. Libe Bumi Abadi sangat buruk. Nilai 4 mengindikasikan bahwa PT.

Libe Bumi Abadi saat ini berada pada kondisi sangat baik. Nilai 2,5 pada

Matriks IFE menunjukkan bahwa situasi internal PT.Libe Bumi Abadi pada

[image:37.612.132.468.527.696.2]

tingkat rataan (Rangkuti, 2005 ).

Tabel 2. Matriks IFE

Faktor Internal

Bobot (a)

Peringkat (b)

Skor Terbobot (c = axb)

Kekuatan 1.

2.

Kelemahan 1.

2.

Jumlah 1,0

(38)

Pembobotan dengan Matriks berpasangan dilakukan dengan penilaian

dilakukan dengan pemberian bobot numerik dan membandingkan antara satu

unsur dengan unsur lainnya. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan

skala 1, 2 dan 3.

Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal

Indikator horizontal dan indikator vertikal adalah peubah–peubah kekuatan

dan kelemahan pada faktor strategi internal serta peubah peluang dan ancaman

pada faktor strategi eksternal. Metode ini membandingkan secara berpasangan

antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya

terhadap usaha pengolahan Aloe vera.

Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil penilaian tadi

untuk menentukan elemen mana yang memiliki prioritas tertinggi dan terendah

(Saaty, 1988). Perbandingan berpasangan merupakan kualifikasi hal-hal yang

bersifat kualitatif sehingga tidak semata-mata dengan pemberian bobot terhadap

semua parameter secara simultan, tetapi dengan persepsi pembandingan atau

perbandingan yang diskalakan secara perpasangan. Dengan pengalamannya,

seseorang dapat dengan mudah, logis dan akurat memberikan persepsi

perbandingan dua hal (Priatmono, 2000).

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Bobot

setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai setiap peubah terhadap

jumlah nilai keseluruhan peubah dengan menggunakan rumus (Kinnear, 1991)

X i

a i = ---

n ∑ X i i = 1 Keterangan :

a i = Bobot peubah ke – i

Xi = Nilai peubah ke – i

I = 1, 2, 3, ...., n

(39)

Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan dengan metode Matriks Banding Berpasangan

Faktor Strategi Internal

F1 F2 F3 .... Bobot

F1

F2

F3

...

Total

Sumber : Kinnear dan Taylor, 1991.

Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan dengan Metode Matriks Banding Berpasangan

Faktor Strategi Eksternal

F1 F2 F3 .... Bobot

F1

F2

F3

...

Total

Sumber : Kinnear dan Taylor, 1991.

Selanjutnya adalah tahap analisis dengan menggunakan semua

informasi yang ada dalam model kuantitatif ke dalam perumusan strategi

dengan menggunakan matriks SWOT dan I-E. Matriks SWOT

memberikan rumusan strategi yang menggambarkan dengan jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya.

Dari Matriks akan diperoleh empat set alternatif strategi, yaitu SO, ST,

WO dan WT (Tabel 5). Matriks I-E memberikan rumusan strategi bisnis di

tingkat perusahaan yang lebih detail dalam 9 sel dengan 3 alternatif

strategi meliputi strategi growth (sel 1,2,5,7, 9), strateg stability (sel 4,5)

dan strategi retrenchment (sel 3,6,7). Tahap berikutnya adalah

[image:39.612.137.479.113.243.2]
(40)

Tabel 5. Matriks SWOT

FSI

FSE

Strategi (S)

Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

Weaknesses (W)

Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

Opportunities (O)

Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

Strategi (S-O)

Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi (W-O)

Ciptakan strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T)

Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Strategi (S-T)

Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman

Strategi (W-T)

Ciptakan strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

(41)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Lokasi Usaha Pengolahan Aloe vera yang dijadikan objek kajian adalah di kelurahan Pondok Bambu Kecamatan Duren Sawit Jakarta. Unit usaha yang

dijadikan objek kajian adalah PT. Libe Bumi Abadi yang memiliki 1 unit usaha

pengolahan Aloe vera.

Lokasi usaha membutuhkan lahan yang tidak terlalu luas atau cukup 300 m2

yang berfungsi baik sebagai gudang bahan baku maupun penyimpanan. Lokasi

usaha tidak terlalu ideal, karena berada di daerah pemukiman penduduk, namun

belum mengganggu kenyamanan lingkungan. Lokasi relatif dari jauh dari sumber

bahan baku yang berada di daerah Cianjur Sukabumi, namun masih terjangkau

oleh transportasi yang tersedia.

4.1.1 Profil Usaha

Usaha pengolahan Aloe vera merupakan badan hukum berbentuk PT, namun dalam pengelolahannya masih bersifat kekeluargaan, mulai dari

pengadaan bahan baku, proses pembuatan minuman, pengemasan, pemasaran

dan pengiriman ke konsumen.

Usaha ini menggunakan bahan baku daun lidah buaya segar yang dibeli dari

para pedagang pengumpul di daerah Cianjur dan Sukabumi. Usaha pengolahan

Aloe vera mempunyai alat-alat mesin pengolahan yang mempunyai kapasitas pengolahan daun Aloe vera 10 ton per hari atau setara dengan 1.200 l jus Aloe vera. Tempat pengolahan Aloe vera berlokasi di sebuah rumah sederhana dengan luas 300 m2 di permukiman yang cukup padat sekaligus sebagai tempat tinggal

pengelolanya dan usaha ini berdiri sejak tanggal 1 Oktober 2005 oleh 4 orang.

Saat ini PT. Libe Bumi Abadi menyerap tenaga kerja 17 orang terdiri dari

pekerja tetap 5 orang dan pekerja tidak tetap 12 orang, dengan hari kerja

sebanyak 5 hari seminggu, yaitu mulai dari jam 9.00 - 16.00. Ada indikasi bahwa

proses produksi dari usaha pengolahan Aloe vera yang dilakukan oleh PT. Libe Bumi Abadi tidak lancar atau tidak optimal. Hal ini disebabkan kurangnya biaya

operasional perusahaan, mengingat pembiayaan dari usaha ini masih sepenuhnya

didukung oleh para pendiri perusahaan dan sedang diupayakan untuk

(42)

Dilihat dari aspek pemasaran, PT. Libe Bumi Abadi melakukan dengan 2

(dua) cara, yaitu pemasaran konvensional melalui distributor, ke agen ke pengecer

selanjutnya ke konsumen dan dilakukan pemasaran melalui kerjasama dengan

jaringan MLM dengan harga lebih murah tetapi ada kepastian terjual.

PT. Libe Bumi Abadi memproduksi minuman (PT Libe Bumi Abadi, 2006)

seperti : (1) Aloe vera Juice (liquid) merk libe, yaitu minuman murni 100% dari sari lidah buaya , (2) Tiga Tea Merk Libe, yaitu teh celup perpaduan dari teh hijau

[image:42.612.180.484.304.617.2]

mutu terbaik dengan buah mahkota dewa dan ekstrak Aloe vera; serta (3) Fresh Aloe vera Nata Merk Libe, yaitu minuman nata dari Aloe vera dalam kemasan gelas plastik dengan kandungan Aloe vera dalam bentuk kotak-kotak dan dalam bentuk yang sudah dihancurkan. Ketiga jenis produk tersebut dapat dilihat pada

Gambar 8.

(1) Minuman segar

(2) Teh

( 3) Aloe vera liquid (Jus murni)

(43)

4.1.2 Sarana dan Prasarana

Dalam kegiatan pengolahan Aloe vera sarana produksi yang digunakan adalah :

a Lahan yang dijadikan tempat usaha.

b Bangunan untuk tempat pengolahan dan penyimpanan produk.

c Kendaraan roda empat.

d Pisau pengupas Aloe vera. e Mesin penghancur

f Mesin pemanas yang dapat diatur

g Mesin penyaringan kasar sistem sentrifugal. h Mesin penyaringan halus sistem tekan.

i Mesin ultra violet. j Mesin pembotolan.

k Mesin pasteurisasi.

l Packaging seal.

4.2. Penilaian Kelayakan

Untuk melihat prospek atau kelayakan usaha pengolahan Aloe vera diperlukan pembahasan yang mencakup aspek-aspek berikut :

4.2.1. Aspek teknis produksi

Dalam kegiatan produksi pengolahan daun lidah buaya menjadi minuman

jus secara teknis diperlukan :

a. Fasilitas produksi dan peralatan

1) Bangunan untuk tempat pengolahan dan penyimpanan produk.

Bangunan digunakan untuk tempat menampung bahan baku,

melakukan proses produksi dengan penempatan mesin-mesin

pengolahan dan penyimpanan produksi sementara. Bangunan seluas

200 m2 diperoleh dengan cara menyewa berupa rumah tempat tinggal

yang dimodifikasi menjadi tempat industri sekaligus menjadi tempat

tinggal pengelola usaha. Sewa dilakukan untuk kurun waktu 5 (lima)

tahun dengan harga Rp 15.000.000 per tahun.

2) Pisau pengupas Aloe vera.

Pisau digunakan untuk mengupas dan memotong daun lidah buaya

sebelum dimasukkan dalam mesin-mesin pengolah selanjutnya. Pisau

(44)

tidak memerlukan spesifikasi khusus. Kebutuhan pisau sebanyak 12

buah untuk mengupas 2.500 kg daun Aloe vera dan untuk memotongnya menjadi 1.500 kg bahan gel Aloe vera.

3) Mesin penghancur

Mesin penghancur seperti pada Gambar 9 digunakan untuk menjadikan

daun lidah buaya yang telah dikupas dan dipotong-potong menjadi

bubur siap dijadikan jus. Mesin penghancur ini mempunyai volume

sebesar 0,8 m3. Untuk menghancurkan 1.500 kg bahan gel dalam 1

(satu) hari diperlukan operasinya sebanyak 15 kali.

Gambar 9. Mesin penghancur daun lidah buaya

4) Mesin pemanas yang dapat diatur

Mesin pemanas digunakan untuk meningkatkan suhu gel Aloe vera mencapai 40° C pada saat akan dilakukan fermentasi, agar gel

berubah menjadi bentuk cairan. Pada saat proses fermentasi

(45)
[image:45.612.186.356.138.348.2]

Gambar 10. Alat pemanas

5) Mesin penyaringan kasar sistem sentrifugal.

Mesin penyaringan kasar digunakan untuk memisahkan serat kasar

dengan air jus dari bubur lidah buaya.

6) Mesin penyaringan halus sistem tekan.

Mesin penyaringan halus digunakan memisahkan jus murni (100%)

dan serat halus dari bubur lidah buaya. Dari 1.500 kg bubur Aloe vera

diperoleh 300 liter jus murni (Aloe vera liquid) atau rendeme 20 %..

7) Mesin ultra violet.

Mesin ultra violet digunakan mematikan mikro organisme yang ada

pada jus murni (100%) lidah buaya dengan proses dingin.

8) Mesin pembotolan.

Mesin pembotolan digunakan memasukkan jus murni kedalam

botol-botol yang telah disiapkan dengan volume 500 ml. Untuk kebutuhan

(46)

Gambar 11. Mesin pembotolan

9) Mesin pasteurisasi.

Mesin pasteurisasi digunakan membuat produk yang telah masuk

dalam botol lebih higienis lagi dengan proses pemanasan. Packaging seal digunakan sebagai proses akhir produk sebelum dikemas dalam kotak kardus yang siap dipasarkan (Gambar 12)

(47)

b. Bahan

Bahan baku utama untuk pembuatan jus Aloe vera adalah pelepah lidah buaya seperti pada Gambar 13, sedangkan bahan penunjangnya berupa enzim,

penstabil dan air treatment. Bahan baku utama untuk 1 (satu) hari produksi dibutuhkan sebanyak 2.500 kg untuk menghasilkan sebanyak 300 l jus murni.

Bahan penunjang dibutuhkan dalam pengolahan berupa enzim, penstabil dan air

treatment bahan baku, gel dan pasteurisasi.

Dalam proses fermentasi dibutuhkan enzim sebanyak 0,1 l% per l jus murni

yang dihasilkan, maka untuk 300 l diperlukan 30 l dan bahan penstabil 0,4 g per

liter jus murni yang dihasilkan, atau 120 g. Kebutuhan PT Libe Bumi Abadi akan

bahan baku lidah buaya per tahun 600 ton dapat dipenuhi, karena cukup tersedia

di pasar yang umumnya dipasok dari daerah Sukabumi, Jawa Barat dan

[image:47.612.157.415.350.541.2]

Pontianak, Kalimantan Barat.

Gambar 13. Bahan baku lidah buaya

c. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah seorang manajer produksi, 2 orang

staf administrasi dan pemasaran, 12 orang bagian produksi, 1 orang supir dan 1

(48)
[image:48.612.171.414.126.243.2]

Tabel 6. Jenis pekerjaan dan jumlah pekerja di PT. Libe Bumi Abadi

No Jenis Pekerjaan Jumlah (org)

1 Sopir 1

2 Kernet 1

3 Tenaga pengolah 12

4 Tenaga operasional 3

Total 17

d. Proses produksi

Mula-mula daun lidah buaya sebagai bahan mentah disortir menurut ukuran

dan mutunya. Selanjutnya lidah buaya hasil sortir dicuci sampai bersih. Air yang

digunakan dalam proses ini seluruhnya menggunakan air sumur yang telah

melewati alat filter dan penyinaran dengan Ultra violet.

Lidah buaya yang telah dibersihkan kemudian dikupas untuk diambil

dagingnya, lalu daging atau gel lidah buaya ini dicuci dan direndam kembali.

Dengan menggunakan blender, gel ini kemudian dihancurkan dan dalam proses

selanjutnya ditambahkan enzim dan penstabil pH untuk proses fermentasi.

Ampas dari lidah buaya yang telah menjadi bubur ini kemudian disarin

Gambar

Gambar 1.  Tanaman Lidah buaya (Sumber : Koleksi pribadi)
Gambar 2.  Pohon industri Aloe vera (Sumber : Suhendar, 2006).
Gambar 3. Teh  Aloe vera
Tabel 1.   Matriks EFE
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada awalnya penelitian ini menargetkan jumlah sampel dilebihkan 10% dari hasil perhitungan, namun pasien yang bersedia menjadi peserta penelitian sebanyak 70 orang

Pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat konsep utama yaitu mengenal keberadaan Allah akan mampu mengembalikan manusia pada hubungan primordialnya dengan Tuhan

Penyebab ROA tidak berpengaruh terhadap return saham yaitu pihak manajemen kurang efisien dalam menggunakan aktiva sebagai sumber dana bank dalam kegiatan

Hasilnya menunjukkan bahwa dalam keadaan stedi sistem yang menggunakan campuran R290/R600a memiliki kinerja yang lebih baik dari kedua refrigeran lainnya, dan memiliki

Dari hasil perhitungan dan analisa dapat disimpulkan bahwa (1) pada akuifer sumur tunggal (baik yang medianya diratakan ataupun dipadatkan) ketinggian airnya lebih

Ahmad Falih Mahruz dalam penelitiannya yang berjudul “kekuatan hukum penyelesaian sengketa waris melalui mediator tokoh masyarakat di desa wonosalam kecamatan

Mengingat luasnya ruang lingkup masalah, serta keterbatasa waktu, maka perlu adanya pembatasan masalah yaitu pembelajaran matematika pada materi Aritmatika social

Desa konservasi adalah sebuah pendekatan model konservasi yang memberi peluang kepada masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi untuk terlibat aktif dalam upaya